You are on page 1of 11

Dermatitis Atopik dan Penatalaksanaannya

Mohamad Hafiz bin Mohd Azmi


102012480
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
hafizchino@gmail.com
1.0 Abstrak
Dermatitis atopik (DA) ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal,
yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan ank-anak, sering berhubungan dengan
peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita (DA, rinitis
alergik, dan atau asma bronkial). Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami
ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya di lipatan (fleksural).
Kata kunci: Dermatitis, atopik, IgE, papul, bayi
2.0 Pendahuluan
Dermatitis atopik adalah penyakit kulit yang sering didapatkan dan penting dalam ilmu
kedokteran. Dermatitis atopik, atau lebih dikenal dengan istilah eksim, adalah radang pada kulit
berbentuk ruam yang timbul hanya pada orang yang memiliki kulit sensitif dan mudah teriritasi.
Umumnya penyakit ini terjadi pada bayi , anak kecil dan dapat menghilang sebelum masa
dewasa. Gangguan pada kulit ini terjadi dalam jangka waktu lama dan sewaktu-waktu dapat
kambuh. Biasanya, penderita dermatitis atopik memiliki kecenderungan untuk menderita asma
atau penyakit alergi lainnya.1
Tujuan makalah ini dibuat adalah agar mahasisiwa dapat mengetahui dan mengerti
mengenai dermatitis atopik dari segi gelaja klinis dan penatalaksanaannya sesuai buat dermatitis
atopik. Harapannya adalah agar makalah ini dapat menjadi sumber rujukan pada mahasiswa
khususnya dan orang ramai umumnya untuk memahami tentang dermatitis atopik.
3.0 Pembahasan
3.1 Rumusan Masalah
Seorang laki-laki usia 10 tahun dengan papul bersisik kemerahan yang gatal pada
kedua tungkai atas dan bawah dan kulitnya terlihat sangat kering sejak 2 minggu yang lalu.

3.2 Analisa Masalah


3.2.1 Anamnesis
Anamnesis merupakan tahap awal dalam pemeriksaan untuk mengetahui riwayat
penyakit dan menegakkan diagnosis. Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, teratur dan
lengkap karena sebagian besar data yang diperlukan dari anamnesis untuk menegakkan
diagnosis. Sistematika yang lazim dalam anamnesis, yaitu identitas, riwayat penyakit, dan
riwayat perjalanan penyakit.

Identitas : nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku bangsa,


pendidikan, pekerjaan.

Riwayat penyakit

Keluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa berobat. Keluhan utama tidak
harus sejalan dengan diagnosis utama.

Riwayat perjalanan penyakit

Riwayat perjalanan penyakit mencakup:


Cerita kronologis, rinci dan jelas tentang keadaan pasien sebelum ada
keluhan sampai dibawa berobat.
Pengobatan sebelumnya dan hasilnya
Tindakan sebelumnya
Perkembangan penyakit gejala sisa atau cacat
Riwayat penyakit lain yang pernah diderita sebelumnya.

Pada anamnesis pasien didapat hasil sebagai berikut : seorang anak laki-laki
usia 1 tahun, datang dengan keluhan berupa bercak, beruntus kemerahan yang
terasa gatal pada badan, kedua tungkai atas dan bawah sejak 2 minggu yang
lalu. Kelainan kulit pertama kali timbul saat berusia 6 bulan, pasien pernah
diobati kedokter penyakit kulit dan kelamin diberi salep kortikosteroid
terdapat perbaikan. Kedua orang tua pasien memiliki riwayat asma.

3.2.2 Pemeriksaan
3.2.2.1 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dermatitis atopik dilakukan dalam bentuk pemeriksaan
kulit, yang dibagi menjadi dua berdasarkan lokalisasi dan efloresensinya. Lokalisasi pada bayi
2

adalah pada kedua pipi, kepala, badan, lipat siku, lipat lutut manakala pada anak, adalah di
tengkuk, lipat siku, lipat lutut dan pada dewasa adalah di tengkuk, lipat lutut, lipat siku,
punggung kaki.1
Berdasarkan efloresensi atau sifat-sifatnya, pada bayi terjadi eritema
berbatas tegas, papula atau vesikel miliar disertai erosi dan eksudasi serta krusta. Manakala pada
anak, terjadi papula-papula miliar, likenifikasi, tidak eksudatif dan pada dewasa biasanya terjadi
hiperpigmentasi, kering dan likenifikasi.1
Pada pemeriksaan fisik pasien terdapat bercak dan beruntus kemerahan
yang terasa gatal pada badan, kedua tungkai atas dan bawah.
3.2.2.2 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan darah
tepi untuk melihat adakah adanya eosinofilia. Kadar serum dapat ditemukan
dalam serum penderita dermatitis atopik. Berbagai media berperan sebagai
kemudahan terhadap eosinofil untuk menuju ke tempat peradangan dan kemudian
mengeluarkan berbagai zat antara lain Major Basic Protein (MBP). Peninggian
kadar eosinofil dalam darah terutama pada MBP.2
Dapat juga dilakukan pemeriksaan imunologi untuk melihat kadar IgE
serum. IgE serum dapat diperiksa dengan metode ELISA. Ditemukan 80% pada
penderita dermatitis atopik menunjukkan peningkatan kadar IgE dalam serum
terutama bila disertai gejala atopi ( alergi ). 2 Konsentrasi plasma TNF-a
meningkat pada penderita dermatitis atopik dibandingkan penderita asma
bronkhial. Limfosit T di daerah tepi pada penderita dermatitis atopik mempunyai
jumlah absolut yang normal atau berkurang. Dapat diperiksa dengan pemeriksaan
imunofluouresensi terlihat aktifitas sel T-helper menyebabkan pelepasan sitokin
yang berperan pada patogenesis dermatitis atopik.
Uji tusuk boleh dilakukan. Pajanan alergen udara (100 kali konsentrasi)
yang dipergunakan untuk tes intradermal yang dapat memacu terjadinya hasil
positif. Pemeriksaan biakan dan resistensi kuman dilakukan bila ada infeksi
sekunder untuk menentukan jenis mikroorganisme patogen serta antibiotika yang
sesuai. Sampel pemeriksaan diambil dari pus tempat lesi penderita.2
Dermatografisme putih yaitu penggoresan pada kulit normal akan
menimbulkan 3 respon, yakni akan tampak garis merah di lokasi penggoresan
selama 15 menit, selanjutnya mennyebar ke daerah sekitar, kemudian timbul
edema setelah beberapa menit. Namun, pada penderita atopik bereaksi lain, garis
merah tidak disusul warna kemerahan, tetapi timbul kepucatan dan tidak timbul
edema.3
3

Percobaan asetilkolin dengan suntikan secara intrakutan menggunakan


solusio asetilkolin 1/5000 akan menyebabkan hiperemia pada orang normal. Pada
orang Dermatitis atopik akan timbul vasokontriksi, terlihat kepucatan selama 1
jam.3
Percobaan histamin juga boleh dijalankan untuk mendiagnosa pasien. Jika
histamin fosfat disuntikkan pada lesi penderita Dermatitis Atopik. eritema akan
berkurang, jika disuntikkan parenteral, tampak eritema bertambah pada kulit yang
normal.2
3.2.3 Diagnosa
3.2.3.1 Diagnosa Kerja
Diagnosa kerja yang didapatkan adalah dermatitis atopik. Dermatitis
Atopik (DA) merupakan dermatitis yang bersifat kronik, residif, distibrusi simetris, biasanya
terjadi pada individu dengan riwayat gangguan alergi pada keluarga atau individu tersebut.
3.2.3.2 Diagnosa Banding
1.

Dermatitis Seboroik: Dermatitis seboroik pada muka mirip dengan


dermatitis atopik tipe infant. Pada Dermatitis seboroik ditemukan skuama
kekuningan dan berminyak pada daerah alis mata dan lipatan nasolabial 1. Pada
DA lesi ditemukan biasanya pada pipi dan simetris.
2.
Neurodermatitis Sirkumskripta (Liken Simpleks Kronikus) : Pada DA tipe
anak dan dewasa. Neurodermatitis Sirkumskripta dan DA sama-sama terasa gatal. 2
Predileksi DA pada lipat siku, lipat lutut (fleksor) dan tengkuk. Predileksi
neurodermatitis Sirkumskripta pada siku, punggung kaki (ekstensor) dan tengkuk.
Pada DA biasanya sembuh setelah umur 30 tahun sedangkan neurodermatitis
sirkumskripta dapat berlanjut sampai tua.
3.
Dermatitis Kontak Alergika : Lokasi pada semua bagian tubuh yang
tekena bahan kontaktan.1 Lesi eritema bentuk numular hingga plakat, papula dan
vesikel berkelompok disertai erosi. Terjadi pada semua umur.
4.
Dermatitis Numularis : Lesi eritematosus eksudatif berbentuk koin pada
ekstremitas bagian ekstensor, bokong dan bahu disertai dengan Koebner
fenomena. Lebih sering dijumpai pada pria dewasa.
3.2.4 Etiologi
Penyebab DA belum diketahui, tetapi terdapat dua teori yang menjelaskan etiologi
DA. Teori pertama menyatakan DA merupakan akibat defisiensi imunologik yang didasarkan
pada kadar Imunoglobulin E (Ig E) yang meningkat dan indikasi sel T yang berfungsi kurang
baik. Sedangkan teori kedua menyatakan adanya blokade reseptor beta adrenegik pada kulit.
Namun, kedua teori tersebut tidak adekuat untuk menjelaskan semua aspek penyakit DA.1
4

3.2.5 Epidemiologi
Oleh karena definisi secara klinis tidak ada yang tepat, maka untuk
menginterpretasi hasil penelitian epidemiologik harus berhati-hati. Berbagai penelitian
menyatakan bahwa prevalensi DA makin meningkat sehingga merupakan masalah kesehatan
besar. Berbagai faktor lingkungan berpengaruh terhadap prevalensi DA.
Dermatitis atopik cenderung diturunkan. Lebih dari seperempat anak dari seorang
ibu yang menderita atopi akan mengalami dermatitis atopik pada masa kehidupan 3 bulan
pertama. Bila salah satu orang tua menderita atopi, lebih separuh jumlah anak akan mengalami
gejala alergi sampai usia 2 tahun dan meningkat sampai 79% bila kedua orang tua menderita
atopi. Risiko mewarisi dermatitis atopik lebih tinggi bila ibu yang menderita dermatitis atopik
dibandingkan dengan ayah. Tetapi, bila dermatitis atopik yang dialami berlanjut hingga masa
dewasa, maka risiko untuk mewariskan kepada anaknya sama saja yaitu kira-kira 50%.4
Berdasarkan rekapulitasi yang dilakukan oleh Kelompok Studi Dermatologi Anak
(KSDA) dari lima kota besar di Indonesia pada tahun 2000, DA masih menempati tempat
pertama (23,67%)dari 10 penyakit kulit besar anak.
3.2.6 Patofisiologi
Pada DA sistem imun memiliki peran yang penting dan terdapat tiga komponen
utama yang berperan, yaitu respons sel T, antigen presenting cell (APC), dan keratinosit. Berikut
ini akan dijelaskan lebih dalam tentang peran masing masing komponen tersebut terhadap
terjadinya dermatitis atopik.
Respons sel T
Pada saat lahir, efektor sel T yang predominan merespons terhadap infeksi adalah
sel Th-2. Seiring bertambahnya usia, maka respons Th-2 akan digantikan oleh Th-1 yang lebih
predominan. Pada dermatitis atopik episode akut, sel Th-2 tetap berperan sebagai respons utama
terhadap pajanan antigen. Peningkatan kadar sel Th-2 yang terdapat pada pasien dermatitis
atopik baik yang lesional dan non-lesional menandakan bahwa bagian kulit yang tidak terlibat
juga mengalami respons hipersensitivitas terhadap alergen. Sel Th-2 memproduksi sitokin
sitokin seperti IL-4, IL-5, dan IL-13 yang menginduksi diferensiasi sel Th-2 dari prekursor sel
CD4+ naive, meningkatkan produksi IgE dari sel B dan menekan produksi dari antimikroba
peptida (AMP) oleh keratinosit. AMP berperan dalam mekanisme imunitas alamiah dengan cara
melindungi kulit dari infeksi mikroorganisme patogen. Kegagalan sistem imun untuk berpindah
dari respons Th-2 ke Th-1 dinamakan missing immune deviation.5

Antigen presenting cell

APC akan berinteraksi dengan antigen dan mempresentasikan mereka kepada sel
T. Pada kulit penderita dermatitis atopik baik yang lesional dan non-lesional, APC lebih
mengekspresikan jumlah reseptor IgE afinitas tinggi (high-affinity) daripada kulit yang nonatopik.2 Setelah mengikat IgE, sel Langerhans mempresentasikan antigen kepada sel T naive,
menstimulasi diferensiasi mereka menjadi sel efektor Th-2 dan menginduksi sensitisasi terhadap
antigen. Begitu juga ketika antigen terikat kepada IgE pada permukaan sel dendritik, maka akan
dilepaskan sitokin sitokin proinflamasi dalam jumlah yang besar, menstimulasi sel T dan
mengamplifikasi respons inflamasi alergi.
Keratinosit
Terdapat dua mekanisme yang sudah diketahui mengenai keratinosit yang
berperan terhadap progresivitas dan keparahan dari dermatitis atopik. Yang pertama, keratinosit
epidermal dari penderita dermatitis atopik memproduksi kemokin dan sitokin yang unik setelah
terjadi kerusakan mekanik atau interaksi dengan sitokin sitokin inflamasi. Peningkatan ekspresi
GM-CSF, IL-1, IL-18, dan TNF- oleh keratinosit menyebabkan diferensiasi sel dendritik dari
prekursor monosit dan aktivasi sel T yang berkontribusi untuk pelepasan sitokin proinflamasi,
aktivasi sel B, dan pelepasan histamin.2 Mekanisme yang kedua, keratinosit dari pasien dengan
dermatitis atopik mengekspresikan jumlah AMP yang lebih sedikit dari individu normal. Hal ini
meningkatkan kolonisasi mikroba dalam kulit, oleh karena itu biasanya terdapat infeksi kulit
yang berulang pada pasien pasien dengan dermatitis atopik.

Gambar 1: Patofisiolgi Dermatitis Atopik


(Sumber:
http://hardinmd.lib.uiowa.edu/pictures22/dermnet/atopic_dermatitis_05atopicfeet67.jpg)
6

Gambar 2: Pola Siklus Inflamasi pada Pasien Dermatitis Atopik


(Sumber:
http://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/diseasemanagement/dermatology/atopicdermatitis/images/atopicdermatitisfig2_large.jpg)

3.2.7 Gejala Klinis


Kulit penderita dermatitis atopik umumnya kering, pucat/redup, kadar lipid di
epidermis berkurang, dan kehilangan air lewat epidermis meningkat. Jari tangan teraba dingin.
Penderita dermatitis atopik cenderung tipe astenik, dengan inteligensia di atas rata-rata, sering
merasa cemas, egois, frustasi, agresif, atau merasa tertekan.
Gejala utama dermatitis atopik ialah (pruritus) dapat hilang timbul sepanjang hari, tetapi
umumnya lebih hebat pada malam hari. Akibatnya penderita akan menggaruk sehingga timbul
bermacam-macam kelainan di kulit berupa papul, likenifikasi, eritema, erosi, ekskoriasi,
eksudasi, dan krusta.1,4,5
Dermatitis atopik dapat dibagi menjadi 3 bentuk, yaitu:
1. Bentuk infantil (2 bulan - 2tahun): bentuk ini dikenal di kalangan awam sebagai eksema
susu. Kelainan kulit berupa eritema, dapat disertai papul dan vesikel miliar, selanjutnya
menjadi erosif, eksudatif, dan berkrusta. Tempat predileksi ; kedua pipi serta ekstremitas,

terutama bagian ekstensor. Pada usia 2 tahun, sebagian besar penderita sembuh, sebagian
berlanjut menjadi bentuk anak.5

Gambar 3: Gambaran Dermatitis Atopik Infantil di Pipi Bayi


(Sumber: http://img.webmd.boots.com/dtmcms/live/webmd_uk/
childhood_skin_problems_slideshow/phototake_rm_photo_of_atopic_dermatitis_on_chil
d.jpg)
2. Bentuk anak (3 10 tahun): lesi tampak lebih kering, tidak begitu eksudatif, lebih banyak
papul, likenifikasi, dan sedikit skuama. Tempat predileksi: lipat siku, lipat lutut, leher,
pergelangan tangan bagian flexor. Bentuk anak ini dapat merupakan kelanjutan bentuk
infantile, atau timbul sendiri (de novo).1

Gambar 4: Gambaran Dermatitis Atopik pada Lipat Lutut


(Sumber: http://medical.cdn.patient.co.uk/images/om1020d.jpg)
3. Bentuk dewasa (13-30 tahun): lesi kering dan terdapat likenfikasi. Distribusi adalah pada
leher, lipat siku, lipat lutut, biasanya simetris, lesi dapat pula meluas mengenai tanga
maupun daerah kelopak mata.1

Gambar 5: Gambaran Dermatitis Atopik pada muka Orang Dewasa


(Sumber: http://www.femail.com.au/image.php?
imagename=adult_eczema.jpg&imagetype=b)
Kulit penderita tampak kering dan sukar berkeringat. Ambang rasa gatal rendah, sehingga
penderita mudah mengalami gatal, terlebih jika berkeringat. Terdapat berbagai kelainan yang
dapat menyertainya seperti xerosis kutis, iktiosis, lidah geografik, tanda dennie-morgan,dan lainlain yang diklasifikasikan sebagai kriteria minor.
3.2.8 Komplikasi
Komplikasi yang tersering adalah infeksi bakteri sekunder, yang menyebabkan
timbulnya folikulitis atau impetigo. Kutil karena virus dan moluskum kontagiosum ditemukan
lebih sering pada eksema atopik, sedangkan infeksi herpes simpleks dapat menimbulkan lesi
yang menyebar luas dan penyakit yang lebih berat (eksema herpetikum).5
3.2.9 Pencegahan
Dermatitis atopik adalah penyakit yang tidak diketahui penyebabnya. Tetapi, DA
boleh dicegah. Untuk mencegah DA antara lainnya adalah dengan menghindari bahan iritan
seperti sabun, detergen, bahan kimiawi karena penderita DA mempunyai nilai ambang rendah
dalam merespon berbagai iritan. Pasien juga harus mengeliminasi alergen yang telah terbukti
misalnya makanan, debu rumah, bulu binatang dan sebagainya harus disingkirkan. Penderita DA
juga dianjurkan untuk mengurangi stress, Stress pada penderita DA merupakan pemicu
kekambuhan, bukan sebagai penyebab. Pasien DA juga boleh mengambil pelembab kulit dan
menghilangkan pengeringan kulit. Pemakaian pelembab dapat mempebaiki barier stratum
korneum.3

3.2.10 Penatalaksanaan
Pengobatan DA tidak bersifat menghilangkan penyakit tapi untuk menghilangkan
gejala dan mencegah kekambuhan. Pasien dengan DA lebih sensitif terhadap bahan-bahan iritan.
Oleh sebab itu, penting untuk mengenalpasti faktor-faktor pemicu DA pada pasien misalnya
sabun dan detergen, pajanan terhadap suhu yang ekstrem.
Pengobatan secara farmakologis pula terbagi kepada dua yaitu secara topikal atau
sistemik. Pengobatan secara topikal adalah dengan:
1. Hidrasi kulit: kulit penderita dermatitis atopik kering dan fungsi sawarnya berkurang,
mudah retak sehingga mempermudah masuknya mikroorganisme patogen, bahan iritan
dan alergen. Pada kulit yang demikian perlu pelembab.
2. Kotikosteroid topikal; pengobatan dermatiti atopik dengan kortikosteroid topikal adalah
yang paling sering digunakan sebagai anti-inflamasi lesi kulit. Namun demikian harus
waspada karena dapat terjadi efek samping yang tidak diinginkan. Pada bayi digunakan
salap steroid. Pada anak dan dewasa dipakai steroid berpotensi menengah, misalnya
triamisolon. Kotikosteroid berpotensi rendah juga dipakai di daerah genitalia dan
intertriginosa, jangan digunakan yang berpotensi kuat misalnya fluorinated
glucocorticoid. Bila aktivitas penyakit telah terkontrol, dipakai secara intermiten,
umumnya 2 kali seminggu, untuk menjaga agar tidak cepat kambuh; sebaiknya dengan
kortikosterois yang potensinya paling rendah. Pada lesi akut yang basah dikompres
dahulu sebelum digunakan steroid, misalnya dengan larutan burowi, atau dengan larutan
permanganas kalikus 1:5000.
3. Imunomodulator topikal: takrolimus adalah suatu penghambat calcineurin, menghambat
aktivitasi sel yang terlibat dalam DA yaitu: sel langerhans, sel T, sel mast, dan keratinosit.
Takrolimus dapat digunakan untuk anak (salep 0,03%) maupun dewasa (salep 0,03% dan
0,1%). Pimekrolimus, suatu senyawa askomisin yaitu imunomodulator golongan
makrolaktam. Cara pemakaian keduanya adalah dioleskan 2 kali sehari.
4. Preparat ter: preparat ter mempunyai efek anti puritus dan anti inflamasi pada kulit,
misalnya yang mengandung likuor karbonis detergen 2-5%
Manakala pengobatan secara sistemik pula digunakan:
1. Kortikosteroid : digunakan untuk mengendalikan eksaserbasi akut dalam jangka pendek,
dan dosis rendah, diberikan berselang-seling, atau diberikan bertahap (tapering),
kemudian segera diganti dengan kortikosteroid topikal
2. Antihistamin: digunakan untuk membantu mengurangi rasa gatal yang hebat, terutama
malam hari, sehingga mengganggu tidur. Oleh karena itu anti histamin yang dipakai ialah
yang mempunyai efek sedatif, misalnya hidroksisin atau difenhidramin.
3. Antimikroba: bila ada indikasi.
10

3.2.11 Prognosis
Tujuh puluh lima persen DA tipe infantil dan anak akan sembuh spontan pada
umur 10-14 tahun. Sebagian akan berkesinambungan dengan kulit yang sensitif dan cenderung
terjadi DA akibat iritan primer yang mudah terkontrol.
3.3 Kesimpulan
Kesimpulannya, dermatitis atopik adalah penyakit kulit yang sering terdapat
dirumah sakit dan tidak diketahui penyebabnya. Jadi, untuk menanganinya, haruslah mengetahui
faktor-faktor pemicu dan yang memberatkannya. Setelah diketahui, diusahakan untuk
mengeridikasi faktor-faktor tersebut. Dermatitis atopik mempunyai prognosis yang baik dan
mudah terkontrol.
4.0 Daftar Pustaka
1. Klauss W, Richard J. Fitzpatricks color atlas and synopsis of clinical dermatology.
7th ed. New York: McGraw Hill Professional; 2013.p.33-5
2. William D.J, Timothy G.B, Dirk M.E. Andrews' diseases of the skin. 11st ed.
United States; Saunders Elsevier; 2011.p.142-6
3. Paul K.B, Rachael M. ABC of dermatology, 5 ed. : John Wiley & Sons; 2013
4. Thomas P., Md. Habif, Thomas P. Habif. Clinical dermatology: A color guide to
diagnosis and therapy. 4th ed. England. Mosby, Inc.; 2003
5. David G., Michael R.A. Dermatology: An Illustrated Colour Text. 5th ed.
England.
Elsevier
Health
Sciences;
2012

11

You might also like