You are on page 1of 28

Standar Operasional Prosedur (SOP) Gawat Darurat Bagian I

1.

Penanganan syok haemoragik

a.

Defenisi
Suatu keadaan dimana terjadi gangguan perfusi yang disebabkan karena adanya perdarahan

b.

Tujuan

1)

Memulihkan perfusi pada jaringan

2)

Memulihkan keseimbangan cairan dalam tuibuh

3)

Mencegah kematian

c.

Indikasi
1) Syok haemoragik

d.

Persiapan

1)

Alat

Alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)

Neck collar

Balut cepat

Infus set

Plester

Ringer lactat yang hangat

Monitor EKG

Pulse oksimeter

Oksigen set

Kateter

Urin bag

2)

Pasien
Pasien disiapkan sesuai dengan kebutuhan tindakan di atas brankard.

3)

Lingkungan
Tenang dan aman

e.

Pelaksanaan

1)

Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)

2)

Airway dan C spine dijamin aman

3)

Breathing dijamin aman, berikan oksigen

4)

Circulation

o Infus 2 line dengan jarum no. 14/16 RL 1.000-2.000 ml sesuai dengan kebutuhan atau kelasnya
syok.
o Periksa laboratorium darah : golongan darah, Hb/Ht, AGD
o Transfusi spesifik type atau golongan O
o Stop sumber perdarahan
o Tidak ada rekasi dilakukan bedah resusitasi untuk menghentikan perdarahan
5)

Pasang monitor EKG

6)

Pasang gastric tube

7)

Pasang kateter dan nilai produksi urin


Hal yang perlu diperhatikan :

1)

Harus dapat dilakukan di pusat gawat darurat tingkat IV sampai tingkat I

2)

Pasien dengan perdarahan yang masih aktif tidak dapat atau tidak boleh dievakuasi / medevak

3)

Metabolisme anaerob

4)

Kematian sel, translokasi bakteri, SIRS

5)

Gagal organ multipel (MOF) dan kematian

2.

Thorak Masif

a.

Defenisi
Terkumpulnya darah secara cepat sebanyak > 1500 ml di rongga toraks akibat trauma tajam
atau tumpul yang menyebabkan terputusnya arteri intercostalis, pembuluh darah hilus paru
atau robek parenkim paru atau jantung.

b.

Tujuan

1)

Mengurangi rasa sesak

2)

Mempertahankan pasien tetap hidup

c.

Indikasi

1)

Pasien dengan trauma tumpul dada

2)

Perdarahan pada rongga dada

3)

Luka tusuk pada dada

d.

Persiapan alat

1)

Alat pelindung diri (kacamata safety, masker, handscoen, scort)

2)

Neck coller

3)

Obat anasthesia lokal

4)

Syringe

5)

Infus set

6)

Cairan ringar lactat yang hangat

7)

Chest tube

8)

Botol WSD

9)

Oksigen set

10) Pulse oksimeter


e.

Pelaksanaan tindakan

1)

Petugas gunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)

2)

Bersihkan jalan nafas, kontrol servical dengan pemasangan semi rigid cervical collar

3)

Berikan oksigenasi 12 lt/menit

4)

Membantu dokter untuk pemasangan chest tube dan WSD

5)

Monitor WSD : undulasi, jumlah darah dan bubble

6)

Lakukan resusitasi cairan secara stimulan

7)

Pasang infus RL hangat dengan 2 jalur lumen besar

8)

Pasang pulse oximetry

9)

Pasang monitor EKG

f.

Hal yang perlu diperhatikan

1)

Nilai kesadaran, nadi, pernafasan, pengisian vena capiler, akral dan produksi urine

2)

Cegah jangan sampai hipoksia

3)

Adanya empisema toraks

3.

Flail Chest

a.

Defenisi

Adanya bagian dari dinding dada yang kehilangan kontinuitas dengan dinding dada sisanya
(ada bagian yang melayang). Terdapat multiple fraktur iga dengan garis fraktur lebih dari satu
pada satu iga.
b.

Tujuan

1)

Mengurangi rasa sakit

2)

Mencegah kerusakan lebih lanjut pada dinding dada

c.

Indikasi
1) Flail chest

d.

Persiapan alat

1)

Alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)

2)

Oksigen lengkap

3)

Intubasi set

4)

Suction lengkap

5)

Infus set

6)

Cairan ringer lactate

7)

Pulse oksimetri

e.

Pelaksanaan tindakan

1)

Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)

2)

Bersihkan jalan nafas, hisap cairan / darah dan kontrol C spine

3)

Pasang intubasi

4)

Berikan oksigenasi yang adekuat

5)

Jamin breathing-ventilasi dengan baik

6)

Infus RL, 2 jalur dengan jarum besar

7)

Monitoring dengan pulse oximetry

f.

Hal yang perlu diperhatikan

1)

Hipoksia sebab kontusio paru

2)

Nyeri pada pergerakan dada

4.

Trauma Abdomen

a.

Defenisi

Suatu keadaan dimana abdomen mengalami benturan


b.

Tujuan

1)

Mencegah kerusakan lebih lanjut organ di rongga abdomen

2)

Mencegah terjadinya syok

c.

Indikasi
Cedera pada daerah abdomen

d.

Persiapan alat :

1)

Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)

2)

Oksigen lengkap

3)

Gurita

4)

Infus set

5)

Cairan ringer lactat hangat

6)

Kassa steril

e.

Pelaksanaan tindakan

1)

Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)

2)

Pertahankan jalan nafas tetap terbuka dan imobilisasi C spine

3)

Pasien diberikan oksigen 6 ltr/menit

4)

Pasang infus ringer lactat hangat dengan jarum yang besar

5)

Pasang gurita jika terjadi perdarahan internal

6)

Jika terdapat organ yang keluar tutup dengan kasa steril yang lembab

7)

Membantu dokter untuk mempersiapkan pasien untuk dilakukan operasi

8)

Monitor tanda-tanda vital pasien

f.

Hal yang perlu diperhatikan

1)

Syok hemoraghik / hipovolemik

2)

Koagulopati

3)

Cegah hipoglikemi

4)

Asidosis

5)

Cega jantung sampai hipotermi

5.

Cedera Kepala

a.

Defenisi
Suatu keadaan dimana kepala mengalami cedera akibat adanya suatu trauma

b.

Tujuan

1)

Mencegah kerusakan otak sekunder

2)

Mempertahankan pasien tetap hidup

c.

Indikasi

1)

Contusio cerebri

2)

Commotio cerebri

d.

Persiapan alat

1)

Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)

2)

Neckcollar

3)

Suction lengkap

4)

Oksigen lengkap

5)

Intubasi set

6)

Long spine board

7)

Infus set

8)

Cairan ringer lactat hangat

9)

Pulse oksimetri

10) Monitor EKG


11) Gastric tube
12) Folley chateter + urine bag
e.

Pelaksanaan tindakan

1)

Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort

2)

Bersihkan jalan nafas dari kotoran (darah, secret, muntah) dengan suction)

3)

Imobilisasi C spine dengan neck collar

4)

Jika tiba-tiba muntah miringkan dengan teknik Log Roll.

5)

Letakkan pasien di atas long spine board

6)

Bila pasien mengorok pasang oropharingeal airway dengan ukuran yang sesuai oropharingeal
jangan difiksasi

7)

Membantu dokter pasang intubasi (jika ada indikasi)

8)

Pertahankan breathing dan ventilation dengan memakai masker oksigen dan berikan oksigen
100 % diberikan dengan kecepatan 10-121/menit

9)

Monitor circulasi dan stop perdarahan, berikan infus RL 1-2 liter bila ada tanda-tanda syok dan
gangguan perfusi, hentikan perdarahanluar dengan cara balut tekan.

10) Periksa tanda lateralisasi dan nilai Glasgow Coma Scale nya
11) Pasang foley cateter dan pipa nasogastrik bila tak ada kontraindikasi
12) Selimuti tubuh penderita setelah diperiksa seluruh tubuhnya, jaga jangan sampai kedinginan.
13) Persiapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostik / foto kepala
f.

Hal yang perlu diperhatikan

1)

Gangguan kesadaran dan perubahan kesadaran dengan skala koma galasgow lebih kecil dari 9
yaitu E-1, M-5, V= 1-2

2)

Pupil anisokor, dengan perlambatan reaksi cahaya

3)

Hemifarese

4)

Monitor tanda-tanda vital secara ketat

6.

Penanganan open pneumothorak

a.

Defenisi
Adalah defek yang lebar pada dinding dada yang tetap terbuka yang menyebabkan terjadinya
pneumothorak terbuka/sucking chest wound, diamater >2/3 diameter trachea

b.

Indikasi
Pasien dengan open pneumothorak

c.

Tujuan
Menghilangkan sesak nafas dan mempertahankan pasien tetap hidup

d.

Pelaksanaan tindakan

1)

Alat pelindung diri (masker, handscoen, scort)

2)

Kassa steril

3)

Plastik tipis

4)

Plester

5)

Cairan infus

6)

Infus set

e.

Pelaksanaan tindakan

1)

Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen, scort)

2)

Jaga ABC tetap stabil dan imobilisasi tulang servical

3)

Tutup defek dengan kassa steril dan plastic, sampai melewati tepi defek

4)

Plester pada tiga sisi saja (flutte type valve effect)

5)

Kolaborasi dengan dokter untuk memasang chest tube dan WSD

6)

Berikan oksigen 8 lt/menit

7)

Berikan infuse RL 2 jalur dengan jarum yang besar

f.

Hal penting yang perlu diperhatikan

1)

Pasang monitor EKG

2)

Pasang pulse oksimeter

7.

Merawat/memandikan pasien luka bakar

a.

Pengertian
Membersihkan pasien luka bakar dengan menggunakan cairan fisiologis dan cairan desinfektan

b.

Tujuan
Mencegah terjadinya infeksi
Mengangkat jaringan nekrotik

c.

Indikasi
Luka bakar derajat dua ke atas dengan luas luka > 20 %

d.

Persiapan

1)

Alat

a)

Alat pelindung diri (masker, handscoen, scort

b)

Alat-alat steril

(1) Alat tenun


(2) Set ganti balutan
(3) Semprit 10 cc
(4) Kain kasa
(5) Verband sesuai dengan ukuran kebutuhan
(6) Sarung tangan
c)

Alat-alat tidak steril

(1) Bengkok

(2) Ember
d)

Obat-obatan

(1) Zalp kulit sesuai program (silver self)


(2) Obat penenang (bila diperlukan
e)

Cairan

(1) NaCl 0,9 % / aquadest


(2) Cairan desinfektan
2)

Pasien
Pasien/keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan.

3)

Lingkungan
Ruang khusus

4)

Petugas
Petugas memakai celemek dan sarung tangan steril

e.

Pelaksanaan

1)

Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen, scort)

2)

Memandikan pasien di ruang khusus dengan fasilitas khusus

a)

Sebelum tindakan

Bak mandi dibersihkan dengan desinfeksi

Bak mandi diisi dengan air dengan suhu 37-43 0 derajat celcius

Memasukkan desinfektan ke dalam bak mandi dengan konsentrasi sesuai aturan

b)

Selama tindakan

Pasien diantar ke ruang mandi

Pasien dipersiapkan dengan menanggalkan baju

Perawat membantu dokter pada saat memandikan pasien

(a) Merendam pasien ke dalam bak mandi


(b) Mengambil cairan bullae sebelum pasien dimandikan
(c) Membuang jaringan neokroktik
(d) Memecahkan bullae
3)

Memindahkan pasien di atas kereta dorong yang sudah dialas dengan perlak dan alat tenun
steril

4)

Mengeringkan badan pasien dengan handuk steril kemudian diberi zalf sesuai program dokter

5)

Menutup pasien dengan alat tenun steril kemudian pasien diantar ke tempat perawatan luka
bakar

6)

Melakukan observasi terhadap :

a)

Tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan

b)

Posisi jarum infus, kelancaran tetesan infus.

c)

Reaksi pemberian cairan dan reaksi pasien setelah dimandikan

7)

Mencatat segala perkembangan dan hasil observasi

8)

Memandikan pasien di ruang tindakan

a)

Pasien dipersiapkan, baju ditanggalkan.

b)

Perawat membantu dokter pada saat memandikan pasien :

(1)

Mencuci daerah luka bakar dengan cairan NaCl 0,9 % yang sudah dicampur dengan
desinfektan

(2)

Membersihkan luka bakar dari segala kotoran yang menempel

(3)

Membuang jaringan neokrotik

(4)

Memecahkan bullae dengan memakai semprit

(5)

Membilas luka bakar dengan cairan steril tanpa desinfektan

c)

Mengeringkan daerah luka bakar/bagian yang dicuci dengan kasa steril kemudian diberi zalf
sesuai program pengobatan

d)
e)

Memindahkan pasien ke kereta dorong yang sudah diberi alas/alat tenun steril
Menutup pasien dengan alat tenun steril kemudian pasien diantar ke ruang perawatan luka
bakar

f)

Mengobservasi terhadap :

1)

Tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan

2)

Posisi jarum infus, kelancaran tetesan infus.

3)

Reaksi pasien setelah dimandikan

g)

Memberikan suntikan analgetik sesuai program bila diperlukan

h)

Melaporkan segera kepada dokter bila terdapat perubahan keadaan umum

f.

Hal-hal yang perlu diperhatikan

1)

Melaksanakan teknik aseptik secara benar

2)

Respons pasien

3)

Pola pernafasan pasien

4)

Menghindari terjadinya hypotermia

8.

Penanganan infark miokard akut

a.

Pengertian
Penyakit jantung koroner yang ditandai dengan nyeri dada khas, keringat dingin diperkuat
dengan adanya gambaran ECG st elevasi

b.

Tujuan
Agar penderita yang mendapat serangan ima dapat diselamatkan

c.

Indikasi

1)

Nyeri dada lebih dari 20 menit

2)

ST elevasi > 0,1 mv pada sekurang-kurangnya 2 sedapan usia < 70 tahun

d.

Persiapan

1)

Alat pelindung diri (masker, handscoen)

2)

Monitoring EKG

3)

Defibrilator

4)

Syiring pump

5)

Infuse pump

6)

Oksigen

e.

Pelaksanaan

1)

Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen)

2)

Penderita dilayani sesuai dengan prosedur layanan unit gawat darurat.

3)

Baringkan dengan posisi semi fowler

4)

Berikan oksigen 4 lt/menit

5)

Pasang EKG monitor

6)

Pasang infuse

7)

Ambil sampel darah untuk pemeriksaan enzim jantung

8)

Berikan acetosal 160-325 mg/oral

9)

Berikan cedocard 5 mg sub lingual

10) Berikan morphin sesuai indikasi


11) Berikan nitrogliserida 5 gamma titrasi
12) Kolaborasi dengan tim medis
13) Siapkan ICU

Hal penting yang diperhatikan :


1)

Observasi keadaan umum pasien

2)

Observasi tanda-tanda vital

9.

Melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP)

a.

Pengertian
Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan
jantung guna kelangsungan hidup pasien

b.

Tujuan
Mengembalikan fungsi jantung dan fungsi paru

c.

Indikasi

1)

Henti nafas

2)

Henti jantung

d.

Persiapan

1)

Alat

a)

Alat pelindung diri (masker, handscoen)

b)

Trolly emergency yang berisi :

(1) Laryngoscope lurus dan bengkok (anak dan dewasa)


(2) Magil force
(3) Pipa trakhea berbagai ukuran
(4) Trakhea tube berbagai ukuran
(5) Gudel berbagai ukuran
(6) CVP set
(7) Infus set/blood set
(8) Papan resusitasi
(9) Gunting verband
(10) Bag resuscitator lengkap
(11) Semprit 10 cc jarum no. 18
c)

Set therapy oksigen lengkap dan siap pakai

d)

Set penghisap sekresi lengkap dan siap pakai

e)

EKG record

f)

EKG monitor bila memungkinkan

g)

DC shock lengkap

2)

Pasien

a)

Keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

b)

Posisi pasien diatur terlentang di tempat datar dan alas keras

c)

Baju bagian atas pasien dibuka

e.

Pelaksanaan

a)

Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen)

b)

Mengecek kesadaran pasien dengan cara :

1)

Memanggil nama

2)

Menanyakan keadaannya

3)

Menggoyangkan bahu pasien/mencubit pasien

c)

Jika pasien tidak sadar/tidak ada respon, aktifkan SPGDT

d)

Buka jalan nafas dengan head tilt chin lift dan bersihkan jalan nafas dari sumbatan

e)

Menilai pernafasan dengan cara :

1)

Melihat pergerakan dada/perut

2)

Mendengar suara keluar/masuk udara dari hidung

3)

Merasakan adanya udara dari mulut/hidung pipi atau punggung tangan

f)

Jika pasien tidak bernafas, berikan nafas buata dengan resuscitator sebanyak 2 kali secara
perlahan

g)

Periksa denyut jantung pasien dengan cara meraba arteri karotis, jika arteri carotis teraba
cukup berikan nafas buatan setiap 5 detik sekali

h)

Jika arteri carotis tidak teraba lakukan kombinasi nafas buatan dan kompresi jantung luar
dengan perbandingan 15 : 2 untuk dewasa baik 1 atau 2 penolong dan 3 : 1 untuk neonatus.

i)

Setiap 4 siklus (4 kali kompresi dan 5 kali ventilasi) cek pernafasan

j)

Jika nafas tetap belum ada lanjutkan teknik kombinasi dimulai dengan kompresi jantung luar.

f.

Hal-hal yang perlu diperhatikan

a)

Evaluasi pernafasan pasien tiap 1 menit saat dilakukan RJP BC kombinasi

b)

Lakukan RJP BC sampai :

1)

Timbul nafas spontan

2)

Diambil alih alat/petugas lain

3)

Dinyatakan meninggal

4)

Penolong tidak mampu atau sudah 30 menit tidak ada respon

c)

Kompresi jantung luar dilakukan dengan cara :

1)

Dewasa

(a) Penekanan menggunakan dua pangkal telapak tangan dengan kejutan bahu
(b) Penekanan pada daerah sternum 2-5 jari di atas proses xyphoideus
(c) Kedalaman tekanan 3-5 cm
(d) Frekuensi penekanan 80-100 kali per menit
2)

Anak

(a) Penekanan menggunakan satu pangkal telapak tangan


(b) Kedalaman tekanan 2 3 cm
(c) Frekuensi penekanan 80 100 kali per menit
3)

Neonatus

(a) Punggung bayi diletakkan pada lengan bawah kiri penolong sedangkan tangan kiri memegang
lengan atas bayi sambil meraba arteri brakhialis sebelah kiri
(b) Jari tangan dan telunjuk tangan penolong menekan dada bayi pada posisi sejajar putting susu 1
cm ke bawah
(c) Kedalaman tekanan 1-2 cm
(d) Perbandingan kompresi jantung dengan begging adalah 3 : 1

10. Kejang Demam


a.

Pengertian
Memberikan pertolongan bayi baru yang tidak segera menangis atau tidak segera bernafas.

b.

Tujuan
Mengoptimalkan fungsi pernafasan dan oksigenasi paru

c.

Indikasi

1)

Bayi lahir tidak menangis

2)

Ketuban pecah bercampur mekonium

3)

Bayi tidak bernafas

d.

Persiapan alat :

a)

Alat pelindung diri (masker, hanscoen)

b)

Deelic

c)

Masker bayi

d)

Bag resuscitator bayi

e)

Oksigen lengkap

f)

Thermometer

e.

Pelaksanaan

1)

Jika bayi tidak menangis dengan keras, bernafas dengan lemah, atau bernafas cepat dan
dangkal, pucat atau biru dan atau lemas, maka :

a)

Baringkan terlentang dengan benar pada permukaan yang datar, kepala sedikit setengah
ekstensi agar jalan nafas terbuka, bayi harus tetap diselimuti. Hal ini penting sekali untuk
mencegah hypotermi pada bayi baru lahir.

b)

Hisap mulai mulut, sedalam 5 cm dan kemudian hidung bayi sedalam 3 cm secara lembut
dengan menggunakan deelie (jangan memasukkan alat penghisap terlalu dalam pada
kerongkongan bayi). Karena dapat menyebabkan terjadinya bradikardi, denyut jantung yang
tidak teratur, spasme pada larink/tenggorokan bayi.

c)

Berikan stimulasi taktil dengan lembut pada bayi (atau menyentil kaki bayi, keduanya aman
dan efektif untuk menstimulasi bayi)

d)

Nila ulang keadaan bayi. Jika mulai menangis atau bernafas dengan normal, tidak diperlukan
tindakan lanjutan, lanjutkan perawatan pada bayi baru lahir normal.

e)

Jika bayi tidak bernafas dengan normal atau menangis teruskan dengan ventilasi (40-60)
kali/permenit

f)

Melakukan ventilasi pada bayi baru lahir

g)

Letakkan bayi dipermukaan yang datar, diselimuti dengan baik.

h)

Periksa kembali posisi bayi baru lahir, kepala harus sedikit ditengadahkan.

i)

Pasang sungkup oksigen atau gunakan bag valve dan mask yang ukurannya sesuai

j)

Periksa pelekatannya dan berikan ventilasi dengan kecepatan 40 s/d 60 kali / permenit

2)

Jika dada bayi tidak mengembang :

a)

Perbaiki posisi bayi dan tengadahkan kepala lebih jauh

b)

Periksa hidung dan mulut apakahj ada darah, mucus atau cairan ketuban, lakukan
penghisapan jika perlu

c)

Remas BVM lebih keras untuk meningkatkan tekanan ventilasi

d)

Ventilasi bayi selama 1 menit, lalu hentikan, nilai dengan cepat apakah bayi bernafas dengan
spontan dan tidak ada pelekukan dada atau dengkuran, tidak diperlukan resusitasi lebih lanjut.
Teruskan dengan langkah awal perawatan bayi baru lahir.

3)

Kompresi dada :

a)

Jika memungkinkan 2 tenaga kesehatan terampil diperlukan untuk melakukan ventilasi dan
kompresi dada

b)

Kebanyaka bayi akan membaik dengan ventilasi

c)

Jika ada 2 tenaga kesehatan yang terampil dan pernafasan bayi lemah atau < 30 kali/menit
dan detak jantung kurang dari 60 kali/menit setelah ventilasi selama 1 menit, tenaga kesehatan
yang kedua dapat mulai melakukan kompresi dada dengan kecepatan 3 : 1

d)

Harus berhati-hati pada saat melakukan kompresi dada, tulang rusuk bayi masih peka dan
mudah patah, jantung dan paru-parunya mudah terluka

e)

Lakukan tekanan pda jantung dengan cara meletakkan kedua jari tepat di bawah garis putih
bayi, ditengah dada. Dengan jari-jaring lurus, tekan dada sedalam 1-1,5 cm

4)

Setelah bayi bernafas normal periksa suhu, jika di bawah 36,5 0 celcius atau punggung sangat
dingin lakukan penghangatan yang memadai. Perhatikan warna kulit, pernafasan dan nadi bayi
selama 2 jam. Ukur suhu bayi setiap jam sehingga normal (36,5 0C 370C)

5)

Catat dengan seksama semua tindakan yang dilakukan

11. Penanganan perdarahan post partum primer


a.

Pengertian
Memberikan pertolongan pada perdarahan per vaginam setelah melahirkan lebih dari 500 cc
atau perdarahan disertai dengan gejala dan tanda-tanda syok

b.

Tujuan
Stabilisasi kondisi korban segera dirujuk ke rumah sakit

c.

Indikasi

1)

Atonia uteri

2)

Robekan jalan lahir

3)

Retensi plasenta

d.

Persiapan

1)

Alat

a)

Alat pelindung diri (masker, kacamata safety, handscoen, scort)

b)

Obat emergency

c)

Obat-obatan anti perdarahan

d)

Cairan infuse

e)

Tampon

f)

VC set

g)

Hecting set

2)

Pasien

3)

lingkungan

e.

Pelaksanaan

1)

Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dilahirkan, lakukan massage uterus supaya
berkontraksi (selama maksimal 15 detik) untuk mengeluarkan gumpalan darah. Sambil
melakukan massase fundus uteri, periksa plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan
plasenta utuh dan lengkap.

2)

Jika perdarahan terus terjadi dan uterus teraba berkontraksi baik, berikan 10 unit oksitosin IM

3)

Jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi, pasang kateter ke dalam kantung kemih

4)

Periksa laserasi pada perineum, vagina dan serviks dengan seksama menggunakan lampu
yang terang. Jika sumber perdarahan sudah diidentifikasi, klem dengan forcep arteri dan jahit
laserasi dengan menggunakan anastesi local (lidokain I %)

5)

Jika uterus mengalami atoni atau perdarahan terus terjadi. Berikan masases uterus untuk
mengeluarkan gumpalan darah.

6)

Periksa lagi apakah plasenta utuh, usap vagina dan ostium serviks untuk menghilangkan
jaringan plasenta atau selaput ketuban yang tertinggal.

7)
8)

Jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi, pasang kateter ke dalam kandung kemih.
Lakukan kompresi bimanual internal maksimal lima menit atau hingga perdarahan bisa
dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik

9)

Anjurkan keluarga untuk memulai mempersiapkan kemungkinan rujukan

10) Jika perdarahan dapat dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik :
a)

Teruskan kompresi bimanual selama 1-2 menit atau lebih

b)

Keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati

c)

Pantau kala empat persalinan dengan seksama, termasuk sering melakukan massase uterus
untuk memeriksa atoni, mengamati perdarahan dari vagina, tenakan darah dan nadi.

11) Jika perdarahan tidak terkendali dan uterus tidak berkontraksi dalam waktu lima menit setelah
dimulainya kompresi bimanual pada uterus maka keluarkan tangan dari vagina dengan hatihati.
12) Jika tidak ada hipertensi pada ibu, berikan metergin 0,2 mg IM

13) Mulai IV ringer laktat 500 cc + 20 unit oksitosin menggunakan jarum berlubang besar (16 atau
18 G) dengan teknik aseptik. Berikan 500 cc pertama secepat mungkin, dan teruskan dengan IV
ringer laktat + 20 unit oksitosin yang kedua.
14) Jika uterus tetap atoni dan atau perdarahan terus berlangsung
15) Ulangi kompresi bimanual internal
16) Jika uterus berkontraksi, lepaskan tangan anda perlahan-lahan dan pantau kala empat
persalinan dengan cermat.
17) Jika uterus tidak berkontraksi, rujuk segera ke tempat dimana operasi bisa dilakukan
18) Bila perdarahan tetap berlangsung dan kontraksi uterus tetap tidak ada, maka kemungkinan
terjadi rupture uteri, (syok cepat terjadi tidak sebanding dengan darah yang nampak keluar,
abdomen teraba keras dan fundus mulai baik), lakukan kolaborasi dengan OBSGYN)
19) Bila kompresi bimanual tidak berhasil, cobalah kompresi aurta. Cara ini dilakukan pada
keadaan darurat sementara penyebab perdarahan sedang dicari.
20) Perkirakan jumlah darah yang keluar dan cek dengan teratur denyut nadi, pernafasan dan
tekanan darah
21) Buat catatan yang saksama tentang semua penilaian tindakan yang dilakukan dan pengobatan
yang dilakukan

12. Penanganan perdarahan post partum sekunder


a.

Pengertian
Memberikan pertolongan pada korban dengan perdarahan pervaginam atau lochea berlebihan
pada 24 jam-42 hari setelah persalinan.

b.

Tujuan
Stabilisasi kondisi korban untuk mendapat penanganan

c.

Indikasi

1)

Sisa plasenta

2)

Robekan jalan lahir

3)

Kelainan plasenta dan selaput ketuban

4)

Persalinan lama

5)

Infeksi uterus

6)

Persalinan dengan komplikasi atau dengan menggunakan alat

7)

Terbukanya luka setelah bedah caesar dan luka setelah episiotomi

d.

Persiapan

a)

Alat

(a) Alat pelindung diri (masker, hanscoen, scort)


(b) Obat emergensi
(c) Obat anti perdarahan
(d) Cairan infus
(e) Infus set
(f) Tampon
(g) Hecting set
b)

Pasien
Memberitahukan prosedur yang akan dilakukan

e.

Pelaksanaan

1)

Alat pelindung diri (masker, kacamata safety, handscoen, scort)

2)

Petugas menggunakan

3)

Pantau dengan hati-hati ibu yang berisiko mengalami perdarahan post partum sekunder paling
sedikit selama 10 hari pertama terhadap tanda-tanda awalnya.

4)

Jika mungkin mulai berikan ringer laktat / IV menggunakan jarum berlubang besar

5)

Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat-obatan

6)

Pasang IV line

7)

Buat campuran yang akurat, observasi tanda perdarahan, vital sign, dan tanda-tanda syok.

13. Menerima pasien dengan kedaruratan psikiatri


a.

Pengertian
Suatu kegiatan menerima pasien baru dengan gangguan atau perubahan perilaku alam pikir
atau alam perasaan yang timbul secara tiba-tiba untuk mendapat pertolongan segera.

b.

Tujuan
Untuk menghindari ancaman integritas fisik atau psikis terhadap diri pasien/orang lain maupun
ancaman integritas sosial

c.

Indikasi

1)

Pasien dengan perilaku bunuh diri

2)

Pasien ganas menyerang (violence)

3)

Panik/fuque

d.

Persiapan

1)

Alat-alat/obat

a)

Alat pelindung diri (masker, kacamata safety, handscoen, scort)

b)

Diagnosa test

c)

Emergency trolley

d)

Jaket pengaman (dwang jas)

e)

Manset

f)

Obat psikotropik)

2)

Pasien
Pasien / keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

3)

Lingkungan
Diusahakan tempat tersendiri

4)

Petugas
Lebih dari satu orang

e.

Pelaksanaan

1)

Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, kacamata safety, handscoen, scort)

2)

Mendampingi pasien saat dilakukan pemeriksaan/wawancara

3)

Melakukan orientasi minimal dengan memanggil nama pasien dan menyebut nama perawat

4)

Meminta kepada pasien untuk mencoba mengendalikan diri dengan kata-kata sederhana dan
mudah dimengerti.

5)

Mengajak pasien ke tempat tenang dan memotivasi untuk mengungkapkan perasaan secara
verbal

6)

Pasien gasuh gelisah yang tidak dapat dikendalikan, selanjutnya disilangkan kedepan dada

7)

Memegang tangan kanan dan kiri pasien selanjutnya disilangkan kedepan dada

8)

Membimbing menuju tempat yang telah disediakan atau bila gadu bisa dipasang jaket
pengaman

9)

Bila pasien tetap meronta dan kalau dianggap perlu, petugas I menutup muka pasien, petugas
II dan III memegang kaki kanan dan kiri pasien kemudian mengangkat ke tempat tidur yang
telah disediakan.

10) Memasang manset tangan dan kaki kanan kiri pasien disisi tempat tidur sambil menjelaskan
bahwa tindakan tersebut adalah untuk membantu mengontrol perilakunya dan akan dibuka jika
sudah mampu mengendalikan diri
11) Mengobservasi pasien sebelum dan sesudah tindakan meliputi :
-

Tekanan darah

Nadi

Pernafasan

Respon dan perilaku pasien

12) Melaksanakan program pengobatan


13) Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi
14) Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan personal hygiene dan eliminasi
f.

Hal-hal yang perlu diperhatikan

1)

Petugas tetap menjaga jarak fisik dengan pasien.

2)

Pada saat satu orang petugas berkomunikasi dengan pasien, petugas lain mengawasi dari jauh
bila pasien tidak dapat mengendalikan diri.

3)

Ikat pasien dengan posisi yang sopan, kaki tidak terbuka lebar.

4)

Pada saat pemasangan manset, posisi tangan/kaki tidak seperti disalib

5)

Segera manset dibuka apabila pasien sudah dapat mengendalikan diri.

14. Memasang manset pad apasien kedaduratan psikiatri


a.

Pengertian
Adalah suatu tindakan pengekangan pada kedaduratan psikiatri

b.

Tujuan

1)

Membantu pasien mengontrol perilakunya

2)

Pasien dapat kooperatif pada saat dilakukan pengobatan.

3)

Keamanan lingkungan dan petugas tidak terganggu

c.

Indikasi

1)

Pasien agresif

2)

Psikosa akut

3)

Pasien gasuh gelisah

4)

Pasin hiperaktif

d.

Persiapan

1)

Alat

a)

Alat pelindung diri (masker, kacamata safety, hanscoen, scort)

b)

Manmset

c)

Selimut/alas tempat tidur

d)

Perlak

e)

Sabuk pengaman

2)

Obat
Obat-obat sesaui program (obat psikotropik)

3)

Pasien
Keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

4)

Lingkungan
Tenang dan aman

5)

Petugas
Petugas lebih dari 2 orang

e.

Pelaksanaan

1)

Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, kacamata safety, handscoen, scort)

2)

Mengusahakan agar pasien dapat terlentang di tempat tidur

3)

Petugas I memegang tangan kanan pasien, petugas II memengang tangan kiri pasien, petugas
III memegang kaki kanan, petugas IV memegang kaki kiri.

4)

Memasang manset pada tangan dan kaki kemudian diikatkan pada tempat tidur.

5)

Memasang selimut

6)

Mengukur tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian obat trasquiliser sesuai program

7)

Mengobservasi pemberian obat dan pengikatan

8)

Mencatat seluruh tindakan

f.

Hal-hal yang perlu diperhatikan

1)

Hindari adanya perlukaan akibat pengikatan

2)

Pengikatan tidak boleh terlalu ketat atau longgar dan periksa kembali setiap setengah jam

3)

Hindari bahaya jatuh

4)

Observasi emosi pasien

5)

Pengikatan segera dibuka jika pasienj sudah mengendalikan diri

15. Menerima pasien dengan kesadaran menurun


a.

Pengertian
Kesadaran menurun adalah menurunnya respon pasien terhadap rangsangan verbal dan
rangsangan nyeri

b.

Tujuan
Mempertahankan kelangsungan hidup pasien dan mencegah terjadinya cacat tetap

c.

Indikasi
Semua pasien dengan kesadaran menurun

d.

Persiapan

1)

Alat

a)

Alat pelindung diri (masker, handscoen)

b)

Emergency trolley

c)

Set terapi oksigen

d)

Set penghisap sekresi

e)

EKG record

f)

Blood gas kit

g)

Set venaseksi

h)

Folley kateter

i)

Lampu senter

2)

Obat-obatan/cairan infus

a)

Adrenalin

b)

Sulfas atropin

c)

Dextrose 5 %, 10 %, 40 %

d)

NaCl 0,9 %

e)

Ringer lactat

f)

Bicarbonat nutrikus

g)

Plasma expander

h)

Obat-obatan lain sesuai kebutuhan

3)

Pasien
Keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

4)

Petugas
Lebih dari 2 orang

e.

Pelaksanaan

1)

Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen)

2)

Menidurkan dan mengatur posisi pasien sesuai kondisi

3)

Menilai kesadaran pasien dengan cara :

a)

Memanggil nama pasien/menanyakan keadaannya

b)

Mencubit pasien

16. Pemasangan Needle Thoracosintesis


a.

Pengertian
Menusukkan jarum dengan lumen yang besar ke rongga pleura

b.

Tujuan

Mengurangi rasa sesak nafas

Mengeluarkan udara dari rongga pleura

Mengurangi rasa sakit

c.

Indikasi
Pasien dengan tension pneumatorax

d.

Persiapan
Alat :

Alat pelindung diri (masker, handscoen)

Jarum IV line No. 14

Betadine

Kassa

Handscoen

Plester

Pasien :
-

Inform consent

Berikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

Pasien tidur terlentang / sesuai kebutuhan


Petunjuk :

2 orang

e.

Pelaksanaan

1.

Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen)

2.

Petugas I mengamankan jalan nafas sambil mengamankan servicall

3.

Petugas II mendesinfeksi daerah yang akan dilakukan penusukan, yaitu pada daerah dada
yang mengalami tension pneumatorax

4.

Melakukan penusukan dengan jarum yang sudah disiapkan di daerah mid clavicula pada sela
iga ke tiga

5.

Setelah jarum ditusukkan pada sela iga ke tiga miringkan jarum 30-45 derajat ke arah atas.

6.

Jika jarum sudah masuk ditandai oleh suara keluarnya udara. Mandrain dicabut dan kateternya
ditinggal.

7.

Tutup ujung IV cath. Dengan klap buatan dari potongan sarung tangan telah diberikan lubang
pada ujungnya.

8.

Fiksasi IV cath dengan memberikan plester pada persambungan antara sarung tangan dengan
IV cath

9.

Catat seluruh tindakan yang sudah dilakukan dan monitor respon pasien

f.

Hal-hal yang perlu diperhatikan

1.

Jumlah nafas dan kualitas pernafasan

2.

Keluhan pasien

3.

Segera lanjutkan dengan pemasangan WSD

17. Pemasangan Needle Crico Thyroidotomy


a.

Pengertian
Menusukkan jarum yang berlumen pada membran crictohiroidea

b.

Tujuan

1.

Membuat jalan nafas

2.

Menjaga jalan nafas tetap lancar

3.

Memberikan oksigen

c.

Indikasi
Sumbatan jalan nafas tidak biasa diatasi secara manual.

d.

Persiapan
Alat :

Alat pelindung diri (masker, handscoen)

IV catheter No. 14

Handschoen

Jet insuflation

Oksigen set lengkap

Spuit 5 ml

Cairan RL
Pasien :

Tidurkan terlentang
Petugas :

1 orang

e.

Pelaksanaan tindakan

1)

Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen)

2)

Tidurkan pasien terlentang

3)

Fiksasi trahcea pada posisi bagian lateral dekstra dan sinistra

4)

Spuit diisi dengan cairan nya kemudian IV catheter pasang pada spuit.

5)

Tusukkan jarum pada membran coroctyroidea ke arah caudal

6)

Aspirasi spuit, bila keluar gelembung udara berarti benar tempat penusukan, kemudian
lepaskan spuit serta mandarin dicabut.

7)

Hubungan jarum cricityroidotomy dengan jet insuflation untuk memberikan O 2

8)

Oksigen diberikan dengan cara 1 detik ditutup dengan 4 detik dibuka

f.

Hal-hal yang perlu diperhatikan

1.

Observasi pasien

2.

Jet insuflation dipasang paling lama 45 menit

3.

Segera lanjutnya pemasangan tracheostube

18. Operasi krikotiroidotomi


a.

Pengertian
Membuat jalan nafas melalui trachea dengan memasang kanul trachea

b.

Tujuan

Memperlancar jalan nafas pada klien yang mengalami sumbatan jalan nafas bagian atas.
c.

Indikasi
Sumbatan total jalan nafas atas

d.

Persiapan

Alat

1)

Alat pelindung diri (masker, handscoen)

2)

Disposible calpel no. 11

3)

Instrumen dasar

4)

Antiseptic

5)

Silocain 2 % injeksi

6)

Dysposible syring 20 cc

7)

Kanul trachea / ETT (nomor sesuai kebutuhan)

Pasien

1.

Inform consent

2.

Penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan pada pasien dan keluarga

3.

Posisi pasien terlentang dengan leher netral

Petugas
2 orang dokter dan perawat

e.

Pelaksanaan

(a) Petugas menggunakan masker, handscoen


(b)

Posisi pasien terlentang dengan leher dalam posisi netral, lakukan palpasi tiroid, notch
cricothiroid internal dan eksternal notch untuk orientasi

(c) Disinfeksi dengan propidone, iodine 10 % dan anastesi local daerah operasi
(d) Buat insisi transversal di atas membran cricothyroid
(e) Buka jalan nafas dengan klem atau dengan spreader trachea atau dengan pegangan scalpel
dengan memutar 90 derajat
(f) Balon tube dikembangkan
(g) Observasi pengembangan paru dan auskultasi dada untuk menilai ventailasi 8. lakukan fiksasi
tube agar posisi tidak berubah
f.

Hal-hal yang perlu diperhatikan

1.

Monitor keadekuatan ventilasi

2.

Siapkan ventilator dan suction set

3.

Cek AGD

You might also like