Professional Documents
Culture Documents
PENDERITA STROKE
PENDAHULUAN
KLASIFIKASI
Secara klinis dibagi sebagai berikut:
1. Infark otak
Berdasarkan mekanisme terjadinya:
- Trombotik
- Embolik
- Hemodinamik
Berdasarkan kategori klinik:
- Aterotrombolik
- Kardioembolik
- Lakunar
- Lain-lain
FAKTOR RISIKO
Masih tingginya angka mortalitas dan kecacatan
akibat stroke, perlu dilakukan upaya-upaya
pencegahan dan penanggulangan faktor risiko.
GEJALA-GEJALA NEUROLOGIS
AKIBAT STROKE
Berbagai gejala neurologis dapat ditimbulkan akibat
stroke. Gejala tersebut tidak hanya tergantung pada
berat ringannya stroke tetapi jg tergantung pada
lokalisasinya.
Gejala-gejala tersebut yaitu:
o Gejala sentral :
- gangguan psikis
- gangguan emosi
- kesulitan bicara dan - inkontinentia
menelan
sindrom rasa nyeri
- gangguan penglihatan
- gangguan pendengaran
o Gejala ekstremitas:
- gangguan motorik
- spastisitas
- nyeri pada ekstrmitas
- rigiditas
- ataksi
- klonus
- astreognosis
- gangguan sensorik
- kontraktur
1. Evaluasi neuromuskuloskeletal:
Evaluasi ini harus mencakup evaluasi
neurologik secara umum dg perhatian khusus
terhadap kemampuan terhadap komunikasi
fungsi cerebral dan cerebellar, sensasi dan
penglihatan (terutama visus dan lapangan
penglihatan). Evaluasi sistem motorik meliputi:
pemeriksaan ROM, tonus otot dan kekuatan
otot.
3. Evaluasi fungsional:
Kemampuan fungsional yang dievaluasi
meliputi aktivitas kegiatan hidup sehari-hari
(ADL): makan, mencuci, berpakaian, kebersihan
diri, transfer dan ambulasi.
Untuk setiap jenis aktivitas tersebut, ditentukan
derajat kemandirian atas ketergantungan
penderita, juga kebutuhan alat bantu.
c.Perlu bantuan
Penderita
memerlukan
bantuan
untuk
mewujudkan aktivitas fungsional tertentu, yang bisa
berderajat minimal (ringan), sedang atau maksimal
d.Tergantung (dependent)
Penderita tidak dapat melaksanakan aktivitas meskipun
dengan bantuan alat dan semua aktivitas harus
dilakukan dengan bantuan orang lain
FASE AWAL
Pada fase ini mungkin kesadaran penderita masih
menurun, pemeriksaan-pemeriksaan masih banyak
dilakukan dan penderita masih diinfus.Pengobatan
dan perawatan pada fase ini ditujukan untuk
menyelamatkan jiwa dan mencegah komplikasi.
Segera setelah keadaan umum memungkinkan
rehabilitasi dimulai, biasanya pada hari ke 2-3.
Untuk stroke akibat perdarahan biasanya setelah hari
ke-14
Pekerja sosial medik dapat mulai bekerja dengan
wawancara keluarga penderita, mencari keterangan
tentang pekerjaan, kegemaran, sosial ekonomi dan
lingkungan hidup serta keadaan rumah penderita
Posisi: bridging
FASE LANJUTAN
Penekanan fase ini adalah untuk mencapai
kemandirian fungsional dalam mobilisasi dan
ADL. Fase ini dimulai pada waktu penderita
secara medik telah stabil.
Aktivitas mobilisasi mulai dengan aktivitas di
tempat tidur, berlanjut ke duduk, berdiri dan
ambulasi.
Perhatian selama fase ini ditujukan untuk
memelihara ROM dan meningkat dari latihan
ROM secara pasif ke aktif
MOBILISASI
Mobilisasi meliputi program latihan posisi tegak
secara bertahap mulai dari duduk sampai
berdiri dan akhirnya mobilisasi
Mobilisasi dini untuk mencegah terjadinya
orthostatic postural hypotension
Latihan duduk
Tahap pertama latihan duduk dilakukan
secara pasif. Jika penderita sebelumnya di
imobilisasi 2 minggu atau lebih untuk adaptasi
kardiovaskular perlu latihan dengan tilt-table.
Latihan duduk dimulai dengan mendudukkan
penderita selama 5-10 menit, monitor tanda-tanda
vital. Lama waktu duduk (toleransi) dapat
dinaikkan. Latihan dilakukan minimal 2 kali sehari
tiap pagi dan sore. Toleransi dianggap baik jika
dapat bertahan lebih dari 30 menit. Latihan aktif
dimulai setelah toleransi baik
Brace
Foot drop: short leg brace dengan 90 post.
Stop genu recurvatum: long leg brace
Sepatu untuk menambah stabilitasi pergelangan kaki
=> pemberian tumit lebar atau penambahan pada sole sebelah
samping
Sling
=> untuk ekstremitas atas yang mengalami paralyse berat untuk
mengurangi tarikan pada bahu dan mencegah terjadinya
sindroma nyeri bahu. Juga sling akan mencegah efek ekstremitas
atas yang non fungsional terhadap keseimbangan penderita waktu
jalan
Kursi roda
=> jika tim rehabilitasi memutuskan bahwa kemampuan
berjalannya memang sudah tidak dapat mencapai tingkat yang
fungsional
FAKTOR PSIKOLOGI
Semua penderita dengan gangguan fungsional
yang akut akan melampaui suatu serial fase
psikologi.
Semua anggota tim harus mengetahui fenomena
ini serta harus memberikan dukungan dan
dorongan semangat bagi penderita.
3. Fase penyesuaian
Waktu
: fase pemulihan awal
Gejala
: cemas, rasa kepahitan hidup, depresi
Program : secara bertahap memberikan
aktivitas baru yang bersifat tantangan
4. Fase penerimaan
Waktu
: fase pemulihan lanjut
Gejala
: kenaikkan terhadap gairah hidup
Program : paksa penderita untuk mencapai
sasaran yang telah ditetapkan
PROGNOSIS
Newman dalam studinya mencatat pada penderita
hemiplegi, kesembuhan motorik terlihat terdini pada
minggu pertama dan paling terlambat pada minggu ke-7.
sesudah minggu ke-14, kemajuan neurologis hanya pelan.
Waktu rata-rata untuk mencapai 80% kesembuhan akhir:
6 minggu.
Frank H. Krusen memberi kesimpulan bahwa dengan
rehabilitasi yang tepat, 90% dari pasien stroke dapat
berjalan kembali, 70% dapat mandiri dan 30% dari usia
kerja dapat kembali ke pekerjaan semula.
Prognosis umum bagi penderita stroke serangan I adalah
relatif baik, yaitu 70-80% akan selamat jiwanya, 90%
diantaranya akan terus hidup untuk 2 tahun lagi dan 50%
diantaranya tetap hidup 10 tahun lagi atau bahkan lebih
lama
RINGKASAN
Stroke merupakan kejadian mendadak dan
mengejutkan bagi penderita dan keluarganya,
serta menimbulkan problem emosional dan
ekonomi
Gejala neurologis yang timbul akibat stroke
tidak hanya tergantung pada berat ringannya
stroke tetapi juga tergantung pada lokasinya
Evaluasi penderita stroke dari segi rehabilitasi
medik meliputi: evaluasi neuromuskuloskeletal,
evaluasi medik umum, evaluasi kemampuan
fungsional, evaluasi prikososial-vokasional
WASSALAMUALAIKUM WR
WB