Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Masyarakat saat ini sangat kritis terhadap pelayanan kesehatan, karena pengetahuan
masyarakat tentang dunia kesehatan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena arus
informasi media cetak, elektronik dan internet menimbulkan tingginya harapan pasien
akan kepuasan pelayanan rumah sakit. Selain dari itu dengan banyaknya pertumbuhan
rumah sakit pasien memiliki banyak pilihan dalam menentukan rumah sakit.
Rumah sakit harus mampu bersaing agar pasien dan keluarganya merasa aman
nyaman dan puas terhadap pelayanan yang diterimanya. Salah satu strategi yang paling
tepat untuk mengimbangi hal tersebut adalah melalui pendekatan mutu pelayanan yang
harus dilaksanakan secara terpadu, berkelanjutan dan menyeluruh sehingga stake holder
maupun masyarakat yang membutuhkan mendapatkan kepuasan dan memenuhi
harapannya.
Agar upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit Hermina Palembang dapat
seperti yang diharapkan maka perlu disusun Pedoman Upaya Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien Rumah Sakit Hermina Palembang. Buku panduan tersebut
merupakan konsep dan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien Rumah Sakit
Hermina Palembang yang disusun sebagai acuan bagi pengelola Rumah Sakit Hermina
Palembang dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien Rumah
Sakit. Dalam buku panduan ini diuraikan tentang prinsip upaya peningkatan mutu dan
keselamatan pasien, langkah-langkah pelaksanaannya dan dilengkapi dengan indikator
mutu.
BAB II
LATAR BELAKANG
Di lingkungan Rumah Sakit Hermina Palembang upaya peningkatan mutu pelayanan
telah dilaksanakan sejak tahun 2003 dengan berbagai cara, baik mengikuti akreditasi
rumah sakit dari Depkes RI maupun Program Pengendalian Mutu Pelayanan yang lalu
dikembangkan menjadi Program Standar Mutu Pelayanan yang mengikuti Standar
Kemenkes maupun WHO serta standar lainnya.
Dengan dilaksanakannya upaya dalam peningkatan mutu dan keselamatan pasien ini,
diharapkan mutu dapat terus dikontrol (quality control) dan dikendalikan yang sangat
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pasien rumah sakit. Untuk menyamakan persepsi
terhadap mutu pelayanan dan agar upaya peningkatan mutu dapat dilaksanakan sesuai
PDCA (Plan-Do-Check-Action),
Sebagai dasar hukum/kebijakan/peraturan yang mewajibkan RS melaksanakan upaya
Peningkatan mutu dan keselamatan pasien adalah:
Permenkes 1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di
Lingkungan Departemen Kesehatan
Permenkes No 1438 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran
Pedoman Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit, Depkes, 1994
Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP), KKP-RS, 2007
Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety), Depkes 2006
Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit, WHO-Depkes, 2001
Indikator Kinerja Rumah Sakit, Depkes, 2005
Standar Pelayanan Rumah Sakit, Depkes, 1999
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit tahun 2008
BAB III
TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui upaya peningkatan mutu pelayanan
rumah sakit secara efektif dan efisien agar tercapai derajat kesehatan yang optimal
Tercapainya kepuasan, harapan dan kebutuhan pasien terhadap pelayanan rumah
sakit
2. TUJUAN KHUSUS
a.
b.
c.
d.
e.
BAB IV
PENGERTIAN
Mutu: Mutu bersifat persepsi dan dipahami berbeda oleh orang yang berbeda namun
berimplikasi pada superioritas sesuatu hal. Penilaian indikator dapat digunakan untuk
menilai mutu berbagai kondisi
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana RS membuat asuhan pasien lebih
aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
Indikator adalah suatu cara untuk menilai penampilan kerja suatu kegiatan dengan
menggunakan instrumen. Indikator merupakan variabel yang digunakan untuk
memulai suatu perubahan
fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada
kebijakan dan prosedur yang berlaku.
Kejadian sentinel meliputi :
a) Kematian yang tidak diduga dan tidak terkait dengan perjalanan penyakit
pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya. Contoh : bunuh diri.
b) Kehilangan fungsi yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien atau
kondisi yang mendasari penyakitnya
c) Salah tempat, salah prosedur, salah pasien bedah
d) Bayi yang diculik atau bayi yang diserahkan kepada orang yang bukan orang
tuanya.
Kejadian Tidak Cedera, Insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi pasien tidak
timbul cedera
RCA adalah alat kerja yang sangat berguna untuk mencari akar masalah dari sebuah
insiden yang telah terjadi (reaktif)
BAB V
KEBIJAKAN
Di rumah sakit hermina Palembang program peningkatan mutu dan keselamatan
pasien dimulai dari kebijakan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan pelaporan upaya
PMKP, dimana Direktur RS terlibat/berperan serta. Direktur rumah sakit bersama dengan
pemilik rumah sakit merencanakan serta monitoring, evaluasi dan mengawasi semua program
peningkatan mutu dan keselamatan di rumah sakit, direktur rumah sakit beserta staf
melaksanakan serta melaporkan hasil-hasil pencapaian mutu ke pemilik rumah sakit secara
reguler. Setiap akhir tahun laporan kegiatan mutu rumah sakit akan dilakukan evaluasi dan
direview tentang kegiatan prioritas mutu dan keselamatan pasien tahun berikutnya.
Ruang lingkup pedoman peningkatan mutu pelayanan yang disusun meliputi
pengertian dasar mutu pelayanan, definisi dan terminologi, pengorganisasian di rumah sakit,
kebijakan, program dan SPO, pelaksanaan upaya peningkatan mutu pelayanan, pencatatan
dan pelaporan, selain daripada itu ditambah dengan tata cara melaksanakan survei.
Prinsip peningkatan mutu dan alat ukur dari program diterapkan pada rancangan proses
baru atau yang dimodifikasi yang harus memenuhi kriteria:
a. konsisten dengan misi dan rencana rumah sakit;
b. memenuhi kebutuhan pasien, keluarga, staf dan lainnya;
c. menggunakan ped. praktek terkini, standar yan klinis, kepustakaan ilmiah & berbagai
informasi berbasis bukti yg relevan dlm hal rancangan praktek klinis;
d. sesuai dengan praktek business yang sehat;
e. mempertimbangkan informasi dari manajemen risiko yang relevan;
f. dibangun pengetahuan dan keterampilan yang ada di rumah sakit;
g. dibangun praktek klinis yang baik/lebih baik/sangat baik dari RS lain;
h. menggunakan informasi dari kegiatan peningkatan terkait;
i. mengintegrasikan dan menggabungkan berbagai proses dengan sistem.
Untuk itu dibutuhkanlah indikator untuk mengevaluasi apakah pelaksanaan rancangan
proses baru atau rancangan ulang proses telah berjalan baik. Menurut WHO indikator yang
ideal mempunyai 4 kriteria yaitu:
a. Sahih (Valid), yaitu benar-benar dapat dipakai untuk mengukur aspek yang
akan dinilai
b. Dapat dipercaya (Realible), yaitu mampu menunjukkan hasil yang benar pada
penilaian yang dilakukan secara berulang kali, artinya komponen indikatornya
tetap
c. Sensitif, yaitu peka untuk digunakan sebagai bahan pengukuran
d. Spesifik, yaitu mampu memberikan gambaran perubahan ukuran yang jelas
pada suatu jenis kegiatan tertentu.
Dalam menyusun dan menetapkan indikator kinerja rumah sakit hermina Palembang
ditempuh dengan cara menginventarisasi data apa saja yang tersedia di rumah sakit yang
dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi indikator mutu. Indikator untuk mengukur kinerja
rumah sakit juga mengadop indikator mutu pelayanan rumah sakit. Kemudian disusun
definisi
operasional
dari
setiap
indikator,
setiap
indikator
dibicarakan
dengan
bidang/bagian/unit kerja.
Pimpinan menetapkan prioritas yang di evaluasi Indikator mutu Rumah Sakit
Hermina Palembang
sasaran keselamatan pasien dan indikator mutu ILM (International Library Measure) masingmasing bagian yang berorientasi pada waktu dan berdasarkan pada efektifitas (effectivenes),
efisiensi (efficiency), keselamatan (safety) dan kelayakan (appropriateness). Terdapat
indikator peningkatan mutu yang dipantau oleh rumah sakit, dan indikator ILM (International
Library Measure). Selaintersebut diatas rumah sakit hermina memiliki program ABRT-RL
(Aman, Bersih, Rapi, Tampak Baru dan Ramah Lingkungan) Sebagai suatu program aman,
bersih, rapi tampak baru dan ramah lingkungan yang berhubungan dengan fasilitas di Rumah
Sakit Hermina Palembang, program tersebut mendukung program lain di rumah sakit antara
lain keselamatan pasien, hospital safety dan. Program ABRT-RL wajib dilaksanakan oleh
semua rumah sakit secara kontinyu dan dilaporkan secara periodik
Pimpinan rumah sakit juga memahami teknologi serta menyediakan bantuan
teknologi ke bagian mutu. Dalam mengelola program mutu dan keselamatan pasien di RS
Hermina Palembang. bagian mutu menggunakan teknologi dengan menyediakan komputer
serta dilengkapi dengan koneksi jaringan intra net dengan bagian/bidang terkait di rumah
sakit.
Seluruh unit kerja di RS melaksanakan program PMKP, indikator mutu rumah sakit
dilaksanakan secara swa-nilai (self assesment). Penilaian dilaksanakan setiap hari yang
dikompilasi secara bulanan. Hasil penilaian ini di analisa per tiga bulan dan dijadikan sebagai
bahan rapat bulanan peningkatan mutu oleh Direksi rumah sakit. Bagi kalangan medis,
8
b.
Contoh:
Diketahui jumlah pasien rawat inap ada 109 orang dengan tingkat presisi
ditetapkan sebesar 10% , maka jumlah sampel yang akan diteliti adalah:
= 52,15311
Maka jumlah sampel yang diteliti adalah 53 orang
Menurut Surakhmad apabila populasi hanya mencapai 100 orang maka
sedikitnya diperlukan 50% dari populasi yang dijadikan sampel.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit maka disusunlah strategi
sebagai berikut :
a.
Setiap petugas harus memahami dan menghayati konsep dasar dan prinsip mutu
pelayanan rumah sakit sehingga dapat menerapkan langkah-langkah upaya
peningkatan mutu di masing-masing unit kerjanya.
b.
10
BAB VI
PENGORGANISASIAN
A.
Struktur Organisasi
Di lingkungan rumah sakit unit kerja mutu pelayanan berada langsung dibawah
pengendalian direktur rumah sakit. Seorang manajer, bertanggung jawab terhadap
pengelolaan seluruh mutu pelayanan dan resiko yang dilaksanakan di rumah sakit yang
juga mencakup Akreditasi rumah sakit dan mutu rumah sakit. Dalam melaksanakan tugas
analisa mutu, Manajer Mutu dibantu oleh staf mutu dan resiko klinis dan staf mutu dan
risiko manajerial, yang akan bekerja sama dengan semua unit kerja di rumah sakit.
Dalam pelaksanaan kegiatan mutu bagian dan atau bidang, Manajer mutu mendapatkan
laporan dari Tim Mutu yang dipimpin oleh seseorang yang ditunjuk oleh Manajemen
rumah sakit.
STRUKTUR ORGANISASI
RS HERMINA PALEMBANG
DIREKTUR
MANAJER
MUTU DAN RISIKO
URUSAN
MUTU
URUSAN
RISIKO
11
Komite Medik
Bidang Kerja
lainnya
Bagian Mutu
dan Risiko
Tim PPI
Keterangan :
1. Komite Medik : Bagian mutu dan Risiko bekerjasama dengan komite medik
menyusun mutu clinical pathway agar dapat dievaluasi dan mutu
yang dicapai dapat baik.
2. Tim PPI
: Bagian mutu dan Risiko bekerjasama dengan PPI untuk menyusun
mutu yang berhubungan dengan dengan infeksi diantaranya
persentase infeksi jsrum infus, dower kateter, kepatuhan cuci tangan
dan evaluasi cuci tangan.
3. TIM KPRS
:Tim mutu dan Risiko bekerjasama dengan tim KPRS untuk
menyusun mutu tentang insiden - insiden keselamatan pasien yang
terjadi.
4. Bidang lainnya : Tim mutu bekerjasama dengan bagian personalia, marketing,
keuangan, rumah tangga, bidang penunjang medis, pelayanan medis
serta keperawatan untuk menyusun mutu yang terjadi pada bagian
atau bidang tersebut
12
BAB VII
KEGIATAN
Kegiatan yang harus dilakukan berkaitan dengan peningkatan mutu dan keselamatan pasien
adalah:
1. Clinical Pathway. Clinical Pathway adalah konsep perencanaan pelayanan terpadu
yang
pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti dengan hasil yang terukur
dan dalam jangka waktu tertentu di rumah sakit. Rumah Sakit Hermina Palembang.
13
membuat Clinical Pathway minimal setiap tahun dengan proses penentuannya adalah
berdasarkan kasus terbanyak.
Tujuan Clinical Pathway adalah
a) Untuk standarisasi proses perawatan klinis,
b) Mengurangi risiko yang muncul dalam proses perawatan khususnya
berhubungan dengan langkah-langkah keputusan kritis,
a) Menyediakan perawatan klinis secara tepat waktu dan efektif dengan
sumber daya yang ada secara efisien,
b) Secara konsisten menyediakan perawatan bernutu tinggi dengan
menggunakan praktek-praktek yang sudah terbukti.
Clinical Pathway dibuat oleh masing-masing KSM dikoordinir oleh Manajer Yanmed.
Evaluasi Clinical Pathway dilakukan oleh komite medik dengan cara perbandingan
sebelum dan sesudah dilaksanakan Clinical Pathway. Hasil penerapan Clinical Pathway
dilaporkan kepada Tim Mutu Rumah Sakit.
2. Indikator Mutu
Pada proses pemilihan indikator, pimpinan memberikan prioritas pada proses-proses
utama yang kritikal, risiko tinggi dan cenderung bermasalah yang langsung terkait dengan
mutu asuhan dan keamanan lingkungan.
Pimpinan juga memasukkan Sasaran Keselamatan Pasien, Selain ini sebuah indikator
haruslah:
a.
b. Bersifat umum, yaitu indikator untuk situasi dan kelompok bukan untuk
perorangan.
c.
d.
Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih untuk
dimonitor
e.
a.
b.
c.
Indikator kinerja rumah sakit yang berhubungan dengan mutu (standar akreditasi rumah
sakit, kemkes- kars 2011)
Indikator dengan area klinis:
1.
Assesment pasien
2.
3.
Pelayanan laboratorium
4.
Prosedur operasi
5.
6.
7.
8.
9.
Indikator rumah sakit yang berhubungan dengan keselamatan pasien (standar akreditasi
rumah sakit, kemkes- kars 2011)
Indikator Sasaran Keselamatan Pasien :
15
2.
3.
4.
5.
kerja dan berdasarkan hasil akar masalah, Tim KPRS merekomendasikan solusi
pemecahan masalah dan hasil solusi pemecahan masalah kepada pimpinan rumah
sakit.Setiap bulan dilaporkan ke Ketua KPRS. Pimpinan rumah sakit melaporkan
insiden dan hasil solusi ke masalah ke Tim KPRS Rumah Sakit
Hermina
MANAJEMEN RISIKO
17
Risiko manajemen
1337 yang menyatakan: Suatu sebab adalah terlarang, apabila dilarang oleh
Undang-Undang atau apabila berlawanan dengan kesusilaan atau ketertiban umum.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia evaluasi diartikan sebagai upaya penilaian
secara teknis untuk memperoleh gambaran umum suatu masalah.
Yang dimaksud evaluasi perjanjian rumah sakit dengan pihak ketiga adalah penilaian
terhadap perjanjian pada suatu Instansi rumah sakit dengan pihak ketiga untuk
mendapatkan gambaran umum mengenai:
Ketaatan terhadap peraturan per Undang-Undangan (compliance);
Nilai tambah ekonomi bagi rumah sakit (Economic Value Added);
Pertimbangan manajemen (Management Discretions).
Evaluasi kontrak termasuk juga dengan calon karyawan. Calon karyawan kontrak
yang direkrut harus memenuhi kualifikasi dan kompetensi sesuai dengan persyaratan
pekerjaan yang telah ditentukan. Setiap periode kontrak bulan ke-6 dan ke-9
dilakukan evaluasi menggunakan tools kompetensi
5. Diklat PMKP
Program pelatihan tentang mutu diberikan dalam 3 kelompok yaitu, kelompok Direksi
dan Manajerial rumah sakit, Penanggung Jawab mutu unit dan seluruh karyawan
dalam diklat orientasi karyawan yang dalam pekerjaan rutinnya berhubungan dengan
mutu.
Pelatihan untuk seluruh karyawan rumah sakit bertujuan untuk memperkenalkan
konsep-konsep mutu rumah sakit serta program mutu rumah sakit dan unit yang
umum kepada seluruh staf.
Pelatihan untuk penanggung jawab mutu unit yang dalam pekerjaan rutinnya
berhubungan dengan mutu disesuaikan dengan kebutuhan tim berupa analisa data
dengan metode stastistik sederhana. Pelatihan diberikan ke pada tim oleh tenaga
profesioanal dari luar Rumah Sakit yang mempunyai pengetahuan luas terhadap
mutu rumah sakit.
BAB VIII
METODE
19
Standar
Pemecahan masalah
dan peningkatan
Standar
Gambar 8. 1. Siklus dan Proses Peningkatan PDCA
subyektivitas dan pengambilan keputusan yang terlalu cepat serta keputusan yang
bersifat emosional. Selain itu, untuk memudahkan identifikasi masalah yang akan
dipecahkan dan sebagai patokan perbaikan selanjutnya perusahaan harus menetapkan
standar pelayanan.
Hubungan pengendalian kualitas pelayanan dengan peningkatan perbaikan
berdasarkan siklus P-D-C-A (Relationship between Control and Improvement under PD-C-A Cycle) diperlihatkan dalam gambar 8.2
20
Plan
Do
Check
Action
Follow-up
Corrective
Action
Improvement
Gambar 8.2 Relationship Between Control and Improvement Under P-D-C-A Cycle
Pengendalian kualitas berdasarkan siklus P-D-C-A hanya dapat berfungsi jika sistem
informasi berjalan dengan baik dan siklus tersebut dapat dijabarkan dalam enam
langkah seperti diperlihatkan dalam Gambar 7.3.
Action
(6)
Mengambil
tindakan
yang tepat
(1)
Menentukan
Tujuan dan sasaran
(2)
Menetapkan
Metode untuk
Mencapai tujuan
Menyelenggarakan
Pendidikan dan
latihan
(3)
(5)
Memeriksa akibat
pelaksanaan
Check
Plan
(4)
Melaksanakan
pekerjaan
Do
Keenam langkah P-D-C-A yang terdapat dalam gambar 8.3. di atas dapat
dijelaskan sebagai berikut :
21
Tujuan dan sasaran yang akan dicapai didasarkan pada kebijakan yang ditetapkan.
Penetapan sasaran tersebut ditentukan oleh Direktur Rumah Sakit. Penetapan
sasaran didasarkan pada data pendukung dan analisis informasi.
Sasaran ditetapkan secara konkret dalam bentuk angka, harus pula diungkapkan
dengan maksud tertentu dan disebarkan kepada semua karyawan. Semakin rendah
tingkat karyawan yang hendak dicapai oleh penyebaran kebijakan dan tujuan,
semakin rinci informasi.
b. Langkah 2. Menentukan metode untuk mencapai tujuan Plan
Penetapan tujuan dan sasaran dengan tepat belum tentu akan berhasil dicapai tanpa
disertai metode yang tepat untuk mencapainya. Metode yang ditetapkan harus
rasional, berlaku untuk semua karyawan dan tidak menyulitkan karyawan untuk
menggunakannya. Oleh karena itu dalam menetapkan metode yang akan digunakan
perlu pula diikuti dengan penetapan standar kerja yang dapat diterima dan
dimengerti oleh semua karyawan.
c. Langkah 3. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan Do
Metode untuk mencapai tujuan yang dibuat dalam bentuk standar kerja. Agar dapat
dipahami oleh petugas terkait, dilakukan program pelatihan para karyawan untuk
memahami standar kerja dan program yang ditetapkan.
d. Langkah 4. Melaksanakan pekerjaan Do
Dalam pelaksanaan pekerjaan, selalu terkait dengan kondisi yang dihadapi dan
standar kerja mungkin tidak dapat mengikuti kondisi yang selalu dapat berubah.
Oleh karena itu, ketrampilan dan pengalaman para karyawan dapat dijadikan modal
dasar untuk mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan karena
ketidaksempurnaan standar kerja yang telah ditetapkan.
e. Langkah 5: Memeriksa akibat pelaksanaan Check
Manajer atau atasan perlu memeriksa apakah pekerjaan dilaksanakan dengan baik
atau tidak. Jika segala sesuatu telah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan
mengikuti standar kerja, tidak berarti pemeriksaan dapat diabaikan. Hal yang harus
disampaikan kepada karyawan adalah atas dasar apa pemeriksaan itu dilakukan.
22
penyimpangan
merupakan
konsepsi
yang
penting
dalam
24
BAB IX
PENCATATAN DAN PELAPORAN
a.
Penanggung Jawab
Penanggung jawab mutu RS Hermina Palembang adalah direktur
b.
Indikator Mutu
-
Setiap tahun mutu akan dievaluasi, bila belum mencapai standar akan
diteruskan, dan bila telah mencapai standar akan digantikan dengan indikator
yang lain.
c.
Pengumpulan Data :
Pengumpulan data dilakukan oleh masing-masing unit atau bagian sesuai
dengan kebutuhan. Sedangkan frekuensi pengumpulan data tergantung kepada
kegiatan atau bidang yang diukur dengan mempertimbangkan jumlah data.
d.
Verifikasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Verifikasi adalah pemeriksaan
tentang kebenaran laporan, pernyataan, perhitungan uang, dan sebagainya. Di
dalam Standar Akreditasi
Rumah
Indonesia,
pemeriksaan
pelayanan kesehatan/kedokteran,
Sakit
oleh
Kementerian
Republik
e.
Validasi Data
Validasi adalah alat penting untuk memahami mutu dari data dan
untuk menetapkan tingkat kepercayaan (confidence level) para pengambil
keputusan terhadap data itu sendiri, dan salah satu langkah dalam proses
menetapkan prioritas penilaian, memilih apa yang harus dinilai, memilih
dan mengetes indikator, mengumpulkan data, dan menggunakan data
25
untuk peningkatan.
Validasi data menjadi sangat penting:
Menerapkan indikator baru khususnya, indikator klinis yang dimaksudkan
untuk membantu rumah sakit melakukan evaluasi dan meningkatkan
proses atau hasil klinis yang penting.
Agar diketahui publik, data dimuat di web site rumah sakit atau dengan
cara lain.
Perubahan terhadap indikator yang ada, seperti cara pengumpulan
data diubah atau diproses abstraksi data, atau abstraktor diganti,
Data yang berasal dari indikator yang ada telah diubah tanpa ada penjelasan.
Sumber data telah diubah, seperti kalau sebagian dari rekam medis
pasien digantikan dengan format elektronik sehingga sumber data
sekarang berupa kertas maupun elektronik.
Rumah sakit mengintegrasikan kegiatan validasi data kedalam proses
manajemen mutu dan proses peningkatan. Maksud dan tujuan dari proses
validasi data secara internal harus memasukkan elemen elemen penting yang
terpercaya mencakup sebagai berikut :
a) Mengumpulkan ulang data oleh orang kedua yang tidak terlibat dalam
pengumpulan data sebelumnya
b) Menggunakan sample statistik sahih dari catatan, kasus dan data lain.
Sample 100 % dibutuhkan hanya jika jumlah pencatatan, kasus atau data
lainnya sangat kecil jumlahnya.
c) Membandingkan data asli dengan data yang dikumpulkan ulang
d) Kalkulasi akurasi dengan membagi jumlah elemen data yang ditemukan
dengan total jumlah data elemen dikalikan dengan 100. Tingkat akurasi
90 % adalah patokan yang baik.
e) Jika elemen data yang diketemukan ternyata tidak sama, dengan
catatan alasannya (misalnya data tidak jelas definisinya) dan dilakukan
tindakan koreksi.
f)
26
f.
Analisa Data :
Analisa data dapat dilakukan 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan atau 1 tahun tergantung
kepada kegiatan atau bidang yang diukur.
Proses analisis data dilakukan dengan perbandingan internal antara satu
periode ke periode selanjutnya, perbandingan antara Rumah Sakit, atau
dengan standar standar ilmiah yang ada.
Tujuan analisis data adalah untuk membantu RS hermina Palembang.
memahami perubahan dan penyebab perubahan yang tidak diinginkan dan
membantu memfokuskan upaya perbaikan.
g.
Laporan
Untuk laporan terdiri atas :
1). Laporan Indikator area klinis
a) Disusun oleh staf standar mutu dan Risiko klinis dan disampaikan ke
manajer mutu dan Risiko untuk dikoreksi serta dibuatkan analisa dan
saran untuk perbaikan
b) Manajer mutu dan Risiko menyampaikan laporan yang telah dikoreksi
tersebut ke Wakil Direktur Medis untuk diketahui dan mendapat
persetujuan selanjutnya diserahkan kepada Direktur rumah sakit.
2.) Laporan Indikator area manajerial
a) Disusun oleh staf standar mutu dan Risiko dan disampaikan ke manager
mutu dan Risiko untuk dikoreksi serta dibuatkan analisa dan saran untuk
perbaikan
b) Manajer mutu dan Risiko menyampaikan laporan yang telah dikoreksi
tersebut ke Wakil Direktur Umum untuk diketahui dan mendapat
persetujuan selanjutnya diserahkan kepada Direktur rumah sakit.
-
Laporan tersebut disusun dalam format laporan Mutu yang telah ditentukan
Direktur rumah sakit beserta manajer/staf memimpin rapat mutu setiap bulan
dan membahas hasil evaluasi dan penilaian indikator mutu serta menentukan
prioritas indikator mutu yang akan diperbaiki.
27
Rapat staf.
Surat menyurat berupa hardcopy dan softcopy yang mudah dibaca karyawan
dan staf medis yang diberikan per tiga bulan.
Informasi yang diberikan kepada staf dan staf medis berisikan program
perbaikan mutu yang baru, sasaran keselamatan pasien, maupun pencapaian
program perbaikan mutu di RS Hermina Palembang..
28
BAB X
EVALUASI DAN TINDAK LANJUT
Memantau
pelaksanaan
peningkatan
mutu
dan
keselamatan
pasien
di
bagian/bidang terkait dilakukan oleh petugas survey yang ditunjuk dengan cara cross
audit. Peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang dievaluasi adalah peningkatan mutu
dan keselamatan pasien yang telah disusun dan ditetapkan minimal 2 (dua) tahun
sebelum pelaksanaan evaluasi dan telah dilaksanakan 1 (satu) tahun sebelum di evaluasi.
Rekomendasi digunakan sebagai bahan masukan untuk peningkatan kinerja masingmasing bagian/ bidang dalam mengimplementasikan peningkatan mutu dan keselamatan
pasien.
Evaluasi laporan Program PMKP dibahas dalam rapat mutu yang dipimpin oleh direktur
setiap triwulan yaitu mengenai evaluasi pelaksanaan kegiatan, hambatan serta analisa dan
saran perbaikan untuk mencapai sasaran.
Setelah dilakukan analisa setiap 3 bulan melalui metode statistik sederhana dengan
membandingkan dengan diri sendiri dalam waktu tertentu, seperti dari bulan ke bulan atau
satu tahun ke tahun berikutnya, dengan rumah sakit lain, membandingkan dengan standar,
seperti standar ditetapkan oleh badan akreditasi, ikatan profesional atau menggunakan
ketentuan yang ditetapkan dalam undang-undang atau peraturan dan membandingkan
dengan praktek-praktek yang baik oleh Manajer Mutu dan Risiko menjadi informasi maka
informasi tersebut dibuat laporan tentang informasi peningkatan mutu dan keselamatan
pasien disertai dengan usul dan saran ke Direktur rumah sakit untuk mendapatkan
persetujuan.
Laporan yang telah disetujui oleh Direktur rumah sakit diajukan ke Pemilik rumah
sakit, Setiap
akhir
tahun
Direktur
bersama
akan
mengevaluasi
29
BAB XI
PENUTUP
Demikian Pedoman Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien RS Hermina
Palembang untuk dapat dipergunakan dan dijalankan oleh
RS Hermina Palembang
30