You are on page 1of 7

Transfusi Darah dan Infus Cairan

TRANSFUSI DARAH
Kemajusn teknologi memungkinksn suatu unit darah utuh dipisah menjadi
berbagai komponen. Dengan demikian, masing-masing unit darah pendonor
dapat menghasilkan eritrosit (sel darah merah, atau Red Blood Cells), trombosit
pekat (thrombocyte concentrate), kriopresipitat, dan plasma segar beku (Fresh
Frozen Plasma). Kemajuan penggunaan komponen darah telat membuat
frekuensi seluruh kebutuhan transfusi darah berkurang. Lebih lanjut, penggunaan
komponen darah membantu mengawetkan sumber darah karena bermacammacam komponen dari satu unit darah pendonor bisa dipakai untuk beberapa
pasien. Tabel di bawah memperlihatkan komponen darah yang digunakan secara
luas.
Tabel
Produk

Kandungan

Indikasi

yang

Sel darah merah

Sel darah merah

Tepat
Menigkatkan daya
angkut
pada

perempuan

Untuk

Trombosit pekat

trombosit

penyembuhan luka

sekunder

Pada pasien dengan

atau

immune

mencegah

yang thrombocytopenic
dengan

faktor pembekuan

purpura

(kecuali

penurunan

jumlah

atau

fungsi mengancam jiwa)

trombosit
faktor-

kesehatan

darah
Untuk mengontrol

terkait

Plasma,

Memperbaiki

kehilangan

perdarahan

Plasma segar beku

menambah

Meningkatkan

hipotensi

ortostatik
karena

Tepat
Untuk

oksigen volume intravaskular

dengan anemia

Indikasi yang Tidak

perdarahan

Untuk

meningkatkan

Profilaksis

tranfusi
Untuk

yang
pada

menambah

volume intravaskular

jumlah

faktor

Sebagai

pembekuan

pada tambahan

pasien

yang

Profilaksis

nutrisi
pada

menunjukkan
Kriopresipitat

Faktor I, V, VIII,

kekurangan

XIII,

meningkatkan

faktor

von

Willebrand,

jumlah

fibronectin

pembekuan
pasien

transfusi masif
Untuk

Profilaksis

transfusi masif
faktor
pasien

kekurangan

fibrinogen,

faktor

VIII, XIII, fibronectin,


atau von Willebrand
Pemberian
Mengidentifikasi secara benar setiap unit darah adalah sangat penting. Dokter
dan perawat harus bersungguh-sungguh saat mengidentifikasi produk darah
ketika akan memulai transfusi. Dan harus dicek setiap unit sebelum dilakukan
tranfusi. Semua produk darah harus melalui suatu filter untuk mengeluarkan
debris. Hanya salin normal (NaCL 0,9%) yang bisa diinfus melalui jalur yang
sama dengan darah atau komponen-komponen darah. Obat-obatan jangan
ditambahkan pada sebuah unit darah atau produk darah karena akan sulit untuk
mengrtahui jika reaksi muncul apakah berkaitan dengan obat atau transfusi.
Dengan demikian, jika transdusi dihentikan, pasien tidak akan menerima dosis
obat dan transfusi secara penuh.
Komponen Komponen
Eritrosit
Eritrosit tersedia dalam bentuk sel darah merah atau darah lengkap. Transfusi sel
darah merah tetap dilakukan ketika tingkat Hb adalah 7-10 g/dl, pada kondisi:
1. terjadi perdarahan terus-menerus
2. terdapat tanda-tanda penurunan daya angkut oksigen (paru-paru kronis atau
penyakit kardiovaskular) selama pembedahan.
3. menurunnya eritropoiesis, atau
4. ketika transfusi autologous akan digunakan. Setiap unit sel darah merah yang
di transfusi akan meningkatkan hemoglobin +- 1 g/dl (dan meningkatkan
hematokrit 1-3 %) pada seorang perempuan dengan berat badan 70 kg.
Sel darah merah dimampatkan (packed red blood cell) yang dikombinasi
dengan cairan kristaloid (salin normal, ringer laktat, atau ringer asetat) dapat
diberikan sebagai pengganti darah lengkap pada hampir semua jenis renjatan

pada

perdarahan. Sel darah merah dimampatkan adalah pengobatan terpilih untuk


perdarahan akut. Ketika jumlah kehilangan darah melebihi 25% dari volume
darah, adalah tepat jika memberikan darah lengkap. Sel darah merah
dimampatkan dan darah lengkap disiapkan di dalam volume 200-250 ml dan 450
ml, yang berisi bahan pengawet citrate-phospate-dextrose (umur simpan 25-35
hari) atau citrate-phospate-dextrose adenine-1 (umur simpan 35 hari). Bisa jadi
menguntungkan untuk membekukan eritrosit jika tipe darah jarang tersedia atau
pemberian autologous akan diperlukan dalam unit yang banyak. Pembekuan
eritrosit dilakukan dengan menambahkan gliserol ke dalam darah yang berumur
kurang dari 5 hari. Sel darah merah dimampatkan itu kemudian dibekukan dan
disimpan pada suhu -80 derajat celcius selama 3 tahun. Karena membutuhkan
waktu untuk mencairkan dan membersihkan sel-sel yang membeku, produk ini
tidak tersedia di ruang gawat darurat.
Trombosit Pekat
Transfusi

trombosit

diberikan

untuk

mengontrol

atau

mencegah

perdarahan yang berhubungan dengan kekurangan jumlah atau fungsi trombosit.


Transfusi trombosit yang bersifat profilaksis bisa diberikan untuk perempuan
dengan trombosit kurang dari 20.000/mm3. Ketika jumlah trombosit lebih besar
dari 50.000/mm3 dan tindakan bedah berencana, transfusi profilaksis menjadi
tidak bermanfaat, kecuali jika ada perdarahan sistemik atau perdarahan karena
gangguan pembekuan darah, sepsis, atau kelainan fungsi trombosit yang
berhubungan dengan obat atau penyakit.
Transfusi trombosit seharusnya tidak digunakan untuk profilaksis pada
transfusi darah masif. Transfusi masif adalah penggantian dari satu atau lebih
volume darah selama 24 jam (10 unit pada orang dengan berat 70 kg). Uji waktu
protrombin, waktu parsial tromboplastin, dan waktu trombin perlu dilakukan
setelah pemberian 5-10 unit darah. Komponen-komponen tambahan harus
dipesan atas dasar nilai-nilai pengamatan.
Plasma Segar Beku
Plasma segar beku hanya dapat diberikan ketika pasien sudah menunjukkan
kekurangan faktor pembekuan atau ketika suatu konsentrat faktor yang spesifik
tidak tersedia. Plasma segar beku disiapkan dalam volume 200-250 ml; tiap-tiap
unit berisi satu unit faktor pembekuan dan akan meningkatkan setiap faktor
pembekuan sebanyak 2-3% pada perempuan dengan berat badan 70 kg. Dosis
awal yang umum adalah dua kantong plasma segar beku. Plasma segar beku

digunakan pada saat kehilangan darah masif ketika laboratorium untuk


pemeriksaan koagulasi tidak tersedia.
Kriopresipitat
Kriopresipitat didapat dari plasma segar beku yang dikonsentrasikan ke dalam
suatu volume 10-15 ml. Presipitat tersebut terdiri atas faktor-faktor VIII, von
Willebrand, fibrinogen, XIII, dan fibronektin, digunakan untuk mengobati
kekurangan akan salah satu faktor tersebut. Untuk hipofibrinogenemia, satu
dosis kantong kriopresipitat per 5 kg berat badan akan mengakibatkan kadar
fibrinogen di atas 100 mg/dl. Untuk penyakit von Willebrand, dosis pengobatan
standar adalah satu kantong kriopresipitat per 10kg berat badan sehari-hari.
Seperti halnya plasma segar beku, jangan digunakan sebagai profilaksis pada
transfusi darah masif.
Efek yang Tidak Diinginkan
Infeksi, aloimunisasi, dan reaksi transfusi adalah komplikasi utama yang
dihubungkan dengan tranfusi komponen-komponen darah. Seperti pada tabel
berikut.
Tabel
Komplikasi
Risiko/Unit Transfusi
Infeksi
Hepatitis B
1 : 50.000
Hepatitis C
1 : 3.300
HIV -1,-2
1 : 150.000 1 : 1.000.000
HTLV I, -II
1 : 50.000
Reaksi transfusi fatal
1 : 100.000
*HIV = human immunodeficiency virus ; HTLV: human T cell-lymphotropic virus
Ada korelasi bermakna antara resiko, jumlah unit transfusi, dan lokasi greografis
pendonor. Walaupun HIV dan hepatitis menjadi pusat perhatian terbesr, infeksi
sitomegalovirus merupakan suatu ancaman berarti terhadap individu yang
kekebalan tubuhnya terganggu. Oleh karena status kekebalan janin, darah yang
tidak mengandung sitomegalovirus harus digunakan untuk semua transfusi ibu
yang masih ada janinnya. Sebagai tambahan efek samping lain adalah reaksi
alergi, febrile, dan kelebihan volume.
Kebanyakan reaksi hemolitik akut bersifat sekunder terhadap ketidakcocokan
ABO, yang menuntun ke arah terjadinya hemolisis intravaskular. Reaksi demam
nonhemolitik biasanya karena antibodi penerima terserang antigen leukosit dan
trombosit donor. Kebanyakan pasien bereaksi positif terhadap pengobatan

antipiretik, tetapi penggunaan komponen darah yang rendah leukosit diperlukan


jika reaksi-reaksi demam terjadi kembali.
Penggunaan Darah Autologous
Transfusi Autologous adalah pengumpulan dan penuangan kembali darah
pasien sendiri. Sejak kebanyakan prosedur pembedahan berencana tidak
mengakibatkan kehilangan darah dalam jumlah yang besar, tidak semua pasien
perlu penanganan transfusi autologous. Tiga teknik transfusi autologous yang
ada

adalah

pengambilan

darah

autologous

sebelum

pembedahan,

menyelamatkan darah pada saat pembedahan berlangsung, dan hemodilusi


normovolemik akut.
Pengambilan Darah Autologous Sebelum Pembedahan
Jika pasien memerlukan transfusi selama atau setelah pembedahan atau
persalinan, pengambilan darah sebelum pembedahan perlu dilakukan. Darah
harus diambil selambat-lambatnya 2 minggu sebelum pembedahan atau
persalinan, dan pasien harus mempunyai sel darah merah yang cukup (Hb 11
g/dl atau lebih atau Ht 34% atau lebih). Beberapa penelitian sudah menunjukkan
amannya pengambilan darah autologous selama kehamilan. Plasenta previa
adalah suatu kondisi dimana donasi autologous mungkin saja sesuai. Kriteria
minimum untuk pengambilan darah autologous adalah Hb 11 g/dl dan Ht 34%.
Indikasi untuk transfusi autologous adalah sama dengan transfusi sel darah
merah.
Penyelamatan Darah pada Saat Pembedahan Berlangsung
Penyelamatan darah pada saat pembedahan berlangsung adalah pengumpulan
dan penuangan kembali secara steril darah yang keluar akibat pembedahan.
Kontraindikasi termasuk infeksi dan kontaminasi dengan sel ganas. Apakah
prosedur ini aman untuk penyelamatan pada saat pembedahan seperti pada
perdarahan kehamilan ektopik terganggu dan bedah sesar, belum ada jawaban
yang pasti.
Homodilusi Normovolemik Akut
Homodilusi normovolemik akut adalah mengambil darah dengan segera sebelum
atau setelah induksi anestesi. Cairan kristaloid diberikan secara simulan untuk
memelihara normovolemia. Pada akhir pembedahan, sel darah merah pasien
ditransfusikan kembali. Karena selama pembedahan pasien mempunyai Ht yang
lebih rendah, sel darah merah sedikit hilang. Penelitian-penelitian tambahan
diperlukan untuk membuktikan keselamatan dan keuntungan prosedur tersebut.

Ringkasan
Transfusi darah saat ini menggunakan komponen darah sebagai metode dasar
untuk sebagian besar kebutuhan transfusi sehingga penggunaan darah yang
utuh jarang dilakukan. Dengan memberikan hanya komponen spesifik yang
diperlukan, terapi komponen darah biasanya memberikan hasil yang lebih baik
dan aman. Karena produk darah hanya sedikit tersedia dan kebanyakan
mempunyai resiko, petunjuk kesehatan untuk penggunaan setiap komponen
harus diikuti dengan baik. Ketika kehilangan darah dapat diantisipasi, dapat
diberikan kristaloid atau koloid untuk mempertahankan perfusi yang adekuat.
Metode lain predonasi autologous dapat dipertimbangkan dan dibahas dengan
pasien.
INFUS CAIRAN
Penatalaksanaan Pemberian Cairan pada Persalinan
Pemberian cairan intravena pada persalinan tidak rutin karena ibu dapat minum
bebas per oral kecuali jika ibu akan mendapatkan pelayanan bebas nyeri
persalinan. Bila persalinan bebas nyeri berlangsung lama, untuk mencegah
dehidrasi pemberian kombinasi glukosa, natrium, dan air, efektif dalam
mencegah dehidrasi dan asidosis. Pemberian glukosa harus dibatasi kurang dari
30 gram/jam karena berhubungan dengan hiponatremia dan asidosis laktat ibu,
hipoglikemia, dan hiponatremia neonatus.
Penatalaksanaan Pemberian Cairan pada Analgesia Persalinan
Pemberian anestetik lokal, bisa dikombinasi dengan opioid atau ajuvan seperti
kloridin melalui teknik epidural, intratekal maupun kombinasi spinal-epidural
adalah teknik terpilih untuk analgesia persalinan. Dengan diketemukannya dosis
enastetik lokal minimal yang masih memberi analgesia yang adekuat, angka
kekerapan dan derajat hipotensi menurun. Demikian juga pemberian cairan
sebelum analgesia persalinan kerap tidak diperlukan lagi untuk ibu sehat.
Penatalaksanaan Pemberian Cairan pada Bedah Sesar
Dahulu hipotensi yang terjadi akibat spinal atau epidural diyakini bisa dikurangi
atau bhakan dicegah dengan prehidrasi adekuat dan left uterine displacement.
Namun, pada kenyataannya angka kekerapan hipotensi adalah sebesar 33%
sampai 100% untuk ibu yang mendapat prehidrasi kristaloid dan 5% sampai
63,3% untuk koloid tetap terjadi. Pemberian kristaloid secara cepat pada saat
spinal atau epidural yang dikombinasi dengan vasopresor fenilefrin secara infus

memberi hasil yang memuaskan, karena angka kekerapan ataupun derajat


hipotensi menurun secara bermakna.
Penatalaksanaan Pemberian Cairan pada Preeklampsia
Karakteristik pasien preeklamsia adalah:
1. isi intravaskular berkurang dengan tekanan vena sentral dan tekanan baji paru
rendah
2. permeabilitas kapiler meningkat
Bila terjadi oliguria, hal tersebut menandakan sudah terjadi hipovolemia
yang lanjut atau insufisiensi ginjal. Gejala ini tidak jarang dijumpai dan harus
dievaluasi dengan hati-hati. Pemberian 250 sampai 500 ml kristaloid bermanfaat,
karena dapat mnurunkan tahanan pembuluh darah perifer dan tekanan darah
sismetik, mengurangi kelebihan cairan ekstrasel, dan mengurangi vasospasme.
Jumlah cairan per hari yang optimal untuk pasien preeklampsia, masih
kontroversial. Jumlah urin 0,5 ml/kgBB/ jam merupakan gol yang harus dicapai
pada pasien oliguria.

You might also like