Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Akhmad Hudan Eka Prayogo
NIM : 1110103000011
Dengan
1.
ini
Laporan penelitian
ini
2.
Syarif
Hidayatullah Jakarta.
a
.).
Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan clari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayarullah Jakarta.
ilt
DI PUSKESMAS PAMULANG
KOTA TANGERANG SELATAN PROVINSI BAi..{TEN PERIODE
JANUARI 2OI2 - JANUARI2Ol3
Laporan Penelitian
Oleh
NIM: 1110103000011
Pembimbing
Pembimbing 2
d,t-o*r
dr. Mukhtar Ikhsan,
,lo*r,
Spp (K)
Ze1:Hanryati M.Biomed
JAKARTA
1433Ht20I2NI
IV
TUBERKULOSIS PARU
DI PUSKESMAS PAMULANG
KOTA
JANUARI 2013 yang diajukan oleh Akhmad Hudan Eka Prayogo (NIM:
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Prograrn
Studi Pendidikan Dokter.
Jakada, 13 September 2073
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang
Pembimbing
Pembimbing 2
0,*r*',r
4Lom+
J,.
Penguji
4*
_4,1b
PIMPINAN FAKULTAS
'(r,
-)
Tadjudin, SpAnd
dr.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
nikmat yang telah diberikan, yang mengizinkan penulis untuk belajar hingga tepat
pada waktunya penulis harus menuliskan laporan penelitian ini. Penulis
menyadari, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka penelitian ini
tidak akan pernah terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1.
2.
dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter atas bimbingan yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan
di PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
3.
dr. Mukhtar Ikhsan, SpP (K), MARS selaku pembimbing 1 yang telah banyak
mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam
melakukan penelitian dan menyusun laporan penelitian ini.
4.
5.
drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggung jawab modul Riset
yang tidak pernah lelah selalu mengingatkan penulis untuk segera
menyelesaikan penelitian.
6.
Kepala puskesmang Pamulang dan segenap staf yang telah memberikan izin
untuk melakukan penelitian di puskesmas Pamulang.
7.
8.
vi
9.
Ayah H. Maskur dan ibunda Rodliyah selaku orang tua kandung penulis,
terima kasih atas limpahan kasih sayang yang telah diberikan, pengorbanan
tanpa pamrih dan doa-doa panjang yang selalu dipanjatkan. Terimakasih atas
segala kebaikan dan pelajaran hidup yang luar biasa hingga kini penulis telah
beranjak dewasa.
10. Silfi Fatma Hudaya yang telah membantu atas kelangsungan penelitian saya.
11. Twinda Rizky Yundriana selaku kekasih yang selalu memotivasi, membantu,
dan mendukung kelangsungan jalannya riset.
12. Teman teman band HEZIKO seperjuangan yang selalu memotivasi saya
dalam berlangsungnya riset ini, serta dalam bermusik.
13. Teman teman kelompok 2 riset diantaranya Naufal F, Nilam Fajarwati,
Nurazmina Alwi, Fithriyah.
14. Teman teman sejawat PSPD 2010 yang selalu memotivasi dan
menyemangati setiap langkah menjadi dokter muslim.
15. Teman teman RDM (Rumah Dokter Muslim) yang selalu mendukung
kelangsungan riset.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan.Demikian laporan penelitian ini penulis susun, semoga bermanfaat bagi
kemajuan ilmu pengetahuan. Dan semoga Allah SWT berkenan memasukkannya
sebagai amal jariyah di Akhirat kelak. Amiin.
Ciputat, 5 September 2013
Penulis
vii
ABSTRAK
Akhmad Hudan Eka Prayogo. Program Studi Pendidikan Dokter. Faktorfaktor yang mempengaruhi kepatuhan minum obat anti Tuberkulosis pada
pasien Tuberkulosis Paru di Puskemas Pamulang Tangerang Selatan
Provinsi Banten periode Januari 2012 Januari 2013.
Menurut WHO tahun 2011 Indonesia merupakan negara dengan penderita
tuberkulosis paru terbanyak nomor 3 di dunia dengan angka kejadian 100 299
per 100.00 populasi. Pengobatan Tuberkulosis Paru rentan untuk terjadi drop out
(putus obat) yang disebabkan beberapa faktor, salah satunya kepatuhan minum
obat anti tuberkulosis. Hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2010
menunjukkan 19,3% penderita TB paru di Indonesia tidak patuh dalam minum
obat anti tuberkulosis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis pada Pasien
Tuberkulosis Paru. Setelah dilakukan seleksi di dapatkan 167 responden
kemudian dilakukan metode random sampling sehingga didapatkan 82 responden.
Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna pada beberapa
variabel diantaranya pendidikan terakhir (p = 0,021), pengetahuan (p = 0,00),
penghasilan (p = 0,00) dan jarak tempuh dengan tempat pelayanan kesehatan
(0,031) dengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis pada pasien TB paru.
Kata kunci
Obat.
viii
DAFTAR ISI
i
ii
iii
iv
v
vii
ix
xi
xii
1
3
3
3
3
4
4
4
4
5
5
5
6
7
7
7
7
9
9
10
10
10
11
12
13
13
13
14
ix
14
14
15
16
17
17
17
18
22
22
26
26
26
26
26
26
26
27
27
31
31
31
39
38
41
42
43
44
45
46
47
49
50
51
47
51
51
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Dosis OAT lini pertama ............................... ..................................
Tabel 2.2 Penggolongan OAT..........................................................................
Tabel 4.1. 1 Hubungan Pendidikan Terakhir dengan Kepatuhan Minum Obat
Anti Tuberkulosis pada Pasien TB Paru di Puskesmas Pamulang
periode Januari 2012 sampai dengan Januari 2013.........................
Tabel 4.2.2 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan Minum Obat
Anti Tuberkulosis pada Pasien TB Paru di Puskesmas Pamulang
periode Januari 2012 sampai dengan Januari 2013..........................
Tabel 4.2.3 Hubungan Pekerjaan dengan Kepatuhan Minum Obat Anti
Tuberkulosis pada Pasien TB Paru di Puskesmas Pamulang
periode Januari 2012 sampai dengan Januari 2013..........................
Tabel 4.2.4 Hubungan Penghasilan dengan Kepatuhan Minum Obat Anti
Tuberkulosis pada Pasien TB Paru di Puskesmas Pamulang
periode Januari 2012 sampai dengan Januari 2013..........................
Tabel 4.2.5 Hubungan Sikap Petugas Kesehatan dengan Kepatuhan Minum
Obat Anti Tuberkulosis pada Pasien TB Paru di Puskesmas
Pamulang periode Januari 2012 sampai dengan Januari 2013.........
Tabel 4.2.6 Hubungan Motivasi dengan Kepatuhan Minum Obat Anti
Tuberkulosis pada Pasien TB Paru di Puskesmas Pamulang
periode Januari 2012 sampai dengan Januari 2013.........................
Tabel 4.2.7 Hubungan Sikap Pasien dengan Kepatuhan Minum Obat Anti
Tuberkulosis pada Pasien TB Paru di Puskesmas Pamulang
periode Januari 2012 sampai dengan Januari 2013..........................
Tabel 4.2.8 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat
Anti Tuberkulosis pada Pasien TB Paru di Puskesmas Pamulang
periode Januari 2012 sampai dengan Januari 2013..........................
Tabel 4.2.9 Hubungan Jarak Menuju Fasilitas Kesehatan dengan Kepatuhan
Minum Obat Anti Tuberkulosis pada Pasien TB Paru di
Puskesmas Pamulang periode Januari 2012 sampai dengan
Januari2013......................................................................................
10
11
36
37
38
39
40
41
42
43
44
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Alur Diagnosis TB paru ..............................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah suatu penyakit infeksi paru kronik
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sudah sangat
lama dikenal oleh masyarakat.1Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia
telah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis.1
Data statistik diperkirakan hampir 75 % orang yang terinfeksi TB
dalam rentang usia produktif (15-50 tahun). Pada tahun 1995, sekitar 9 juta
orang terinfeksi TB paru dan 3 juta orang meninggal akibat TB. Penyakit TB
paru tidak hanya menyerang paru tetapi juga bisa menyerang organ lainnya.
Kejadian ini lebih sering terjadi di negara berkembang.2
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2011,
Indonesia berada pada urutan ke-3 dunia sebagai negara dengan penderita
penyakit tuberkulosis,
kebijakan
dalam
penanggulangan
tuberkulosis
melalui
dimana
sejalan
penyakit
TB
paru
salah
satunya
disebabkan
oleh
faktor-faktor
yang
ketidakpatuhan penderita.4
Oleh
karena
mempengaruhi
itu,
penulis
ingin
meneliti
tuberkulosis paru.
1.2.
Rumusan Masalah
Apa saja faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum obat anti
tuberkulosis ?
1.3.
Tujuan
1.4.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam
minum obat anti tuberkulosis pada pasien tuberkulosis.
1.4.2. Tujuan Khusus
1.4.
Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat bagi peneliti
- Untuk meningkatkan pengetahuan tentang manfaat kepatuhan
minum obat anti tuberkulosis.
- Sebagai pengalaman dalam melakukan penelitian terutama dalam
bidang kesehatan.
- Sebagai aplikasi dari pembelajaran materi selama perkuliahan.
- Sebagai prasyarat tugas dalam kelulusan pada Program Studi
Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1
Bakteri ini sering ditemukan di lokasi yang kering dan lembab, karena
bakteri ini memiliki sifat tahan panas dan akan mati pada suhu 60oC dalam
waktu 15-20 menit. Bakteri ini dapat mati jika terkana sinar matahari
langsung selama 2 jam.10,11
2.1.3
Pada
awalnya
sel-sel
polimorfonuklear
(PMN)
datang
2.1.4
Patologi Tuberkulosis
Secara makroskopik pada tuberkulosis paru primer tampak kompleks
Gohn dimana terlihat fokus abu-abu putih yang paling sering terlihat di bagian
bawah lobus atas paru dan tampak kelenjar getah bening hilus dengan
perkijuan. 12
Secara mikroskopik pada lesi aktif akan didapatkan reaksi peradangan
granulomatosa yang membentuk tuberkel perkijuan dan nonperkijuan.
Granuloma biasanya dikelilingi jaringan fibroblastik dan limfosit yang
membentuk seperti cincin menutupi granuloma. Dapat ditemukan juga sel
Datia Langerhans, yaitu sel raksasa berinti banyak.12
2.1.5
Diagnosis Tuberkulosis
2.1.5.1 Diagnosis TB Paru
Indonesia
ditemukannya
BTA
pada
pemeriksaan
dahak
gambarannya
yang
tidak
khas.
Bisa
menimbulkan
overdiagnosis. 13
2.1.5.2 Diagnosis TB ekstra paru
Diagnosis ditegakkan dari manifestasi klinis, pemeriksaan bakteriologis, dan
pemeriksaan histopatologis dari organ yang terkena.13
10
2.1.6
Pemeriksaan Penunjang
2.1.6.1Pemeriksaan Bakteriologik
Pemeriksaan bakteriologik yang paling penting untuk mendiagnosis TB
adalah pemeriksaan sputum. Salah satunya adalah menggunakan metode
pewarnaan Ziehl-Neelsen dimana apus dituangkan zat pewarna primer yaitu
fuksinkarbol yang dipanaskan, kemudian dilakukan dekolorisasi dengan
menuangkan alkohol sampai menutupi seluruh permukaan apus. Setelah itu,
warnai lagi dengan metilen blue yang merupakan zat warna sekunder. Apabila
dilihat dengan mikroskop akan tampak basil berwarna merah.6
WHO merekomendasikan pembacaan hasil pemeriksaan mikroskopis
dengan skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung
Disease) :
1. Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif
2. Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman
yang ditemukan
3. Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang, disebut +1
4. Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +2
5. Ditemukan > 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +3
Cara penegakan diagnosis yang paling tepat adalah menggunakan
kultur biakan menggunakan media biakan Lowenstein Jensen. Koloni matur
akan tampak berwarna krem atau kekuningan dan berbentuk seperti kembang
kol. Kuman TB memerlukan waktu 6-12 minggu untuk dapat tumbuh bila
menggunakan tes biokimia yang biasa.6
11
Obat
R
H
Z
E
S
Dosis
(Mg/Kg
BB/hari)
Dosis
Maks
(Mg)
12
Kambuh
Gagal
pengobatan
II
TB paru lalai
berobat
III
IV
TB paru BTA
neg. Lesi
minimal
Kronik
IV
MDR TB
Sembuh : Pasien telah berobat secara lengkap, pada akhir pengobatan dan
pemeriksaan dahak sebelumnya BTA sputum negatif.6
13
Gagal : pasien yang BTA sputum tetap positif atau kembali positif pada
pemeriksaan dahak ulangan bulan ke lima atau lebih.6
Pindah : pasien yang pindah ke Rumah Sakit lain dan hasil pengobatannya
tidak diketahui.6
Putus obat : pasien yang pada masa pengobatan tidak meminum obat
selama 2 bulan atau lebih.6
2.1.9
No
Jenis Obat
Efek Samping
Isoniazid
Pirazinamid
Rifampisin
Etambutol
Mual,
muntah,
neuritis
retrobulbar,
hepatotoksik
5
Streptomisin
14
mendiskusikan bahwa ada dua faktor yang berhubungan dengan kepatuhan yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Adapun
penderita seperti usia, sikap, nilai sosial, dan emosi yang disebabkan oleh penyakit.17
Adapun faktor eksternal yaitu dampak dari pendidikan kesehatan, interaksi penderita
dengan petugas kesehatan ( hubungan di antara keduanya) dan tentunya dukungan
dari keluarga, petugas kesehatan dan teman. Kemudian menurut Niven ada 4
faktoryang berhubungan dengan ketidakpatuhan yaitu:17
Kepatuhan pasien akan meningkat secara umum bila semua instruksi yang di
berikan oleh petugas medis jelas. Diantaranya pengobatan jelas, pengobatan yang
teratur serta adanya keyakinan bahwa kesehatannya akan pulih, dan tentunya harga
terjangkau. Hubungan status ekonomi yang rendah terhadap ketidakpatuhan
dilaporkan dalam penelitian . Dua faktor yang memperlihatkan penurunan kepatuhan
akibat status ekonomi. Pertama, seseorang yang status ekonomi rendah memerlukan
15
waktu yang lama untuk menunggu selama pengobatan di klinik. Kedua, adanya
kurang konsisten antara hubungan pasien dan dokter. bahwa orang yang tidak bekerja
kepatuhannya lebih buruk dari yang bekerja.17
2.2.1.2 Cara Mengukur Kepatuhan
Kepatuhan berobat dapat diketahui melalui 7 cara yaitu: keputusan dokter
yang didapat pada hasil pemeriksaan, pengamatan jadwal pengobatan, penilaian pada
tujuan pengobatan, perhitungan jumlah tablet pada akhir pengobatan, pengukuran
kadar obat dalam darah dan urin, wawancara pada pasien dan pengisian formulir
khusus. Pernyataan Sarafino hampir sama dengan Sacket yaitu kepatuhan berobat
pasien dapat diketahui melalui tiga cara yaitu perhitungan sisa obat secara manual,
perhitungan sisa obat berdasarkan suatu alat elektronik serta pengukuran berdasarkan
biokimia (kadar obat) dalam darah/urin.15
2.2.2. Perilaku
2.2.2.1. Perilaku Kesehatan
Perilaku adalah aktivitas individu itu sendiri. Perilaku kesehatan adalah
respon individu terhadap stimulus yang berkaitan dengan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan, serta lingkungan.reaksi manusia dapat bersifat pasif dan juga
sifat aktif yaitu tindakan nyata (practice). Adapun stimulus terdiri dari 4 unsur pokok
yaitu sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan dan lingkungan. 22
Karl dan Cobbs membuat perbedaan antara tiga macam perilaku kesehatan yaitu: 17
a. Perilaku kesehatan adalah aktivitas dilakukan oleh individu yang meyakini dirinya
sehat dengan tujuan mencegah penyakit .
b. Perilaku sakit adalah aktivitas dilakukan oleh individu yang sakit untuk
mendefinisikan keadaan kesehatan dan menemukan pengobatan mandiri yang tepat.
c. Perilaku peran sakit adalah aktivitas dilakukan dengan tujuan mendapatkan
kesejahteraan oleh individu yang mempertimbangkan diri mereka sendiri sakit. Hal
16
ini mencakup seluruh rentang perilaku mandiri dan menimbulkan beberapa derajat
penyimpangan terhadap tugas kebiasaan seseorang.
Menurut Green, masalah kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor
perilaku (Behavior cause) dan faktor non perilaku (Non behavior cause). Perilaku
sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu:15
a. Faktor-faktor Predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor sebelum terjadinya
suatu perilaku, yang menjelaskan alasan dan motivasi untuk berperilaku . termasuk
dalam faktor predisposisi adalah pengetahuan, keyakinan, nilai sikap dan demografi.
b. Faktor-faktor Pemungkin (enabling factors), agar terjadi perilaku tertentu
diperlukan perilaku pemungkin suatu motivasi.
c. Faktor-faktor Penguat (reinforcing factors), merupakan faktor perilaku yang
memberikan peran dominan bagi menetapnya suatu perilaku. Yaitu keluarga, teman
sebaya, guru, dan petugas kesehatan.
2.2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku
a. Sikap
Sikap adalah respon tertutup seseorang pada objek tertentu, dengan melibatkan faktor
pendapat dan emosi yang bersangkutan.15 sedangkan menurut Niven sikap seseorang
adalah komponen yang sangat penting dalam perilaku kesehatannya, yang
diasumsikan bahwa ada hubungan langsung antara sikap dan perilaku seseorang.
Sikap terbentuk dari tiga komponen utama yaitu:
17
1) Komponen afektif
Merupakan petunjuk apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap,
komponen efektif berisi kepercayaan yang dimiliki individu mengenai sesuatu
terhadap opini.
2) Komponen kognitif
Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional
inilah yang biasanya paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek
yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yaitu mengubah sikap seseorang.
Komponen kognitif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap
sesuatu.
3) Komponen perilaku
Kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh
seseorang. Berisi tendensi untuk bertindak terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu
dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis.
2.2.3. Persepsi
Menurut David Krech, persepsi adalah suatu proses kognitif yang konkrit,
yang menghasilkan gambaran unik tentang sesuatu yang mungkin berbeda dengan
kenyataan. 18
Persepsi individu dapat dipengaruhi oleh:
1)
18
2.2.4. Pengetahuan
2.2.4.1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan terjadi melalui panca indera seseorang (penginderaan) terhadap suatu
obyek tertentu, yaitu melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Oleh karena itu pengetahuan merupakan komponen yang penting untuk terbentuknya
perilaku seseorang.22
2.2.4.2. Tingkat Pengetahuan
Ada 6 tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif, yakni:
a) Tahu (know)
Mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan
bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b) Memahami (comprehension)
Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui
dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c) Menerapkan (application)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi
yang sebenarnya.
d) Analisa (analysis)
Menjabarkan materi ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam
satu struktur organisasi.
19
e) Sintesa (Synthesis)
Kemampuan untuk menghubungkan
bagian-bagian
di
dalam bentuk
itu
sifatnya
positif
maupun negatif.
d) Fasilitas
Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuann seseorang
seperti dari media massa.
20
e) Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang.
Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk
membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.
f) Sosial Budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi
seseorang terhadap sesuatu.
Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara, menyatakan
tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian. Kedalaman pengetahuan
yang ingin kita ketahui dapat disesuaikan dengan tingkatan domain di atas.
d. Dukungan Keluarga
Keluarga menurut Friedman merupakan kesatuan dari orang-orang yang
terkait dalam perkawinan, ada hubungan darah, atau adopsi dan tinggal dalam satu
rumah. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992, keluarga adalah
yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang syah, mampu memenuhi kebutuhan
hidup spriritual dan material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara anggota dan antara
keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.18
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menemukan tentang program
pengobatan yang dapat mereka terima. 17
21
menunjukan sensitifitas dokter terhadap komunikasi verbal dan non verbal pasien
akan menghasilkan suatu kepatuhan sehingga akan menghasilkan kepuasan.17
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan
cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak sadar,
tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada
hubungannya dengan kesehatan.18
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan
yang terlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, di mana
individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat,
tahu bagaimana caranya melakukan apa yang keseluruhan ingin hidup sehat, tahu
bagaimana caranya melakukan apa bisa dilakukan, secara perseorangan maupun
secara berkelompok dan meminta pertolongan bila perlu. Pendidikan kesehatan
adalah sejumlah pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan terhadap
22
kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang ada hubungannya dengan kesehatan individu,
masyarakat dan bangsa. 18
Kesemuanya ini dipersiapkan dalam rangka mempermudah diterimanya
secara sukarela perilaku yang akan meningkatkan atau memelihara kesehatan.18
g. Pendidikan
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk
berhubungan antara orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga
mereka melakukan apa yang diharapkan oleh perilaku pendidikan. Semakin tinggi
tingkat pendidikan atau pengetahuan seseorang maka semakin membutuhkan pusatpusat pelayanan kesehatan sebagai tempat berobat bagi dirinya dan keluarganya.
Dengan berpendidikan tinggi, maka individu akan menyadari bahwa begitu penting
kesehatan bagi kehidupan sehingga termotivasi untuk melakukan kunjungan ke pusatpusat pelayanan kesehatan yang lebih baik. semakin tinggi pendidikan seseorang
maka akan semakin mudah pula mereka menerima informasi yang pada akhirnya
makin banyak pula pengetahuan yang mereka miliki. Begitu juga sebaliknya.18
h. Transfortasi dan Jarak
Semakin jauh jarak dari rumah pasien dari tempat pelayanan kesehatan dan
sulitnya transportasi maka, akan berhubungan
Nandang Tisna
menyebutkan
bahwa faktor jarak adalah suatu faktor penghambat untuk pemanfaatan pelayanan
kesehatan. tersedianya sarana transportasi akan memberi kemudahan dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan.18
23
2.3
Kerangka Teori
Patuh
Pengetahuan, pendidikan
Dukungan keluarga,
motivasi
Tersedia fasilitas, sosial
ekonomi , jarak.
sembuh
Kambuh
Kepatuhan
minum
obat OAT
Gagal
Tidak patuh
Kematian
Sumber
penularan
Pemahaman
terhadap instruksi
Kualitas interaksi
Keluarga
Sikap
Nilai
Keyakinan
Pengobatan
bertambah
lama
24
2.4
Kerangka Konsep
Faktor Predisposisi
Pendidikan
Pengetahuan
Sikap Pasien
Faktor Pendorong
Pekerjaan
Jarak
Penghasilan
Faktor Pemungkin
Dukungan Keluarga
Motivasi
Sikap Petugas
Kepatuhan
minum obat anti
tuberkulosis
25
2.5
No
Definisi Operasional
Variabel
Definisi
Cara ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Skala
ukur
Kepatuhan
Menuruti
minum
pengobatan secara
obat
aturan Kuesioner
Kuesioner
menjawab
iya
pasien TB
bulan
dan
sebanyak
pemeriksaan
3 - 4 item
secara rutin.
2. Tidak
patuh jika
menjawab
iya < 3
item
Pendidikan
Sekolah
formal Kuesioner
Kuesioner
yang berhasil di
tidak
tamatkan
sekolah
responden
oleh
dan
pendidika
n terakhir
SD
2. Menengah
jika
pendidika
n terakhir
SMP dan
SMA
3. Tinggi jika
26
pendidika
n terakhir
perguruan
tinggi
3
Kuesioner
pengertian
menjawab
kesehatan
responden
iya
terhadap penyakit
sebanyak
TB Paru
6-10 item
2. Rendah
jika
menjawab
iya < 6
item
Penghasila
Penghasilan
Kuesioner
Kuesioner
<
1.000.000
5
Sikap
Sikap
pasien
menunjang
keinginan
yang Kuesioner
Kuesioner
1. Baik
jika Ordinal
menjawab
pasien
iya
sebanyak
penyakitnya
3-4 item
2. Tidak
Baik
jika
menjawab
iya < 3
27
item
Motivasi
Kesadaran
pasien
keinginan
/ Kuesioner
Kuesioner
pasien
untuk sembuh
sebanyak
2 item
2. Rendah
jika
menjawab
iya < 2
item
7
Jarak
jangkauan
/ Dekat
atau Kuesioner
Kuesioner
menjawab
iya
fasilitas
puskesmas di ukur
sebanyak
kesehatan
dengan
1 item
menggunakan
2. Jauh
jika
menjawab
tidak
Sikap
Sikap
petugas Kuesioner
Kuesioner
1. Baik
jika ordinal
petugas
selama
menjawab
kesehatan
memberikan
iya
pelayanan
sebanyak
kesehatan
3-5 item
2. Tidak baik
jika
28
menjawab
iya < 3
item
Dukungan
keluarga
dorongan kepada
menjawab
pasien
iya
selama
menjalani
materil
sebayak 2
pengobatan
moril
Kuesioner
baik
maupun
item
2. Rendah
jika
menjawab
iya < 2
item
29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah cross-sectional analitik. Desain ini digunakan
untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan minum obat
anti tuberkulosis pada pasien tubekulosis paru di Puskesmas Pamulang periode
Januari 2012 Januari 2013.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Dilakukan di Puskesmas Pamulang periode Januari 2012 sampai Januari 2013.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yang dijadikan objek penelitian adalah pasien TB paru yang berobat
di Puskesmas Pamulang yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Pengambilan
sampel dilakukan dengan cara random sampling. Total sampel yang diambil
berdasarkan rumus besar hitung sampel sebanyak 80 sampel.
3.4 Jumlah Sampel
Penelitian menggunakan rumus besar sampel rumus analitik kategorik tidak
berpasangan
30
N
3. 5 Kriteria Sampel
1. Kriteria Inklusi
a. Pasien TB paru yang sudah terdiagnosis TB paru oleh dokter
b. Penderita TB paru dari bulan Januari 2012 sampai dengan Januari
2013
c. Bersedia menjadi responden
d. Responden berada di tempat pengambilan data
2. Kriteria Eksklusi
a. Penderita TB dengan HIV
b. Penderita TB anak
3.6 Alat dan Bahan
1. Alat
a. Kuesioner
2. Bahan
a. Pasien tuberkulosis paru
31
Izin Puskesmas
Pamulang
Diseleksi berdasarkan
kriteria inklusi dan eksklusi
Validasi kuesioner
Analisis Data
Kesimpulan
32
3.9 Variabel
Variabel terikat
Variabel bebas
Pengetahuan
Sikap pasien
Penghasilan
Motivasi
Kepatuhan
Dukungan keluarga
Jarak
pendidikan
33
Penelitian ini menggunakan metode variabel bivariat yang terdiri dari faktor
faktor yang mempengaruhi kepatuhan sebagai variabel bebas dan kepatuhan
minum obat anti tuberkulosis sebagai variabel terikat.
3.10 Managemen Data
Pengolahan data
Pengolahan
data
penelitian
menggunakan
SPSS,
yaitu
melakukan
pemeriksaan seluruh data yang terkumpul (editing), memberi angka-angka atau kodekode tertentu yang telah disepakati terhadap data rekam medis (coding), memasukkan
data rekam medis sesuai kode yang telah ditentukan untuk masing-masing variabel
sehingga menjadi suatu data dasar (entry) dan menggolongkan, mengurutkan, serta
menyederhanakan data, sehingga mudah dibaca dan diinterpretasi (cleaning).
Analisis data
Analisis data dilakukan setelah mendapatkan data dasar
dari proses
pengolahan data dan akan dianalisis dengan melakukan analisis univariat dan bivariat
untuk mengetahui proporsi terhadap umur, jenis kelamin, pengetahuan, pekerjaan,
penghasilan, kepatuhan, motivasi, dukungan keluarga, sikap pasien serta pengujian
hipotesis menggunakan metode Chi-square.
34
BAB IV
Jumlah
Persentase
Laki laki
47
57,3
Perempuan
35
42,7
< 40 th
48
69,3
>40 th
32
30,7
Jenis kelamin
Umur
35
Pendidikan terakhir
Dasar
27
32,9
Menengah
32
39,0
Tinggi
20,7
20,7
24
29,3
Wiraswasta
58
70,7
< 1 juta
52
63,4
>1 juta
30
36,6
Tidak patuh
17
20,7
Patuh
65
79,3
Tidak baik
20
24,4
Baik
62
86,6
Tidak baik
10
12,2
Baik
72
87,8
Rendah
11
13,4
Tinggi
71
86,6
Rendah
16
19,5
Tinggi
66
80,5
Dekat
30
36,6
Jauh
52
63,4
Pekerjaan
Penghasilan
Kepatuhan
Sikap pasien
Dukungan keluarga
Motivasi
36
yang
tidak
responden yang patuh 79,3%. Pada sikap pasien dengan kategori tidak baik sejumlah
24,4% dan pada kategori baik sejumlah 86,6%. Sikap petugas kesehatan yang tidak
baik sejumlah 12,2% dan yang baik sejumlah 87,8%. Sementara itu selain sikap
petugas, variabel pendukung sikap kepatuhan adalah variabel dukungan keluarga.
Dukungan keluarga yang kategorinya dukungan keluarga rendah sebesar 13,4% dan
yang tinggi sebesar 86,6%. Pada variabel motivasi didapatkan pada kategori rendah
sejumlah 19,5% dan yang tinggi sebanyak 80,5%. Sementara variabel terakhir yakni
jarak menuju akses kesehatan dengan jarak dekat dengan dari responden sejumlah
36,6% dan pada jarak jauh 63,4%.
Variabel
Total
p Value
Patuh
Dasar
18 (30,5%)
41(69,5%)
59 (100%)
Menengah
1 (4,8%)
20 (95,2%)
21(100%)
Tinggi
1 (50%)
1 (50%)
2 (100%)
0,021
37
ketidakpatuhan
38
4.2.2
Tingkat Pengetahuan
p Value
Patuh
Rendah
12 (14,6%)
9 (11,0%)
Tinggi
8 (9,8%)
53(64,6%)
Total
20(24,4%)
62(75,6%)
0,00
terdapat hubungan
39
Pekerjaan
p Value
Patuh
8(9,8%)
16(19,5%)
Wiraswasta
12(14,6%)
46(56,1%)
Total
20(24,4%)
62(75,6%)
0,264
40
bisa mendukung seseorang untuk terpapar penyakit TB Paru, apalagi ditempattempat yang lembab dan kurang cahaya ataupun yang kebersihannya kurang.33 Yang
menyebabkan ketidakpatuhan pasien dalam minum obat adalah asumsi mereka bahwa
pengobatan itu memerlukan biaya , guna keperluan transportasi ataupun kebutuhan
masing masing yang harus lebih diperhatikan daripada pentingnya pengobatan.
Namun hal ini harus kita luruskan karena pengobatan TB Paru sekarang didapat
secara cuma-cuma, sehingga tidak ada alasan lagi bagi pasien untuk tidak berobat.33
4.2.4
p Value
Patuh
< 1 juta
20 (24,4%)
32(39,0%)
> 1 juta
0 (0,0%)
30(36,6%)
Total
20(24,4%)
62(75,6%)
0,00
41
pengobatan
petugas
kesehatan
p Value
Patuh
Tidak baik
4(4,9%)
6(7,3%)
Baik
16(19,5%)
56(68,3%)
Total
20(24,4%)
62(75,6%)
0,248
sejumlah 4,9 % dan mempunyai kepatuhan sejumlah 7,3 %. Pada responden yang
mendapatkan
pelayanan baik
kesehatan
mempunyai
42
Penilitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliana dan
Erwatiningsih
p Value
Patuh
Rendah
5(6,1%)
11(13,4%)
Tinggi
15(18,3%)
51(62,2%)
Total
20(24,4%)
62(75,6%)
0,522
kepatuhan sejumlah 13,4%. Pada responden yang memiliki motivasi tinggi dengan
ketidakpatuhan sejumlah 18,3% dan
Berdasarkan uji chi square di dapatkan hasil p 0,522 (>0,05) dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara motivasi dengan
kepatuhan minum obat anti tuberkulosis.
Hasil penelitian ini
bermakna antara motivasi dengan kepatuhan pasien dalam minum obat anti
43
tuberkulosis. Hal ini tidak sesuai dengan teori Notoatmojo yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan antar motivasi dengan perilaku kesehatan. Dari penjelasan diatas
dapat disimpulkan bahwa tingginya motivasi bisa mempengaruhi kepatuhan karena
kepatuhan merupakan perilaku kesehatan.15
4.2.7
Sikap pasien
p Value
Patuh
Tidak baik
1(1,2%)
2(2,4%)
Baik
19(23,2%)
60(73,2%)
Total
20(24,4%)
62(75,6%)
memiliki kepatuhan
sejumlah 2,4 %. Pada responden yang memiliki sikap baik dengan kepatuhan
sejumlah 23,2 % dan yang memiliki ketidakpatuhan sejumlah 73,2 %. Berdasarkan
uji chi square di dapatkan hasil p 1 (>0,05) dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara sikap pasien dengan kepatuhan
minum obat anti tuberkulosis.
Hasil peneltian lain menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara sikap
pasien dengan tingkat kesembuhan,32hal ini sangatlah relevan dengan tingkat
kepatuhan pada pasien TB Paru karena dalam teori perilaku kesehatan,
dimana
44
sehingga dapat diartikan bahwa sikap penderita TB Paru menunjang proses sembuh
atau tidaknya pasien tersebut.11 ,32
4.2.8 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Anti
Tuberkulosis pada Pasien TB Paru di Puskesmas Pamulang periode
Januari 2012 sampai dengan Januari 2013.
Tabel 4.18. Gambaran hubungan dukungan keluarga pasien Tuberkulosis Paru
dengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis di Puskesmas Pamulang periode
Januari 2012 sampai Januari 2013.
Dukungan keluarga
p Value
Patuh
Rendah
5(6,1%)
6(7,3%)
Tinggi
15(18,3%)
56(68,3%)
Total
17(24,4%)
65(75,6%)
0,126
sebesar 6,1%
45
p Value
Patuh
Dekat
3(3,7%)
27(32,9%)
Jauh
17(20,7%)
35(42,7%)
Total
20(24,4%)
62(75,6%)
0,031
dapatkan hasil p 0,031 (>0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan bermakna antara jarak menuju fasiltas kesahatan dengan kepatuhan minum
obat anti tuberkulosis.
46
Hasil penelitan ini tidak sesuai dengan peneltian yang dilakukan oleh
Nandang Tisna yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
jarak dengan kepatuhan dalam minum obat.18 Didapatkan juga dari penelitain yang di
lakukan oleh Nandang Tisna bahwa beliau mengutip dari Anto Raharjo bahwa
semakin jauh jarak rumah kepala kelurga ke tempat pelayanan kesehatan semakin
sedikit penggunaan pelayanan kesehatan. Kemudahan dalam akses menuju fasilitas
kesehatan sangatlah memungkinkan seseorang untuk memanfaatkannya.18 Hal ini
juga di kemukakan oleh Notoatmojo dalam penjelasan persepsi sehat dan sakit,
dimana dikatakan bahwa setiap seseorang yang sakit akan mecari pengobatan ke
tempat yang dianggap dapat memberikan pengobatan sehingga bisa mencapai
kesembuhan atas sakit yang dideritanya. Perilaku ini hampir dilakukan di setiap
personal individu.18, 15
47
Masih terdapat beberapa faktor yang belum bisa diteliti seperti sarana
transportasi, kesadaran, dan persepsi pasien.
48
Artinya :
Bagi manusia ada malaikat malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di
muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah swt.
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu
kaum
sehingga merubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali
kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia (Q.S Arrad ayat 11).
Dari penjelasan penggalan ayat di atas dikatakan bahwa Allah swt tidak akan
merubah keadaan suatu kaumnya apabila kaum sendiri tersebut tidak merubahnya.
Pernyataan tersebut bila dikaitkan dengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis
bahwasannya
pada
minum obat anti tuberkulosis akan susah mencapai tingkat kesembuhan berbeda
dengan pasien yang selalu patuh dalam minum obat dan mempunyai upaya untuk
sembuh niscaya Allah Swt akan menyembuhkannya.38
49
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan, pengetahuan, penghasilan, dan
jarak dengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis sedangkan pada variabel sikap
petugas kesehatan, motivasi, sikap pasien, dukungan keluarga tidak terdapat
hubungan yang bermakna dengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis.
5.2 Saran untuk penelitian selanjutnya
Penelitian tentang faktor faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum obat
anti tuberkulosis sebaiknya menggunkan studi kohort, karena studi kohort merupakan
metode yang paling baik dalam menerangkan dinamika hubungan antara faktor
dependen yang diteliti denga efek secara temporal.
50
DAFTAR PUSTAKA
1. Amin Z dan Bahar A. Tuberkulosis Paru. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2009.Hal 2230-2238
2. Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia.
Pedoman
Nasional
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
51
13. Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia.
Pedoman
Nasional
52
26. Dahlan M S. Besar sampel dan Cara Pengambilan Sampel Ed. 2, Jakarta,
Penerbit Salemba Medika, 2009. Hal 80-96
27. Dahlan M S. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Ed. 4, Jakarta,
Penerbit Salemba Medika, 2009.
28. Dahlan M S. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang
Kedokteran dan Kesehatan Ed. 2, Jakarta, Penerbit Salemba Medika, 2009
29. Perdana
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
LAMPIRAN
KUESIONER
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS
PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS
PAMULANG KOTA TANGERANG SELATAN PROVINSI
BANTEN PERIODE JANUARI 2012 JANUARI 2013
I.
Karakteristik Responden
Nama Responden
Umur
Alamat
Jenis Kelamin
: Laki-laki / Perempuan *)
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan
67
Pertanyaan
Pengetahuan
Apakah anda tahu batuk lebih dari 3 hari, keringat malam termasuk gejala
penyakit tbc ?
Apakah anda tahu bahwa gizi kurang itu bisa menambah parah kesehatan
penderita tbc ?
Apakah anda tahu penyakit tbc itu bisa diobati dengan satu jenis antibiotik saja
?
Apakah anda tahu penderita tbc yang melakukan pengobatan bisa sembuh ?
Sikap Pasien
10
Apakah anda tahu pengobatan tbc ini dengan cara minum obat selama 6 bulan
dengan tahapan 2 bulan pertama obat diminum setiap hari dan 4 bulan
berikutnya dilanjutkan dengan minum obat 3 kali seminggu?
11
Apakah anda tahu pengawasan secara teratur dan disiplin perlu di terapkan
dalam pengobatan tbc ?
12
Apakah anda tahu bahaya yang terjadi bila pengobatan tbc tidak tuntas ?
13
Apakah anda tahu bila lupa sekali mengkonsumsi obat tbc bisa menimbulkan
kegagalan ?
14
Pengetahuan
Apakah anda tahu urine warna merah, tidak ada nafsu makan, mual , sakit
perut , nyeri sendi dan kesemutan sampai rasa terbakar adalah efek samping
obat tbc ?
Ya
Tidak
68
Penghasilan
15
16
17
18
Apakah petugas kesehatan selalu mengingatkan anda untuk periksa ulang dan
mengambil obat ?
19
20
Apakah jumlah obat tbc yang anda peroleh dalam keadaan lengkap dan baik ?
21
22
23
24
Motivasi
Apakah anda ingin sembuh dari penyakit tbc dengan cara minum obat secara
teratur ?
Apakah anda selalu mematuhi petunjuk petugas kesehatan dan PMO
(pengawas minum obat) dalam menelan obat ?
Kepatuhan
Apakah anda selama pengobatan tahap awal (2 bulan) anda meminum obat
setiap hari ?
25
Apakah anda selama pengobatan tahap lanjutan (4 bulan) selalu minum obat 3
kali seminggu ?
26
27
28
Dukungan Keluarga
Apakah anggota keluarga atau seseorang yang dekat dengan anda selalu
mengingatkan anda dalam minum obat ?
Apakah keluarga menegur anda , bila anda tidak mau , lalai atau lupa dalam
minum obat ?
29
30
Kepatuhan
Apakah masker atau alat pelindung diri selalu anda pakai dengan rutin pada
69
saat dirumah atau bepergian ?
Pertanyaan
Pengetahuan
Apakah anda tahu batuk lebih dari 3 hari, keringat malam termasuk gejala
penyakit tbc ?
Apakah anda tahu bahwa gizi kurang itu bisa menambah parah kesehatan
penderita tbc ?
Apakah anda tahu penyakit tbc itu bisa diobati dengan satu jenis antibiotik saja
?
Apakah anda tahu penderita tbc yang melakukan pengobatan bisa sembuh ?
10
Apakah anda tahu urine warna merah, tidak ada nafsu makan, mual , sakit
perut , nyeri sendi dan kesemutan sampai rasa terbakar adalah efek samping
obat tbc ?
11
Sikap Pasien
Apakah anda tahu pengobatan tbc ini dengan cara minum obat selama 6 bulan
dengan tahapan 2 bulan pertama obat diminum setiap hari dan 4 bulan
berikutnya dilanjutkan dengan minum obat 3 kali seminggu?
12
Apakah anda tahu pengawasan secara teratur dan disiplin perlu di terapkan
dalam pengobatan tbc ?
13
Apakah anda tahu bahaya yang terjadi bila pengobatan tbc tidak tuntas ?
14
Apakah anda tahu bila lupa sekali mengkonsumsi obat tbc bisa menimbulkan
kegagalan ?
Penghasilan
Ya
Tidak
70
15
16
17
18
Apakah petugas kesehatan selalu mengingatkan anda untuk periksa ulang dan
mengambil obat ?
19
20
Apakah jumlah obat tbc yang anda peroleh dalam keadaan lengkap dan baik ?
21
22
23
24
Motivasi
Apakah anda ingin sembuh dari penyakit tbc dengan cara minum obat secara
teratur ?
Apakah anda selalu mematuhi petunjuk petugas kesehatan dan PMO
(pengawas minum obat) dalam menelan obat ?
Kepatuhan
Apakah anda selama pengobatan tahap awal (2 bulan) anda meminum obat
setiap hari ?
25
Apakah anda selama pengobatan tahap lanjutan (4 bulan) selalu minum obat 3
kali seminggu ?
26
27
Apakah masker atau alat pelindung diri selalu anda pakai dengan rutin pada
saat di rumah atau bepergian?
Dukungan Keluarga
Apakah anggota keluarga atau seseorang yang dekat dengan anda selalu
mengingatkan anda dalam minum obat ?
28
29
30
Apakah keluarga menegur anda , bila anda tidak mau , lalai atau lupa dalam
minum obat ?
Jarak Menuju Pelayanan Kesehatan
Apakah rumah anda dekat dengan fasilitas kesehatan ?
71
Alamat
: ahephop@gmail.com
No.Telpon
: 085852201183
Riwayat Pendidikan
1998 2004
: SD Negeri Margomulyo 1
2004 2007
2007 2010
2010 sekarang
Program
Studi
Pendidikan
Dokter
Fakultas