Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Muhammad Idris
idrisloebis@gmail.com
Peneliti Keselamatan Jalan, Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan
ABSTRAK
Angka fatalitas kecelakaan lalu lintas Indonesia yang dirilis oleh Korpslantas Mabes Polri pada tahun 2010
dan tahun 2011 masing-masing 31.234 jiwa dan 31.185 jiwa menjadi sebuah gambaran dari kondisi
keselamatan lalu-lintas nasional. Angka kecelakaan tersebut sebahagian besar disumbang oleh ruas-ruas
jalan nasional yang menjadi koridor utama perekonomian nasional. Di dalam upaya peningkatan kualitas
keselamatan jalan sering kali terkendala karena tidak tersedianya informasi yang memadai serta ukuran
kinerja keselamatan dari ruas-ruas jalan nasional. Sehingga upaya peningkatan kinerja keselamatan jalan
tersebut sulit dilakukan. Paper ini mengetengahkan sebuah konsep untuk mengukur kinerja keselamatan
ruas-ruas jalan melalui pendekatan star rating. Konsep star rating ini dikembangkan oleh iRAP (international
Road Assessment Program) mampu mengasses jalan terhadap lebih dari 21 atribut elemen jalan. Hasil
penilaian ini kemudian dianalisis menggunakan perhitungan RPS (Road Protection Scores) yang menjadi
dasar penetapan kinerja keselamatan jalan. Hasilnya kemudian dipetakan ke dalam peta star rating yang
sangat informatif dan terukur dari kondisi keselamatan suatu jalan.
ABSTRACT
The traffic accident fatality numbers as released by Indonesian Traffic Police Headquarters for 2010 and 2011
respectively 31.234 and 31.185 victims represents the national traffic safety conditions. A number of
accidents are mostly contributed by the national road sections which became the main corridor of the
national economy. In the effort to improve the quality of road safety is often constrained due to lack of
adequate information as well as the measures of the safety performance for the national roads. Therefore
the effort to improve road safety performance is very difficult. Furthermore this paper presents the concept of
measuring the safety performance of road sections through the star rating approach. The concept was
developed by IRAP (International Road Assessment Programme) and were able to assess more than of 21
attributes of road elements. Assessment results are then analyzed using a RPS (Road Protection Scores)
formula, which became as basis for setting of road safety performance. The result is then mapped into the
star rating map and it’s very informative and measurable from a road safety conditions.
Keywords: road assessment, road safety performance, road protection score, road star rating
Muhammad Idris 1
Kolokium Jalan dan Jembatan
1. PENDAHULUAN
Indonesia dewasa ini memiliki permasalahan yang cukup serius di dalam keselamatan jalan. Hal ini
tergambarkan dari angka-angka kecelakaan nasional yang kian tahun makin meningkat. Pada tahun
2010 jumlah kecelakaan lalu lintas tercatat 62.960 kejadian dan dengan jumlah korban meninggal
dunia mencapai 31.234 jiwa. Kemudian pada tahun 2011 jumlah korban meninggal dunia menurun
menjadi 31.185 jiwa (Mabes Polri, 2011). Indonesian Infrastructur Initiatif (IndII) menginformasikan
bahwa angka korban kecelakaan lalu lintas di Indonesia dipandang sebagai salah satu yang terbesar
di dunia (IndII, 2011). Berdasarkan perhitungan internasional, loss productivity akibat kecelakaan
lalu lintas di negara-negara berkembang seperti Indonesia diperkirakan mencapai 2,9% - 3,1% dari
nasional GDP. Berarti untuk tahun 2010 kerugian akibat kecelakaan di Indonesia setara Rp. 205
Trilyun - Rp. 220 Trilyun (GDP Indonesia pada tahun 2010 mencapai Rp. 7000 Trilyun). Fakta ini
sesungguhnya memperlihatkan gambaran kualitas dan performa keselamatan transportasi darat di
Indonesia.
Isu keselamatan khususnya sejak dideklarasikannya dekade 2011-2010 sebagai dekade aksi
untuk keselamatan jalan (decade of action for road safety 2011-2020) menjadi suatu tantangan
bagi semua stakeholder untuk mengembangkan strategi peningkatan kualitas keselamatan jalan.
Sejauh ini upaya yang dilakukan belum memberikan hasil-hasil yang memuaskan. Penurunan
jumlah korban kecelakaan meninggal dunia pada tahun 2011 sebesar 0,02% dari tahun sebelumnya
sepenuhnya belum dapat dibuktikan sebagai hasil rekayasa keselamatan jalan atau hasil penerapan
kebijakan terkait keselamatan jalan.
Di sisi lain, perencanaan peningkatan keselamatan jalan yang dilakukan belum sepenuhnya
didasarkan atas pertimbangan kinerja keselamatan jalan. Angka-angka kecelakaan yang
dipublikasikan juga belum mampu memberikan informasi mengenai tingkat kecelakaan atau
tingkat fatalitas kecelakaan sebagai ukuran kinerja keselamatan jalan yang umum digunakan.
Sangat beralasan bila kinerja keselamatan jalan sejauh ini belum terukur mengingat belum
tersedianya indikator untuk menilai kinerja keselamatan jalan. Salah satu alternatif yang dapat
diusulkan untuk mensiasati indikator serta ukuran kinerja keselamatan jalan tersebut dapat
dilakukan melalui pendekatan konsep penilaian elemen-elemen infrastruktur jalan. Penilaian
kinerja keselamatan jalan seperti yang dikembangkan oleh IRAP (International Road Assessment
Program) berdasarkan uji coba yang dilakukan secara terbatas di jalur Pantura sepanjang 860 km
lebih mampu memberikan informasi mengenai kondisi keselamatan jalan berikut dengan ukuran-
ukuran kinerja yang dikembangkannya. Konsep ini dipandang menjadi salah satu alternatif untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
Muhammad Idris 2
Kolokium Jalan dan Jembatan
kendaraan keluar lajur lalulintas (run off), tabrak depan-depan (head on) serta kecelakaan di
persimpangan (intersection). Nilai RPS yang tinggi menggambarkan besarnya peluang terjadinya
kecelakaan. Sebaliknya nilai RPS yang rendah menggambarkan kecilnya peluang terjadi kecelakaan.
Hasil perhitungan RPS tersebut kemudian dikonversikan ke dalam peringkat bintang (star
rating) yang didesain dari bintang satu hingga bintang lima secara terbalik. Nilai RPS yang tertinggi
merefleksikan masih tingginya effort yang dilakukan untuk meningkatkan kondisi keselamatan
infrastruktur sehingga nilai RPS tersebut dikonversikan dengan peringkat bintang terendah
(bintang-1). Sedangkan nilai RPS yang rendah merefleksikan sedikitnya upaya yang harus
diupayakan untuk peningkatan kualitas keselamatan jalan sehingga nilai RPS tersebut dikonfersikan
dengan peringkat tertinggi (bintang-5). Semakin rendah nilai RPS, semakin tinggi peringkat
bintangnya, maka semakin aman ruas jalan tersebut. Selain itu iRAP juga menyediakan suatu tool
kit yang digunakan untuk mengetahui efektivitas dan besaran biaya diperlukan untuk suatu jenis
penanganan akibat defisiensi fungsi elemen jalan sehingga memudahkan pembina jalan dalam
melakukan peningkatan dan skala prioritas keselamatan infrastruktur jalan.
Muhammad Idris 3
Kolokium Jalan dan Jembatan
Road Protection Score (Nilai Perlindungan Jalan) terhadap keselamatan, yakni tingkat
keselamatan jalan berdasarkan bagaimana desain jalan yang baik akan memberikan
perlindungan bagi pengguna kendaraan dari luka yang fatal dalam kejadian kecelakaan.
Safer Road Investment Plan, digunakan dalam peringkat bintang dan peta risiko kecelakaan
dari kinerja keselamatan jalan serta dalam program peningkatan keselamatan.
Pendekatan yang digunakan iRAP dalam peningkatan keselamatan pengguna jalan diawali
dengan pelaksanaan inspeksi jalan, penilaian kondisi kinerja elemen jalan melalui perhitungan RPS
yang dilanjutkan dengan rating bintang seperti diperlihatkan dalam Gambar 1. Selanjutnya
informasi kinerja keselamatan ruas jalan dari hasil rating tersebut dapat dievaluasi menjadi
informasi penting bagi pembina jalan dalam penyusunan program penanganan yang meliputi
penilaian ekonomi untuk implementasi penanganan jalan.
Risk mapping bertujuan memetakan bagian-bagian jalan (ruas/segmen) yang memiliki
risiko kecelakaan tinggi berdasarkan data kecelakaan dan volume lalu lintas. Pemetaan risiko
kecelakaan merupakan metode tambahan dari iRAP. Dalam peta risiko kecelakaan dapat dilakukan
perbandingan (benchmarking) terhadap kinerja keselamatan jalan dan memungkinkan
dilakukannya pemantauan kinerja keselamatan jalan setelah dilakukannya penanganan-
penanganan. Sedangkan peringkat bintang memberikan ukuran yang sederhana dan objektif dari
tingkat keselamatan yang diberikan infrastruktur jalan. Ide awalnya terinsipirasi penilaian kualitas
keselamatan yang diberikan kepada kendaraan dalam uji tabrakan yang dilambangkan dengan
bintang untuk memberi penilaian kinerjanya.
Muhammad Idris 4
Kolokium Jalan dan Jembatan
Penilaian kinerja keselamatan berdasarkan cara re-aktif untuk suatu ruas jalan umumnya
dinyatakan dengan jumlah kejadian kecelakaan yang pernah terjadi atau jumlah kerugian yang
timbul akibat kejadian kecelakaan. Penilaian kinerja dinyatakan berbahaya atau buruk pada suatu
ruas atau bagian ruas apabila terjadi kecelakaan yang berulang dengan jumlah korban meninggal
dunia dalam jumlah tertentu. Sedangkan cara pro-aktif, kinerja ruas jalan dinilai berdasarkan
potensi kemungkinan terjadinya kecelakaan dan tingkat kerugian yang timbul akibat kecelakaan
berdasarkan kondisi elemen jalan yang ada. Penilaian dilakukan dengan memperhitungkan
peluang terjadinya kecelakaan dan tingkat keparahan sebelum terjadinya kecelakaan. Penilaian
kinerja keselematan dikatakan baik apabila potensi kecelakaan atau keparahan rendah.
Salah satu metoda penilaian kinerja keselamatan jalan untuk jalan eskisting yang umum
dilakukan adalah inspeksi keselamatan jalan. Penilaian kinerja keselamatan menggunakan metoda
ini ditekankan pada penilaian elemen infrastrukur jalan yang berpotensi menimbulkan suatu
kejadian kecelakaan atau yang berpotensi di dalam meningkatkan keparahan apabila terjadi
kecelakaan lalulintas (accident prevention).
Muhammad Idris 5
Kolokium Jalan dan Jembatan
Muhammad Idris 6
Kolokium Jalan dan Jembatan
Kemudian CF adalah faktor kalibrasi kecelakaan yang diperoleh dari proposi kecelakaan
yang tersedia. Akan tetapi, bila data kecelakaannya kurang memenuhi syarat, maka secara
otomatis perangkat lunak IRAP menggunakan nilai tertentu yang ditentukan dari tipe kecelakaan
yang mungkin terjadi.
Persamaan-2 lebih lanjut menggambarkan perhitungan nilai dari perlindungan jalan dari
pengguna jalan (RPSAi) yang ditentukan dari sigma masing-masing nilai perlindungan masing-
masing tipikal kecelakaan yang mungkin terjadi terhadap pengguna jalan tertentu (RPSi).
Muhammad Idris 7
Kolokium Jalan dan Jembatan
Jadi, RPS untuk pengguna jalan kendaraan penumpang umum ditentukan dari perjumlahan
masing-masing RPS dari tipikal kecelakaan terkait. Nilai RPS untuk pengguna jalan kendaraan
penumpang diberikan sebagai berikut :
RPS Co RPS Ro RPS Ho RPS In …………………………………………… (6)
Nilai perlindungan jalan untuk kecelakaan keluar dari badan jalan (In: Intersection)
Muhammad Idris 8
Kolokium Jalan dan Jembatan
Secara keseluruhan, RPS untuk sepeda motor ditentukan dari perjumlahan masing-masing
RPS dari tipikal kecelakaan terkait dengan sepeda motor, diberikan sebagai berikut :
RPS MC RPS Ro RPS Ho RPS In …………………………………………… (10)
Nilai perlindungan jalan untuk kecelakaan keluar dari badan jalan (In: Intersection)
RPS In RFLiIn SeviIn CFIn ……………………………………… (13)
Muhammad Idris 9
Kolokium Jalan dan Jembatan
Nilai RPS pejalan kaki ditentukan dari perjumlahan masing-masing nilai RPS dari tipikal
kecelakaan terkait. Nilai RPS diberikan sebagai berikut :
RPS Ped RPS PC RPS Link …………………………………………… (14)
Muhammad Idris 10
Kolokium Jalan dan Jembatan
Muhammad Idris 11
Kolokium Jalan dan Jembatan
Muhammad Idris 12
Kolokium Jalan dan Jembatan
Posisi Geografis
(Longitude,Latitu
de dan Altitude)
Pavement Video Asset
View
GPS (Dimensi, kondisi
Camera
jalan dan guna
lahan sisi jalan)
Asset View Camera
Kondisi
(Cracking,Pothol
ing)
DMI (Distance
Measurement
Instrument) Kondisi Jalan
(Kekasaran,
Referensi Linear
Alur)
(chainage), Panjang rute
survai, Kecepatan
Setelah data hasil survey selesai terekam, proses selanjutnya adalah penilaian terhadap elemen-
elemen infrastruktur jalan yang terlebuh dahulu dituangkan ke dalam formulir yang dikembangkan
sebelumnya. Penilaian dilakukan dengan menggunakan software yang tersedia di kendaraan
Hawkeye. Salah satu contoh untuk melakukan penilaian terlebih dahulu diawali dengan
pengukuran elemen jalan seperti lebar lajur, lebar bahu dan jarak antar tepi jalan, lokasi berbahaya
seperti pohon dan tiang-tiang besar, median, seperti diberikan pada Gambar 8 dan Gambar 9.
Meskipun inspeksi melalui kendaraan meliputi perekaman yang berkelanjutan terhadap elemen-
elemen infrastruktur jalan, dan inspeksi melalui rekaman video merekam setiap interval 5–10
meter, dalam star-rating didasarkan pada 100 meter ruas jalan. Di akhir inspeksi, akan
menghasilkan sebuah rincian laporan yang merangkum kondisi jalan berdasarkan karakteristik
jaringan yang di inspeksi. Laporan tersebut berisi informasi seperti proporsi jaringan yang memiliki
bahu yang diberi perkerasan dan jumlah lokasi yang memadai untuk penyeberangan pejalan kaki
misalnya. Data ini kemudian diolah menggunakan perangkat lunak yang tersedia pada perangkat
lunak Hawk-eye untuk selanjutnya dilakukan perhitungan RPS dan star-rating.
2.003 m
Lebar bahu
Lebar lajur
Muhammad Idris 13
Kolokium Jalan dan Jembatan
Proses perhitungan RPS dan star rating semuanya dilakukan melalui software IRAP.
Gambar 9 berikut memperlihatkan contoh awal proses coding data untuk star rating dari perspektif
kendaraan penumpang.
Tabel. 2 Peringkat bintang Jalur Pantura Pulau Jawa – untuk kendaraan penumpang
Muhammad Idris 14
Kolokium Jalan dan Jembatan
Gambar 11. Hasil peringkatan bintang jalan di sepanjang Jalur Pantura Jawa
untuk pengguna sepeda motor
Muhammad Idris 15
Kolokium Jalan dan Jembatan
Tabel. 3 Peringkat bintang Jalur Pantura Pulau Jawa untuk sepeda motor
Tabel. 4 Peringkat bintang Jalur Pantura Pulau Jawa untuk pengguna sepeda
Muhammad Idris 16
Kolokium Jalan dan Jembatan
Muhammad Idris 17
Kolokium Jalan dan Jembatan
Tabel. 5 Peringkat bintang Jalur Pantura Pulau Jawa – untuk pejalan kaki
Hasil peringkatan bintang jalan yang diberikan di atas merupakan hasil perhitungan RPS
yang didasarkan hasil coding data dari Hawkeye yang diproses oleh perangkat lunak iRAP. Selain
hasil rating yang diberikan, hasil pengolahan data juga memberikan data tambahan lainnya yang
sangat penting untuk memback-up hasil rating tersebut, perangkat lunak iRAP memberikannya
secara detail untuk semua ruas jalan Palur pantura. Secara spesifik, perangkat lunak iRAP ini juga
dapat memberikan hasil star rating untuk segmen ruas jalan tertentu ruas jalan antara
Malandingan dan Panarukan Jawa Timur sepanjang 20 km untuk kendaraan penumpang seperti
ditnjukkan pada gambar berikut.
Muhammad Idris 18
Kolokium Jalan dan Jembatan
5. PEMBAHASAN
Tampilan hasil pengolahan star rating dari perangkat IRAP ternyata mampu memperlihatkan
kinerja keselamatan jalan di sepangang ruas jalan secara visual dengan indikator rating bintang.
Kinerja keselamatan jalan dengan rating bintang 5 yang ditampilkan pada gambar visual tersebut
mengindikasikan semua elemen infrastruktur jalan terpenuhi. Dengan perkataaan lain elemen-
elemen infrastruktur memenuhi standar yang ditetapkan. Sebaliknya, kinerja keselamatan
berbintang 1 mengindikasikan sebahagian besar elemen infrastruktur jalan belum memenuhi
standar.
Penilaian elemen infrastruktur jalan yang ditampilkan di atas ditinjau dari keempat
persfektif pengguna jalan. Perlu diinformasikan bahwa tidak semua jalan selalu memiliki rating
bintang yang sama dari keempat perspertif pengguna jalan. Ada kalanya suatu ruas jalan memiliki
rating yang baik untuk kendaraan penumpang misalnya, akan tetapi tidak cukup baik untuk
perspektif pejalan kaki. Kondisi ini menggambarkan bahwa jalan tersebut hanya aman bagi
kendaraan penumpang akan tetapi tidak cukup aman untuk pejalan kaki. Hal ini mengindikasikan
bahwa pada ruas tersebut kurang memperhatikan kebutuhan pejalan kaki. Kemungkinan besar
jalan tersebut tidak memiliki fasilitas yang cukup untuk pejalan kaki. Kasus yang juga ditemukan,
untuk beberapa ruas yang tidak cukup aman bagi sepeda motor atau untuk sepeda. Hal ini juga
mengindikasikan bahwa fasilitas untuk masing-masing pengguna jalan tersebut kemungkinan besar
kurang tersedia atau tidak tersedia sama sekali.
Selain mengeluarkan hasil star rating, software IRAP ini juga mengeluarkan usulan
perencanaan contermeasure lengkap perhitungan ekonomisnya. Table 6 berikut merupakan salah
satu luaran dari software IRAP untuk perhitungan Benefit Cost Ratio (BCR) 55%. Tabel tersebut
memperlihatkan urutan penanganan berikut biaya penanganan secara keseluruhan untuk ruas
Pantura Jawa. Tabel tersebut lebih jauh memperlihatkan bahwa pelebaran bahu (shoulder
widening) membutuhkan biaya lebih besar dari pada perbaikan delineasi (delineation). Bila usulan
penanganan ini tidak bisa direalisasikan secara keseluruhan, maka boleh dipilih usulan penanganan
yang bisa dilakukan sesuai kemampuan pendanaan. Sangat disarankan agar untuk memilih
penanganan harusnya yang berdampak terhadap peningkatan rating setelah ditangani. Software
IRAP dapat membantu mensimulasikan penanganan dengan memilih satu persatu atau gabungan
tipe penanganan yang dipandang memiliki pengaruh terbesar terhadap peningkatan rating.
Muhammad Idris 19
Kolokium Jalan dan Jembatan
Mencermati hasil ujicoba penerapan IRAP dengan menggunakan data secara terbatas
tersebut, ternyata mampu memberikan informasi penting mengenai kinerja keselamatan jalan
serta perencanaan investasi penanganannya. Informasi ini dipandang sangat bermanfaat bagi
perencana khususnya untuk membatu projek-projek preservasi jalan baik ditingkat pusat maupun
di Balai Pelaksana Pembangunan Jalan Nasional. Tidak hanya itu, informasi ini juga cukup penting
bagi semua pihak terutama untuk pengguna jalan untuk mengetahui kondisi jalan yang akan
dilaluinya. Sedangkan untuk pengembangan ruas-ruas jalan nasional khususnya pada jaringan
Koridor Ekonomi Indonesia (KEI) informasi ini dipandang penting terutama untuk menjadikan
ukuran kinerja keselamatan jalan tersebut sebagai salah satu indikator penilaian jaringan KEI ke
depan.
6. PENUTUP
Berdasarkan uraian di atas, beberapa hal yang dapat disimpulkan antara lain iRAP dengan konsep
star rating dapat memberikan input informasi penting baik untuk penyenggara jalan maupun untuk
pengguna jalan melalui pemberian bintang terhadap ruas-ruas jalan. Indikator keselamatan jalan
yang diberikan melalui konsep star rating dipandang sangat informatif. Ruas jalan dengan bintang-
5 mengindikasikan bahwa ruas jalan tersebut memiliki semua fitur keselamatan yang dibutuhkan,
sebaliknya ruas jalan dengan bintang-1 mengindikasikan bahwa ruas jalan tersebut masih
memerlukan peningkatan keselamatan jalan. Kecuali itu, informasi star rating yang dihasilkan iRAP
dapat dijadikan data awal yang efektif dan efisien untuk menunjang kegiatan inspeksi jalan dan
kegiatan uji laik fungsi jalan sebagaimana diamanatkan di dalam undang-undang 22 tahun 2009
tentang LLAJ.
Berdasarkan pengalaman di berbagai negara yang sudah mengimplementasikan iRAP secara
umum memberikan hasil yang cukup signifikan di dalam meningkatkan kualitas keselamatan jalan.
Secara keseluruhan konsep penilaian kinerja jalan melalui pendekatan iRAP dipandang sangat
bermanfaat bila diimplementasikan di Indonesia.
Muhammad Idris 20
Kolokium Jalan dan Jembatan
7. DAFTAR PUSTAKA
AusRAP, 2008, Star Rating for Queeslands Country Highways, Traffic & Safety Department, RACQ
DI Michael Aleksa, DI Peter Saleh, DI Rainer Stütz (2006), Road Safety Inspection and Road Safety
Audit Transport Routes Engineering
IRAP, 2009, The IRAP Methodology: Star Rating Roads for Safety, International Road Assessment
Programme, London
IRAP, 2009, The IRAP Methodology: Safer Roads Insvestment Plans, International Road
Assessment Programme, London
IRAP Asia Pasific, 2010, Indonesian Project IRAP Demonstration, IRAP Asia Pasific
Pusjatan, 2011, Laporan Akhir Studi Penyusunan Naskah Ilmiah Penilaian Dampak Keselamatan
Jalan dan IRAP, Tahun Anggaran 2011; Tidak Dipublikasikan; Pusat Litbang Jalan dan
Jembatan, Balitbang Kementerian Pekerjaan Umum, Bandung
***
Muhammad Idris 21