Professional Documents
Culture Documents
Buku Acuan:
International Convention on Load Lines, 1966 and Protocol of 1988, Consolidated Edition 2005,
International Maritime Organization (IMO), London, 2005
International Conference on Tonnage Measurement of Ships 1969, IMO, London, 1983
Robert Taggart, Ed., Ship Design and Construction, SNAME, Jersey City, NJ, 1980
o Clyde M Leavitt, Chapter XVII, Launching, pp. 657 695
V. Semyonov Tyan Shansky, Statics and Dynamics of Ship, Chapter VII: Launching, pp.
332 400, Peace Publishers, Moscow, 196?
International Convention on the Safety of Life at Sea, 1974, and 1988 Protocol relating thereto,
Consolidates Edition 2008, IMO, London, 2008
kapal tak terdaftar yang mengibarkan bendera suatu Pemerintah yang menanda tangani
Convention ini
2. Convention ini berlaku untuk kapal yang melakukan pelayaran international
4. Kapal sekarang mengikuti peraturan lama dan tidak usah mengubah lambung timbulnya.
Survey
Article 14 Initial, renewal and annual surveys
Survey awal (Initial survey) sebelum kapal dioperasikan, meliputi pemeriksaan lengkap
konstruksi kapal dan peralatannya, apakah sudah memenuhi semua yang disyaratkan dalam
konvensi ini.
Survey pembaharuan (renewal survey) dengan selang waktu yang ditentukan oleh
Administration, tetapi tidak lebih dari 5 tahun, meliputi pemeriksaan lengkap konstruksi kapal
dan peralatannya, susunan, bahan dan ukuran, apakah sudah memenuhi semua yang
disyaratkan dalam konvensi ini.
Survey tahunan (annual survey) yang dilakukan dalam waktu antara 3 bulan sebelum sampai
3 bulan sesudah ulang tahun sertifikat, untuk memastikan bahwa:
o tidak ada perubahan yang dilakukan pada badan kapal maupun bangunan atasnya yang
berpengaruh pada perhitungan lambung timbul
o alat dan perlengkapan untuk melindungi bukaan, pagar pengaman, freeing port dan
jalan masuk ke ruang ABK terpelihara dengan baik
o marka lambung timbul terpasang benar dan permanen
o informasi yang disyaratkan oleh Regulation 10 memang ada
Sertifikat
Article 16 Issue of certificates
1. Kapal yang memenuhi semua persyaratan Konvensi mendapatkan Sertifikat Lambung Timbul
Internasional.
2
Kapal standard
Untuk menghitung lambung timbul suatu kapal, bentuk dan ukuran suatu kapal dibandingkan dengan
kapal standard. Kapal standard ini dikembangkan sejak awal dalam pembuatan peraturan lambung
timbul.
Kapal standard ini adalah kapal yang:
mempunyai L/D = 15
sarat T = 0.85 D
koefisien blok CB = 0.68
sheer standard
panjang minimum bangunan atas 35 % untuk kapal dengan L di bawah 100 m
Untuk kapal standard ini diberikan lambung timbul menurut tabel lambung timbul. Dalam tabel itu,
kapal yang lebih panjang mendapat lambung timbul yang lebih besar.
2.
3.
9.
Regulation 2 Application
Kapal yang dikenai Regulation 1 - 40 adalah:
Kapal yang mempunyai propulsi mekanis
tongkang dengan muatan dalam palkah (lighters)
tongkang dengan muatan geladak (barges)
kapal lain tanpa propulsi mekanis
Kapal dengan muatan kayu di geladak, selain yang di atas, dikenai juga Regulation 41 sampai
dengan 45
Kapal layar dan kapal tunda dikenai Regulation 1 - 40. Tambahan freeboard dapat diminta oleh
Administration
Kapal cepat yang memenuhi persyaratan International Code of Safety for High-Speed Craft, 2000
(2000 HSC Code) dan telah disurvey dan diberi sertifikat sesuai Code tersebut, dianggap telah
memenuhi peraturan ini.
Deck line
1. Semua bukaan pada sekat ujung bangunan atas tertutup harus diberi daun pintu yang
a. dibuat dari baja atau bahan yang setara
b. terpasang permanen dan dengan kuat pada sekat
c. dengan ambang pintu dan berpenegar dan terpasang sedemikian sehingga seluruh
konstruksi sama kuat dengan pelat tak berlubang
d. sistem kedap cuaca berupa gasket dan peralatan penekan (clamping device) atau yang
setara dan terpasang permanen pada sekat atau pada daun pintu
e. pintu harus dapat dioperasikan dari kedua sisi
2. Pintu harus terbuka ke luar supaya lebih aman terhadap hantaman angin dan ombak, kecuali
jika diijinkan Administration
3. Tinggi ambang bukaan pada sekat ujung bangunan atas tertutup 380 mm di atas geladak
4. Ambang dapat lepas (portable sill) harus dihindari. Tetapi untuk mempermudah bongkar muat
suku cadang yang berat, boleh dipasang ambang dapat lepas dengan syarat:
a. harus dipasang sebelum kapal meninggalkan pelabuhan
b. harus bergasket dan dipasang dengan baut tembus berjarak rapat
Regulation 13 Position of hatchways, doorways and ventilators
Position 1
pada geladak freeboard terbuka dan geladak penggal (raised quarterdeck) terbuka
pada geladak bangunan atas terbuka yang terletak di depan 0.25 L dari FP
Position 2
pada geladak bangunan atas terbuka yang terletak di belakang 0.25 L dari FP dan terletak
paling sedikit sebesar 1 x tinggi standar bangunan atas di atas geladak freeboard
pada geladak bangunan atas terbuka yang terletak di depan 0.25 L dari FP dan terletak paling
sedikit sebesar 2 x tinggi standard bangunan atas di atas geladak freeboard
posisi 1
posisi 1
RQD
0.25L
AP
FP
posisi 2
RQD
AP
0.25L
FP
ii.
batang pelindung (battens) yang melindungi kain terpal pada bibir ambang palkah, dibuat
dari kayu
baji (wedges) untuk menahan kain terpal supaya tidak terbuka dan terbawa angin. Dibuat dari
kayu yang keras dan kemiringannya 1/6. Tebal di ujung kecil 13 mm
besi penahan (cleats) bersama dengan baji menahan kain terpal, lebarnya 65 mm dan jarak
antaranya 600 mm dan dari sudut palkah, jaraknya 150 mm. Sudut kemiringannya harus
sama dengan sudut kemiringan baji
batang baja (steel bars) dipasang di atas terpal untuk lebih menjamin terpal tidak terbuka
Jika dipakai pontoon cover untuk menggantikan balok palkah dan papan penutup, maka untuk
merancang,
beban harus menurut Regulation 16(2) sampai dengan (4)
max x 1.47 upperyield
defleksi max = 0.0044 panjang tak disangga
tebal pelat 1 % jarak penegar atau 6 mm, diambil yang besar
Regulation 16 Hatchway closed by weathertight covers of steel or other
equivalent materials
10
(a) Semua lubang palkah pada posisi 1 dan 2 harus diberi penutup baja atau bahan yang setara.
penutup itu harus kedap cuaca dan diberi gasket dan penjepit
sistem pengedap cuaca dan penjepit harus disetujui Administration
sistem di atas harus mampu bekerja dalam keadaan laut apapun
sistem itu diuji pada awal, tahunan dan pembaharuan sertifikat
Sistem ini terdiri dari:
penutup baja dari pelat dan penegar, besar beban adalah sebagai berikut:
(b) untuk kapal dengan L 100 meter, posisi 1 di depan titik 0.25 L dari FP
a. Beban gelombang di FP:
Load = 5 + (LH - 100) a [t/m2]
dengan LH = L dan 100 m L 340 m
LH = 340 m jika L > 340 meter
L adalah panjang menurut Regulation 3(1)
a adalah faktor dalam Tabel 16.1
Type kapal
a
Type 'B'
0.0074
Type 'B-60' dan type 'B-100'
0.0363
dan berkurang secara linier menjadi 3.5 t/m2 pada posisi 0.25 L dari FP. Beban untuk
tiap panel dihitung pada titik tengah panel tersebut.
b. Pada posisi 1 yang lain, beban diambil sebesar 3.5 t/m2.
c. Pada posisi 2, beban diambil sebesar 2.6 t/m2.
d. Jika lubang palkah pada posisi 1 berada tinggi standard bangunan atas di atas geladak
freeboard, beban boleh diambil sebesar 3.5 t/m2.
(c) Untuk kapal dengan L = 24 m
a. Posisi 1 di depan titik 0.25 L dari FP, beban gelombang diambil sebesar 2.43 t/m2 dan
berkurang secara linier menjadi 2 t/m2 pada posisi 0.25 L dari FP. Beban untuk tiap
panel dihitung pada titik tengah panel tersebut.
b. Pada posisi 1 yang lain, beban diambil sebesar 2 t/m2.
c. Pada posisi 2, beban diambil sebesar 1.5 t/m2.
11
d. Jika lubang palkah pada posisi 1 berada tinggi standard bangunan atas di atas geladak
freeboard, beban boleh diambil sebesar 2 t/m2.
(d) Untuk panjang dan posisi di antaranya, lihat tabel berikut
Geladak
Di FP
0.25L dari FP
Di belakang
0.25L dari FP
L > 100 m
Freeboard deck
Lihat 16(2)(a)
3.5 t/m2
3.5 t/m2
2
2
Superstructure deck
3.5 t/m
3.5 t/m
2.6 t/m2
L = 100 m
Freeboard deck
5 t/m2
3.5 t/m2
3.5 t/m2
Superstructure deck
3.5 t/m2
3.5 t/m2
2.6 t/m2
L = 24 m
Freeboard deck
2.43 t/m2
2 t/m2
2 t/m2
Superstructure deck
2 t/m2
2 t/m2
1.5 t/m2
Untuk harga di antara, dipakai interpolasi linier
(e) Semua penutup palkah harus dirancang sehingga
a. max * 1.25 upperyield
atau max * 1.25 buckling
b. defleksi max = 0.0056 panjang tak disangga
c. tebal pelat 1 % jarak penegar atau 6 mm, diambil yang besar
d. diberikan corrosion margin yang pantas
Regulation 17Machinery space openings
Regulation 18 Miscellaneous openings in freeboard and superstructure decks
Regulation 19 Ventilators
1)
Ventilator dalam posisi 1 dan 2 yang menuju ke ruangan di bawah freeboard deck atau geladak
bangunan atas tertutup harus
mempunyai ambang (coamings) dari baja atau bahan setara
konstruksi yang kokoh
hubungan yang kuat dengan geladak
Tinggi coamings ventilator di atas deck pada
posisi 1 900 mm
posisi 2 760 mm
Jika tinggi coamings suatu ventilator > 900 mm, coamings harus diberi penyangga khusus
2) Ventilator yang melewati bangunan atas tak tertutup harus
mempunyai ambang (coamings) dari baja atau bahan setara
konstruksi yang kokoh
pada geladak freeboard
12
3) Ventilator pada posisi 1 dengan tinggi coamings > 4.5 meter di atas geladak dan
pada posisi 2 dengan tinggi coamings > 2.3 meter di atas geladak,
tidak perlu diberi penutup kecuali jika diminta secara khusus oleh Administration
4) Mulut ventilator harus diberi piranti penutup kedap cuaca dari baja atau bahan setara, kecuali
seperti yang ditentukan dalam paragraph (3).
Untuk kapal dengan L 100 meter, piranti penutup ini harus terpasang permanen
Pada kapal lain, piranti penutup ini harus disimpan dekat ventilator yang akan ditutup.
5) Pada lokasi terbuka, tinggi coamings bisa ditambah atas permintaan Administration
Regulation 20 Air pipes
1) Jika pipa udara untuk tangki ballast dan tangki lain naik sampai ke geladak freeboard atau geladak
bangunan atas, bagian terbuka dari pipa harus berkonstruksi yang kuat, dan tinggi di atas geladak
ke titik tempat air bisa masuk harus
760 mm pada geladak freeboard
450 mm pada geladak bangunan atas
2) Jika tinggi ini mengganggu operasi kapal, tinggi bisa dikurangi asal Administration puas dengan
cara penutupan dan keadaan lain yang mendukung pengurangan tersebut
3) Pipa udara harus diberi alat penutup otomatis
4) pressure-vacuum valve (PV valve) boleh dipakai untuk tanker
Regulation 21 Cargo ports and other similar openings
Regulation 22 Scuppers, inlets and discharges
Regulation 22-1 Garbage chutes
Regulation 22-2 Spurling pipes and cable lockers
Regulation 23 Sidescuttles, windows and skylights
Regulation 24 Freeing ports
poop
well
bulwark
AP
well
forecastle
bridge
bulwark
FP
13
well
well
freeboard deck
bulwark
AP
bulwark
FP
(1) .
(a) Jika bulwark pada bagian terbuka geladak freeboard atau geladak bangunan atas membentuk
well, harus disediakan cara untuk membebaskan dek dari air dan membuangnya.
Luas lubang pengering
Regulation 24-1
Luas lubang pengering dihitung 3 kali:
berdasarkan panjang well:
(b) luas lubang pengering (freeing port)
(i)
pada satu sisi kapal
(ii)
untuk tiap well pada geladak freeboard
(iii)
untuk kapal dengan sheer standard atau lebih besar:
maka
jika tinggi rata-rata bulwark 1.2 meter, luas lubang pengering harus ditambah dengan
A = 0.004 (hb - 1.2m)/0.1 [m2]
jika tinggi rata-rata bulwark 0.9 meter, luas lubang pengering boleh dikurangi dengan
A = 0.004 (0.9 - hb)/0.1 [m2]
Regulation 24-2
(c) Jika kapal tidak mempunyai sheer, rumus dalam paragraf (b) harus ditambah dengan 50 %. Jika
sheer kapal kurang dari standard, penambahan didapat dari interpolasi linier.
(d) Pada flush deck ship dengan
o rumah geladak di tengah dan lebarnya 80 % lebar kapal
o lebar jalan di sampingnya 1.5 m,
maka kapal tersebut mempunyai 2 well. Masing-masing well harus diberi lubang pengering
berdasarkan panjang well.
(e) Jika suatu sekat tirai (screen bulkhead) dipasang selebar kapal pada ujung depan rumah geladak
di tengah kapal, maka geladak terbuka terbagi menjadi 2 well dan tidak ada batasan lebar
rumah geladak
(f) Well pada geladak penggal diperlakukan seperti pada geladak lambung timbul
(g) Pembatas got yang tingginya 300 mm yang dipasang pada tanker sekitar cargo manifold dan
pipa muat dianggap sebagai bulwark. Maka harus ada lubang pengering menurut ketentuan di
atas. Penutup yang dipasang selama proses bongkar-muat harus dibuat sedemikian rupa hingga
tidak mungkin macet selama di laut
Regulation 24-3
berdasarkan lebar lubang palkah:
(2) Jika
o kapal dengan trunk tidak memenuhi Regulation 36(1)(e) (yaitu memakai open rail)
14
atau
o sisi ambang palkah dibuat menerus atau sebagian besar menerus di antara 2 bangunan atas,
luas minimum freeing port dihitung sebagai berikut:
BH/B
F2/AB
40 %
20 %
75 %
10 %
dengan
BH = lebar lubang palkah atau lebar trunk
B = lebar kapal
F2 = luas minimum freeing port
AB = luas bulwark = panjang well * tinggi bulwark sebenarnya
Untuk harga BH di antaranya dihitung dengan interpolasi linier.
Lubang pengering pada bulwark harus dibandingkan terhadap luas penampang aliran bebas
sebagai berikut:
Luas lubang pengering menurut paragraph (1) kita sebut F1, luas lubang pengering menurut
paragraph (2) kita sebut F2 dan luas penampang aliran bebas kita sebut fP
(a) Jika fP F2, maka yang dipakai F1
(b) Jika fP F1, maka yang dipakai F2
(c) Jika F1 < fP < F2 maka luas lubang pengering pada bulwark dihitung menurut rumus berikut:
F = F1 + F2 - fP [m2]
(4) Pada kapal yang mempunyai bangunan atas yang terbuka (ada bukaan tak berpenutup) pada
geladak freeboard atau pada geladak bangunan atas, pada salah satu atau kedua ujungnya ke well
yang dibentuk oleh bulwark pada geladak terbuka, harus disediakan lubang pengering yang cukup
untuk bagian terbuka bangunan atas tersebut.
Luas lubang pengering minimum pada tiap sisi kapal untuk bangunan atas terbuka (AS) dan
untuk well (AW) dihitung sebagai berikut:
(a) Hitung panjang total well T yaitu jumlah panjang geladak terbuka yang dipagari oleh bulwark
W dan panjang terbuka dalam bangunan atas terbuka S
(b) Menghitung AS
(ii) Hitunglah luas lubang pengering A dengan panjang total well T dan tinggi bulwark
standard menurut paragraph (1)
(iii) Kalikan dengan 1.5 jika kapal tidak mempunyai sheer, menurut paragraph (1)(c)
(iv) Kalikan dengan factor (b0/lT) untuk koreksi b0 = lebar bukaan pada sekat ujung bangunan
atas terbuka
15
(ii)
(v) Kalikan dengan factor 1 (W/ T)2 untuk koreksi panjang bangunan atas terbuka
(vi) Kalikan dengan factor 0.5(hS/hW)
untuk koreksi tinggi geladak well di atas geladak
freeboard
dengan
hS = tinggi standard bangunan atas
hW = tinggi geladak well di atas geladak freeboard
(c) Menghitung AW
(i) Hitunglah luas nominal lubang pengering A dengan panjang well W, lalu lakukan koreksi
untuk tinggi bulwark sebenarnya hB:
Untuk tinggi bulwark > 1.2 meter: A ditambah dengan
AC = W(hB 1.2)/(0.10 x 0.004) [m2]
Untuk tinggi bulwark < 0.9 meter: A dikurangi dengan
AC = W(0.9 - hB)/(0.10 x 0.004) [m2]
Untuk tinggi bulwark 0.9 m hB 1.2 m, tidak ada koreksi, AC = 0
luas lubang pengering yang sudah dikoreksi AW = A
Kalikan dengan 1.5 jika kapal tidak mempunyai sheer, menurut paragraph (1)(c)
Kalikan dengan factor 0.5(hS/hW) untuk koreksi tinggi geladak well di atas geladak
freeboard
d) Hasil perhitungan lubang buang untuk bangunan atas terbuka AS dan untuk well AW harus
diberikan pada tiap sisi bangunan atas terbuka dan tiap sisi well yang terkait
e) Ringkasan:
Jika T > 20 meter,
o luas lubang pengering untuk well adalah
AW = (0.07 W + AC)(koreksi sheer)(0.5hS/hW)
o luas lubang pengering untuk bangunan atas terbuka adalah
AS = (0.07 T) x koreksi sheer x (b0/lT)(1 (W/ T)2(0.5hS/hW)
Jika T 20 meter,
A = 0.7 + 0.035 T
(5) Sisi bawah freeing port harus sedekat mungkin dengan geladak.
Dua per tiga () luas lubang pengering yang disyaratkan harus terletak dalam panjang well
yang terdekat dengan titik terendah garis sheer
Sepertiga sisanya harus tersebar merata pada sisa panjang well
Pada geladak lambung timbul terbuka tanpa atau dengan sedikit sheer, luas lubang pengering
harus tersebar merata sepanjang well.
(6) Semua bukaan untuk lubang pengering harus dilindungi oleh batang-batang yang berjarak sekitar
230 mm.
Jika penutup dipasang pada freeing port, harus diberikan clearance yang banyak untuk
menghindari macet.
Engsel harus mempunyai poros atau bantalan dari bahan tak berkarat
Penutup tidak boleh diberi pengunci
Regulation 25 Protection for the crew
1. Rumah geladak yang dipakai untuk akomodasi ABK harus mempunyai kekuatan yang cukup
(memenuhi peraturan kelas)
2. Pagar pengaman atau kubu-kubu harus dipasang sekeliling semua geladak terbuka. Tinggi
bulwark atau guardrail ini minimum 1 meter dari geladak, kecuali jika tinggi ini dianggap
mengganggu operasi kapal dan Administration menganggap perlindungan sudah cukup.
o Pagar pengaman yang dipasang pada geladak bangunan atas dan geladak lambung timbul
a. paling sedikit punya 3 batang datar. Batang terendah 230 mm dari geladak. Jarak
antara batang-batang yang lain 380 mm.
16
b. Pada bagian lain pagar pengaman harus punya paling sedikit 2 batang.
c. Pada kapal dengan rounded gunwales, penyangga pagar harus dipasang pada bagian
geladak yang datar.
Persyaratan untuk pagar pengaman:
a. tiang penyangga tetap, dapat-lepas atau berengsel harus dipasang dengan jarak antara
sekitar 1.5 meter. Tiang penyangga dapat-lepas atau berengsel harus dapat dikunci pada
kedudukan tegak.
b. paling sedikit satu dari tiap 3 tiang penyangga harus diberi bracket
c. jika dibutuhkan untuk operasi normal dari kapal, batang dapat diganti dengan wire rope.
Wire rope harus ditegangkan dengan turnbuckle.
d. jika dibutuhkan untuk operasi normal dari kapal, batang dapat diganti dengan rantai
antara dua tiang tetap atau antara tiang tetap dan bulwark
3. Jalan lewat yang aman sesuai ketentuan dalam Regulation 25-1 harus disediakan bagi
perlindungan ABK untuk meninggalkan atau menuju
o ruang akomodasinya,
o ruang permesinan
o ruang lain yang mutlak perlu untuk operasi kapal
4. Muatan geladak pada semua kapal harus diatur sedemikian sehingga di sekitar muatan geladak
semua bukaan untuk meninggalkan atau menuju
o ruang akomodasinya
o ruang permesinan
o ruang lain yang mutlak perlu untuk operasi kapal
dapat ditutup dan dikunci untuk mencegah air masuk.
Perlindungan bagi ABK dalam bentuk pagar pengaman atau pagar tali harus disediakan di atas
muatan geladak jika tidak ada jalan yang aman di geladak atau di bawahnya
Regulation 25-1 Means of safe passage of crew
1. jalan lewat yang aman untuk ABK harus disediakan
menurut salah satu cara menurut Tabel 25-1.1 di
bawah ini
2. Bangunan yang dapat diterima yang disebut dalam
Tabel 25-1.1 ditentukan sebagai berikut:
a. lorong di bawah dek
i. dengan penerangan dan ventilasi yang
cukup
ii. dengan bukaan bersih lebar 0.8 m dan
tinggi 2 m
iii. sedekat mungkin dengan geladak
freeboard
menghubungkan dan menjadi jalan lewat dari
dan ke tempat-tempat tertentu
b. jembatan (gangway) permanen dan
berkonstruksi yang efisien,
i. setinggi atau di atas geladak bangunan
atas
ii. pada atau sedekat mungkin dengan centreline kapal
iii. jalan menerus dengan lebar 0.6 m dan permukaan tidak licin (non-slip surface)
iv. pagar pengaman pada kedua sisi dipasang sepanjang gangway tersebut, tinggi
1 meter, dengan 3 batang pengaman dan konstruksi sesuai regulation 25(3)
v. ada footstop
c. jalan (walkway) permanen pada geladak freeboard
17
i. lebar 0.6 m
ii. 2 baris pagar pengaman dengan tiang penyangga berjarak 3 meter. Banyaknya
batang dan jaraknya menurut regulation 25(3)
iii. pada kapal type 'B', ambang palkah yang tingginya 0.6 meter dapat dianggap
sebagai pagar pengaman, asal di antara 2 ambang diberi 2 baris pagar pengaman
d. wire rope lifeline
i. diameter 10 mm
ii. tiang penyangga berjarak 10(?) meter
atau
iii. handrail atau wire rope yang dipasang pada hatch coamings dan menerus dan
disangga antara ambang palkah
e. jembatan (gangway) permanen
i. setinggi atau di atas geladak bangunan atas
ii. pada atau sedekat mungkin dengan centreline kapal
iii. diletakkan sedemikian hingga tak merintangi jalan menyeberang ke tempat kerja
di geladak
iv. lantainya selebar 1 m
v. dibuat dari bahan tahan api dan tidak licin
vi. pagar pengaman sepanjang gangway menurut ketentuan dalam regulation 25(3)
vii. footstop pada kedua sisi
viii. mempunyai bukaan dengan tangga (jika perlu) ke geladak di bawahnya. Jarak
antara bukaan 40 meter
ix. mempunyai gardu lindung di sisi gangway dengan jarak antara 45 meter jika
panjang geladak terbuka melebihi 70 meter. Gardu lindung dapat memuat 1
orang dan memberi perlindungan dari kiri, kanan dan depan.
f. jalan (walkway) permanen
i. pada geladak freeboard
ii. pada atau sedekat mungkin dengan centreline kapal
iii. syarat lain seperti pada (e), kecuali tanpa footstop
Untuk kapal type 'B' (dengan sertifikat membawa muatan curah cair) dengan kombinasi
tinggi hatch coamings dan penutup palkah 1 m, ambang palkah ini dapat dianggap
sebagai salah satu sisi walkway, asal di antara dua ambang palkah dipasang 2 baris
pagar pengaman
3. Pada arah melintang, penempatan yang diijinkan untuk jalan menurut paragraf (2)(c), (d) dan
(f) adalah
i. pada atau dekat dengan centreline kapal atau pada penutup palkah pada atau
dekat dengan centreline kapal
ii. dipasang pada ke dua sisi kapal
iii. dipasang pada salah satu sisi kapal, tetapi disediakan sarana untuk
memasangnya di sisi yang lain
iv. dipasang pada salah satu sisi kapal saja
v. dipasang pada tiap sisi hatchway, sedekat mungkin dengan centreline
4. a
a. Jika dipasang wire rope, harus dipasang juga turnbuckle untuk menjamin
ketegangannya
b. Jika diperlukan untuk operasi normal kapal, wire rope baja boleh menggantikan pagar
pengaman
c. Jika diperlukan untuk operasi normal kapal, rantai yang dipasang antara dua tiang
penyangga tetap boleh menggantikan pagar pengaman
d. Jika dipakai tiang penyangga (stanchion), tiap tiang penyangga ke 3 harus diberi
bracket atau penopang (stay)
e. Tiang penyangga dapat lepas atau berengsel harus dapat dikunci pada kedudukan tegak.
f. Harus disediakan jalan melewati rintangan seperti pipa dan perlengkapan permanen lain
18
diabaikan, asal semua bukaan pada geladak terbuka di atasnya mempunyai penutup
yang kedap cuaca
iv.
Sistem pengeringan pada bagian yang turun harus diberi perhatian khusus, juga
pengaruh permukaan bebas pada stabilitas
v.
Ketentuan pada paragraf i sampai iv tidak dimaksudkan untuk kapal keruk,
hopper barges atau kapal dengan palkah besar yang terbuka, yang masing-masing kasus
akan dipertimbangkan tersendiri.
pada kapal logam dari sisi atas lunas ke sisi atas balok geladak lambung timbul
pada kapal kayu dan komposit dari sisi bawah keel rabbet ke sisi atas gading
geladak lambung timbul.
Jika bagian bawah penampang gading besar berbentuk cekung atau jika dipasang
garboard strake yang tebal, jarak diukur dari perpotongan bidang datar alas dengan
sisi lunas
(b) Pada kapal yang mempunyai gunwale melengkung (rounded gunwale), tinggi moulded
diukur dari titik potong perpanjangan garis geladak dan garis sisi seakan-akan gunwale
tidak melengkung
(c) Jika geladak lambung timbul terpenggal (stepped) dan bagian yang tinggi mencakup tempat
pengukuran, tinggi moulded harus diukur sampai ke garis acuan yang merupakan
perpanjangan bagian yang rendah dan sejajar dengan bagian yang tinggi
i. sebesar 96 % panjang total garis air pada sarat 0.85 tinggi geladak moulded
terendah diukur dari lunas
ii. dari sisi depan linggi haluan sampai ke sumbu tongkat kemudi
diambil yang lebih besar.
(b) Untuk kapal tanpa poros kemudi, panjang (Length) L diambil sebesar 96 % panjang total
garis air pada sarat 0.85 tinggi geladak moulded terendah
(c) Jika bentuk linggi haluan adalah cekung di atas bidang air pada 85% D, ujung depan L dan
ujung depan linggi haluan diambil pada proyeksi vertikal titik paling belakang garis linggi
haluan ke bidang air tadi
lihat Figure 3.1
(d) Pada kapal yang dirancang lunasnya bersudut terhadap bidang datar, bidang air tempat
mengukur L dibuat sejajar dengan bidang air rancang dan pada 85% Dmin. Untuk mendapat
Dmin, dibuat garis sejajar lunas kapal dan menyinggung garis sheer moulded dari geladak
freeboard. Pada titik singgung dibuat garis tegak hingga memotong lunas kapal. Panjang
garis ini adalah Dmin. Lihat Figure 3.2
(2)
Garis tegak depan (forward perpendicular) dibuat pada ujung depan panjang L dan harus
berimpit dengan sisi depan lunas pada garis air tempat mengukur L
(4)
Lebar (breadth) B. Kecuali disebutkan secara khusus, lebar B adalah lebar terbesar di tengah
kapal diukur ke
garis moulded gading untuk kapal logam
permukaan luar badan kapal untuk kapal dengan bahan lain
(6)
Tinggi untuk lambung timbul (depth for freeboard) D
(a) Tinggi untuk lambung timbul D adalah
tinggi moulded di tengah kapal
ditambah tebal geladak lambung timbul
(b) Pada kapal yang mempunyai gunwale melengkung dengan jari-jari > 4 % B atau
mempunyai bentuk bagian atas yang tidak biasa, tinggi untuk lambung timbul D diambil
sama dengan kapal berdinding tegak, dengan lengkung lintang geladak (round of beam,
camber) yang sama dan luas penampang yang sama
(7)
Koefisien blok (block coefficient). Koefisien blok dihitung dengan rumus
Cb
L B d1
(a)
(8)
(10)
dengan =
volume moulded kapal, tidak termasuk bossing, untuk kapal berlambung logam
volume sampai sebelah luar pelat kulit untuk kapal berlambung bahan lain
semuanya diukur pada sarat moulded d1
d1 diambil 85 % moulded depth terkecil
(b) Untuk menghitung koefisien blok kapal berbadan banyak, harus dipakai lebar penuh (B)
menurut paragraf (4) dan bukan lebar satu badan.
Lambung timbul (freeboard) adalah jarak tegak dari sisi atas garis geladak (deck line) sampai
sisi atas garis muat (load line) terkait, diukur di tengah kapal
Bangunan atas (superstructure)
a. Bangunan atas adalah bangunan bergeladak dan lebarnya dari satu sisi ke sisi yang lain
atau pelat sisinya masuk ke dalam tidak lebih dari 4% B. Geladak penggal (raised
quarterdeck) dianggap sebagai bangunan atas
b. Bangunan atas tertutup (enclosed superstructures) adalah bangunan atas yang
(i) mempunyai sekat pelindung yang konstruksinya efisien
(ii) lubang pintu keluar masuk (access), kalau ada, pada sekat pelindung mempunyai daun
pintu yang memenuhi persyaratan regulation 12
(iii)semua lubang lain pada sisi atau sekat-sekat ujung bangunan atas mempunyai penutup
yang kedap cuaca dan efisien
Anjungan atau kimbul tidak boleh dianggap tertutup kecuali jika bagi ABK disediakan pintu
(access) lain yang selalu dapat dipakai untuk ke Kamar Mesin dan tempat kerja lainnya di
dalam bangunan atas ini kalau pintu pada sekat ditutup.
c. Tinggi bangunan atas adalah tinggi vertikal terkecil diukur di sisi kapal dari sisi atas balok
geladak bangunan atas ke sisi atas balok geladak lambung timbul
d. Panjang bangunan atas adalah panjang rata-rata bagian bangunan atas yang terletak dalam
panjang L
e. Bridge adalah bangunan atas yang tidak meliputi baik Garis Tegak Depan maupun Garis
Tegak Belakang
f. Poop adalah bangunan atas yang meliputi dari Garis Tegak Belakang ke arah depan tetapi
tidak mencapai Garis Tegak Depan. Poop dapat berawal dari titik di belakang Garis Tegak
Belakang.
g. Forecastle adalah bangunan atas yang meliputi dari Garis Tegak Depan ke belakang tetapi
tidak mencapai Garis Tegak Belakang. Forecastle dapat berawal dari titik di depan Garis
Tegak Depan.
h. Full superstructure adalah bangunan atas yang paling sedikit meliputi Garis Tegak Depan
maupun Garis Tegak Belakang
23
i. Raised quarterdeck adalah bangunan atas yang meliputi Garis Tegak Belakang ke depan
dan biasanya tingginya kurang dari tinggi bangunan atas biasa dan mempunyai sekat ujung
depan yang utuh (kecuali jendela bulat tak dapat buka dengan penutup logam dan manhole
yang berpenutup yang dibaut). Jika sekat depan tidak utuh karena ada pintu atau jalan
masuk lain, dianggap sebagai poop.
(11) Superstructure deck adalah geladak yang menjadi batas atas bangunan atas
(12) Flush deck ship adalah kapal yang tidak mempunyai bangunan atas pada geladak lambung
timbulnya.
(13) Weathertight berarti pada semua keadaan laut air tidak menembus masuk badan kapal
(14) Watertight berarti mampu mencegah air menembus bangunan baik masuk maupun keluar dan
menahan tekanan air dengan tinggi tekan rancang maksimum
(15) Well adalah semua tempat pada geladak yang terbuka terhadap cuaca yang dapat mengurung air.
Well adalah daerah pada geladak yang dibatasi oleh 2 atau lebih bangunan.
a. dirancang hanya untuk membawa muatan curah cair (liquid cargoes in bulk)
b. geladak terbuka mempunyai integritas tinggi dengan bukaan kecil untuk masuk ke
ruang muat, yang ditutup oleh penutup dari baja atau bahan lain yang kedap air dan
bergasket
c. ruang muat dengan muatan penuh mempunyai permeabilitas yang rendah
Freeboard [mm]
...
3433
Freeboard [mm]
...
5303
Penutup palkah
Ada 2 macam sistem penutup palkah: yang dari kayu (tradisional) ditutup terpal: lihat Regulation 15
Hatchways closed by portable covers and secured weathertight by tarpaulins and battening devices
dan yang dari baja dengan gasket dan pengunci: lihat Regulation 16 Hatchways closed by
weathertight covers of steel or other equivalent materials
5) Dalam tiap ruang muat yang terisi cairan menurut (ii) kecuali tangki cairan habis pakai
menurut (iv), dihitung koreksi permukaan bebas terbesar pada sudut oleng 50.
Sebagai cara lain, pengaruh permukaan bebas sebenarnya boleh dipakai, asal cara
menghitungnya disetujui Administration.
6) Berat dihitung dengan berat jenis berikut ini
Air laut
1.025
Air tawar
1.000
Minyak bakar
0.950
Minyak diesel
0.900
Minyak lumas
0.900
Asumsi kerusakan
Regulation 27(12) Damage assumption
a) Lingkup kerusakan vertical adalah dari bidang dasar ke atas tanpa batas
b) Lingkup kerusakan melintang adalah B/5 atau 11.5 m, diambil yang kecil
diukur ke dalam dari sisi kapal tegak lurus centerline pada sarat Summer Load Line
c) jika kerusakan yang kurang dari menurut (a) dan (b) menyebabkan keadaam yang lebih parah,
kerusakan yang kurang itu yang diambil
d) kebocoran terjadi dalam satu kompartemen saja antara 2 sekat, asal sekat bujur sebagai batas dalam
kompartemen tidak terletak dalam daerah kerusakan.
Sekat lintang batas wing tank yang tidak selebar kapal dianggap tidak rusak asal lebarnya lebih
dalam dari daerah kerusakan melintang menurut (b)
Jika suatu sekat lintang mempunyai bagian mendatar (step) atau mempunyai bagian
memanjang (recess) yang panjangnya 3 meter dan terletak dalam daerah kerusakan melintang
menurut (b), maka sekat ini dianggap tidak rusak dan hanya satu kompartemen yang
kemasukan air.
Jika suatu sekat lintang mempunyai bagian mendatar (step) atau mempunyai bagian
memanjang (recess) yang panjangnya > 3 meter dan terletak dalam daerah kerusakan melintang
menurut (b), maka sekat ini dianggap rusak dan dua kompartemen bersebelahan itu kemasukan
air
Step yang terjadi antara sekat ceruk buritan dan tanktop dalam ceruk buritan tidak termasuk
dalam ketentuan di atas
e) Jika suatu sekat lintang utama mempunyai bagian mendatar (step) karena alas dalam (double
bottom) atau tangki sisi (side tank) dan panjangnya > 3 meter dan terletak dalam daerah kerusakan
melintang, maka alas dalam atau tangki sisi yang menempel pada step dianggap bersama-sama
kemasukan air.
Jika tangki sisi mempunyai bukaan ke dalam satu atau lebih ruang muat, misalnya untuk
menambahkan biji-bijian, maka satu atau lebih ruang muat itu dianggap kemasukan air juga
Demikian juga jika pada suatu kapal dirancang untuk muatan cair, tangki sisi mempunyai
bukaan ke dalam satu atau lebih ruang muat, maka satu atau lebih ruang muat itu dianggap
kemasukan air juga
Ketentuan di atas berlaku juga jika bukaan itu mempunyai penutup, kecuali jika penutupnya
adalah sluice valve yang dipasang pada sekat antara tangki dan dapat ditutup dari geladak.
Penutup manhole dengan baut berjarak rapat dianggap setara dengan pelat utuh, kecuali bukaan
pada top side tank yang membuat top side tank menjadi satu dengan ruang muat
f) Jika kapal dirancang untuk dua ruangan bersebelahan muka-belakang yang bocor, sekat kedap air
lintang utama harus berjarak
1 23
L
3
atau 14.5 meter
diambil yang kecil, supaya efektif.
28
Jika jarak sekat kurang dari itu, satu atau lebih dari sekat-sekat itu dianggap tidak ada untuk
mendapatkan jarak minimum antara sekat
Keadaan seimbang
a) Administration harus memberi perhatian khusus pada stabilitas tongkang dengan muatan pada
geladak cuaca. Muatan geladak hanya dapat dimuat oleh tongkang dengan freeboard menurut type
B biasa.
b) Untuk tongkang tanpa ABK, persyaratan dalam Regulation 25, 26(3), 26(4) dan 39 tidak berlaku
c) Tongkang tanpa ABK yang pada freeboard decknya bukaan masuk kecil yang ditutup dengan
penutup kedap air dan bergasket dari baja atau bahan lain setara, boleh diberi freeboard yang 25 %
lebih kecil dari hasil menurut ketentuan dalam regulation ini
Ambang palkah
Lihat Regulation 14-1 Hatchway coamings
Lubang pengering
Lihat Regulation 24 Freeing port
Pipa udara
Lihat Regulation 20 Air pipes
Ventilator
Regulation 19 Ventilators
Koreksi-koreksi
Kapal yang kita hitung hampir selalu bukan kapal standard, jadi harus dilakukan beberapa koreksi.
Koreksi yang pertama adalah untuk kapal dengan L < 100 meter.
Regulation 29 Correction to the freeboard for ships under 100 m in
length
Freeboard menurut Tabel atau tabular freeboard untuk
kapal type B
panjangnya di antara 24 m dan 100 m
mempunyai bangunan atas tertutup dengan panjang efektif sampai 35 % L
harus ditambah dengan
E
7.5(100 L) 0.35 1
L
[mm]
dengan
L = panjang kapal menurut Regulation 3
E1 = panjang efektif menurut Regulation 35, tetapi tidak termasuk trunk
Jika panjang efektif > 35 % maka tidak ada koreksi.
Regulation 30 Correction for block coefficient
Jika CB > 0.68, tabular freeboard (yang telah dikoreksi untuk kapal type B jika perlu) harus dikalikan
dengan factor
C B 0.68
1.36
dengan CB 1.0
Regulation 31 Correction for depth
1) Jika D > L/15 , freeboard harus ditambah dengan
30
L
R
15
dan
L
0.48 untuk L < 120 m
R = 250 untuk L 120 m
2) Jika D < L/15 , tidak ada pengurangan freeboard, kecuali jika ada
bangunan atas tertutup dengan panjang > 0.6 L di bagian tengah kapal
Trunk penuh
Gabungan bangunan atas tertutup dan trunk sepanjang kapal
Dalam hal ini, pengurangannya adalah sebesar rumus di atas
3) Jika tinggi bangunan atas tertutup atau trunk kurang dari standard menurut Regulation 33,
pengurangan harus dikalikan dengan ha/hst
dengan
ha = tinggi bangunan atas tertutup atau trunk
hst = tinggi standard bangunan atas tertutup atau trunk
R
(2) Koreksi ditambahkan pada freeboard setelah semua koreksi diberikan, kecuali koreksi tinggi
haluan (Regulation 39)
(3) Jika freeboard setelah dikoreksi untuk kehilangan gaya apung > freeboard minimum yang dihitung
memakai depth moulded sampai ke dasar lekukan, yang terakhir ini boleh dipakai.
0.9 m
1.8 m
30 m
75 m
1.2 m
1.8 m
125 m
1.8 m
2.3 m
Tinggi standard untuk panjang L di antaranya dihitung dengan interpolasi linier
S = P - b/B
(c) Suatu lekukan tidak perlu punya geladak di atasnya.
S = P - 2b/B
(2)
(a) Jika sekat ujung bangunan atas tertutup melengkung "fair" melewati titik potong dengan
sisinya, panjang bangunan atas boleh ditambah dengan 2/3 jarak memanjang titik potong sisi
bangunan atas dengan ujung lengkungan. Jarak memanjang ini maksimum adalah 0.5 lebar
sekat ujung bangunan atas tersebut.
P
0.3B
0.3B
S = P + 2/3
S = P + 2/3
(b) Jika ada tonjolan pada bangunan atas yang lebarnya 0.3 B di kedua sisi centreline, panjang
efektif bangunan atas boleh ditambah seakan-akan tonjolan itu berbentuk parabola. Parabola ini
melewati
o titik potong tonjolan dengan centreline dan
o titik potong sekat bangunan atas dengan sisi tonjolan
dan harus seluruhnya di dalam bangunan atas dan tonjolannya.
(c) Jika sisi bangunan atas digeser ke dalam dalam batas yang diijinkan, maka lebar diukur lebar
bangunan atas sebenarnya dan bukan lebar kapal
(3) Jika bangunan atas mempunyai sekat ujung yang miring, maka
32
(a) jika di luar sekat miring, tinggi bangunan atas hBA hST, maka panjang S dihitung menurut Fig.
34.1
(b) jika tinggi bangunan atas hBA > hST, maka panjang S dihitung menurut Fig. 34.2
(c) ketentuan di atas berlaku jika sudut antara sekat ujung dan bidang dasar 150. Jika kurang dari
itu, sekat miring diperlakukan sebagai sheer
(3)
(4)
E = S dan E 0.6 L
Jika sekat depannya tidak utuh (ada bukaan yang tak sesuai dengan Regulation 3(10), maka
geladak penggal ini diperlakukan sebagai poop yang tingginya < hST.
Panjang maksimum geladak penggal sebesar 0.6 L diukur mulai dari AP, juga kalau ada poop
yang bersambung dengan geladak penggal.
(5) Bangunan atas yang tidak tertutup tidak mempunyai panjang efektif, E = 0
Trunk
Regulation 36 Trunks
(1) Suatu trunk atau bangunan serupa yang tidak selebar kapal dipandang efisien jika memenuhi syarat
berikut
(a) trunk dibuat sekuat bangunan atas
(b) lubang palkah ada di geladak trunk,
hatchway coamings dan penutupannya memenuhi Regulation 13 sampai dengan 16
lebar lajur sisi geladak trunk cukup untuk menjadi gangway dan memepunyai kekakuan
cukup
Tetapi bukaan masuk yang kecil dengan penutup kedap air diijinkan pada geladak lambung
timbul
(c) lantai kerja permanen memanjang kapal dengan pagar pengaman harus disediakan di trunk
deck, atau dari trunk deck terpisah ke bangunan atas, dengan jembatan (gangway) permanen
(d) ventilator dilindungi oleh trunk, oleh penutup kedap air atau cara lain yang setara
(e) pagar terbuka dipasang pada bagian terbuka freeboard deck paling sedikit 0.5 panjang bagian
terbuka, atau cara lain:
dengan mengingat Regulation 24(2), menyediakan freeing port seluas 33 % luas total
bulwark
(f) machinery casing dilindungi oleh trunk, atau oleh bangunan atas dengan tinggi hST, atau oleh
rumah geladak dengan tinggi dan kekuatan yang sama
(g) lebar trunk 60 % lebar kapal
(h) jika tidak ada bangunan atas, panjang trunk 0.6 L
(2) Panjang efisien trunk = panjang S x bT/B
(3) Tinggi standard trunk = tinggi standard bangunan lain
(4) Jika tinggi trunk < tinggi standard, panjang efektifnya dikalikan dengan hBA/hST
jika hatchway coamings pada geladak trunk tingginya < dari tinggi standard hatchway coamings
menurut Regulation 14-1, panjang efektifnya dikalikan dengan hC/hSC
dengan hC = tinggi coamings yang ada dan hSC = tinggi standard coamings
(5) Jika
tinggi trunk < tinggi standard dan
tinggi hatchway coamings < dari tinggi standard hatchway coamings atau tidak ada hatchway
coamings
pengurangan tinggi trunk karena tinggi hatchway coamings yang kurang adalah sebesar (600 mm tinggi hatchway coamings) atau 600 mm jika tidak ada hatchway coamings.
Tinggi trunk tidak perlu dikurangi jika hanya ada bukaan kecil dengan tinggi kurang dari standard
yang dipasang pada geladak trunk, sehingga dapat diberikan dispensasi untuk tinggi hatchway
coamings.
(6) Ambang palkah yang menerus pada geladak freeboard dapat dianggap sebagai trunk jika semua
persyaratan di sini dipenuhi
Trunk deck stringer yang disebut dalam paragraf (1)(b) boleh dipasang di sebelah luar sekat sisi
trunk dengan persyaratan berikut:
(a) stringer membentuk jalan (walkway) bebas dengan lebar 450 mm pada tiap sisi
(b) stringer dari pelat utuh dengan penyangga efisien dan penegar secukupnya
34
(c) stringer harus setinggi mungkin di atas geladak freeboard. Dalam perhitungan freeboard,
tinggi trunk harus dikurangi paling sedikit 600 mm atau selisih tinggi trunk dengan tinggi
stringer, diambil yang besar
(d) sistem pengunci penutup palkah harus dapat ditangani dari stringer atau walkway
(e) lebar trunk diukur antara sekat sisi trunk.
(7) Jika trunk yang bersambung dengan poop, bridge atau forecastle dimasukkan dalam perhitungan
freeboard, tidak boleh ada bukaan pada sekat bersama dari trunk dan bangunan atas. Pengecualian
dapat diberikan terhadap bukaan kecil untuk pipa, kabel dan manhole dengan penutup yang
dipasang dengan baut
(8) Sisi trunk yang dimasukkan dalam perhitungan freeboard harus utuh. Sidescuttles yang tak dapat
buka dan penutup manhole berbaut dapat diterima
Mengukur sheer
Regulation 38 Sheer
1) Sheer diukur dari garis sisi geladak ke garis acuan yang sejajar lunas melalui garis sheer di
amidships.
2) Pada kapal yang dirancang dengan lunas condong, sheer diukur ke garis acuan yang sejajar bidang
air rancang
3) Pada kapal flush deck dan kapal dengan bangunan atas lepas, sheer diukur pada geladak freeboard
4) Pada kapal dengan bentuk bagian atas tidak biasa karena ada penggalan atau terputus di bagian
atas, sheer diukur dengan mengacu pada tinggi ekivalen di amidships
Sheer standard.
8) Standard sheer profile
Ordinat sheer standard diberikan dalam table 38.1
Bagian
belakan
g
Station
AP
Ordinat
L
25 10
3
Faktor
1
1/6 L dari AP
11.1 10
3
2.8 10
3
0
0
1/3 L dari AP
Bagian
Amidships
Amidships
3
1
1
35
depan
1/3 L dari FP
1/6 L dari F
P
FP
5.6 10
3
22.2 10
3
50 10
3
3
1
Sheer kapal
Biasanya L dibagi menjadi 6 bagian yang sama panjang (masing-masing bagian 1/6 L) dan sheer
diukur di 7 titik ini yaitu di AP, 1/6 L dari AP, 1/3 L dari AP, di amidships, 1/3 L dari FP, 1/6 L dari FP
dan di FP. Pada table di bawah, sheer di masing-masing titik disebut SAK1 dst untuk bagian belakang
dan SFK1 dst. untuk bagian depan
Bagian
depan
Amidships
Amidships
1/3 L dari FP
0
S FK 2 0.111Z
1
3
1/6 L dari FP
S FK 3 0.444 Z
1
S FK 4 Z
SAK dan SFK adalah ordinat sheer sebenarnya pada bagian belakang dan depan kapal pada 7 titik
ukur tersebut.
6) Jika geladak bangunan atas tertutup mempunyai sheer yang paling tidak sama dengan sheer
geladak lambung timbul, maka sheer geladak freeboard pada bagian tertutup (di dalam bangunan
atas) tidak diperhitungkan
FP
Jika poop atau forecastle terdiri atas 2 tingkat, maka penambahan sheer dilakukan seperti Fig.
38.2
36
L
ZV Z
2l
Minimum parabola ada di amidships dan persamaan parabola itu adalah
dengan
= jarak sekat ujung belakang bangunan atas tingkat 2 dari amidships
Jika tingkat bawah tidak melingkupi amidships, maka minimum parabola ada di sekat
ujung belakang bangunan atas tingkat 1 dan persamaan parabola itu adalah
2
l
ZV Z 1
l2
dengan
1 = jarak sekat ujung belakang bangunan atas tingkat 1 dari FP
2 = jarak sekat ujung belakang bangunan atas tingkat 2 dari minimum parabola
h = tinggi bangunan atas tingkat 2
o Jika ZV = ordinat parabola di FP dan ZV > (Z + h), maka ordinat ujung adalah (Z + h) dan kurva
2 diabaikan. Jika ZV < (Z + h), maka ordinat ujung adalah ZV.
Ini berarti diambil harga yang kecil
37
Contoh:
Kasus 1: bangunan atas lantai 1 sepanjang kapal, ada bangunan atas lantai 2
Diketahui:
Panjang kapal L = 120 meter, tinggi bangunan atas lantai 1 = 2.3 meter, ada sepanjang kapal.
Tinggi bangunan atas lantai 2 = 2.4 meter.
Hitunglah tambahan sheer
Jika sekat ujung belakang = 6 meter dari amidships
Jika sekat ujung belakang = 30 meter dari amidships
Jawab:
Menurut Regulation 33, tinggi standard bangunan atas = 1.8 m + (120 m - 75 m)(2.3 m - 1.8 m)/(125
m - 75 m) = 2.25 m, jadi hBA > hST.
Z = hBA - hST = 2.3 m - 2.25 m = 0.05 m,
Jika sekat ujung belakang = 6 meter dari amidships,
ZV = 0.05 m (120 m / 2 x 6 m)2 = 0.05 m x 100 = 5 m, Z + h = 0.05 m + 2.4 m = 2.45 m
jadi ZV > Z + h, maka tambahan = Z + h = 2.45 m, jadi ada parabola ke 2
Jika sekat ujung belakang = 30 meter dari amidships,
ZV = 0.05 m (120 m / 2 x 30 m)2 = 0.05 m x 4 = 0.2 m, Z + h = 0.05 m + 2.4 m = 2.45 m
jadi ZV < Z + h, maka tambahan = ZV = 0.2 m, jadi inilah hasilnya dan parabola ke 2 tidak ada
Kasus 2: bangunan atas lantai 1 tidak meliputi amidships kapal, ada bangunan atas lantai 2
Diketahui:
Panjang kapal L = 120 meter, tinggi bangunan atas lantai 1 = 2.3 meter.
Tinggi bangunan atas lantai 2 = 2.4 meter.
Hitunglah tambahan sheer
Jika 1 = 50 m dan 2 = 5 m
jika 1 = 25 m dan 2 = 12.5 m
Jawab:
Menurut Regulation 33, tinggi standard bangunan atas = 1.8 m + (120 m - 75 m)(2.3 m - 1.8 m)/(125
m - 75 m) = 2.25 m, jadi hBA > hST.
Z = hBA - hST = 2.3 m - 2.25 m = 0.05 m,
Jika 1 = 50 m dan 2 = 5 m,
ZV = 0.05 m (50 m / 5 m)2 = 0.05 m x 100 = 5 m, Z + h = 0.05 m + 2.4 m = 2.45 m
jadi ZV > Z + h, maka tambahan = Z + h = 2.45 m, jadi ada parabola 2
jika 1 = 25 m dan 2 = 12.5 m,
ZV = 0.05 m (25 m / 12.5 m)2 = 0.05 m x 4 = 0.2 m, Z + h = 0.05 m + 2.4 m = 2.45 m
jadi ZV < Z + h, maka tambahan = ZV = 0.2 m, jadi inilah hasilnya dan parabola ke 2 tidak ada
Bagian
depan
AP
1/6 L dari AP
1/3 L dari AP
Amidships
Amidships
1/3 L dari FP
1
3
Hasil
Jumlah
SAK4
3SAK3
3SAK2
0
SAK
0
3SFK2
38
1/6 L dari FP
FP
SFK3
SFK4
3
1
Amidships
1/3 L dari FP
1/6 L dari FP
FP
S
Perbedaan bagian belakang =
AK
S AS
0
SFS2
SFS3
SFS4
1
3
3
1
3SFK3
SFK4
SFK
Hasil
Jumlah
SAS4
3SAS3
3SAS2
0
SAS
0
3SFS2
3SFS3
SFS4
SFS
S FS
F
8
Perbedaan bagian depan =
Jika A atau F > 0, maka ada kelebihan (excess) sheer, jika < 0 ada kekurangan (deficiency) sheer.
F
M A
2
Harga rata-rata
menunjukkan kelebihan atau kekurangan sheer secara keseluruhan.
10) Jika bagian belakang kelebihan, yaitu A > 0 tetapi bagian depan kekurangan, yaitu F < 0, maka
M F
2
kelebihan tidak dihitung, tetapi hanya kekurangannya, yaitu F < 0, jadi
11) Jika bagian depan kelebihan, yaitu F > 0 tetapi bagian belakang kekurangan, yaitu 0.75 SAK /
F
M A
2
SAS < 1, maka kelebihan, yaitu F > 0 diperhitungkan, jadi
Jika bagian depan kelebihan, yaitu F > 0 tetapi bagian belakang kekurangan, yaitu SAK /
M A
2
SAS < 0.5, maka kelebihan tidak dihitung, jadi
Jika bagian depan kelebihan, yaitu F > 0 tetapi bagian belakang kekurangan, yaitu 0.5
SAK / SAS < 0.75, maka kelebihan dihitung dengan interpolasi linier. Untuk interpolasi
kita pakai konstanta c sebagai faktor pengali untuk F:
o Jika SAK / SAS = 0.75, cF = F, jadi c = 1
o Jika SAK / SAS = 0.5, cF = 0, jadi c = 0
o Untuk 0.5 < SAK / SAS <0.75 maka harga c diinterpolasi.
FK
Sheer credit
A F
2
Sheer credit adalah tambahan pada
sehingga mempunyai harga yang lebih besar
39
12) Jika poop atau forecastle mendapatkan sheer credit, dipakai rumus berikut:
yL'
s
3L
dengan
s = sheer credit, sehingga
A F
s
2
sheer secara keseluruhan =
y = tinggi bangunan atas sebenarnya tinggi standard bangunan atas = hBA - hST
L = panjang rata-rata poop atau forecastle dengan L 0.5L
L = panjang kapal menurut Regulation 3(1)
Rumus di atas membentuk parabola yang menyinggung kurva sheer sebenarnya pada geladak
freeboard dan memotong AP atau FP pada titik setinggi hST di bawah geladak bangunan atas. Geladak
bangunan atas harus selalu berjarak paling tidak hST di atas parabola itu.
( M s ) 0.75 1
2L
L
L
L
L
FB 6075
1875
200
* 2.08 0.609CB 1.603CW F 0.0129
d1
100
100
100
dengan
FB = tinggi haluan minimum dari perhitungan dalam mm
L = panjang kapal menurut Regulation 3 dalam meter
B = moulded breadth menurut Regulation 3 dalam meter
d1 = sarat pada 85 % D dalam meter
CB = koefisien blok menurut Regulation 3
AW F
CW F
0.5 * LB
CWF = koefisien bidang air di depan L/2:
AWF = luas bidang air di depan L/2 pada sarat d1 dalam m2.
Untuk kapal yang mempunyai freeboard untuk muatan kayu, yang dipakai menghitung FB
adalah Summer Freeboard dan bukan Timber Summer Freeboard
41
(i) jika freeboard deck mempunyai sheer yang berawal > 0.15 L dari FP dan sheer ini
berupa parabola yang titik awalnya berada
di 0.15 L di belakang FP
42
(ii) jika geladak freeboard mempunyai sheer yang berawal < 0.15 L dari FP atau tidak
mempunyai sheer, pada titik 0.07 L dari FP dibuat garis tegak. Dari titik potong garis ini
dengan geladak bangunan atas, ditarik garis sejajar Bidang Dasar hingga memotong FP. Titik
potong ini dianggap sebagai sisi atas geladak terbuka untuk menghitung tinggi haluan. Lihat
Fig. 39.2.
(5)
Semua kapal yang diberi freeboard type 'B' kecuali kapal tanker, kapal tanker kimia dan kapal
pengangkut gas, harus mempunyai gaya apung cadangan di bagian depan.
Dalam daerah 0.15 L dari FP ke depan, jumlah luas proyeksi luasan antara Summer Load Line dengan
geladak di sisi (A1 dan A2 dalam Fig. 39.3) dan proyeksi luasan bangunan atas tertutup (A3 jika ada)
tidak boleh kurang dari:
L
L
0.15Fmin 4 3 10 1000
[m2]
dan
Fmin = (F0 x f1) + f2
dengan
43
F0 = tabular freeboard dalam milimeter dari Tabel 28.2 untuk type 'B' dan dikoreksi menurut
Regulation 27(9) untuk kapal type 'B-60' dan (10) untuk kapal type 'B-100'
f1 = koreksi koefisien blok menurut Regulation 30
f2 = koreksi untuk depth menurut Regulation 31
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
cm
Lambung timbul air tawar pada musim panas = lambung timbul musim panas - 40T
cm
Lambung timbul air tawar tropis = lambung timbul tropis - 40T
= displasemen di air laut pada Summer Load Line, dalam ton
T = tambahan displasemen untuk kenaikan sarat 1 cm pada Summer Load Line, dalam ton
44
Jika displasemen pada Summer Load Line tidak bisa ditentukan, pengurangannya adalah sebesar
(1/48)sarat pada lambung timbul musim panas.Tonase kapal
Robert Taggart, Ship Design and Construction, SNAME, Jersey City, NJ, 1980, pp. 197-201
Sejarah singkat
o Displacement tonnage
Dari sejarah kita tahu bahwa pada tahun 1423 hukum Inggris menentukan bahwa minuman anggur
(bukan buah) yang diimpor harus dimuat dalam tong kayu yang disebut tun dan ukurannya
ditentukan. Satu tun dapat berisi 252 gallon anggur yang beratnya 2240 lbs. Kerajaan memungut pajak
untuk tiap tun yang diimpor. Dari sini timbul istilah tonase (tonnage), yaitu berapa banyak tun muatan
suatu kapal. Pada akhir abad ke 17, untuk muatan lain juga mulai ditarik pajak, maka diperlukan suatu
cara untuk menghitung banyaknya muatan. Macam-macam cara diusulkan dan dipakai. Pada tahun
1720 Parlemen Inggris mengesahkan suatu Act yang berisi rumus yang disebut the Builders Old
Measurement Rule untuk menentukan DWT kapal:
L B2 / 2
DWT
94
Rumus ini diturunkan sebagai berikut:
L B T CB
35
Dari rumus displasemen kapal
dan CB diambil rata-rata sebesar 0.62
untuk jaman itu, dan sarat dianggap setengah B untuk kapal geladak dua, didapat rumus
L B B 0.62
2
35
. Jika dianggap deadweight adalah 60 % displasemen, maka didapatlah rumus di
atas. Rumus ini dipakai sampai tahun 1835. Rumus yang sangat mirip dipakai di Amerika Serikat dari
tahun 1789 sampai tahun 1864. Karena DWT dalam rumus di atas adalah fungsi B dan tinggi geladak
tidak termasuk, maka orang membuat kapal yang sempit (B kecil) tetapi tinggi geladaknya besar. Ini
berarti kapal muatannya banyak tetapi DWTnya kecil, berarti pajaknya sedikit, sehingga
menguntungkan pemilik. Tetapi stabilitas kapal menjadi jelek.
o Moorsom system (1854)
Untuk mengatasi hal di atas, Inggris mengambil volume badan kapal sampai geladak teratas dan
bangunan atas tertutup sebagai dasar. Dibentuk suatu komisi dengan George Moorsom sebagai ketua
(secretary). Komisi ini menghitung volume badan kapal seluruh armada dagang Inggris dan jumlah
tonase yang telah didaftarkan (registered). Jumlah volume ini dibagi dengan jumlah tonase, didapatkan
angka 98.22. Angka ini kemudian dibulatkan menjadi 100 dan tonase kapal adalah volume badan kapal
dan bangunan atas tertutup dalam ft3 dibagi 100 dan cara ini disebut sistem Moorsom. Dari sini timbul
istilah register ton. Meskipun masih berdasarkan sistem Moorsom, beberapa negara dan pengelola
terusan kemudian mengeluarkan cara perhitungannya sendiri-sendiri, sehingga suatu kapal mempunyai
banyak tonase sesuai dengan negara yang disinggahinya dan terusan yang dilewatinya.
o League of Nation Study and Oslo Convention
Timbul pemikiran untuk menyatukan sistem perhitungan tonase, supaya suatu kapal mempunyai
tonase yang sama di mana-mana. Liga Bangsa Bangsa pada tahun 1925 memulai usaha ini dan pada
tahun 1939 dan suatu draft cara perhitungan telah berhasil disusun. Tetapi pecah Perang Dunia II dan
konperensi yang direncanakan tidak jadi diadakan dan kemudian Liga Bangsa Bangsa sendiri bubar.
Setelah perang, usaha ini dilanjutkan dan pada 10 Juni 1947 ditanda-tanganilah suatu konvensi di Oslo
yang isinya berdasarkan draft 1939 tadi dan Konvensi Oslo ini berlaku sejak 30 Desember 1954.
Sampai 1966, ada 16 negara yang menerima Konvensi ini, sedang yang lain masih memakai peraturan
nasionalnya. Masalah yang dihadapi negara yang mengakui adalah adanya pengecualian (exemptions)
dan pengurangan (deductions) yang penafsirannya / interpretasinya berbeda-beda dari suatu negara ke
negara lain sesuai kepentingan masing-masing dalam persaingan, perdagangan dan pendapatan.
Timbul kapal-kapal jenis shelterdeck yang mempunyai dua tonase (untuk keadaan terbuka dan
tertutup, open and closed shelterdeck) dan mendapat keringanan konstruksi dari biro klasifikasi,
meskipun kemudian keringanan konstruksi ini dihapuskan. Jenis ini kemudian digantikan oleh kapal45
kapal dengan tonnage mark selain freeboard mark. Hal-hal tersebut menyebabkan bahwa kapal
kecil yang ukuran dan bentuknya tepat sama bisa mempunyai ukuran dari 200 gross ton sampai lebih
dari 1000 gross ton, tergantung dari negara mana yang mengeluarkan surat ukur. Ini membuat tujuan
Konvensi praktis tidak tercapai.
o International Convention on Tonnage Measurement of Ships 1969
Masalah di atas telah sering dibicarakan oleh Komisi Perhubungan dan Komunikasi Perserikatan
Bangsa Bangsa. Setelah the Intergovernmental Maritime Consultative Organization (IMCO) terbentuk
pada 1958, masalah ini dilimpahkan kepada badan baru ini. Pada bulan Juni 1959 suatu subkomisi dari
Maritime Safety Committee (MSC) dibentuk dan ditugaskan memulai pengembangan sistem
perhitungan tonase standard yang berlaku international.
Sistem ini harus
dapat dipakai di seluruh dunia
adil dan sebanding antara kapal masing-masing maupun kelompok kapal
tidak menghalangi proses perancangan yang baik
tidak berpengaruh jelek pada kelaik-lautan kapal
memperhitungkan juga segi ekonomis dari industri pelayaran secara umum
Kelompok kerja dari subkomisi ini telah membahas beberapa proposal dan akhirnya dalam bulan Mei
dan Juni 1969 di London diselenggarakan International Conference on Tonnage Measurement dan
menghasilkan the International Convention on Tonnage Measurement of Ships (ICTM 1969) yang
secara umum dianggap memenuhi kriteria di atas. Konvensi ini menghapuskan semua pengecualian
(exemptions) dan pengurangan (deductions), tetapi mempertahankan Gross Tonnage dan Net Tonnage.
Konvensi ini mulai berlaku sejak Juli 1982. Hal inipun telah mengakibatkan bahwa beberapa pihak
yang berwenang menarik pajak telah merubah peraturannya dari berdasarkan Net Tonnage menjadi
berdasarkan Gross Tonnage. Yang ideal adalah hanya ada satu tonase.
(c) kapal tak terdaftar yang mengibarkan bendera suatu negara yang Pemerintahnya adalah
Contracting Government (menandatangani konvensi ini)
(2) Konvensi ini berlaku untuk
(a) kapal baru
(b) kapal sekarang (existing ship) yang mengalami perubahan dan menurut Administration banyak
berbeda dari gross tonnage yang ada
(c) kapal sekarang, atas permintaan pemilik
(d) semua kapal sekarang, 12 tahun setelah tanggal berlakunya konvensi ini, kecuali jika kapal itu,
(selain kapal menurut (b) dan (c)), tetap mempunyai gross tonnage yang sekarang, untuk
dipakai dalam memenuhi persyaratan dalam Konvensi International lain yang ada.
(3) Kapal sekarang yang telah memberlakukan Konvensi ini menurut sub-paragraf (2)(c) selanjutnya
tidak diharuskan memenuhi persyaratan yang dipakai Administration sebelum Konvensi ini berlaku.
Article 4 Exceptions
Konvensi ini tidak berlaku pada
a) Kapal perang
b) Kapal yang panjangnya kurang dari 24 m (79 feet)
(2)
Isi konvensi ini tidak ada yang berlaku pada kapal-kapal yang hanya berlayar di:
a) Danau Besar di Amerika Utara dan sungai St. Lawrence ke timur sampai garis (rhumb line)
yang menghubungkan Cap de Rosiers dengan West Point di Anticosti Island, dan di sisi utara
Anticosti Island sampai Bujur Barat 630.
b) Laut Kaspia
c) Sungai-sungai Plate, Parana dan Uruguay ke Timur sampai sejauh garis yang menghubungkan
Punta Rasa (Cabo San Antonio), Argentina dengan Punta del Este, Uruguay.
(1)
Moulded Depth
a) Moulded Depth adalah
jarak vertikal yang diukur dari sisi atas lunas ke sisi bawah upper deck di sisi kapal
Pada kapal kayu dan kapal komposit, jarak ini diukur dari sisi bawah keel rabbet
Jika bentuk bagian bawah midship section adalah cekung, atau jika dipasang garboard
strake yang tebal, jarak diukur dari titik potong bagian datar alas diteruskan ke dalam
dengan sisi lunas
b) Pada kapal yang mempunyai rounded gunwales, moulded depth diukur dari titik potong garis
moulded geladak dengan pelat sisi kapal, kedua garis diteruskan seakan-akan rancangan
gunwale adalah bersudut
c) Jika upper deck terdiri atas bagian-bagian yang tidak sama tinggi (stepped) dan bagian yang
tinggi melalui tempat pengukuran moulded depth, maka moulded depth diukur sampai garis
acuan yang menjadi lanjutan bagian geladak yang rendah dan sejajar dengan bagian yang tinggi
(3)
Breadth
Breadth adalah lebar maksimum kapal, diukur di amidships sampai
ke sisi luar gading-gading untuk kapal logam
ke permukaan luar badan kapal untuk semua bahan lain
48
(4)
Enclosed spaces
Enclosed spaces adalah semua ruangan yang dibatasi oleh
badan kapal (ships hull),
partisi atau sekat tetap atau dapat pindah (portable)
geladak atau penutup lainnya selain awning (tenda terpal) tetap atau dapat pindah (portable).
Adapun terpotongnya geladak atau adanya bukaan pada
badan kapal
geladak atau penutup lain suatu ruangan
partisi atau sekat suatu ruangan atau tidak adanya partisi atau sekat
tidak dapat membuat suatu ruangan tidak termasuk dalam enclosed spaces
(5)
Excluded spaces
Meskipun ada ketentuan dalam paragraf (4) Regulation ini, ruangan ruangan yang disebut dalam
subparagraf (a) sampai dengan (e) paragraf ini disebut excluded spaces dan tidak dimasukkan dalam
volume enclosed spaces.
Tetapi jika ruangan itu memenuhi paling sedikit satu dari tiga syarat berikut:
ruangan itu dilengkapi dengan rak (shelves) atau lainnya untuk menaruh muatan atau kebutuhan
kapal (stores)
bukaan diberi alat penutup
konstruksi bukaan dibuat sedemikian sehingga bisa dipasang penutup
maka ruangan itu dimasukkan dalam enclosed spaces.
a) (i) suatu ruang dalam suatu bangunan di seberang suatu bukaan ujung yang
o
tingginya dari geladak sampai geladak, kecuali curtain plate yang tingginya tidak melebihi
tinggi balok geladak ditambah 25 mm atau kurang
o
lebarnya paling sedikit 90% lebar geladak setempat pada garis bukaan
0.9B
0.9B
0.9B
0.9B
<0.9B
0.5B
0.5B
excluded space
0.5B
enclosed space
Yang masuk excluded space dan dikeluarkan dari enclosed space adalah ruang antara bukaan yang
sebenarnya sampai suatu garis sejajar garis bukaan yang berjarak setengah lebar geladak setempat
dari garis bukaan sebenarnya (Fig. 1 dalam Appendix 1). Lihat gambar di atas.
a) (ii) Jika lebar ruangan menyempit karena penataan ruangan dan bukan karena menyempitnya
badan kapal sehingga kurang dari 90% lebar geladak setempat, maka hanya ruang di antara garis
bukaan dan suatu garis sejajar yang melalui titik tempat lebar ruangan sama dengan 90% lebar
geladak setempat atau kurang, boleh dikeluarkan dari enclosed space (Fig. 2, 3 dan 4 dalam
Appendix 1). Lihat gambar di bawah ini.
49
0.5B
0.5B
0.9B
0.9B
<0.9B
a) (iii) Jika ruang yang sepenuhnya terbuka selain bulwark atau pagar terbuka ada di antara dua
bangunan sehingga ada ruangan yang boleh excluded menurut subparagraf a)(i) dan a)(ii), maka
pengeluaran ruangan tidak boleh dilakukan jika pemisahan antara kedua bangunan adalah kurang
dari setengah lebar geladak setempat (Fig. 5 dan 6 dalam Appendix 1). Lihat gambar berikut ini.
50
51
b) Ruangan di bawah suatu penutup (deck covering) yang terbuka terhadap laut dan cuaca dan
pada sisi terbuka tidak mempunyai hubungan apapun dengan badan kapal selain stanchion yang
dibutuhkan untuk menyangga penutup itu. Pada ruang semacam itu, open rail atau bulwark dan
curtain plate boleh dipasang atau stanchion dipasang pada sisi kapal, asal jarak h antara tepi
atas pagar terbuka atau kubu-kubu dengan curtain plate tidak kurang dari 0.75 metres (2.5 feet)
atau 1/3 tinggi ruangan H, diambil yang besar (Fig. 7 dalam Appendix 1). Lihat gambar di
bawah ini.
h
bulwark/open rails
c) Ruangan dalam bangunan dari lambung ke lambung yang ada di antara dua bukaan sisi yang
berseberangan yang tingginya tidak kurang dari 0.75 meter (2.5 feet) atau 1/3 tinggi ruangan,
diambil yang besar. Volume ruang excluded = .B.H. Jika bukaan pada bangunan itu hanya ada
pada satu sisi, ruangan yang dikeluarkan dari enclosed space adalah dari bukaan sampai paling
jauh setengah lebar kapal setempat pada bukaan tadi (Fig. 8 dalam Appendix 1)
H
d) Ruangan dalam bangunan yang langsung di bawah bukaan tak berpenutup pada geladak di
atasnya, asal bukaan itu terbuka terhadap cuaca dan ruangan yang dikeluarkan dari enclosed
space terbatas pada luas bukaan (Fig. 9 dalam Appendix 1)
e) Recess pada sekat batas suatu bangunan yang terbuka terhadap cuaca dan tinggi bukaan dari
geladak sampai geladak tanpa alat penutup asal lebar di ujung dalam tidak lebih besar dari
lebar bukaan di ujung luar dan masuknya ke dalam bangunan tidak lebih dari dua kali lebar
bukaan masuk (Fig. 10 dalam Appendix 1)
52
l2<2h2
excluded
h2
h1
l12h1
enclosed
(6)
Passenger
Seorang penumpang adalah setiap orang selain:
a) Nakhoda dan ABK dan orang
lain space
yang dipekerjakan di kapal untuk kegiatan dagang (business)
enclosed
kapal tersebut (misalnya pengurus dan pegawai kantin, pengurus dan pegawai toko, pengurus
dan anggota band dll).
b) Seorang anak yang umurnya kurang dari 1 tahun
(7)
Cargo spaces
Ruang muat yang dimasukkan dalam dimasukkan dalam perhitungan NT adalah
o enclosed space untuk membawa muatan yang akan dibongkar dari kapal,
o ruang tersebut sudah dimasukkan perhitungan GT
Ruang semacam ini harus disebutkan dalam sertifikat dan diberi tanda permanen CC (cargo
compartment) di tempat yang mudah terlihat dan tinggi hurufnya tidak kurang dari 100 mm
(8)
Weathertight
3D
K 3 N1 2
10
sedangkan
4d
o faktor 3D
1
2
4d
K 2VC
0.25GT
3D
o suku
o harga NT 0.30 GT
dengan
VC = jumlah volume semua Ruang Muat dalam m3
K2 = 0.2 + 0.02*log10 VC
GT 10000
K 3 1.25
10000
53
54
<0.9B
PELUNCURAN
Buku Acuan:
Robert Taggart, Ed., Ship Design and Construction, SNAME, Jersey City, NJ, 1980
o Clyde M. Leavitt, Chapter XVII: Launching, pp. 657 - 695
V. Semyonov Tyan Shansky, Statics and Dynamics of the Ship, Chapter VII: Launching,
pp. 332 400, Peace Publishers, Moscow, 1960?
Pendahuluan
Kapal biasanya dibangun di darat, di atas seperangkat balok lunas (keelblocks). Balok-balok lunas ini
dapat dipasang pada suatu landasan beton permanen (building berth), atau di tanah yang telah
diperkuat. Ketika kapal akan diluncurkan, dipasanglah peralatan luncur pada landasan beton tadi, atau
pada tanah yang diperkuat tadi.
waterfront
landasan luncur
waterfront
landasan luncur
55
Kapal tidak mau meluncur sejak awal, atau kapal mulai meluncur tetapi kemudian berhenti
sebelum kapal meninggalkan landasan luncur
Karena sarat air di ujung landasan luncur kurang atau letak titik berat kapal terlalu ke buritan,
kapal mengalami jungkit (tipping) yang besar, sehingga selain gaya angkat, kapal hanya
bertumpu pada ujung landasan luncur, sehingga landasan dan/atau badan kapal mungkin rusak
Kalau pada waktu kapal meninggalkan ujumg landasan luncur, sarat air di ujung landasan
luncur kurang dalam, maka bagian bawah haluan kapal dapat membentur ujung landasan atau
dasar laut dengan keras dan mungkin rusak
Karena itu perlu dilakukan perhitungan-perhitungan supaya gangguan/kegagalan di atas tidak terjadi.
Biasanya kapal meluncur sendiri karena landasannya miring ke bawah.
Karena kapal bergerak selama proses ini, sebenarnya harus dianalisa sebagai proses dinamis, tetapi
penyelesaian secara dinamis sulit. Maka di sini proses peluncuran dianalisa secara statis, yang
menurut pengalaman hasilnya cukup teliti.
56
GAMBAR
Sistem sumbu
Dalam analisa, system sumbu yang dipakai adalah sebagai berikut:
sumbu X terletak pada bidang dasar kapal dan positif ke haluan,
sumbu Y juga pada bidang dasar dan positif ke lambung kiri
sumbu Z melalui AP dan positif ke atas.
Untuk bagian bergerak ada harga-harga berikut
Sudut kemiringan landasan ini biasanya berkisar antara 1/12 sampai dengan 1/24. Makin kecil
kapalnya, makin besar sudut kemiringannya.
Jika sudut kemiringan lunas kapal tidak sama dengan sudut kemiringan landasan , selisihnya
biasanya tidak lebih dari 0.02 radian.
Landasan luncur dapat juga dibuat tidak lurus, tetapi merupakan busur lingkaran dengan jari-jari antara
5000 sampai dengan 15000 meter.
58
59
60
Setelah buritan terangkat, kapal dan sepatu masih bergerak terus (dengan hanya ujung darat sepatu
luncur yang duduk di landasan) dan gaya angkat bertambah terus sehingga akhirnya sepatu luncur
lepas dari landasan dan kapal terapung bebas. Dari akhir tahap dua sampai kapal terapung bebas
disebut tahap tiga.
o Dropping: Jika sampai ujung darat sepatu luncur mencapai ujung landasan, gaya
angkat belum cukup besar untuk membuat kapal terapung bebas, maka bagian haluan
dan sepatu luncur akan jatuh dari ujung landasan (dropping) dan bagian bawah haluan
mungkin membentur ujung landasan. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada
haluan kapal dan/atau ujung landasan. Ini terjadi dalam tahap tiga.
Periode/tahap empat:
Setelah kapal terapung bebas, kapal masih terus bergerak sampai hambatan air
menghentikannya. Dari akhir tahap tiga sampai kapal berhenti disebut tahap empat.
64
65
qB
qD
66
Persamaan keseimbangan
Gaya berat kapal dapat diuraikan menjadi gaya normal Gcos yang tegak lurus landasan dan gaya
dorong Gsin yang sejajar bidang landasan luncur.
Gaya R diuraikan menjadi N = Rcos yang tegak lurus landasan dan F = Rsin yang sejajar bidang
landasan.
Persamaan keseimbangan adalah
G cos N 0
G sin F 0
G
AGAP
G AR R 0
dengan
hS
AG = lengan gaya berat G diukur dari AP
AR = lengan gaya reaksi R diukur dari AP
Tetapi F = fSN dan N = -Gcos sehingga
G sin ( f S G cos ) 0
FP
Meluncur sendiri
Kapal bergerak karena ada gaya dorong, tetapi antara landasan luncur dan sepatu luncur ada gesekan.
Jadi komponen berat ini harus mampu mengatasi gaya gesek yang terjadi. Maka supaya kapal dapat
mulai bergerak sendiri,
G sin f S G cos
dengan
b
= lebar sepatu luncur [m]
LS
= panjang sepatu luncur atau jumlah panjang sepatu luncur jika ada lebih dari satu [m]
Harga ini kemudian dibandingkan dengan daya dukung landasan atau tanah, apakah melebihi daya
dukungnya atau tidak.
Gerakan kapal
Dalam tahap ini, dianggap koefisien gesek dinamis besarnya konstan, sehingga kapal mengalami gerak
dipercepat beraturan dan persamaan keseimbangan dinamis menjadi
G
s"G sin Gf D cos 0
g
Karena kecil, persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi
s" g ( f D )
(4)
dengan s adalah percepatan, sehingga kecepatan menjadi
s' g ( f D )t s0 '
(5)
dengan s0 adalah kecepatan awal, dan langkah menjadi
t2
s g ( f D ) s0 ' t s0
2
(6)
dengan s0 adalah langkah awal.
Jika ketidaksamaan (3) tidak dipenuhi, kapal masih bisa bergerak dengan memberikan kecepatan awal
s0 sedemikian sehingga s dalam persamaan (5) berharga positif.
2G 3 xP
2G
3x
2 P
qD
1
qB
LS LS
LS
LS
dan
dengan ketentuan qD maupun qB tidak boleh negatif.
68
69
LB
70
GAMBAR B
Tahap ini berawal ketika badan kapal pertama kali menyentuh air dan berakhir ketika buritan kapal
mulai terangkat. Dalam tahap ini, gaya angkat telah terjadi. Reaksi landasan yang tersebar kita lihat
resultannya saja.
Persamaan keseimbangan
Untuk menghitung besar dan letak resultan ini, kita pakai persamaan keseimbangan
keseimbangan gaya:
gV G R 0
keseimbangan momen terhadap ujung sepatu luncur:
gV .SV G.SG R.SR 0
dengan
gV = gaya angkat [N]
SV
= lengan titik apung gV terhadap ujung haluan sepatu luncur [m]
SG
= lengan titik berat G terhadap ujung haluan sepatu luncur [m]
R
= resultan reaksi landasan [N]
SR
= lengan R terhadap ujung haluan sepatu luncur [m]
Langkah (travel) s
Langkah 0 adalah kedudukan kapal pada saat badan kapal pertama kali menyentuh air. Selanjutnya
langkah s dihitung dari langkah 0 ke kedudukan kapal pada suatu saat.
Sarat buritan TB
Untuk menghitung V kita perlu tahu berapa banyak badan kapal yang tercelup air. Sarat buritan dapat
dihitung dengan rumus berikut:
TB ( LA s ) tan
LA = jarak dari AP ke badan kapal yang paling dulu menyentuh air [m]
LB = jarak dari AP ke ujung buritan sepatu luncur
s = langkah [m]
Menghitung V dan SV
gV dan xV dihitung dengan bantuan kurva Bonjean atau cara lain. Pada kurva Bonjean digambarkan
juga bentuk linggi buritan dan haluan serta sepatu luncur menurut skala yang dipakai dalm kurva
tersebut. Ini perlu untuk menentukan LA dan LB.
Waktu menghitung displasemen, maka ujung garis air harus tepat pada station genap menurut rumus
Simpson I supaya kesalahan sekecil mungkin.
Misalkan pada suatu langkah, ujung garis air tepat berada di Station 12. Maka untuk menghitung V
dan xV dipakai tabel berikut:
Station Luas station Faktor Simpson FS*A Lengan
FS*A*
2
2
A [m ]
FS
[m ]
[m]
[m3]
0
A0
1
A0
0
0
1
A1
4
4A1
1
4A1*1
71
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9
A10
A11
0
2
4
2
4
2
4
2
4
2
4
1
2A2
4A3
2A4
4A5
2A6
4A7
2A8
4A9
2A10
4A11
A12
FS*
A
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2A2*2
4A3*3
2A4*4
4A5*5
2A6*6
4A7*7
2A8*8
4A9*9
2A10*10
4A11*11
0
FS*A*
Y
(yB,zB)
Misalkan:
yB = 4 m, zB = 0 m, yD = 6 m, zD = 10 m
TB = (0 m + 48 m)*1/12 = 4 m.
Untuk contoh ini, langkah s kita bagi menjadi 4 bagian yang sama yaitu dengan titik A di AP, titik B
berjarak 12 m dari AP dan seterusnya.
Lalu kita hitung sarat pada titik A, B, sampai E:
Sarat di A yang di AP = 4 m = TB , sarat di B yang berjarak 12 dari AP = 3 m, sarat di C = 2 m, sarat di
D = 1 m dan sarat di E = 0 m.
Kemudian dihitung luas station pada kelima titik tersebut dengan rumus di atas dan hasilnya ditulis
dalam table berikut
Sta Sarat [m]
Luas A [m2]
F.Simpson
FS*A
Lengan l
FS*A*l
17.6
17.6
12.9
51.6
12
619.2
8.4
16.8
24
403.2
4.1
16.4
36
590.4
48
102.4
1612.8
LA
FP
AP
s=0
hS/tan
hS
Jarak titik awal langkah (s = 0) dengan ujung belakang sepatu luncur = LB - LA.
Jarak titik awal langkah (s = 0) dengan ujung atas landasan = hS/tan
Jadi jarak ujung belakang sepatu luncur dengan ujung atas landasan = hS/tan - (LB - LA)
Jarak ujung belakang sepatu luncur sampai ujung bawah landasan = - [hS/tan - (LB - LA)] = hS/tan + (LB - LA)
73
LB
LA
AP
FP
hS
s=0
hS/tan
1
qD
2
2
L
L L
L
L
L
dan
Jika SR < L/3 maka qB akan negatif, atau reaksi tumpuan menarik sepatu luncur ke bawah, sesuatu
yang tidak mungkin. Jika SR > 2L/3 maka qD akan negatif, sesuatu yang tidak mungkin. Jadi rumus di
atas hanya berlaku jika L/3 SR 2 L/3.
SV
SG
AP
FP
SR
G
gV
qD
qB
SR < L/3
74
Dapat terjadi bahwa diukur dari ujung sepatu luncur, letak resultan kurang dari 1/3 panjang sepatu
luncur, SR < L/3. Dalam hal ini beban tersebar dalam bentuk segitiga yang panjangnya 3 SR dan luas
segitiga sama dengan R, maka qB = 0 dan qD menjadi
2R
qD
3SR
. Lihat gambar di bawah ini.
SR > 2L/3
Jika SR > 2L/3, maka panjang segitiga adalah 3(L - SR) dan qD = 0 dan
2R
qB
3( L SR )
3SR
AP
SR
FP
qD
qB
AP
SV
gV
SG
FP
G
R
Persamaan keseimbangan
Pada saat itu besar reaksi landasan R = gV + G dan akan terpusat di ujung haluan sepatu luncur,
hingga SR = 0. Maka di daerah ini jika perlu diberikan penguatan tambahan dan persamaan
keseimbangan momen menjadi
gV .SV G.SG 0
75
Reaksi landasan R
Setelah langkah awal sternlift didapat, maka V sudah diketahui dan reaksi landasan R bisa dihitung.
Untuk menghitung intensitas beban, dianggap bahwa panjang pembebanan adalah 5 % dari LS
sehingga
R
q
0.05 LS
76
hS/tan
hS
S
xV
TV
TR
77
GAMBAR D
Dari gambar kita lihat bahwa terhadap ujung landasan, gaya berat memutar kapal berlawanan arah
dengan jarum jam dan gaya angkat memutar kapal searah dengan jarum jam. Jika momen gaya angkat
terhadap ujung landasan lebih kecil dari momen gaya berat terhadap titik yang sama, maka kapal akan
berputar berlawanan arah dengan jarum jam. Kejadian ini disebut jungkit atau tipping.
h/tan
hS
TG
xG
AP
TV
FP
xV
gV
Persamaan keseimbangan
Persamaan keseimbangan menjadi:
o keseimbangan gaya:
gV G R 0
TV gV TG G TR R 0
o keseimbangan momen terhadap ujung landasan:
Lengan-lengan terhadap ujung landasan dapat dihitung dengan rumus berikut:
h
TV LA s
xV
tan
h
TG LA s
xG
tan
dengan
h
= hS = tinggi sepatu luncur
Pada awal dari tipping, R akan tepat berada di ujung landasan sehingga TR = 0 sehinggan persamaan
keseimbangan momen menjadi
TV gV TG G 0
Reaksi landasan R
Setelah langkah awal sternlift didapat, maka V sudah diketahui dan reaksi landasan R bisa dihitung.
Untuk menghitung intensitas beban, dianggap bahwa panjang pembebanan adalah 5 % dari LS
sehingga
R
q
0.05 LS
Harga ini dipakai sampai sepatu duduk lagi di landasan.
Setelah tipping
Setelah jungkit terjadi, gaya angkat dan momen gaya apung akan terus bertambah (karena kapal masih
akan terus bergerak), sehingga kapal akan berputar searah jarum jam dan duduk lagi di landasan dan
reaksi landasan akan tersebar lagi. Setelah ini biasanya angkat buritan akan terjadi.
Persamaan keseimbangan
keseimbangan gaya:
gV G R 0
keseimbangan momen terhadap ujung sepatu luncur:
gV .SV G.SG R.SR 0
Arti simbol-simbol lihat tahap 2 peluncuran memanjang di atas. Setelah buritan terangkat, maka SR =
0 sehingga persamaan keseimbangan menjadi
gV .SV G.SG 0
Masalah utama di sini adalah menentukan banyaknya badan kapal yang tercelup air.
Ini berarti bahwa sarat belakang TB akan lebih kecil dari s.tan tetapi kita tidak tahu berapa. Tetapi
pada TB yang benar, keseimbangan momen akan dipenuhi, yaitu bahwa M = 0.
Berikut adalah suatu cara untuk menentukan TB.
Menentukan langkah s
Pertama kita tentukan langkah s dalam tahap 3.
Menghitung M0
Untuk menghitung M0 dapat dipakai cara pada Tahap Dua
gV0SV 0 G.SG M 0
Harga M0 pasti tidak nol, karena sebenarnya kapal sudah sternlift.
Selanjutnya kita perlu mencari garis air W1L1 dengan langkah-langkah berikut:
SG
AP
FP
TB0
R
gV0
SV0
80
W1
d1
AP
L1
sepatu luncur
L0
Z
TB0
W0
TB1
W1
1
1
d1
AP
X
sepatu luncur
r
L1
L0
Untuk mencari persamaan bidang air W1L1 yang melalui TB1 dan TD1 kita perlu. menghitung slope dari
bidang air tersebut. Untuk menghitung slope tersebut, diperlukan 1 dan 1:
Sudut 1
Dari persamaan garis yang melalui TB1 dan sumbu putar kita dapat menghitung slope garis ini, yaitu
sebesar
h TB1
1
LB LS
Sudut 1
Kita lihat segitiga yang dibentuk oleh TB1, sumbu putar dan titik singgung. Jika jarak TB1 ke sumbu
putar kita sebut d1 , sebesar
d1
( LB LS ) 2 ( h TB1 ) 2
maka sudut antara garis ini dan bidang air yang menyinggung lingkaran putar adalah
81
d
1
Jika d < 0 berarti sumbu putar masih tenggelam, jika d > 0 berarti sumbu putar sudah di atas muka air.
Sudut 1
Maka slope bidang air yang melalui TB1 dan TD1 adalah
1 1 1 (jika sumbu putar tidak tenggelam)
1 arcsin
Menghitung M1
Untuk masing-masing sarat buritan kita hitung gaya angkat dan momen gaya angkat terhadap ujung
darat sepatu luncur, dan karena garis air yang kita ambil bukan garis air keadaan setimbang, maka
jumlah gaya dan jumlah momen tidak sama dengan nol. Maka:
gV1.SV 1 G.SG1 M 1
TB 2 TB 0
0 M 0
(TB1 TB 0 )
M 1 M 0
SG
AP
TB0
TB2
FP
TB1
SV2
V0
V1V2
SV1
SV0
Setelah TB2 didapat, kita menghitung TD2, V2, SV2 dan M2. Jika M2 belum lebih kecil dari , maka
kita lanjutkan dengan menghitung TB3 dengan interpolasi antara TB1 dan TB2 dilanjutkan hingga M3
dan seterusnya hingga |M| .
Reaksi landasan
Setelah TB dan TD yang menghasilkan |M| didapat, dari persamaan
gV G R 0
dapat dihitung reaksi landasan R. Untuk menghitung intensitas beban, dianggap bahwa panjang
pembebanan adalah 5 % dari LS sehingga
R
q
0.05 LS
Akhir tahap
Langkah-langkah di atas diulang untuk beberapa travel s sampai gV = G artinya kapal sudah terapung
bebas atau sampai sepatu luncur sepenuhnya meninggalkan landasan L = 0.
LCG * G LCB * gV 0
dengan LCG dan LCB diukur dari AP.
Dalam hal ini V adalah fungsi TB dan TD.
Dalam proses mencari, kita ambil harga TB dan TD awal yang tentunya tidak memenuhi persamaan
keseimbangan di atas, sehingga
G gV F
LCG * G LCB * gV M
Rumus secant untuk 2 variabel adalah
83
F ( x, y )
xn 1 xn
M ( x, y ) M
F
M
x
x
F
M
y
y
y n 1 y n
y
y
dan
F ( x, y )
M ( x, y )
x
F
F
x
y
M
M
x
y
Dropping
Jika ujung sepatu luncur sudah sampai pada ujung landasan dan gV masih lebih kecil dari G, maka
sepatu luncur bersama kapal akan jatuh (dropping). Jika bagian badan kapal di sebelah depan sepatu
luncur masih panjang, maka waktu jatuh bagian ini akan membentur ujung landasan dan mungkin
mengalami kerusakan.
Jika perairan di ujung landasan tidak dalam, maka mungkin sepatu luncur dan kapal akan membentur
dasar laut. Tergantung keadaan dasar laut, mungkin terjadi kerusakan, mungkin juga tidak.
Sebaliknya, jika perairannya dalam, maka kapal akan mengangguk-angguk sekitar kedudukan terapung
bebasnya dan tidak terjadi benturan.
84
85
Tahap satu
Jika g diambil 10 m/s2, maka berat peluncuran = 1.800.000 kg*10 m/s2 = 18.000.000 Newton. Jarak G
dari ujung kiri sepatu = 48 m - 6 m = 42 m.
Kita lihat tekanan pada sepatu luncur dan juga pada landasan. Karena reaksi landasan adalah reaksi,
maka reaksi = aksi, artinya resultan reaksi landasan = gaya berat peluncuran PL dengan arah yang
berlawanan dan garis kerja resultan lewat titik berat peluncuran.
Berapakah lebar sepatu luncur supaya tekanan tidak berlebihan?
Tekanan maksimum yang dianjurkan = 15 ton*10 m/s2 + 1800 ton*10 m/s2/2000 = 159kPa.
N cos
b
LS pmax = 1800 ton*10m/s2*0.9998/(90 m*159
Berdasarkan acuan ini, lebar sepatu luncur adalah
kPa) = 1.2576 m, diambil 1.3 m.
Jika intensitas beban di buritan adalah qB dan di haluan adalah qD, dan bahwa luas trapesium = PL dan
letak titik beratnya dari ujung kiri sepatu luncur = xG, berapakah qB dan qD?
Untuk tongkang kita,
86
87
Stabilitas bocor
Kita hitung stabilitas kapal dalam keadaan bocor, artinya ada satu atau lebih ruangan yang kemasukan
air. Masuknya air ini mengakibatkan:
perubahan sarat
perubahan trim
perubahan sudut oleng
perubahan lengan stabilitas
perubahan freeboard
tenggelamnya atau terbaliknya kapal
Ada dua cara untuk menghitung stabilitas kapal yang mengalami kebocoran:
Lost Buoyancy Method: dalam cara ini, ruangan yang bocor dianggap bukan lagi bagian dari
badan kapal, tetapi berat kapal dan muatannya dianggap tetap. Karena itu metode ini disebut
juga constant displacement method.
Added Weight Method: dalam cara ini, badan kapal dianggap utuh dan air kebocoran yang
masuk dianggap sebagai beban tambahan
(xS,yS)
(xH,yH)
Jika
(xF, 0) = koordinat titik berat bidang air utuh
(xH, yH) = koordinat titik berat bidang air yang "hilang"
(xS, yS) = koordinat titik berat bidang air "sisa"
semuanya pada sarat T0 + T2
Dari keseimbangan momen didapat:
xF . AW P xH . AH xS .( AW P AH )
0. AW P yH . AH yS .( AW P AH )
sehingga
xS
xF . AW P xH . AH
AW P AH
yS
y H . AH
AW P AH
a1
b1
a0
b0
B
c1
d1
e1
c0
d0
e0
X
E
FS(y0+0.5y)y
(a0+0.5a1)a1
4(b0+0.5b1)b1
2(c0+0.5c1)c1
xy
xAa1
xBb1
xCc1
FSxy
xAa1
4xBb1
2xCc1
D
E
4
1
d0
e0
d1
e1
xD
xE
4d1
e1
FSy
(d0+0.5d1)d1
(e0+0.5e1)e1
4(d0+0.5d1)d1
(e0+0.5e1)e1
FSyy
xDd1
xEe1
4xDd1
xEe1
FSxy
Luas A = 1/3*h*FSy
Momen luasan thd sb X: MX = 1/3*h*FSyy
yG = MX/A
Momen luasan thd sb Y: MY = 1/3*h*FSxy
xG = MY/A
Momen inersia bidang air sisa IX, IY, IXY terhadap sumbu melalui (xS, yS)
dan sejajar Sb. X dan Y
Jika
IY = momen inersia bidang air utuh terhadap sumbu melalui (xF, yF) dan sejajar Sb. Y
IX = momen inersia bidang air utuh terhadap sumbu melalui (xF, yF) dan sejajar Sb. X
IXY = produk inersia bidang air utuh terhadap sumbu melalui (xF, yF) dan sejajar Sb. X dan Y
semuanya pada sarat T0 + T2,
maka momen inersia IXS, IYS, IXYS bidang air utuh terhadap sumbu melalui (xS, yS) adalah
IXS = IX + (yS - yF)2.AWP
IYS = IY + (xS - xF)2.AWP
IXYS = IXY + (xS - xF) (yS - yF).AWP
Jika
IYH = momen inersia bidang air hilang terhadap sumbu melalui (xH, yH) dan sejajar Sb. Y
IXH = momen inersia bidang air hilang terhadap sumbu melalui (xH, yH) dan sejajar Sb. X
IXYH = produk inersia bidang air hilang terhadap sumbu melalui (xH, yH) dan sejajar Sb. X dan Y
maka momen inersia IXH, IYH, IXYH bidang air hilang terhadap sumbu melalui (xS, yS) adalah
IXHS = IXH + (yS - yH)2.AH
IYHS = IYH + (xS - xH)2.AH
IXYHS = IXYH + (xS - xH) (yS - yH).AH
maka momen inersia IXS, IYS, IXYS bidang air sisa terhadap sumbu melalui (xS, yS) adalah
IXSS = IXS - IXHS = IX + (yS - yF)2.AWP - IXH - (yS - yH)2.AH
IYSS = IYS - IYHS = IY + (xS - xF)2.AWP - IYH - (xS - xH)2.AH
IXYSS = IXYS - IXYHS = IXY + (xS - xF) (yS - yF).AWP - IXYH - (xS - xH) (yS - yH).AH
Menghitung IXY
Menurut definisi, IXY = xydA
Untuk bentuk empat persegi panjang terhadap sumbu X yang lewat alas, dIXY = 0.5xy2dx
Station
FS
y
x
0.5xy2
FS0.5xy2
A
1
y1
x1
0.5x1y12
0.5x1y12
2
B
4
y2
x2
0.5x2y2
2x2y22
C
2
y3
x3
0.5x3y32
x3y32
D
4
y4
x4
0.5x4y42
2x4y42
2
E
1
y5
x5
0.5x4y5
0.5x5y52
IXY = 1/3*h*
xS2 = letak memanjang titik berat bidang air sisa pada sarat T0 + T2
yS2 = letak melintang titik berat bidang air sisa pada sarat T0 + T2
maka
VP = 0.5*T2*( AWP1 + AWP2)
MX = 0.5*T2*(yS1*AWP1 + yS2*AWP2)
MY = 0.5*T2*(xS1*AWP1 + xS2*AWP2)
MZ = 0.5*T2*(zS1*AWP1 + zS2*AWP2)
dan letak titik beratnya adalah
( y . A yS 2 . AW P2 )
xP S1 W P1
( AW P1 AW P2 )
yP
( xS1. AW P1 xS 2 . AW P2 )
( AW P1 AW P2 )
zP
( zS 1. AW P1 zS 2 . AW P2 )
( AW P1 AW P2 )
I XSS I X + (yS - y F ) 2 .A WP - I XH - (y S - y H ) 2 .A H
V
V
2
I YSS I Y + (x S - x F ) .A WP - I YH - (x S - x H ) 2 .A H
LBM
V
V
TBM
LKM z BS LBM
Perhitungan trim
Pada sarat yang baru ini kapal tidak berada dalam keadaan seimbang, karena titik apung bergeser
akibat adanya volume yang hilang sedang titik berat tidak berubah. Karena volume yang hilang
dianggap dipindah ke lapisan air pengganti setebal T2 maka kapal mendapat momen trim sebesar:
M T g ( xP xH )VH
dengan
x
= jarak titik pusat volume ruang yang hilang (xH, yH, zH) pada sarat T0 ke titik pusat lapisan air
pengganti (xP, yP, zP) setebal T2 .
Momen untuk mengubah trim 1 cm adalah
IL
LBM gV V
gI L
MTC
100 LPP
100 LPP
100 LPP
dengan
IL = momen inersia bidang air sisa terhadap sumbu melalui titik berat bidang air tersebut yang sejajar
sumbu Y yang sudah dihitung di atas.
Maka besar trim adalah
MT
trim=T AT F =
MTC
Selanjutnya dapat dihitung sarat haluan dan sarat buritan:
LCF
T A =T 0 + T 2+ 0.5
trim
L
LCF
trim
L
T F =T 0 + T 2 0.5
Jika trim melebihi batas yang diijinkan, dengan TA dan TF inilah kemudian perhitungan
stabilitas dilakukan dengan cara Krilov I atau II.
Contoh soal:
Diketahui:
Panjang kapal L = 100 m, lebar geladak Bd = 20 m, tinggi kapal H = 10 m, sarat T = 8 m
Panjang bagian belakang = 20 m, bagian tengah = 40 m. Lebar alas di bagian tengah Ba = 16 m, lebar
alas di belakang = 4 m.
Suatu ruang yang dibatasi oleh
sekat memanjang berjarak 4 m dari CL
sekat melintang berjarak 60 m dari AP
sekat melintang berjarak 75 m dari AP
kulit kapal
mengalami kebocoran
Diminta:
a) volume utuh sebelum bocor dan letak titik beratnya sampai sarat 8 m
b) volume hilang dan letak titik beratnya sampai sarat 8 m
c) luas dan titik berat dari bidang air sisa pada sarat 8 m
d) perubahan sarat T1 dan sarat T1
e) luas dan titik berat dari bidang air sisa pada sarat T1
f) perubahan sarat T2 dan sarat T2
g) luas dan titik berat dari: bidang air utuh, bidang air hilang dan bidang air sisa pada sarat T2
h) volume dan letak titik berat lapisan pengganti sampai sarat T2
i) momen inersia melintang dan memanjang dari bidang air utuh, bidang air hilang dan bidang air
sisa pada sarat T2
j) jari-jari metasenter dan tinggi metasenter
k) momen trim, MTC dan trim kapal
l) TB dab TD
Jawab:
Lebar geladak di AP = 4 m + (20 - 16) m = 8 m, lebar geladak di FP = 4 m.
1
x B =x VB+ I XYB d
VB 0
y B= y VB +
1
I c osd
V B 0 XB
1
z B =z VB+ I XB sind
VB 0
Intergrasi bisa dilakukan dengan cara trapesium
xC
xGV xVBVB
V VB
yC
yGV yVBVB
V VB
zC
zGV zVBVB
V VB
1 I XB
V
Perhitungan trim
Pada sarat yang baru ini kapal tidak berada dalam keadaan seimbang, karena titik berat bergeser akibat
adanya air yang masuk sedang titik apung tidak berubah. Maka kapal mendapat momen trim sebesar
M T =( xC x B ) gV
Selanjutnya perhitungan trim dilakukan seperti pada lost buoyancy method.
.5. the probability that the watertight integrity and the stability throughout the flooding sequence is sufficient to avoid
capsizing or sinking.
11. The first three of these factors are solely dependent on the watertight arrangement of the ship, while the last two depend
on the ships shape. The last factor also depends on the actual loading condition. By grouping these probabilities,
calculations of the probability of survival, or attained index A, have been formulated to include the following probabilities:
.1. the probability of flooding each single compartment and each possible group of two or more adjacent compartments; and
.2. the probability that the stability after flooding a compartment or a group of two or more adjacent compartments will be
sufficient to prevent capsizing or dangerous heeling due to loss of stability or to heeling moments in intermediate or final
stages of flooding.
12. This concept allows a rule requirement to be applied by requiring a minimum value of A for a particular ship. This
minimum value is referred to as the required subdivision index R in the present regulations and can be made dependent on
ship size, number of passengers or other factors legislators might consider important.
13. Evidence of compliance with the rules then simply becomes:
A R
13.1. As explained above, the attained subdivision index A is determined by a formula for the entire probability as the sum of
the products for each compartment or group of compartments of the probability that a space is flooded, multiplied by the
probability that the ship will not capsize or sink due to flooding of the considered space. In other words, the general formula
for the attained index can be given in the form:
A= p i si
13.2. Subscript i represents the damage zone (group of compartments) under consideration within the watertight
subdivision of the ship. The subdivision is viewed in the longitudinal direction, starting with the aftmost zone/compartment.
13.3. The value of pi represents the probability that only the zone i under consideration will be flooded, disregarding any
horizontal subdivision, but taking transverse subdivision into account. Longitudinal subdivision within the zone will result in
additional flooding scenarios, each with its own probability of occurrence.
13.4. The value of si represents the probability of survival after flooding the zone i under consideration.
Subdivision length (Ls) Different examples of(Ls) showing the buoyant hull and the reserve buoyancy are provided in
the figures below. The limiting deck for the reserve buoyancy may be partially watertight.
The maximum possible vertical extent of damage above the baseline is ds + 12.5 metres.
2.
3.
4.
5.
Mid-length (Tengah panjang ML) adalah titik tengah dari panjang penyekatan LS kapal
Aft terminal (Terminal belakang AT) adalah batas belakang dari panjang penyekatan
Forward terminal (Terminal depan FT) adalah batas depan dari panjang penyekatan
Length (Panjang) adalah panjang menurut definisi International Convention on Load Lines yang
sedang berlaku.
6. Freeboard deck (Geladak lambung timbul) adalah geladak menurut definisi International
Convention on Load Lines yang sedang berlaku.
Freeboard deck See Explanatory Notes for regulation 13-1 see footnote for the treatment of a stepped freeboard deck with
regard to watertightness and construction requirements.
7. Forward perpendicular (garis tegak depan) adalah garis tegak depan menurut definisi
International Convention on Load Lines yang sedang berlaku.
8. Breadth B (Lebar) adalah lebar moulded terbesar kapal pada atau di bawah bidang air penyekatan
terdalam
9. Draught d (Sarat) adalah jarak vertikal dari bidang dasar moulded pada titik tengah panjang
sampai ke bidang air terkait
10. Deepest subdivision draught dS (Sarat Penyekatan Terdalam) adalah bidang air yang sesuai
dengan sarat musim panas kapal tersebut
11. Light service draught d (Sarat dinas ringan) adalah sarat dinas pada pembebanan paling ringan
yang diharapkan dan pengisian tangki yang sesuai, tetapi termasuk ballast untuk keperluan
stabilitas dan/atau pembenaman (sarat yang cukup). Pada kapal penumpang harus termasuk jumlah
lengkap penumpang dan ABK.
Light service draught (dl) The light service draught (dl) represents the lower draught limit of the minimum required GM
(or maximum allowable KG) curve. It corresponds, in general, to the ballast arrival condition with 10% consumables for
cargo ships. For passenger ships, it corresponds, in general, to the arrival condition with 10% consumables, a full
complement of passengers and crew and their effects, and ballast as necessary for stability and trim. The 10% arrival
condition is not necessarily the specific condition that should be used for all ships, but represents, in general, a suitable
lower limit for all loading conditions. This is understood to not include docking conditions or other non-voyage
conditions.
12. Partial subdivision draught dP (sarat penyekatan sebagian) adalah sarat dinas ringan ditambah
60 % selisih antara sarat dinas ringan dengan sarat penyekatan terdalam.
13. Trim perbedaan antara sarat buritan dan sarat halauan dengan sarat diukur pada terminal belakang
AT dan terminal depan FT, dengan mengabaikan kemiringan lunas)
14. Permeability (permeabilitas) suatu ruangan adalah perbandingan volume terbenam ruangan
tersebut dengan volume yang dapat ditempati oleh air
15. Machinery spaces (Ruang permesinan) adalah ruangan diantara pembatas kedap air yang berisi
permesinan penggerak utama dan bantu, termasuk ketel, generator dan motor listrik dengan
penggunaan utama untuk penggerak kapal. Dalam hal susunan yang tidak biasa, Administration
boleh menentukan batas ruang permesinan.
16. Weathertight (kedap cuaca) berarti bahwa dalam cuaca laut yang bagaimanapun air tidak akan
menembus badan kapal.
17. Watertight (kedap air) berarti mempunyai ukuran dan susunan yng mampu mencegah lewatnya air
dari semau jurusan dengan tekanan air yang mungkin terjadi dalam kondisi utuh maupun bocor.
Dalam kondisi bocor, tekanan air harus memasukkan kondisi keseimbangan terjelek, termasuk
kondisi kebocoran antara.
18. Design pressure (Tekanan rancang) berarti tekanan hidrostatik yang dirancang untuk mampu
ditahan oleh struktur atau peralatan yang dianggap kedap air dalam perhitungan stabilitas utuh
maupun bocor.
19. Bulkhead deck (Geladak sekat) pada kapal penumpang berarti geladak teratas pada sebarang titik
dalam panjang penyekatan LS yang menjadi batas sekat utama dan kulit kapal dibuat kedap air dan
geladak terendah tempat evaluasi penumpang dan ABK tidak dirintangi oleh air pada tahap
kebocoran apapun pada kerusakan yang ditentukan dalam Regulation 8 dan dalam part B-2 bab ini.
Geladak sekat boleh berjenjang (stepped). Pada kapal barang geladak lambung timbul boleh
diambil sebagai geladak sekat.
Bulkhead deck See Explanatory Notes for regulation 13 for the treatment of a stepped bulkhead deck with regard to
watertightness and construction requirements.
20. Deadweight (Bobot mati) adalah selisih dalam ton antara displasemen kapal di air dengan berat
jenis 1.025 pada sarat menurut lambung timbul musim panas dengan bobot kosong kapal
21. Lightweight (Bobot kosong) adalah displasemen kapal dalam ton tanpa muatan, bahan bakar,
minyak lumas air ballast, air tawar dan air ketel dalam tangki, gudang bahan makanan dan
penumpang dan ABK dan barangnya.
22. Oil tanker (kapal tangki) adalah kapal tangki menurut definisi Regulation 1 Annex 1 dari Protocol
1978 dari International Convention for the Prevention of Pollution from Ships, 1973
23. Ro-ro passenger ship (Kapal penumpang ro-ro) adalah kapal penumpang dengan ruangan ro-ro
atau ruang kategori khusus menurut definisi Regulation II-2/3
24. Bulk carrier (Kapal muatan curah) berarti kapal muatan curah menurut definisi Regulation
XII/1.1
25. Keel line (Garis lunas) adalah garis yang sejajar garis kemiringan lunas dan melalui tengah
panjang (amidships) pada titik
o sisi atas lunas pada tengah lebar (centreline) atau titik potong sisi dalam pelat kulit dengan
lunas jika lunas batang ada sampai di bawah garus tersebut, pada kapal berkulit logam
o pada kapal kayu dan komposit, jarak diukur dari tepi bawah keel rabbet. ...
26. Amidships (Tengah panjang) adalah tengah panjang L
Regulation 4 - General
1. Persyaratan stabilitas bocor dalam parts B-1 asmpai dengan B-4 berlaku untuk kapal barang yang
panjangnya L 80 meter atau lebih dan untuk semua kapal penumpang tidak tergantung panjangnya
tetapi tidak termasuk kapal barang yang telah terbukti memenuhi persyaratan penyekatan dan
stabilitas bocor dari instrument lain dari Organization ini.
Cargo ships complying with the subdivision and damage stability regulations of other IMO instruments listed in the footnote
are not required to comply with part B-1, regulations 6, 7, 7-1, 7-2 and 7-3, but should comply with the regulations indicated
in the table below.
Regulation
Applies
Part B-1
51
X
Part B-2
X(1)
10
11
12
131
15
16
161
X
Part B-4
(1)
(2)
19
22
24
25
X(2)
2. Untuk kapal tertentu atau kelompok kapal tertentu, Administration dapat menyetujui metodologi
lain jika Administration setuju bahwa paling tidak tingkat keselamatan yang diberikan oleh
regulation ini tercapai. Suatu Administration yang mengijinkan metodologi lain harus memberi
tahu Organization rincian metodologi itu.
3. Kapal harus diberi penyekatan seefisien mungkin sehubungan dengan sifat pelayanan yang
diharapkan. Derajat penyekatannya harus berubah menurut panjang penyekatan LS kapal dan
dengan pelayanannya, sedemikian sehingga derajat penyekatan tertinggi diperuntukkan bagi kapal
dengan panjang penyekatan LS terbesar dan terutama dipakai untuk membawa penumpang.
4. Jika diusulkan untuk memasang geladak, kulit dalam atau sekat memanjang dengan kekedapan
cukup untuk sangat membatasi masuknya air, Administration dapat menyetujui jika pertimbangan
secukupnya diberikan pada pengaruh baik maupun buruknya struktur tersebut telah dimasukkan
dalam perhitungan.
See Explanatory Notes for regulation 7-2.2, for information and guidance related to these provisions.
1. Setiap kapal penumpang tanpa batasan ukuran dan setiap kapal barang yang panjangnya (L) 24
meter atau lebih, harus menjalani uji kemiringan (inclining test) setelah selesai dibangun dan
elemen stabilitasnya ditentukan.
Any limiting GM (or KG) requirements arising from provisions in regulation 6.1 (regarding partial attained subdivision
indices), regulation 8 or regulation 9, which are in addition to those described in regulation 5-1.4, should also be taken into
account when developing this information.
Linear interpolation of the limiting values between the draughts ds, dp and dl is only applicable to minimum GM values. If
it is intended to develop curves of maximum permissible KG, a sufficient number of KMT values for intermediate
draughts should be calculated to ensure that the resulting maximum KG curves correspond with a linear variation of
GM. When light service draught is not with the same trim as other draughts, KMT for draughts between partial and light
service draught should be calculated for trims interpolated between trim at partial draught and trim at light service
draught.
In cases where the operational trim range is intended to exceed 0.5% of Ls, the original GM limit line should be
designed in the usual manner with the deepest subdivision draught and partial subdivision draught calculated at level
trim and actual service trim used for the light service draught. Then additional sets of GM limit lines should be
constructed on the basis of the operational range of trims which is covered by loading conditions of partial subdivision
draught and deepest subdivision draught ensuring that intervals of 1% Ls are not exceeded. For the light service draught
dl only one trim should be considered. The sets of GM limit lines are combined to give one envelope limiting GM curve.
The effective trim range of the curve should be clearly stated.
2. Administration boleh mengijinkan bahwa uji kemiringan kapal barang tertentu tidak usah
dilakukan jika data dasar stabilitas dapat diperoleh dari uji kemiringan kapal kembarannya
(sister ship) dan dapat ditunjukkan dengan memuaskan Administration bahwa informasi
stabilitas yang dapat dipercaya untuk kapal yang dibebaskan ini dapat diperoleh data dasar
tersebut, seperti disyaratkan oleh regulation 5-1.
Regulation 6 - Required subdivision index R (indeks penyekatan disyaratkan)
1. Penyekatan suatu kapal dianggap cukup jika attained subdivision index A yang dihitung menurut
Regulation 7, tidak kurang dari required subdivision index R yang dihitung menurut Regulation
ini dan jika selain itu, index AS, AP dan Al tidak kurang dari 0.9R untuk kapal penumpang dan 0.5R
untuk kapal barang.
To demonstrate compliance with these provisions, see the Guidelines for the preparation of subdivision and damage stability
calculations, set out in the appendix, regarding the presentation of damage stability calculation results.
2. Untuk semua kapal yang harus memenuhi persyaratan stabilitas bocor menurut bab ini, tingkat
penyekatan yang harus disediakan harus ditentukan oleh Required subdivision index R sebagai
berikut:
a. untuk kapal barang yang panjangnya LS > 100 meter:
128
R 1
LS 152
b. untuk kapal barang yang panjangnya 80 m < LS <= 100 m:
R 1
1 LS * R0
100 1 R0
R0 = R menurut rumus di a.
c. untuk kapal penumpang
R 1
5000
LS 2.5 N 15.225
dengan:
N = N1 + 2N2
N1 = banyaknya orang yang dapat dimuat oleh sekoci penyelamat
N2 = banyaknya orang (termasuk perwira dan ABK) yang diijinkan untuk diangkut oleh kapal
dikurangi N1
d. Jika keadaan pelayanan (service) adalah sedemikian sehingga untuk memenuhi paragraf 2.3
berdasarkan N = N1 + 2N2 tidak dapat dilakukan, dan jika Administration menganggap
bahwa tingkat bahaya lebih kecil, harga N yang lebih kecil boleh dipakai tetapi
bagaimanapun tidak boleh kurang dari N = N1 + N2
Regarding the term reduced degree of hazard, the following interpretation should be applied: A lesser value of N, but in no
case less than N = N1 + N2, may be allowed at the discretion of the Administration for passenger ships, which, in the course
of their voyages, do not proceed more than 20 miles from the nearest land.
dengan
i menunjukkan tiap kompartemen atau kelompok kompartemen yang sedang diperiksa
pi menyatakan peluang bahwa hanya kompartemen atau kelompok kompartemen yang sedang
diperiksa saja yang kemasukan air, dengan mengabaikan semua penyekatan datar seperti
didefinisikan dalam Regulation 7-1
si menyatakan peluang selamat (survival) setelah kompartemen atau kelompok kompartemen yang
sedang diperiksa kemasukan air, dan memasukkan pengaruh penyekatan horisontal seperti
didefinisikan dalam Regulation 7-2
Untuk jelasnya:
A = 0.4(pisi untuk dS) + 0.4(pisi untuk dP) + 0.2(pisi untuk dl)
The method of calculating A for a loading condition is expressed by the formula:
i=t
A c = pi [v i si ]
i=1
The index c represents one of the three loading conditions, the index i represents each investigated damage or group of
damages and t is the number of damages to be investigated to calculate Ac for the particular loading condition.
To obtain a maximum index A for a given subdivision, t has to be equal to T, the total number of damages.
In practice, the damage combinations to be considered are limited either by significantly reduced contributions to A (i.e.
flooding of substantially larger volumes) or by exceeding the maximum possible damage length.
pi. The p factor is solely dependent on the geometry of the watertight arrangement of the ship.
vi. The v factor is dependent on the geometry of the watertight arrangement (decks) of the ship and the
draught of the initial loading condition. It represents the probability that the spaces above the horizontal
subdivision will not be flooded.
si. The s factor is dependent on the calculated survivability of the ship after the considered damage for a
specific initial condition.
Three initial loading conditions should be used for calculating the index A. The loading conditions are defined by their
mean draught d, trim and GM (or KG). The mean draught and trim are illustrated in the figure below.
The GM (or KG) values for the three loading conditions could, as a first attempt, be taken from the intact stability GM (or
KG) limit curve. If the required index R is not obtained, the GM (or KG) values may be increased (or reduced), implying
that the intact loading conditions from the intact stability book must now meet the GM (or KG) limit curve from the
damage stability calculations derived by linear interpolation between the three GMs.
2. Dalam menghitung A, sarat rata (level trim) harus dipakai untuk sarat penyekatan terdalam dan
sarat penyekatan sebagian. Trim dinas sebenarnya harus dipakai untuk sarat dinas ringan. Jika
untuk suatu kondisi dinas, perbedaan trim dibandingkan dengan trim perhitungan lebih besar dari
0.5% LS, satu atau lebih perhitungan tambahan untuk A harus diberikan untuk sarat yang sama
tetapi trim yang berbeda, sehingga untuk semua kondisi dinas, sehingga selisih trim dibandingkan
dengan trim acuan akan kurang dari 0.5% LS.
The calculations for differing trim should be carried out with the same initial trim for the partial and deepest subdivision
draughts. For the light service draught, the actual service trim should be used (refer to the Explanatory Notes for
regulation 2.11).
Each combination of the index within the formula given in regulation 7.1 should not be less than the requirement given
in regulation 6.2. Each partial index A should comply with the requirements of regulation 6.1.
Example:
Based on the GM limiting curves obtained from damage stability calculations of each trim, an envelope curve covering
all calculated trim values should be developed.
Calculations covering different trim values should be carried out in steps not exceeding 1% of Ls. The whole range
including intermediate trims should be covered by the damage stability calculations. Refer to the example showing an
envelope curve obtained from calculations of 0 trim and 1% of Ls.
3. Dalam menentukan lengan stabilitas positif (GZ) dari dari kurva stabilitas sisa (residual),
displasemen yang dipakai adalah displasemen kapal utuh. Jadi harus dipakai metode displasemen
konstan.
4. Penjumlahan dalam rumus di atas dilakukan mencakup panjang penyekatan kapal LS untuk semua
kasus kebocoran yang mengenai satu kompartemen atau dua atau lebih kompartemen yang
bersebelahan. Dalam hal susunan yang tidak simetris, harga A yang dipakai adalah harga rata-rata
yang didapat dari perhitungan untuk dua sisi. Atau yang dipakai adalah hasil dari sisi yang jelas
memberikan hasil yang lebih tidak menguntungkan.
With the same intent as wing tanks, the summation of the attained index A should reflect effects caused by all watertight
bulkheads and flooding boundaries within the damaged zone. It is not correct to assume damage only to the centreline
and ignore changes in subdivision that would reflect lesser contributions.
In the forward and aft ends of the ship where the sectional breadth is less than the ships breadth B, transverse damage
penetration can extend beyond the centreline bulkhead. This application of the transverse extent of damage is
consistent with the methodology to account for the localized statistics which are normalized on the greatest moulded
breadth B rather than the local breadth.
Where longitudinal corrugated bulkheads are fitted in wing compartments or on the centreline, they may be treated as
equivalent plane bulkheads provided the corrugation depth is of the same order as the stiffening structure. The same
principle may also be applied to transverse corrugated bulkheads.
Pipes and valves directly adjacent to a bulkhead or to a deck can be considered to be part of the bulkhead or deck,
provided the separation distance is of the same order as the bulkhead or deck stiffening structure. The same applies for
small recesses, drain wells, etc.
The provision for allowing minor progressive flooding should be limited to pipes penetrating a watertight subdivision
with a total cross-sectional area of not more than 710 mm2 between any two watertight compartments.
j=
x1
x2
The definitions below are intended to be used for the application of part B-1 only.
In regulation 7-1, the words compartment and group of compartments should be understood to mean zone and
adjacent zones.
Room a part of the ship, limited by bulkheads and decks, having a specific permeability.
For the calculation of p, v, r and b only the damage should be considered, for the calculation of the s-value the flooded
space should be considered. The figures below illustrate the difference.
In order to prepare for the calculation of index A, the ships subdivision length Ls is divided into a fixed discrete number
of damage zones. These damage zones will determine the damage stability investigation in the way of specific
damages to be calculated.
There are no rules for the subdividing, except that the length Ls defines the extremes for the actual hull. Zone
boundaries need not coincide with physical watertight boundaries. However, it is important to consider a strategy
carefully to obtain a good result (that is a large attained index A). All zones and combination of adjacent zones may
contribute to the index A. In general it is expected that the more zone boundaries the ship is divided into the higher will
be the attained index, but this benefit should be balanced against extra computing time. The figure below shows
different longitudinal zone divisions of the length Ls.
The first example is a very rough division into three zones of approximately the same size with limits where longitudinal
subdivision is established. The probability that the ship will survive a damage in one of the three zones is expected to be
low (i.e. the s- factor is low or zero) and, therefore, the total attained index A will be correspondingly low.
In the second example the zones have been placed in accordance with the watertight arrangement, including minor
subdivision (as in double bottom, etc.). In this case there is a much better chance of obtaining higher s-factors.
Where transverse corrugated bulkheads are fitted, they may be treated as equivalent plane bulkheads, provided the
corrugation depth is of the same order as the stiffening structure.
Pipes and valves directly adjacent to a transverse bulkhead can be considered to be part of the bulkhead, provided the
separation distance is of the same order as the bulkhead stiffening structure. The same applies for small recesses,
drain wells, etc.
For cases where the pipes and valves are outside the transverse bulkhead stiffening structure, when they present a risk
of progressive flooding to other watertight compartments that will have influence on the overall attained index A, they
should be handled either by introducing a new damage zone and accounting for the progressive flooding to associated
compartments or by introducing a gap.
The triangle in the figure below illustrates the possible single and multiple zone damages in a ship with a watertight
arrangement suitable for a seven-zone division. The triangles at the bottom line indicate single zone damages and the
parallelograms indicate adjacent zones damages.
As an example, the triangle illustrates a damage opening the rooms in zone 2 to the sea and the parallelogram
illustrates a damage where rooms in the zones 4, 5 and 6 are flooded simultaneously.
The shaded area illustrates the effect of the maximum absolute damage length. The p-factor for a combination of three
or more adjacent zones equals zero if the length of the combined adjacent damage zones minus the length of the
foremost and the aft most damage zones in the combined damage zone is greater than the maximum damage length.
Having this in mind when subdividing Ls could limit the number of zones defined to maximize the attained index A.
As the p-factor is related to the watertight arrangement by the longitudinal limits of damage zones and the transverse
distance from the ship side to any longitudinal barrier in the zone, the following indices are introduced:
p j , 1= p(x 1 j , x 2 j )
Menghitung p(x1,x2)
J
( x 2 x1)
LS
b0 2
l
J m min J max , max
LS
lmax = 60 meter
L* = 260 meter
pk
1 pk
J kn J max J kn
*
2 *2
J m* 1 1 (1 2 pk )b0 J m 14 b0 J m
J
2
b0
2 2
J m 1 1 (1 2 pk )b0 J m 14 b0 J m
Jk
2
b0
*
k
b12 = b0
Jm
J m* * L*
LS
J k* * L*
Jk
LS
p
1 pk
b12 2 k
Jk Jm Jk
b11 4
o
1 pk
p
2 k2
(Jm Jk )Jk
Jk
b21 2
o
1 pk
( J m J k )2
b22 b21J m
The coefficients b11, b12, b21 and b22 are coefficients in the bi-linear probability density function on normalized damage length
(J). The coefficient b12 is dependent on whether Ls is greater or less than L* (i.e. 260 m); the other coefficients are valid
irrespective of Ls.
Dalam rumus di atas ada indeks i dan indeks j. Untuk kapal seperti pada gambar di atas, artinya
adalah sebagai berikut:
Kasus Ruang Kasus Ruan Kasus Ruan
ke i
Bocor, ke i
g
ke i
g
n=1
bocor,
bocor,
n=2
n=3
1
1
9
1,2
16
1,2,3
2
2
10
2,3
17
2,3,4
3
3
11
3,4
18
3,4,5
4
4
12
4,5
19
4,5,6
5
5
13
5,6
20
5,6,7
6
6
14
6,7
21
6,7,8
7
7
15
7,8
8
8
dan seterusnya.
Menghitung faktor r(x1,x2,b)
b = jarak melintang rata-rata dalam meter diukur tegak lurus centreline pada bidang air penyekatan
terdalam antara
o kulit dengan
o suatu bidang tegak yang dibuat memanjang antara batas-batas zona yang diperiksa dan
menyinggung atau berimpit dengan seluruh atau sebagian dari bagian terluar sekat
memanjang yang diperiksa.
Bidang tegak ini harus diarahkan sedemikian jarak melintang rata-rata ke kulit menjadi
terbesar, tetapi tidak lebih dari 2 kali jarak terkecil antara bidang tegak tersebut dengan kulit.
Jika bagian atas dari sekat memanjang berada di bawah deepest subdivision loadline, bidang
tegak untuk menentukan b dianggap terus ke atas sampai ke deepest subdivision loadline.
Bagaimanapun, b tidak boleh lebih besar dari B/2.
Faktor r(x1,x2,b) dihitung dengan rumus berikut
G
r ( x1, x 2, b) 1 (1 C ) * 1
p( x1, x 2)
dengan
C = 12Jb(-45Jb+4)
b
Jb
15 * B
3. Where the actual watertight bulkhead is not a plane parallel to the shell, b should be determined by means of an assumed
line, dividing the zone to the shell in a relationship b1/ b2 with 1/2 b1/b22.
4. Examples of such assumed division lines are illustrated in the figure below. Each sketch represents a single damage zone
at a water line plane level ds and the longitudinal bulkhead represents the outermost bulkhead position below ds + 12.5 m.
5. In calculating r-values for a group of two or more adjacent compartments, the b-value is common for all compartments in
that group, and equal to the smallest b-value in that group:
b=min ( b1 ,b 2 , , b n)
where:
n = number of wing compartments in that group;
b1.b2,...,bn = mean values of b for individual wing compartments contained in the group.
Accumulating p
6. The accumulated value of p for one zone or a group of adjacent zones is determined by:
k= K j,n
p j , n=
k=1
where
p j ,n , k
j+n1
K j , n=
Kj
7. The figure above illustrates bs for adjacent zones. The zone j has two penetration limits and one to the centre, the zone
j+1 has one b and the zone j+n-1 has one value for b. The multiple zones will have (2+1+1) four values of b, and sorted in
increasing order they are:
b
( j , 1; b j +1,1 ; b j +n1,1 ; b j , 2 ; b K )
8. Because of the expression for r(x1, x2, b) only one bK should be considered. To minimize the number of calculations, bs
of the same value may be deleted.
As
Figure:. Combined damage of zones 1 + 2 + 3 includes a limited penetration to b3, taken into account generating two
damages:
1). to b3 with R10, R20 and R31 damaged;
2). to B/2 with R10, R20, R31 and R32 damaged.
Figure:. Combined damage of zones 1 + 2 + 3 includes 3 different limited damage penetrations generating four damages:
1). to b3 with R11, R21 and R31 damaged;
2). to b2 with R11, R21, R31 and R32 damaged;
3). to b1 with R11, R21, R31, R32, and R22 damaged;
4). to B/2 with R11, R21, R31, R32, R22 and R12 damaged.
Figure: . Combined damage of zone 1 + 2 + 3 including 2 different limited damage penetrations (b1 < b2 = b3) generating
three damages:
1). to b1 with R11, R21 and R31 damaged;
2). to b2 with R11, R21, R31 and R12, damaged;
3). to B/2 with R11, R21, R31, R12, R22 and R32 damaged.
10. A damage having a transverse extent b and a vertical extent H2 leads to the flooding of both wing compartment and hold;
for b and H1 only the wing compartment is flooded. The figure below illustrates a partial subdivision draught dp damage.
11. The same is valid if b-values are calculated for arrangements with sloped walls.
12. Pipes and valves directly adjacent to a longitudinal bulkhead can be considered to be part of the bulkhead, provided the
separation distance is of the same order as the bulkhead stiffening structure. The same applies for small recesses, drain
wells, etc.
p1 16 J 2 (b11J 3b12 )
J>Jk:
p2 13 b11J k3 12 (b11J b12 ) J k2 b12 JJ k
13 b21 ( J n3 J k3 ) 12 (b21J b22 )( J n2 J k2 ) b22 J ( J n J k )
p( x1, x 2) 12 ( p1 J )
Menghitung r(x1,x2,b)
p( x1, x 2) 12 ( p2 J )
G
r ( x1, x 2, b) 1 (1 C ) * 1
p ( x1, x 2)
G
r ( x1, x 2, b) 1 (1 C ) * 1
p( x1, x 2)
Initial condition an intact loading condition to be considered in the damage analysis described by the mean draught,
vertical centre of gravity and the trim; or alternative parameters from where the same may be determined (ex.
displacement, GM and trim). There are three initial conditions corresponding to the three draughts ds, dp and dl.
Immersion limits immersion limits are an array of points that are not to be immersed at various stages of flooding as
indicated in regulations 7-2.5.2 and 7-2.5.3.
Openings all openings need to be defined: both weathertight and unprotected. Openings are the most critical factor to
preventing an inaccurate index A. If the final waterline immerses the lower edge of any opening through which
progressive flooding takes place, the factor s may be recalculated taking such flooding into account. However, in this
case the s value should also be calculated without taking into account progressive flooding and corresponding opening.
The smallest s value should be retained for the contribution to the attained index.
1. Faktor si harus dihitung untuk tiap kasus kebocoran satu kompartemen atau kelompok
kompartemen menurut notasi dan ketentuan dalam Regulation ini.
e adalah sudut oleng setimbang pada suatu tahap kebocoran, dalam derajat
v adalah sudut pada suatu tahap kebocoran ketika lengan penegak menjadi negatif, atau sudut
ketika suatu bukaan yang tidak dapat ditutup kedap cuaca (air?) mulai terbenam.
GZmax adalah lengan penegak positif maksimum dalam meter sampai dengan sudut v
Range adalah daerah lengan penegak positif dalam derajat, diukur dari sudut e. Daerah positif
diukur sampai sudut v.
Tahap kebocoran adalah suatu langkah tertentu dalam proses kebocoran, termasuk tahap sebelum
keadaan seimbang tercapai (kalau ada) sampai keadaan seimbang akhir tercapai
In cases where the GZ curve may include more than one range of positive righting levers for a specific stage of flooding,
only one continuous positive range of the GZ curve may be used within the allowable range/heel limits for calculation
purposes. Different stages of flooding may not be combined in a single GZ curve.
In figure 1, the s-factor may be calculated from the heel angle, range and corresponding GZmax of the first or second range
of positive righting levers. In figure 2, only one s-factor can be calculated.
1.1 Faktor si untuk suatu kasus kebocoran dari suatu kondisi awal di didapat dari rumus:
si = minimum { sintermediate,i or sfinal,i smom,i }
dengan
sintermediate,i adalah peluang untuk selamat (survive) dari semua tahap antara dari kebocoran sampai tahap
keseimbangan akhir dan dihitung menurut paragraf 2
sfinal,i adalah peluang untuk selamat (survive) pada tahap keseimbangan akhir dan dihitung menurut
paragraf 3
smom,i adalah peluang untuk selamat (survive) terhadap momen pengoleng dan dihitung menurut
paragraf 4
2. Faktor sintermediate,i hanya berlaku untuk kapal penumpang (untuk kapal barang sintermediate,i harus diambil
= 1) dan harus diambil harga faktor s terkecil dari semua tahap kebocoran termasuk tahap sebelum
tercapainya keadaan seimbang, kalau ada, dan dihitung sebagai berikut:
GZmax Range
*
7
sintermediate,i 0.05
1
4
dengan
GZmax diambil 0.05 meter
Range diambil 70
sintermediate = 0 jika sudut oleng antara > 150.
Jika disyaratkan memasang peralatan penghubung tangki (cross-flooding fittings), waktu untuk
penyeimbang 10 menit.
Intermediate stages of flooding
1. The case of instantaneous flooding in unrestricted spaces in way of the damage zone does not require intermediate stage
flooding calculations. Where intermediate stages of flooding calculations are necessary in connection with progressive
flooding, they should reflect the sequence of filling as well as filling level phases. Calculations for intermediate stages of
flooding should be performed whenever equalization is not instantaneous, i.e. equalization is of a duration greater than 60 s.
Such calculations consider the progress through one or more floodable (non-watertight) spaces. Bulkheads surrounding
refrigerated spaces, incinerator rooms and longitudinal bulkheads fitted with non-watertight doors are typical examples of
structures that may significantly slow down the equalization of main compartments.
Flooding boundaries
2. If a compartment contains decks, inner bulkheads, structural elements and doors of sufficient tightness and strength to
seriously restrict the flow of water, for intermediate stage flooding calculation purposes it should be divided into
corresponding non-watertight spaces. It is assumed that the non-watertight divisions considered in the calculations are
limited to A class fire-rated bulkheads and do not apply to B class fire-rated bulkheads normally used in accommodation
areas (e.g., cabins and corridors). This guidance also relates to regulation 4.4.
Cross-flooding/equalization
4. In general, cross-flooding is meant as a flooding of an undamaged space on the other side of the ship to reduce the heel
in the final equilibrium condition.
5. The cross-flooding time should be calculated in accordance with the Recommendation on a standard method for
evaluating cross-flooding arrangements (resolution MSC.245(83)). If complete fluid equalization occurs in 60 s or less, it
should be treated as instantaneous and no further calculations need to be carried out. Additionally, in cases where sfinal = 1 is
achieved in 60 s or less, but equalization is not complete, instantaneous flooding may also be assumed if sfinal will not
become reduced. In any cases where complete fluid equalization exceeds 60 s, the value of sintermediate after 60 s is the
first intermediate stage to be considered. Only passive open cross-flooding arrangements without valves should be
considered effective for instantaneous flooding cases.
6. If complete fluid equalization can be finalized in 10 min or less, the assessment of survivability can be carried out for
passenger ships as the smallest values of sintermediate or sfinal .
7. In case the equalization time is longer than 10 min, sfinal is calculated for the floating position achieved after 10 min of
equalization. This floating position is computed by calculating the amount of flood water according to resolution
MSC.245(83) using interpolation, where the equalization time is set to 10 min, i.e. the interpolation of the flood water volume
is made between the case before equalization (T = 0) and the total calculated equalization time.
8. In any cases where complete fluid equalization exceeds 10 min, the value of sfinal used in the formula in regulation 7-2.1.1
should be the minimum of sfinal at 10 min or at final equalization.
Cargo ships
9. If the Administration considers that the stability in intermediate stages of flooding in a cargo ship may be insufficient, it
may require further investigation thereof.
s final, i K
dengan
GZmax diambil 0.12 meter
Range diambil 160
K = 1 jika e min
K = 0 jika e max
max e
K
max min
dalam hal lain
dengan
GZ max Range
*
0.12
16
1
4
min adalh 70 untuk kapal penumpang dan 250 untuk kapal barang
max adalh 150 untuk kapal penumpang dan 300 untuk kapal barang
4. Faktor smom,i hanya berlaku untuk kapal penumpang (untuk kapal barang sintermediate,i harus diambil = 1)
dan harus dihitung pada keadaan keseimbangan akhir dengan rumus
(GZ max 0.04) * Displaceme nt
smom,i
M heel
dengan
Displacement adalah displasemen kapal utuh pada sarat penyekatan
The displacement is the intact displacement at the subdivision draught in question (ds, dp and dl).
Mheel adalah momen oleng maksimum yang diasumsikan dihitung menurut paragraf 4.1
Smom,i 1
4.1 Momen oleng Mheel dihitung sebagai berikut:
Mheel = maximum {Mpassenger atau Mwind atau MSurvivalcraft}
4.1.1 Mpassenger adalah momen oleng maksimum yang diasumsikan akibat pergerakan penumpang dan
dihitung sebagai berikut:
Mpassenger = (0.075 Np) (0.45 B) (tm)
dengan
Np jumlah maksimum penumpang yang diijinkan berada di kapal pada kondisi dinas menurut sekat
penyekatan terdalam
B adalah lebar kapal
The beam B used in this paragraph means breadth as defined in regulation 2.8.
Cara lain adalah, momen oleng boleh dihitung dengan asumsi penumpang tersebar pada satu sisi kapal
pada geladak-geladak yang ada muster station sebanyak 4 orang per meter persegi pada semua tempat
yang tersedia. Dalam perhitungan ini, diasumsikan berat penumpang adalah 75 kg per orang.
4.1.2 Mwind adalah momen angin maksimum yang diasumsikan dalam kondisi cocor:
P * A* Z
M wind
9.806 (tm)
dengan
P = 120 N/m2;
A =luas proyeksi samping (lateral) di atas bidang air
The parameter A (projected lateral area) used in this paragraph does not refer to the attained subdivision index.
Z = jarak dari titik berat luasan proyeksi samping (lateral) di atas bidang air sampai ke T/2
T = sarat kapal di
4.1.3 MSurvivalcraft adalah momen oleng maksimum yang diasumsikan akibat penurunan semua sekoci
penyelamat bermuatan penuh dengan dewi-dewi di satu sisi kapal. Momen ini harus dihitung sebagai
berikut:
1. semua sekoci penyelamat (lifeboat) dan dan sekoci penolong (rescue boat) yang dipasang
pada sisi ke arah miringnya kapal setelah bocor dianggap bermuatan penuh dan telah dijulurkan
keluar dan siap untuk diturunkan;
2. untuk sekoci penyelamat yang diluncurkan dari posisi penyimpanan, harus diambil momen
oleng maksimum selama proses peluncuran
3. rakit penyelamat bermuatan penuh yang diluncurkan dengan dewi-dewi yang terpasang pada
tiap dewi-dewi pada sisi ke arah miringnya kapal setelah bocor dianggap telah dijulurkan
keluar siap untuk diturunkan
4. orang yang tidak berada dalam peralatan penyelamat yang telah terjulur tidak memberikan
momen penegak atau momen pengoleng tambahan
5. peralatan penyelamat pada sisi yang berlawanan dengan arah miringnya kapal setelah bocor
dianggap dalam keadaan tersimpan.
5. Kebocoran tak simetris harus dibuat minimum sesuai dengan peralatan yang efisien. Jika diperlukan
untuk mengkoreksi sudut oleng yang besar, cara yang dipakai, jika mungkin harus dapat bekerja
otomatis, tetapi dalam semua hal, jika ada kontrol alat penghubung tangki (equalization devices),
kontrol harus dapat dioperasikan dari atas geladak sekat. Alat ini bersama kontrolnya harus dengan
persetujuan Administration. Informasi yang sesuai mengenai penggunaan alat penghubung tangki
harus diberikan pada nakhoda.
In cargo ships where cross-flooding devices are fitted, the safety of the ship should be maintained in all stages of flooding.
The Administration may request for this to be demonstrated. Cross-flooding equipment, if installed, should have the capacity
to ensure that the equalization takes place within 10 min.
5.1 Tangki dan kompartemen yang terhubung dengan alat penghubung tangki harus dilengkapi dengan
pipa udara atau alat yang setara dengan penampang yang cukup untuk memastikan bahwa aliran air ke
dalam kompartemen terhubung tidak berjalan lambat.
5.2 Dalam semua kasus, si harus diambil 0 dalam hal bidang air akhir, dengan memperhitungkan
tambahan sarat, oleng dan trim, membenamkan
1. tepi bawah bukaan yang menyebabkan air masuk berkelanjutan dan masuknya air ini tidak
diperhitungkan dalam perhitungan si. Termasuk dalam bukaan semacam itu ialah
pipa udara,
ventilator, dan
bukaan yang ditutup dengan pintu kedap cuaca atau penutup palkah
The flooding angle will be limited by immersion of such an opening. It is not necessary to define a criterion for nonimmersion of unprotected openings at equilibrium, because if it is immersed, the range of positive GZ limited to flooding
angle will be zero so s will be equal to zero.
An unprotected opening connects two rooms or one room and the outside. An unprotected opening will not be taken into
account if the two connected rooms are flooded or none of these rooms are flooded. If the opening is connected to the
outside, it will not be taken into account if the connected compartment is flooded. An unprotected opening does not
need to be taken into account if it connects a flooded room or the outside to an undamaged room, if this room will be
considered as flooded in a subsequent stage.
The survival s factor will be 0 if any such point is submerged at a stage which is considered as final. Such points
may be submerged during a stage or phase which is considered as intermediate, or within the range beyond
equilibrium.
If an opening fitted with a weathertight means of closure is submerged at equilibrium during a stage considered as
intermediate, it should be demonstrated that this weathertight means of closure can sustain the corresponding head of
water and that the leakage rate is negligible.
These points are also defined as connecting two rooms or one room and the outside, and the same principle as for
unprotected openings is applied to take them into account or not. If several stages have to be considered as final, a
weathertight opening does not need to be taken into account if it connects a flooded room or the outside to an
undamaged room if this room will be considered as flooded in a successive final stage.
2. bagian dari geladak sekat pada kapal penumpang yang dimasukkan dalam rute evakuasi horisontal
untuk memenuhi aturan dalam Bab II-2
Partial immersion of the bulkhead deck may be accepted at final equilibrium. This provision is intended to ensure that
evacuation along the bulkhead deck to the vertical escapes will not be impeded by water on that deck. A horizontal
evacuation route in the context of this regulation means a route on the bulkhead deck connecting spaces located on
and under this deck with the vertical escapes from the bulkhead deck required for compliance with SOLAS chapter II-2.
Horizontal evacuation routes on the bulkhead deck include only escape routes (designated as category 2 stairway
spaces according to SOLAS regulation II-2/9.2.2.3 or as category 4 stairway spaces according to SOLAS regulation II2/9.2.2.4 for passenger ships carrying not more than 36 passengers) used for the evacuation of undamaged spaces.
Horizontal evacuation routes do not include corridors (designated as category 3 corridor spaces according to SOLAS
regulation II-2/9.2.2.3 or as category 2 corridor spaces according to SOLAS regulation II-2/9.2.2.4 for passenger ships
carrying not more than 36 passengers) within the damaged space. No part of a horizontal evacuation route serving
undamaged spaces should be immersed.
si = 0 where it is not possible to access a stair leading up to the embarkation deck from an undamaged space as a
result of flooding to the stairway or horizontal stairway on the bulkhead deck.
Horizontal escapes situated in way of the damage extent may remain effective, therefore si need not be taken as zero.
Contributions to the attained index A may still be gained.
5.3. Faktor si harus diambil 0 jika, dengan memperhitungkan tambahan sarat, oleng dan trim, suatu
kejadian berikut terjadi pada tahap antara atau pada tahap akhir kebocoran:
1. terbenamnya vertical escape hatch pada geladak sekat yang dimaksud untuk memenuhi
ketantuan dalam chapter II-2
The purpose of this paragraph is to provide an incentive to ensure that evacuation through a vertical escape will not be
obstructed by water from above. The paragraph is intended for smaller emergency escapes, typically hatches, where
fitting of a watertight or weathertight means of closure would otherwise exclude them from being considered as flooding
points.
Since the probabilistic regulations do not require that the watertight bulkheads be carried continuously up to the
bulkhead deck, care should be taken to ensure that evacuation from intact spaces through flooded spaces below the
bulkhead deck will remain possible, for instance by means of a watertight trunk.
6. Jika batas mendatar kedap air dipasang di atas bidang air yang sedang dihitung, harga s yang
untuk kompartemen bawah atau kelompok kompartemen didapat dengan mengalikan harga yang
didapat menurut paragraf 1.1 dengan faktor reduksi vm menurut paragraf 6.1, yang menunjukkan
peluang bahwa ruang-ruang di bawah penyekatan mendatar tidak akan bocor.
The sketches in the figure illustrate the connection between position of watertight decks in the reserve buoyancy area and
the use of factor v for damages below these decks.
In this example, there are 3 horizontal subdivisions to be taken into account as the vertical extent of damage.
The example shows the maximum possible vertical extent of damage d + 12.5 m is positioned between H2 and H3. H1 with
factor v1, H2 with factor v2 > v1 but v2 < 1 and H3 with factor v3 = 1.
The factors v1 and v2are the same as above. The reserve buoyancy above H3 should be taken undamaged in all damage
cases.
The combination of damages into the rooms R1, R2 and R3 positioned below the initial water line should be chosen so that
the damage with the lowest s-factor is taken into account. That often results in the definition of alternative damages to be
calculated and compared. If the deck taken as lower limit of damage is not watertight, down flooding should be considered.
(Hd)
7.8
( Hd )7.8
4.7
dengan
v(Hj, n, m,d) diambil = 1 jika Hm berimpit dengan batas kedap air teratas dari kapal dalam
daerah (x1(j)...x2(j+n-1)) dan
v(Hj, n, 0,d)
diambil = 0
Bagaimanapun, vm tidak boleh kurang dari nol atau lebih besar dari 1.
6.2 Pada umumnya, tiap kontribusi dA kepada indeks A dalam hal penyekatan mendatar didapat
dari rumus berikut
dA= pi[v is min1 + ( v 2v 1 )s min2 ++ ( 1v m1 )smin m ]
dengan
vm = harga v dihitung menurut paragraf 6.1;
smin = harga faktor s paling kecil untuk semua kombinasi kerusakan yang didapat dengan
mengasumsikan kerusakan meliputi tinggi kerusakan Hm ke bawah.
Regulation 7-3 Permeability
Untuk perhitungan penyekatan dan stabilitas bocor dalam regulation ini, permeabilitas tiap
ruang atau bagian suatu ruang secara umum diambil sebagai berikut:
Ruang
Permeabilitas
Ruang untuk gudang
0.60
Dipakai untuk akomodasi 0.95
Dipakai untuk permesinan 0.85
Ruang kosong
0.95
Ruang muatan kering
0.7
Ruang untuk cairan
0 atau 0.95
Untuk perhitungan penyekatan dan stabilitas bocor dalam regulation ini, permeabilitas untuk
tiap kompartemen muat atau bagian suatu kompartemen diambil sebagai berikut:
Ruang
Permeabilitas Permeabilitas Permeabilitas
pada sarat dS pada sarat dP pada sarat dl
Muatan kering
0.70
0.80
0.95
kontainer
0.70
0.80
0.95
Ruan ro-ro
0.90
0.90
0.95
Muatan cair
0.70
0.80
0.95
The following additional cargo permeabilities may be used:
Spaces
Permeability at draught
ds
Permeability at draught dp
Permeability at draught dl
0.35
0.7
0.95
0.6
0.7
0.95
Reference is made to MSC/Circ.998 (IACS Unified Interpretation regarding timber deck cargo in the context of damage
stability requirements) regarding timber deck cargo.
Harga permeabilitas yang lain boleh dipakai jika dibuktikan dengan perhitungan
Concerning the use of other figures for permeability if substantiated by calculations, such permeabilities should reflect
the general conditions of the ship throughout its service life rather than specific loading conditions.
This paragraph allows for the recalculation of permeabilities. This should only be considered in cases where it is evident
that there is a major discrepancy between the values shown in the regulation and the real values. It is not designed for
improving the attained value of a deficient ship of regular type by the modification of chosen spaces in the ship that are
known to provide significantly onerous results. All proposals should be considered on a case-by-case basis by the
Administration and should be justified with adequate calculations and arguments.