Professional Documents
Culture Documents
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Kemitraan Bidan dan Dukun Paraji
a. Pengertian Kemitraan
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong
royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun
kelompok. Menurut Depkes (2008), kemitraan adalah suatu kerja sama
formal antara individu-individu,
b. Tujuan Kemitraan
Tujuan kemitraan antara dukun paraji dan bidan adalah untuk
mendayagunakan dukun paraji sebagai pendamping spiritual untuk melakukan
komunikasi sesuai dengan kebutuhan ibu hamil, melahirkan dan nifas, serta
membantu bidan sesuai dengan kemampuannya.
c. Manfaat Kemitraan
1)Manfaat bagi dukun Paraji
Memperoleh pengetahuan tentang kesehatan pada umumnya dan
kesehatan ibu dan anak pada khususnya.
2)Manfaat bagi bidan
Adanya suatu kerjasama yang saling menguntungkan sehingga
membantu dalam pencapaian tujuan.
3)Manfaat bagi ibu hamil, bersalin dan nifas
Memperoleh pelayanan yang aman dan nyaman sesuai dengan
keinginannya.
d. Langkah-Langkah Menuju Kemitraan
Upaya mencapai suatu kemitraan ada beberapa hal prinsip yang harus
diketahui atau dipahami agar tujuan dari pelaksanaan kemitraan dapat
dicapai, hal itu adalah :
1)
Prinsip Kemitraan
Kemitraan hanya dapat dibentuk bila lebih dari satu orang atau satu
organisasi akan bekerjasama, yang dalam hal ini adalah bidan dan dukun
paraji. Keduanya mempunyai kelebihan dan kekurangan yang harus
dihargai apa adanya.
Adapun prinsip dari kemitraan adalah sebagai berikut (Depkes,2008):
a)
Kesetaraan
Kesetaraan disini adalah saling menghargai kekuasaan dan keahlian
mitranya, dan harus dimulai dari menerima mitra apa adanya setara
dengan dirinya.
b) Keterbukaan
Kerjasama yang berprinsip kemitraan harus ada kemauan bersama
untuk menjelaskan perasaan dan keinginannya serta membicarakan
persoalan masing-masing yang masih harus diuji kebenarannya.
c) Saling menguntungkan
Kerjasama yang berprinsip kemitraan harus dibuat bahwa dengan
kemitraan tidak ada yang kehilangan atau merugi tetapi terjadi sinergi
dari dua keahlian dari dua belah pihak.
2) Landasan kemitraan
Kerjasama yang berprinsip kemitraan ada beberapa landasan yang harus
dipenuhi oleh kedua belah pihak yang bermitra yaitu :
a) Saling memahami kedudukan tugas dan fungsinya
Setiap orang mempunyai hubungan kemasyarakatan, tidak
peduli apakah hubungan itu baik atau buruk, apakah ia sendiri suka
atau tidak. Kita harus memahami dahulu kedudukan kita sendiri
sebagai apa dan tugas serta fungsi kita apa.
b) Saling memahami kemampuan masing-masing
Profesionalisme seseorang sangat dibutuhkan untuk menjaga
kualitas, sehingga sangat perlu memahami kemampuan orang lain.
Seorang bidan harus memahami kemampuan dukun paraji dalam
menangani proses persalinan, bidan dapat memberikan masukan
kepada dukun paraji sehingga dukun paraji merasa diperhatikan dan
10
11
g) Saling menghargai
Semua manusia pada prinsipnya sangat senang apabila
disanjung dan dipuji,oleh karena itu bidan dan dukun paraji harus bisa
menghargai dalam menangani proses persalinan sesuai dengan
kewenangannya (Depkes, 2008).
e. Peran Dukun Paraji Dalam Kemitraan bidan dan Paraji
1) Peran Dukun Paraji dalam Pelayanan Kebidanan (Depkes, 2008)
a) Membantu bidan dalam merencanakan kunjungan ke Posyandu,
kelompok ibu/Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KPKIA)
b) Mendampingi bidan dalam melaksanakan kunjungan
c) Memberikan
masukan
tentang
kebutuhan
masyarakat
tentang
penyuluhan
kepada
ibu
hamil,
keluarga
dan
12
masyarakat tentang :
(1) Ibu hamil mendapat imunisasi TT lengkap (2 kali)
(2) Suntikan pertama pada waktu pemeriksaan hamil pertama
(3) Suntikan kedua paling sedikit sebulan sesudah suntikan yang
pertama
b)
13
hamil
dengan
tanda
dan
bahaya
segera
dirujuk
ke
Puskesmas/Rumah Sakit
f) Makanan bagi ibu hamil
(1) Makanan pokok
(2) Lauk pauk
(3) Sayur dan buah
(4) Susu
(5) Tablet zat besi bagi ibu hamil
3). Peran Dukun Paraji dalam Pelayanan Persalinan (Depkes, 2008)
a)
(3) Membantu
ibu
dan
keluarganya
untuk
mempersiapkan
14
bersih
dan
hangat
untuk
membersihkan
dan
mengeringkan bayi
(e) Ruangan yang bersih dan sehat
(f) Cahaya dan ventilasi yang cukup
(4) Membantu ibu dan keluarga untuk mempersiapkan transportasi,
calon donor darah bila terjadi kegawatdaruratan.
(5) Segera hubungi bidan bila ibu hamil telah menunjukan tandatanda persalinan (ketuban pecah atau mulas yang teratur).
(6) Membantu bidan dalam merujuk ibu bersalin ke rumah sakit atau
tempat lainnya
(7) Menganjurkan dan mempersiapkan ibu hamil dengan kondisi
dibawah ini, untuk melahirkan di rumah sakit :
(a) Pernah mengalami persalinan yang sulit atau lahir mati
(b) Pernah mengalami bedah besar
(c) Anemia berat
b) Peran dukun paraji dalam pertolongan persalinan
(1) Mengatahui tanda-tanda persalinan
(a) Sudah keluar lendir campur bercak darah
(b) Kini perut sering terasa mules-mules dan cairan ketuban
keluar
15
yang
sudah
bersih
dibiarkan
kering.
Jangan
d)
16
ari-ari/uri/plasenta
sesuai
dengan
tradisi
dan
dari kepala
Peran dukun paraji dalam penanganan pada dua jam pertama setelah
persalinan
(1) Membersihkan badan ibu
(2) Menetekan bayi pada ibunya
(3) Memandikan dan merawat ibu sesuai dengan peraturan agama
atau adat istiadat yang tidak bertentangan dengan ajaran agama
dan kesehatan ibu.
(4) Memberikan 1 kapsul vitamin A
17
d)
(2)
Kejang-kejang
(3)
18
memeriksa
kesehatan
ibu
dan
memberikan
(2)
(3)
kesehatan
diri,
memakai
pembalut
bersih,
19
persalinan
atas
permintaan
dari
masyarakat
yang
20
membutuhkan,
Sejak bergulirnya program kemitraan dimana peran paraji hanya
berfungsi sebagai pembantu dan pendamping bidan dalam menolong
persalinan makan akan muncul reaksi dari paraji karena merasa perannya
semakin tersisihkan oleh bidan sehingga sangat wajar apabila ada sikap
yang kurang setuju terhadap pelaksanaan kemitraan.
Hasil penelitian Rusmini (2009) menyatakan bahwa faktor sikap dan
persepsi dukun bersalin terntang kemitraan cenderung kurang baik karena
dimata mereka kemitraan menyebabkan berkurangnya peran dan
penghasilan.
2) Pengertian sikap
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau
objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik
dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2005). Azwar (2002) menjelaskan
tentang sikap sebagi berikut :
a) Sikap seseorang terhadap objek adalah perasaan mendukung atau
memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak
memihak (unfavorable) pada objek tertentu.
b)
c)
21
e)
Stuktur sikap menurut skema triadic terdiri atas tiga komponen yang
saling menunjang (Azwar, 2002) yaitu :
a) Komponen Kognitif
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang
berlaku atau yang benar bagi objek sikap kepercayaan datang dari
apa yang kita lihat atau apa yang kita ketahui. Berdasarkan dari apa
yang kita lihat itu suatu objek.
b) Komponen Afektif
Komponen
afektif
menyangkut
masalah
emosional
subyektif
22
Kaitan ini berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini
didasarkan
oleh
asumsi
kepercayaan
dan
perasaan
banyak
selaras
dengan
mempengaruhi perilaku.
Kecenderungan
berperilaku
secara
konsisten
23
(Notoatmodjo, 2005) :
a) Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima
stimulus yang diberikan (objek).
b) Menanggapi (Responding)
Menanggapi diartikan bahwa memberikan jawaban atau tanggapan
terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
c) Menghargai (Valuing)
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang
positif terhadap objek atau stimulus. Membahasnya dengan orang
lain dan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain
merespon.
d) Bertanggungjawab (Responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggungjawab
terhadap apa yang telah diyakininya.
2). Cara Pengukuran Sikap.
Cara pengukuran sikap dapat menggunakan berbagai metoda sesuai
dengan pendapat para ahli sebagai berikut (Notoatmodjo, 2005):
a) Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial
dalam bentuk jawaban (pernyataan) yang berupa sangat setuju (SS),
setuju (S), ragu (R), tidak setuju (TS). Setiap jawaban mempunyai
24
skor tersendiri sesuai dengan positif atau negatifnya item itu. Dalam
penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh
peneliti yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
b) Skala Guttman
Skala
Guttman
menyisakan
merupakan
pertanyaan
yang
skala
kumulatif
berbobot
lebih
jika
berat,
seseorang
ia akan
25
26
Arikunto
(2006)
guna
menentukan
kategori
hasil
27
melalui
pendidikan
di
bidang
kesehatan
yang
memerlukan
28
dan
anggota
keluarga
lain
yang
dianggap
sudah
29
2. Dukun Paraji
a. Pengertian
Dukun paraji adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya
seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan
menolong persalinan secara tradisional dan memperoleh keterampilan
tersebut dengan cara turun temurun belajar secara praktis atau cara lain
yang menjurus kearah peningkatan keterampilan tersebut serta melalui
petugas kesehatan (Depkes, 2008)
Dukun paraji merupakan tenaga terpercaya dalam segala soal yang
bersangkutan dengan reproduksi. Ia diminta pertimbangannya pada masa
kehamilan, mendampingi wanita yang bersalin sampai persalinan selesai
dan mengurus ibu serta bayinya dalam masa nifas. Ia menyelenggarakan
pula abortus buatan dan kontrasepsi.
Dukun paraji adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya
oleh masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak
sesuai kebutuhan masyarakat. Keterampilan dukun bersalin pada
umumnya didapat melalui sistem magang. Anggapan dan kepercayaan
masyarakat terhadap keterampilan dukun bersalin berkaitan pula dengan
sistem nilai budaya masyarakat. Dukun bersalin pada umumnya
diperlakukan sebagai tokoh masyarakat (Wiknjosastro, 2005).
b. Karaktersitik Paraji
1). Umur
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
30
2). Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah jenis pendidikan ormal yang pernah
ditempuh oleh seseorang pada dasarnya meliputi pendidikan Pra
Sekolah, Sekolah Dasar (SD), SMP, SMA dan perguruan tinggi.
Tingkat
pendidikan
akan
mempengaruhi
tingkat
pengetahuan
31
B. Kerangka Teori
Menurut
Pelaksanaan kemitraan
paraji dan bidan
Jarak
Reinforcing
Keluarga
Tokoh
Guru
Gambar 2.1
Kerangka teori
(Menurut Green dalam Notoatmodjo, 2010)