You are on page 1of 25

7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Kemitraan Bidan dan Dukun Paraji
a. Pengertian Kemitraan
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong
royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun
kelompok. Menurut Depkes (2008), kemitraan adalah suatu kerja sama
formal antara individu-individu,

kelompok-kelompok atau organisasi-

organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.


Membangun sebuah kemitraan, harus didasarkan pada hal-hal berikut
(Depkes,2008):
1) Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan,
2) Saling mempercayai dan saling menghormati
3) Tujuan yang jelas dan terukur
4) Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga

b. Tujuan Kemitraan
Tujuan kemitraan antara dukun paraji dan bidan adalah untuk
mendayagunakan dukun paraji sebagai pendamping spiritual untuk melakukan
komunikasi sesuai dengan kebutuhan ibu hamil, melahirkan dan nifas, serta
membantu bidan sesuai dengan kemampuannya.

c. Manfaat Kemitraan
1)Manfaat bagi dukun Paraji
Memperoleh pengetahuan tentang kesehatan pada umumnya dan
kesehatan ibu dan anak pada khususnya.
2)Manfaat bagi bidan
Adanya suatu kerjasama yang saling menguntungkan sehingga
membantu dalam pencapaian tujuan.
3)Manfaat bagi ibu hamil, bersalin dan nifas
Memperoleh pelayanan yang aman dan nyaman sesuai dengan
keinginannya.
d. Langkah-Langkah Menuju Kemitraan
Upaya mencapai suatu kemitraan ada beberapa hal prinsip yang harus
diketahui atau dipahami agar tujuan dari pelaksanaan kemitraan dapat
dicapai, hal itu adalah :
1)

Prinsip Kemitraan
Kemitraan hanya dapat dibentuk bila lebih dari satu orang atau satu
organisasi akan bekerjasama, yang dalam hal ini adalah bidan dan dukun
paraji. Keduanya mempunyai kelebihan dan kekurangan yang harus
dihargai apa adanya.
Adapun prinsip dari kemitraan adalah sebagai berikut (Depkes,2008):
a)

Kesetaraan
Kesetaraan disini adalah saling menghargai kekuasaan dan keahlian
mitranya, dan harus dimulai dari menerima mitra apa adanya setara

dengan dirinya.
b) Keterbukaan
Kerjasama yang berprinsip kemitraan harus ada kemauan bersama
untuk menjelaskan perasaan dan keinginannya serta membicarakan
persoalan masing-masing yang masih harus diuji kebenarannya.
c) Saling menguntungkan
Kerjasama yang berprinsip kemitraan harus dibuat bahwa dengan
kemitraan tidak ada yang kehilangan atau merugi tetapi terjadi sinergi
dari dua keahlian dari dua belah pihak.
2) Landasan kemitraan
Kerjasama yang berprinsip kemitraan ada beberapa landasan yang harus
dipenuhi oleh kedua belah pihak yang bermitra yaitu :
a) Saling memahami kedudukan tugas dan fungsinya
Setiap orang mempunyai hubungan kemasyarakatan, tidak
peduli apakah hubungan itu baik atau buruk, apakah ia sendiri suka
atau tidak. Kita harus memahami dahulu kedudukan kita sendiri
sebagai apa dan tugas serta fungsi kita apa.
b) Saling memahami kemampuan masing-masing
Profesionalisme seseorang sangat dibutuhkan untuk menjaga
kualitas, sehingga sangat perlu memahami kemampuan orang lain.
Seorang bidan harus memahami kemampuan dukun paraji dalam
menangani proses persalinan, bidan dapat memberikan masukan
kepada dukun paraji sehingga dukun paraji merasa diperhatikan dan

10

dapat membantu dalam menangani persalinan lebih baik.


c) Saling menghubungi
Menjaga hubungan yang harmonis agar tidak terjadi persaingan
yang tidak sehat, sangat diperlukan hubungan satu dengan yang lain,
sehingga masing-masing merasa diakui keberadaannya.
d) Saling mendekati
Seseorang yang sering berhubungan dengan orang lain maka
akan terjalin hubungan yang dekat dan akrab, tidak ada perasaan
enggan/sungkan satu sama lain.
e) Saling bersedia membantu dan dibantu
Masyarakat pada umumnya sangat senang dibantu oleh orang
lain dalam segala hal, namun sulit membantu orang lain. Dilain pihak
dapat terjadi kasus sebaliknya tetapi relatif kecil. Kedua kemungkinan
tersebut harus dapat diterima oleh bidan maupun oleh dukun paraji
karena setiap manusia mempunyai kelebihan dan kekurangan
masing-masing.
f)

Saling mendorong dan mendukung


Kehidupan masyarakat selalu ada persaingan yang sehat
maupun tidak sehat, kalau seseorang ingin sukses dalam suatu
karier, orang tersebut harus memiliki perasaan bangga terhadap
orang lain yang sukses, sehingga akan tercipta motivasi untuk
menjadi lebih sukses.

11

g) Saling menghargai
Semua manusia pada prinsipnya sangat senang apabila
disanjung dan dipuji,oleh karena itu bidan dan dukun paraji harus bisa
menghargai dalam menangani proses persalinan sesuai dengan
kewenangannya (Depkes, 2008).
e. Peran Dukun Paraji Dalam Kemitraan bidan dan Paraji
1) Peran Dukun Paraji dalam Pelayanan Kebidanan (Depkes, 2008)
a) Membantu bidan dalam merencanakan kunjungan ke Posyandu,
kelompok ibu/Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KPKIA)
b) Mendampingi bidan dalam melaksanakan kunjungan
c) Memberikan

masukan

tentang

kebutuhan

masyarakat

tentang

kunjungan dan materi pelatihan/penyuluhan


d) Memberikan penyuluhan tentang :
a. Kebersihan / kesehatan secara umum
b. Kesiapan dalam menghadapi kehamilan
c. Makanan bergizi dan mencegah anemia
d. Kematangan seksual, kehidupan seksual yang bertanggung jawab
e. Bahaya kehamilan pada usia muda
f.

Perencanaan keluarga sehat sejahtera

e). Mendampingi bidan pada waktu menolong persalinan


2). Peran Dukun Paraji dalam Pemeriksaan dan Pemantauan Kehamilan
(Depkes, 2008)
a) Memberikan

penyuluhan

kepada

ibu

hamil,

keluarga

dan

12

masyarakat tentang :
(1) Ibu hamil mendapat imunisasi TT lengkap (2 kali)
(2) Suntikan pertama pada waktu pemeriksaan hamil pertama
(3) Suntikan kedua paling sedikit sebulan sesudah suntikan yang
pertama
b)

Faktor resiko yang perlu diperhatikan pada ibu hamil (Wiknjosastro,


2007)
(1) Mukanya pucat
(2) Umurnya dibawah 20 tahun
(3) Umurnya diatas 35 tahun
(4) Jumlah anak lebih dari 4 orang
(5) Tinggi badanya kurang dari 145 cm
(6) Jarak kehamilannya kurang dari 2 tahun
(7) Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm
(8) Puting susunya tertarik kedalam

c). Kehamilan dengan faktor resiko harus segera dirujuk ke Puskesmas /


Bidan.
d). Tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan persalinan (Wiknjosastro,
2007)
(1) Muntah terus menerus dan menolak makanan
(2) Pusing kepala yang hebat dan kaki yang bengkak
(3) Mengalami perdarahan
(4) Keluar cairan sebelum waktunya disertai panas badan tinggi

13

(5) Penyakit menahun


(6) Pucat, lesu dan letih
e) Ibu

hamil

dengan

tanda

dan

bahaya

segera

dirujuk

ke

Puskesmas/Rumah Sakit
f) Makanan bagi ibu hamil
(1) Makanan pokok
(2) Lauk pauk
(3) Sayur dan buah
(4) Susu
(5) Tablet zat besi bagi ibu hamil
3). Peran Dukun Paraji dalam Pelayanan Persalinan (Depkes, 2008)
a)

Peran dukun paraji dalam persiapan persalinan


(1) Bersama dengan bidan mengatur pertemuan dengan ibu
hamil, suami dan keluarganya pada trimester ketiga untuk
membahas tempat persalinan dan hal-hal yang perlu diketahui
dan dipersiapkan.
(2) Memberikan informasi kepada ibu hamil mengenai :
(a) Tanda-tanda persalinan
(b) Kapan harus mencari pertolongan
(c) Pengenalan tanda-tanda bahaya persalinan

(3) Membantu

ibu

dan

keluarganya

untuk

mempersiapkan

perlengkapan yang diperlukan untuk persalinan yang bersih dan


aman yaitu :

14

(a) Tempat yang bersih untuk ibu bersalin


(b) Sabun yang baru
(c) Air dan handuk bersih untuk mencuci tangan
(d) Kain

bersih

dan

hangat

untuk

membersihkan

dan

mengeringkan bayi
(e) Ruangan yang bersih dan sehat
(f) Cahaya dan ventilasi yang cukup
(4) Membantu ibu dan keluarga untuk mempersiapkan transportasi,
calon donor darah bila terjadi kegawatdaruratan.
(5) Segera hubungi bidan bila ibu hamil telah menunjukan tandatanda persalinan (ketuban pecah atau mulas yang teratur).
(6) Membantu bidan dalam merujuk ibu bersalin ke rumah sakit atau
tempat lainnya
(7) Menganjurkan dan mempersiapkan ibu hamil dengan kondisi
dibawah ini, untuk melahirkan di rumah sakit :
(a) Pernah mengalami persalinan yang sulit atau lahir mati
(b) Pernah mengalami bedah besar
(c) Anemia berat
b) Peran dukun paraji dalam pertolongan persalinan
(1) Mengatahui tanda-tanda persalinan
(a) Sudah keluar lendir campur bercak darah
(b) Kini perut sering terasa mules-mules dan cairan ketuban
keluar

15

(2) Cara membersihkan alat-alat untuk menolong persalinan


(a) Cara membersihkan peralatan
Gunting dan alat yang akan dipakai bidan harus bersih, tajam,
tidak berkarat alat dan pengikat tali pusat direbus dalam air
mendidih selama 15 menit. Air perebus dibuang, gunting dan
alat

yang

sudah

bersih

dibiarkan

kering.

Jangan

mengeringkan gunting dan alat dengan kain lap atau handuk.


(b) Alas tempat bersalin harus bersih
Perlak, alat-alat penolong persalinan, tempat bersalin jangan
dekat dengan kandang, gudang atau tempat sampah, serta
harus terang dan ventilasi cukup.
c)

Peran dukun paraji dalam persalinan aman


(1) Memastikan tersedianya ruangan yang hangat, bersih dan sehat
untuk persalinan, juga kain hangat untuk mengeringkan bayi baru
lahir, tempat untuk plasenta.
(2) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih, kemudian keringkan
hingga betul-betul kering dengan handuk bersih.
(3) Bantu ibu mengambil posisi yang paling nyaman baginya.
(4) Membantu menganjurkan ibu untuk meneran hanya jika merasa
ingin atau sesuai dengan perintah ibu bidan

d)

Peran dukun paraji dalam persiapan pengeluaran plasenta dengan


penegangan tali pusat
(1) Bantu ibu untuk bersandar atau berbaring untuk pengeluaran

16

plasenta dan selaputnya.


(2) Mengurus

ari-ari/uri/plasenta

sesuai

dengan

tradisi

dan

memberikannya kepada suami/keluarga ibu


e)

Peran dukun paraji dalam perawatan bayi baru lahir


(1) Tubuh bayi dikeringkan dengan kain lunak
(2) Pakaikan kain kering yang hangat dan tutup kepalanya
(3) Berikan bayi kepada ibunya untuk didekap didadanya serta di beri
ASI
(4) Periksa bayi

dari kepala

sampai kaki untuk mengetahui

kelengkapan anggota badan


(5) Timbang bayi dan ukur panjangnya
(6) 6 jam setelah lahir, bayi baru dimandikan dengan air hangat
f)

Peran dukun paraji dalam penanganan pada dua jam pertama setelah
persalinan
(1) Membersihkan badan ibu
(2) Menetekan bayi pada ibunya
(3) Memandikan dan merawat ibu sesuai dengan peraturan agama
atau adat istiadat yang tidak bertentangan dengan ajaran agama
dan kesehatan ibu.
(4) Memberikan 1 kapsul vitamin A

4) Peran Dukun Paraji Pada Masa Nifas


Mengatahui dan memberi penerangan kepada ibu nifas tentang
a) Perawatan diri sendiri bagi ibu pada masa nifas

17

(1) Perawatan payudara


(2) Menjaga kesehatan diri
(3) Minum tablet zat besi tiap hari
(4) Makan makanan bergizi
(5) Senam
b) Cara menyusui bayi
1) Menyusui yang benar
(a) Santai
(b) Tenang
(c) Nyaman
2)

Bayi segera disusui setelah lahir, dan kolostrum jangan


dibuang

3) Gunakan payudara kiri dan kanan secara bergantian


4) Berikan ASI saja sampai bayi berumur 6 bulan
c)

Tanda-tanda bahaya pada bayi yang baru lahir


(1) Kulit biru, tidak bergerak aktif, tangan dan kakinya lemas

d)

(2)

Kejang-kejang

(3)

Tidak bisa menyusu

Mengenali bayi berat lahir rendah bila tidak tersedia timbangan


(1) Bayi lebih kecil dibanding bayi normal
(2) Otot lembek kulit keriput
(3) Lingkar lengan atas kurang dari 9,5 cm

18

e) Anjurkan untuk memeriksakan diri ke bidan minimal 3 kali pada


masa nifas
f)

Kunjungi ibu bersama bidan bila ibu tidak datang untuk


memeriksakan diri :
(1) Bidan

memeriksa

kesehatan

ibu

dan

memberikan

pelayanan kesehatan sesuai standar.


(2) Dukun paraji memberikan pelayanan sesuai kebiasaan (pijat
kecuali daerah perut dan daerah berbahaya lain dan
membantu mencucikan pakaian dll).
g) Berikan penyuluhan dan anjuran untuk ber KB dan mengimunisasi
bayinya sesuai aturan.
h) Dukun paraji melaksanakan komunikasi sebagai berikut :
(1)

Menanyakan apakah ada masalah dengan ibu atau bayinya

(2)

Nasihati ibu supaya makan makanan yang bergizi dan


berikan tablet tambah darah.

(3)

Memberikan penyuluhan kepada ibu tentang pentingnya


menjaga

kesehatan

diri,

memakai

pembalut

bersih,

makanan bergizi, istirahat cukup dan cara merawat bayi.


(4) Cucilah tangan lalu periksalah bayi: periksa tali pusat pada
setiap kali kunjungan. Tali pusat harus tetap kering. Ibu
beritahu bahayanya membubuhkan sesuatu pada tali pusat
bayi.
(5) Perhatikan warna kulit bayi, tanyakan kepada ibu :

19

pemberian ASI, misalnyabayi tidak mau menyusui, waktu


jaga, cara bayi menangis, berapa kali buang air kecil dan
bentuk fesesnya bila ada kelainan segera lapor ke bidan.
(6) Perhatikan kondisi umum bayi, apakah ada ikterus atau
tidak. Ikterus pada hari ketiga post partum adalah ikterus
fisiologis yang tidak memerlukan pengobatan.
(7) Bicarakan pemberian ASI dengan ibu, dan bila mungkin
perhatikan apakah bayi menetek dengan baik.
(8) Nasehati ibu untuk hanya memberikan ASI kepada bayi
selama 6 bulan, dan bahaya pemberian makanan tambahan
selain ASI pada bayi sebelum berumur 6 bulan.
(9) Bicarakan tentang KB dan kapan senggama dapat dimulai
sebaiknya hal ini didiskusikan dengan kehadiran suaminya.
(10) Segeralah merujuk ibu atau bayi ke Puskesmas/Rumah
Sakit jika ditemukan adanya komplikasi (Depkes, 2008).
2. Faktor faktor yang mempengaruhi kemitraan
Menurut Depkes (2008) pelaksanaan kemitraan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu :
a

Sikap atau Persepsi paraji terhadap pelaksanaan kemitraan


Program kemitraan dukun paraji dan bidan desa harus dapat
merubah sikap dan kebiasaan paraji. Paraji yang selama ini berhubungan
dengan masyarakat secara langsung dan memberikan pelayanan
pertolongan

persalinan

atas

permintaan

dari

masyarakat

yang

20

membutuhkan,
Sejak bergulirnya program kemitraan dimana peran paraji hanya
berfungsi sebagai pembantu dan pendamping bidan dalam menolong
persalinan makan akan muncul reaksi dari paraji karena merasa perannya
semakin tersisihkan oleh bidan sehingga sangat wajar apabila ada sikap
yang kurang setuju terhadap pelaksanaan kemitraan.
Hasil penelitian Rusmini (2009) menyatakan bahwa faktor sikap dan
persepsi dukun bersalin terntang kemitraan cenderung kurang baik karena
dimata mereka kemitraan menyebabkan berkurangnya peran dan
penghasilan.
2) Pengertian sikap
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau
objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik
dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2005). Azwar (2002) menjelaskan
tentang sikap sebagi berikut :
a) Sikap seseorang terhadap objek adalah perasaan mendukung atau
memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak
memihak (unfavorable) pada objek tertentu.
b)

Sikap merupakan kecenderungan potensi untuk bereaksi dengan


cara tertentu apabila individu diharapkan pada stimulus yang
menghendaki adanya respon.

c)

Sikap merupakan komponen-komponen kognitif, afektif dan konatif

21

yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan


berperilaku terhadap objek.
d)

Sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal berperasaan


(kognisi), presdiposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu
objek di lingkungan sekitarnya.

e)

Sikap yang sering diperoleh melalui pengalaman pribadi, budaya,


orang lain yang dianggap penting, media masa, institusi atau
lembaga agama serta faktor emosi dalam diri individu.

Stuktur sikap menurut skema triadic terdiri atas tiga komponen yang
saling menunjang (Azwar, 2002) yaitu :
a) Komponen Kognitif
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang
berlaku atau yang benar bagi objek sikap kepercayaan datang dari
apa yang kita lihat atau apa yang kita ketahui. Berdasarkan dari apa
yang kita lihat itu suatu objek.
b) Komponen Afektif
Komponen

afektif

menyangkut

masalah

emosional

subyektif

seseorang terhadap suatu objek sikap. Komponen ini secara umum


disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.
c) Komponen Perilaku
Komponen perilaku (konatif) dalam struktur sikap menunjukkan
bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam
diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.

22

Kaitan ini berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini
didasarkan

oleh

asumsi

kepercayaan

dan

perasaan

banyak

selaras

dengan

mempengaruhi perilaku.
Kecenderungan

berperilaku

secara

konsisten

kepecayaan dan perasaan ini membentuk sikap individual. Pemikiran


yang logis untuk mengharapkan seseorang akan mencerminkan bentuk
tendensi perilaku terhadap objek
Sikap sering diperoleh dari orang lain yang paling dekat. Sikap membuat
seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap
positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu
tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain
(Notoatmodjo, 2005) :
a) Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi
saat itu.
b) Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu pada
pengalaman orang lain.
c) Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada
banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.
d) Nilai (value) di dalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilainilai yang menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan
hidup bermasyarakat
1). Tingkatan Sikap
Sikap mempunyai tingkatan berdasarkan intensitasnya antara lain

23

(Notoatmodjo, 2005) :
a) Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima
stimulus yang diberikan (objek).
b) Menanggapi (Responding)
Menanggapi diartikan bahwa memberikan jawaban atau tanggapan
terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
c) Menghargai (Valuing)
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang
positif terhadap objek atau stimulus. Membahasnya dengan orang
lain dan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain
merespon.
d) Bertanggungjawab (Responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggungjawab
terhadap apa yang telah diyakininya.
2). Cara Pengukuran Sikap.
Cara pengukuran sikap dapat menggunakan berbagai metoda sesuai
dengan pendapat para ahli sebagai berikut (Notoatmodjo, 2005):
a) Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial
dalam bentuk jawaban (pernyataan) yang berupa sangat setuju (SS),
setuju (S), ragu (R), tidak setuju (TS). Setiap jawaban mempunyai

24

skor tersendiri sesuai dengan positif atau negatifnya item itu. Dalam
penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh
peneliti yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
b) Skala Guttman
Skala

Guttman

menyisakan

merupakan

pertanyaan

yang

skala

kumulatif

berbobot

lebih

jika
berat,

seseorang
ia akan

mengiyakan pertanyaan yang kurang berbobot lainnya. Skala


Guttman mengukur suatu dimensi saja dari suatu variabel yang
multidimensi.
c) Skala Diferensial Semantik
Skala differensial semantik atau skala perbedaan semantik berisikan
serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub), seperti panas-dingin,
popular tidak popular, baik tidak baik dan sebagainya.
d) Rating Scale
Berdasarkan ke 3 skala pengukuran, yaitu : skala Likert, skala
Guttman, dan skala perbedaan semantik, data yang diperoleh adalah
data kualitatif yang dikuantitatifkan. Sedangkan rating scale adalah
data mentah yang dapat berupa angka kemudian ditafsirkan dalam
pengertian kualitatif.
e) Skala Thurstone
Skala Thurstone meminta responden untuk memilih pertanyaan yang
ia setujui dari beberapa pertanyaan yang menyajikan pandangan
yang berbeda-beda. Setiap item pada umumnya mempunyai asosiasi

25

nilai antara 1 sampai dengan 10, tetapi nilai-nilainya tidak diketahui


oleh responden. Pemberian ini berdasarkan jumlah tertentu peryataan
yang dipilih oleh responden mengenai angket tersebut (Arikunto,
2006).

3). Penghitungan Kategori Sikap.


Menurut Arikunto (2006) guna mengukur hasil pengumpulan data
penelitian dapat membuat kelas data (kategori) dengan menghitung skor
maksimal yang mungkin didapat oleh responden kemudian dibagi
menurut kelas data (kategori) yang diinginkan. Kategori hasil penelitian
jika terdiri dari 2 kelas data maka penentuan kategori hasil penelitian
kategori sikap postip jika skor > 50%, dan sikap negatif jika skor 50%.
b. Pola kerjasama
Keberhasilan sebuah kerjasama termasuk kemitraan dukun paraji
dan bidan desa salah satunya akan ditentukan oleh sikap dan persepsi
bidan. pola kerjasama yang dikembangkan serta frekuensi kerjasama
dengan paraji akan menentukan keberhasilan kemitraan. Bidan yang
mampu untuk membimbing dengan penuh kesabaran serta adanya
pembagian tugas dan pembagian materi yang jelas akan semakin
memotivasi paraji untuk terus belerjasama dengan bidan.
Pola kerjasama yang baik mengacu kepada prinsip prinsip
kemitraan yaitu kesetaraan, keterbukaan, dan saling menguntungkan
serta memahami landasan kemitraan yaitu saling memahami kedudukan

26

tugas dan fungsinya, saling memahami kemampuan masing-masing,


saling menghubungi, saling mendekati, saling bersedia membantu dan
dibantu, saling mendorong dan saling menghargai (Depkes, 2008).
Menurut

Arikunto

(2006)

guna

menentukan

kategori

hasil

pengumpulan data dari kuesioner dapat dilakukan dengan menghitung


skor maksimal dibagi dengan jumlah kategori.

c. Lingkungan sosial budaya


Peran dukun bersalin atau paraji selama ini terjadi karena faktor
sosial budaya atau kebiasaan masyarakat yang sudah terjadi sejak masa
lalu ketika bidan masih jarang dan belum di tempatkan di desa. Dukun
bersalin dipilih oleh masyarakat sebagai penolong persalinan .
Program kemitraan yang menempatkan paraji sebagai pendamping
bidan akan dipengaruhi oleh pengaruh lingkungan sosial budaya
masyakat yaitu adanya permintaan dari masyarakat kepada paraji untuk
menolong persalinan. Dukun bersalin akan berani menolong tanpa
didampingi atau bekerjasama dengan bidan karena menghargai
permintaan tersebut atau karena motif ekonomi (Rusmini, 2009) .
d. Faktor Enabling
1) Petugas
Petugas dalam hal ini merupakan petugas kesehatan, menurut UU
No. 36 Tahun 2009 yaitu setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan, memiliki pengetahuan dan atau keterampilan

27

melalui

pendidikan

di

bidang

kesehatan

yang

memerlukan

kewenangan dalam menjalankan pelayanan kesehatan. Ketersedian,


kemampuan secara teoritis maupun interaksi sosial mempengaruhi
kemitraan bidan dan paraji.
2) Sarana
Moenir (1992 ) mengemukakan bahwa sarana adalah segala jenis
peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai
alat utama/pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga dalam
rangka kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi
kerja. Keberhasilan suatu tujuan sangat tergantung dari sarana
penunjang yang tersedia.
3) Jarak
Jarak adalah deskripsi numerik untuk menyatakan seberapa jauh
obyek. Jauh dekatnya Petugas dan sarana KIA dengan keberadaan
paraji akan mempengaruhi pelaksanaan antara bidan dan paraji.
4) Biaya
Faktor biaya menjadi suatu kendala dalam pelaksanaan suatu
kegiatan. Ketersediaan biaya dalam program kemitraan menentukan
keberlangsungan kemitraan tersebut.
e. Faktor Reinforcing
1) Dukungan Keluarga
Keluarga harus mempelajari bagaimana membuat keputusan yang
relevan dengan kesehatannya sendiri. Proses kelahiran dan rencana

28

penanganannya, misalnya, didasarkan kepada pilihan yang diambil


bersama-sama baik oleh ibu hamil dan staf kesehatan dalam
mempertimbangkan kelahiran dengan baik. Persoalan yang terkait
mencakup di mana proses melahirkan akan dilakukan dan siapa yang
akan menangani pekerjaan rumahtangganya dan memelihara anakanaknya ketika seorang ibu melahirkan.
2) Dukungan Masyarakat
Setiap sistem kesehatan memiliki pendukung dan pengguna masingmasing. Pemanfaatan layanan kesehatan tradisional atau lokal dalam
masyarakat majemuk seperti Indonesia, masih berlangsung seperti
penggunaan tumbuhan obat, pengobatan sendiri di rumah, atau paket
obat dari industri jamu. Biasanya perempuan yang sedang hamil, tahu
kepada siapa dirinya akan meminta pertolongan. Meski demikian,
keputusan tetap saja bergantung kepada kondisi sosial-ekonomi
rumahtangganya. Pemilihan layanan KIA tidak hanya diambil oleh
seorang perempuan yang sedang hamil, tetapi juga suami, orangtua,
mertua,

dan

anggota

keluarga

lain

yang

dianggap

sudah

berpengalaman. Selain itu, kebiasaan setempat,dan kepercayaan


masyarakat setempat juga turut mempengaruhi. Selain dianggap lebih
murah dan selalu siap sedia setiap saat; layanan KIA tradisional
secara budaya lebih mudah diterima dibandingkan pelayanan KIA
modern melihat dari latar belakann sejarah bangsa Indonesia.

29

2. Dukun Paraji
a. Pengertian
Dukun paraji adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya
seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan
menolong persalinan secara tradisional dan memperoleh keterampilan
tersebut dengan cara turun temurun belajar secara praktis atau cara lain
yang menjurus kearah peningkatan keterampilan tersebut serta melalui
petugas kesehatan (Depkes, 2008)
Dukun paraji merupakan tenaga terpercaya dalam segala soal yang
bersangkutan dengan reproduksi. Ia diminta pertimbangannya pada masa
kehamilan, mendampingi wanita yang bersalin sampai persalinan selesai
dan mengurus ibu serta bayinya dalam masa nifas. Ia menyelenggarakan
pula abortus buatan dan kontrasepsi.
Dukun paraji adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya
oleh masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak
sesuai kebutuhan masyarakat. Keterampilan dukun bersalin pada
umumnya didapat melalui sistem magang. Anggapan dan kepercayaan
masyarakat terhadap keterampilan dukun bersalin berkaitan pula dengan
sistem nilai budaya masyarakat. Dukun bersalin pada umumnya
diperlakukan sebagai tokoh masyarakat (Wiknjosastro, 2005).
b. Karaktersitik Paraji
1). Umur
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

30

saat berulang tahun. Umur adalah lama waktu hidup/ada (dilahirkan)


(Wiknjosastro, 2005). Pengelompokkan data menurut karakteristik
umur dapat menggunakan skala interval data 5 tahun 10 tahun atau
20 tahun sesuai dengan kebutuhan. Kelas data terendah dapat
ditentukan berdasarkan usia terendah dan tertinggi dapat yang
terdata dari hasil penelitian.

2). Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah jenis pendidikan ormal yang pernah
ditempuh oleh seseorang pada dasarnya meliputi pendidikan Pra
Sekolah, Sekolah Dasar (SD), SMP, SMA dan perguruan tinggi.
Tingkat

pendidikan

akan

mempengaruhi

tingkat

pengetahuan

seseorang atau taraf pendidikan yang rendah bergantung dengan


informasi yang terbatas. Tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi
semakin tinggi juga pemahaman seseorang terhadap informasi dan
pengetahuan (Nursalam, 2007).

31

B. Kerangka Teori
Menurut

pendapat Green dalam Notoatmojo (2005) bahwa faktor yang

mempengaruhi perilaku adalah faktor predisposing, enabling dan reinforcing.


Salah satu faktor predisposing adalah. Pengertian sikap dalam penelitian ini
adalah sikap paraji terhadap program kemitraan dengan bidan, dan perilaku
kesehatan adalah perlilaku paraji dalam pelaksanaan kemitraan paraji dan bidan.
Teori tersebut digambarkan dalam kerangka teori sebagai berikut
Predisposing
Pengetahuan
Sikap
presepsi
Karakteristik
Enabling
Petugas
Sarana
Biaya

Pelaksanaan kemitraan
paraji dan bidan

Jarak
Reinforcing
Keluarga
Tokoh
Guru
Gambar 2.1
Kerangka teori
(Menurut Green dalam Notoatmodjo, 2010)

You might also like

  • Aaada
    Aaada
    Document3 pages
    Aaada
    Fajar KaKöi
    No ratings yet
  • Aaada
    Aaada
    Document3 pages
    Aaada
    Apip Salman
    No ratings yet
  • Kon TRRRRRRR RRRRRR
    Kon TRRRRRRR RRRRRR
    Document2 pages
    Kon TRRRRRRR RRRRRR
    Apip Salman
    No ratings yet
  • Sila Bus
    Sila Bus
    Document1 page
    Sila Bus
    Apip Salman
    No ratings yet
  • Aasds
    Aasds
    Document2 pages
    Aasds
    Apip Salman
    No ratings yet
  • Asssd
    Asssd
    Document1 page
    Asssd
    Apip Salman
    No ratings yet
  • Preek
    Preek
    Document3 pages
    Preek
    Apip Salman
    No ratings yet
  • AQSD
    AQSD
    Document2 pages
    AQSD
    Apip Salman
    No ratings yet
  • BABII
    BABII
    Document7 pages
    BABII
    Apip Salman
    0% (1)
  • Sert
    Sert
    Document3 pages
    Sert
    Apip Salman
    No ratings yet
  • Pengertian Kualitas Pelayanan Jasa
    Pengertian Kualitas Pelayanan Jasa
    Document32 pages
    Pengertian Kualitas Pelayanan Jasa
    Apip Salman
    No ratings yet
  • Download
    Download
    Document3 pages
    Download
    Apip Salman
    No ratings yet
  • Pengertian Kualitas Pelayanan Jasa
    Pengertian Kualitas Pelayanan Jasa
    Document6 pages
    Pengertian Kualitas Pelayanan Jasa
    Fajar KaKöi
    No ratings yet
  • Xxad
    Xxad
    Document3 pages
    Xxad
    Apip Salman
    No ratings yet
  • Aaada
    Aaada
    Document4 pages
    Aaada
    Apip Salman
    No ratings yet
  • Aaada
    Aaada
    Document3 pages
    Aaada
    Fajar KaKöi
    No ratings yet
  • Home Visit Odgj
    Home Visit Odgj
    Document3 pages
    Home Visit Odgj
    Apip Salman
    No ratings yet
  • A2
    A2
    Document3 pages
    A2
    Apip Salman
    No ratings yet
  • RJP Di
    RJP Di
    Document1 page
    RJP Di
    Apip Salman
    No ratings yet
  • Resep
    Resep
    Document2 pages
    Resep
    Apip Salman
    No ratings yet
  • Sop Nok
    Sop Nok
    Document3 pages
    Sop Nok
    Apip Salman
    No ratings yet
  • Definisi Kebijakan Tersebut
    Definisi Kebijakan Tersebut
    Document3 pages
    Definisi Kebijakan Tersebut
    Apip Salman
    No ratings yet
  • Cross
    Cross
    Document3 pages
    Cross
    Apip Salman
    No ratings yet
  • Kiat
    Kiat
    Document2 pages
    Kiat
    Apip Salman
    No ratings yet
  • Yahoo Oe
    Yahoo Oe
    Document3 pages
    Yahoo Oe
    Apip Salman
    No ratings yet
  • Bab Ii Tinjauan Pustaka: Shop Odgj Home Visit
    Bab Ii Tinjauan Pustaka: Shop Odgj Home Visit
    Document1 page
    Bab Ii Tinjauan Pustaka: Shop Odgj Home Visit
    Apip Salman
    No ratings yet
  • NOCNAK
    NOCNAK
    Document2 pages
    NOCNAK
    Apip Salman
    No ratings yet
  • Akan Otot Pernafasan Tambahan
    Akan Otot Pernafasan Tambahan
    Document4 pages
    Akan Otot Pernafasan Tambahan
    Apip Salman
    No ratings yet
  • Definisi Kebijakan Tersebut
    Definisi Kebijakan Tersebut
    Document3 pages
    Definisi Kebijakan Tersebut
    Apip Salman
    No ratings yet
  • Od GJ
    Od GJ
    Document2 pages
    Od GJ
    Apip Salman
    No ratings yet