Professional Documents
Culture Documents
181
182
TINJAUAN PUSTAKA
Jenis Perkerasan Kaku
Perkerasan kaku adalah struktur yang terdiri dari plat beton semen yang
tersambung (tidak menerus) tanpa atau dengan tulangan, atau menerus dengan tulangan,
terletak di atas lapis pondasi bawah (sub base), tanpa atau dengan pengaspalan sebagai
lapis permukaan.
Berbeda dengan perkerasan aspal (multi layer), perkerasan ini memakai sistem
satu lapis (single layer system) dan menggunakan plat beton dengan tabel relatif tipis
langsung diletakkan di atas sub base.
Ketahanan selip
- Sedang
- Kurang (adanya suara
bising)
- Kurang (apalagi pada
musim hujan)
- Cepat
- 20 40 tahun
- Relatif cepat
- Produksi dalam negeri
- Tinggi
- Baik
- Baik
-
Tahan lama
Bertahap
Lebih lama
Masih harus diimport
183
Keuntungan tipe perkerasan mi dibanding tipe lainnya antara lain cukup sederhana
pelaksanaannya karena tidak menggunakan penulangan.
a. Penggunaan alat bisa dengan yang paling sederhana
b. Sesuai untuk pelaksana yang pengalamannya masih terbatas
c. Relatif lebih murah
2. Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan.
Tipe ini menggunakan sistem penulangan maka panjang ruas antar sambungan
melintang biasanya lebih panjang dan pada tipe JPCP yaitu berkisar antara 10 meter
sampai 15 meter.
3. Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan.
Tipe ini mempunyai sistem penulangan yang menerus sepanjang perkerasan.
Dengan demikian sistem sambungan melintang tidak dibutuhkan untuk tipe ini.
Fungsi dan pada penulangan mi adalah untuk mengurangi terjadinya keretakan-keretakan akibat penyusutan (shrinkage cracking).
4. Perkerasan beton semen praktikan
Sistem penulangan pada tipe pratekan ini meliputi arah melintang dan memanjang.
Resiko terjadinya retakan yang mungkin terjadi dengan sistem pratekan dapat
dikurangi.
Susunan konstruksi
1. Tanah Dasar (sub grade)
Penyebab utama ketidakseragaman pada daya dukung tanah dasar adalah:
a. Tanah expansif
Yang dimaksud tanah expansif adalah tanah yang mempunyai kembang susut
besar. Untuk mengidentifikasi tipe tanah adalah kembang susut dan mekanisme
dari perubahan volume tanah dapat diperoleh melalui riset dan pengalaman. Test
yang dapat dilakukan antara lain plasticity index, shrinkage limit.
Tabel 2: Hubungan Pendekatan Antara Plastisitas dan Kembang Susut
Tingkat expansif
Persentase muai
Plastisitas indeks
Tidak expansif
0 10
2
Expansif sedang
10 20
1 4
Expansif tinggi
20
2 4
Kebanyakan tanah kembang susut yang menyebabkan distorsi/penyimpangan
pada perkerasan beton terletak dalam group A-S atau A-7 AASHO. Tanah
kembang susut tinggi termasuk dalam CR, NH, OH pada Unified Soil
Classification System. Cara mengatasi tanah kembang susut sebagai berikut :
1) Kontrol pemadatan dan kelembaban (moisture).
2) Lapisan penutup yang tidak ekspansif.
3) Memperbaiki sifat-sifat tanah dasar (stabilisasi tanah)
b. Mud-Pumping
Mud pumping adalah terobosan yang kuat dari campuran tanah dan air. Pumping
umumnya terjadi pada sambungan-sambungan, tepi perkerasan, atau pada retakretak yang cukup besar.
Ada tiga faktor yang menyebabkan terjadinya mud-pumping
1) Keadaan tanah dasar yang memungkinkan terjadinya pumping
2) Adanya air bebas antara perkerasan dengan tanah dasar
3) Frekuensi lintasan oleh beban berat
184
185
186
187
e. Admixture
f. Air entrainment
g. Calcium chloride
Perbandingan Air Semen
Kombinasi dan material-material, kekuatan dan kelakuan-kelakuan lainnya
dan campuran beton hampir selalu bervariasi sesuai dengan perbandingan campuran
air-semen. Dalam hal ini dianjurkan untuk memakai, jumlah semen minimum dan
nilai faktor air-semen maksimum seperti yang tercantum dalam tabel 4.3.4 P81
1971, di mana faktor air-semen tersebut berlaku untuk agregat yang berada dalam
keadaan kering muka.
Perencanaan Campuran Beton
Ada 4 prinsip perencanaan campuran beton untuk mengurangi jumlah pasta
air-semen dan biaya pencampurannya, yaitu :
a. Pemakaian ukuran agregat terbesar dalam batas-batas yang diizinkan.
b. Memastikan bahwa gradasi agregat adalah seragam dari kasar ke halus.
c. Menggunakan prosentase terbesar yang layak dan agregat bersesuaian dengan
mudah dikerjakan.
d. Menuntut pelumasan yang minimum (slump terendah) berhubungan dengan
penempatan yang tepat dan finishing.
Umumnya nilai slump yang dipakai adalah 1-2 atau 2-3 in. Dalam kenyataan
perencanaan biasanya menggunakan metode sejumlah percobaan.
Sambungan
Pada dasarnya sambungan pada suatu perkerasan beton semen dibuat untuk
mengontrol tegangan sebagai akibat perubahan volume dalam beton. Perubahan volume
terutama. disebabkan oleh perubahan temperatur, yang mengakibatkan muai dan susut
pada plat beton. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sehubungan dengan
tegangan yang terjadi pada plat beton adalah :
1. Susut
2. Muai
3. Temperatur warping
4. Efek kelengasan (moisture effects)
188
189
Pada Tabel 9. memberikan ukuran tebal dan lebar dari sealant untuk sealant
yang dituang (poured sealant).
Tabel 9. Ukuran Tebal Dan Lebar Kotak Sealant Yang Dituang
Tipe sambungan susut ini disebut juga sambungan susut kosong (dummy
contraction joint). Gambar 1 menunjukkan contoh tipe sambungan susut.
b. Sambungan muai (expansion joints).
Sambungan muai adalah sambungan melintang yang mempunyai fungsi untuk
menerima perubahan volume dari plat beton dengan naiknya temperatur yang
dapat mengakibatkan terjadinya penyembulan pada plat beton.
Sambungan muai dipasang di antara perkerasan yang akan mengalami
perbedaan arah gerakan, antara lain:
1) Pada pertemuan jalan baru dan jalan lama
2) Pada persimpangan jalan
3) Jembatan di mana perkerasan bertemu dengan bangunan-bangunan seperti
bangunan drainase atau lubang utilitas.
190
191
Diameternya 0.5 in. dengan panjang 30 in dan diletakkan pada jarak 30 in diukur
dari pusat ke pusat.
Sambungan dapat dibuat dengan cara menggergaji permukaan (membentuk
takikan) yang kemudian diisi dengan bahan penutup sambungan (poured sealant)
atau dengan memasang penutup sambungan yang sudah dibentuk (preformed
sealant) di tepi pengecoran (sebelum pengecoran jalur berikutnya) sehingga
membentuk sambungan.
Terdapat dua tipe sambungan memanjang yang terkenal yaitu: sambungan
dengan lidah alur (deformed or keyed joints) dan sambungan bidang lemah
(weakened-plane joints). Sambungan yang letaknya di as jalan (yang berbentuk
crown) harus menggunakan jenis lidah alur, kecuali bila perkerasan kaku diletakkan
di atas perkerasan lentur atau lapis pondasi yang mempunyai nilai modulus reaksi
tanah dasar > 14 kg/cm3. Pada Gambar 5 memperlihatkan contoh sambungan
memanjang.
192
193
ditentukan dengan pengujian secara pembebanan tiga titik (third-point loading) sesuai
dengan ASTM C78 terhadap benda uji berumur 26 hari.
Metode Bina Marga
Persyaratan dan Pembatasan Penggunaan Pedoman
Untuk memperoleh hasil yang memuaskan, penggunaan pedoman ini harus
memperhatikan persyaratan dan pembatasan sebagai berikut :
1. Modulus reaksi tanah dasar (k), minimum 2 kg/cm3
2. Kuat lentur tank beton (MR), pada umur 28 hari dianjurkan 40 kg/cm2 (dalam
keadaan terpaksa menggunakan beton dengan MR minimum 30 kg/cm2).
3. Kelandaian memanjang maksimum jalan 10%.
4. Pelaksanaan harus sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan Perkerasan Kaku (Beton
Semen).
Penentuan Besaran Rencana
1. Umur Rencana. Umur rencana dapat ditentukan dengan cara seperti uraian
sebelumnya (Bab III.2.3.)
2. Lalu Lintas Rencana. Lalu lintas rencana untuk perkerasan beton semen dinyatakan
dalam jumlah sumbu kendaraan niaga (commercial vehicle), sesuai dengan
konfigurasi sumbu pada jalur rencana selama umur rencana.
Lalu lintas harus dianalisa berdasarkan hasil perhitungan volume lalu lintas
dan konfigurasi sumbu dari data terakhir (<= 2 tahun terakhir) dari pos-pos resmi
setempat. Untuk keperluan perencanaan perkerasan beton semen, hanya kendaraan
niaga yang mempunyai berat total minimum 5 ton yang ditinjau. Terdapat 3
konfigurasi beban sumbu rencana yaitu :
a. Sumbu tunggal dengan roda tunggal
b. Sumbu tunggal dengan roda ganda
c. Sumbu tandem dengan roda ganda
Umumnya konfigurasi sumbu lainnya tidak diperhitungkan dalam
perencanaan perkerasan karena jumlahnya yang terbatas dalam volume lalu lintas
total. Prosedur penentuan lalu lintas rencana adalah sebagai berikut :
a. Hitung volume lalu lintas (LHR) yang diperkirakan akan menggunakan jalan
tersebut pada awal umur rencana.
b. Hitung jumlah kendaraan niaga (JKN) selama umur rencana (n tahun) dengan
persamaan :
JKN = 365 x JKNH x R
dimana
JKNH J : Jumlah Kendaraan Niaga Harian pada saat jalan dibuka.
R
: Faktor pertumbuhan lalu lintas yang besarnya tergantung pada faktor
pertumbuhan lalu lintas tahunan (i) dan umur rencana (n).
R
: dapat dihitung berdasarkan beberapa keadaan sebagai berikut:
1) Untuk pertumbuhan lalu lintas tahunan selama umur rencana tetap,
1 i n 1
R a
(i 0)
log 1 i
2) Apabila setelah waktu tertentu (m tahun) pertumbuhan lalu lintas tidak
terjadi lagi,
194
1 i m 1 n m 1 i m 1
a
log 1 i
(i 0)
195
196
197
198
5m
6m
200
250
275
300
350
375
20
24
24
27
27
30
350
400
400
400
400
450
300
300
300
300
300
375
Metode PCA
Lalu Lintas
: ADT = 2522 kendaraan/hari/3 jalur
ADT 1 jalur
: 80% x 2522 = 2018 kendaraan/hari
Pertumbuhan lalu lintas : i = 5% / tahun
1779 413 311 x 100% = 99,2%
% truk =
2522
Total truk rencana
= 99,2% x 2018 x (1+0,05)
= 5405 truk/hari/arah
MR = k f c
;k
= 8, f = 350 x 14,2 = 4.970 psi
MR = 8 x 4970 = 564 psi
Menentukan nilai k gabungan
Nilai k tanah dasar = 137 pci
Tebal lapis pondasi = 10 cm (4 in.)
Nilai k gabungan
= 350 pci
Tabel 19: Nilai K Untuk Cement-Treated Subbase (CTSB)
Nilai k tanah
Nilai k subbase, pci
dasar
4 in
6 in
8 in
10 in
50
170
230
310
390
100
280
400
520
640
200
470
640
830
-
199
200
Kategori
Uraian
Beban
1
Jalan dalam perumahan, jalan desa dan sekunder dengan
beban sumbu dan rendah sampai sedang.
a
)
2
Jalan kolektor, jalan desa dan sekunder dengan beban
sumbu tinggi, jalan arteri dan jalan primer dengan beban
sumbu rendah
3
201