Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap penderita hipertensi dengan judul Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Penderita
Hipertensi dalam Upaya Mencapai Tekanan Darah Terkontrol di wilayah Puskesmas
Kelurahan Kebon Baru, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.
Responden yang diambil pada mini project ini dari posbindu RW 11 Kelurahan Kebon
Baru, RW 07, RW 09 dan Puskesmas Kelurahan Kebon Baru. Sehingga sebagian responden
adalah wanita dan berusia lanjut.
1.2 Rumusan Masalah
Dari penjelasan di atas, dapat ditemukan permasalahan sebagai berikut:
b. Untuk memenuhi salah satu tugas peneliti dalam menjalani program internsip
dokter umum Indonesia.
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan agar masyarakat tahu dan mengerti tentang cara
mencapai tekanan darah terkontrol pada penyakit hipertensi.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Puskesmas Kelurahan Kebon
Baru, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan dalam rangka meningkatkan pelayanan
kesehatan khususnya penyakit hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
3
2.1.1
Definisi Pengetahuan5
Menurut Notoatmodjo pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang tersebut melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga. Pengetahuan kognitif adalah domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (over behavior). Dari hasil pengalaman serta penelitian terbukti bahwa
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Penelitian yang dilakukan oleh Rogers (1974) mengungkapkan
bahwa sebelum seseorang mengadaptasi perilaku yang baru didalam diri orang tersebut
terjadi proses yang beruntun yaitu:
a. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut disini sikap
subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya) hal ini
berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
2.1.2
Tingkatan Pengetahuan5
Menurut Bloom (1987) dikutip oleh Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang dicakup
Pengukuran Pengetahuan5
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita
ketahui dapat disesuaikan dengan tingkat domain diatas.
2.2 Perilaku
2.2.1
Definisi Perilaku5
Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,
baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut
Robert kwick (1974) perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat
diamati bahkan dapat dipelajari.
Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi
organisme terhadap lingkungannya. Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa
perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau
faktorfaktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons
terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan
menjadi dua yaitu :
1) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang
bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis
kelamin, dan sebagainya.
2) Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor dominan yang
mewarnai perilaku seseorang.
2.2.2
Determinan Perilaku5
Green (1980), mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat
kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok,
yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes).
Perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor, yakni :
1) Faktor-faktor Predisposisi (predisposing factors)
Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi
dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem
nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.
Ikhwal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: untuk berperilaku kesehatan, misalnya
pemeriksaan kehamilan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu
tersebut tentang manfaat periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya. Di
samping itu, kadang-kadang kepercayaan, tradisi, sistem nilai masyarakat juga dapat
mendorong atau menghambat ibu untuk periksa hamil, misalnya orang hamil tidak boleh
disuntik (periksa hamil termasuk memperoleh suntikan anti tetanus), karena suntik bisa
menyebabkan anak cacat. Karena faktor ini terutama yang positif mempermudah
terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah.
2) Faktor-faktor sarana dan prasarana (enabling factors)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan
tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya.
2.3 Hipertensi
2.3.1 Definisi Hipertensi6,7
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg). Menurut Potter dan Perry
(2006), hipertensi merupakan gangguan asimptomatik yang ditandai dengan peningkatan
tekanan darah persisten, dimana diagnosa hipertensis pada orang dewasa ditetapkan paling
sedikit dua kunjungan dimana lebih tinggi atau pada 140/90 mmHg.
2.3.2
Klasifikasi Hipertensi8
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan
darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat
1 dan derajat 2 seperti yang terlihat pada tabel 1 dibawah.
Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7
2.3.3
Tekanan
Normal
Prahipertensi
Hipertensi Derajat 1
Hipertensi Derajat 2
(mmHg)
< 120
120 139
140 159
160
Darah
Sistolik Tekanan
Darah
Diatolik
(mmHg)
< 80
80 -89
90 99
100
hipertensi primer, maka secara umum yang disebut hipertensi primer. Meskipun hipertensi
primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan
beberapa faktor yang sering menyebabkan hipertensi, yaitu :
a. Faktor Keturunan
Hipertensi merupakan suatu kondisi yang bersifat menurun dalam suatu keluarga. Anak
dengan orang tua hipertensi memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk menderita
hipertensi daripada anak dengan orang tua yang tekanan darahnya normal.9
b. Ras
7
Statistik menunjukkan prevalensi hipertensi pada orang kulit hitam hampir dua kali lebih
banyak dibandingkan dengan orang kulit putih.
c. Usia
Wanita premenopause cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria
pada usia yang sama, meskipun perbdaan diantara jenis kelami kurang tampak setelah
usia 50 tahun. Penyebabnya, sebelum menopause, wanita cenderung terlindungi dari
penyakit jantung oleh hormone esterogen.10
d. Jenis Kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada wanita.
Hipertensi berdasarkan jenis kelamin ini dapat pula dipengaruhi faktor psikologis. Pada
pria seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan berat badan), depresi
dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada wanita lebih berhubungan dengan
pekerjaan yang mempengaruhi faktor psikis kuat.11
e. Stress psikis
Stress meningkatkan aktivitas saraf simpatis,
peningkatan
ini
mempengaruhi
j. Olahraga
Olahraga yang bersifat kompetensi dan meningkatkan kekuatan dapat memacu emosi
sehingga dapat mempercepat peningkatan tekanan darah seperti tinju, panjat tebing dan
angkat besi. Bentuk latihan yang paling tepat untuk penderita hipertensi adalah jalan kaki,
bersepeda, senam, berenang dan aerobic.
2.3.4
Patofisiologi Hipertensi13,14
Mekanisme patogenesis hipertensi yaitu peningkatan tekanan darah yang dipengaruhi
oleh curah jantung dan tahanan perifer. Mekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan
satu penyebab khusus, melainkan sebagai akibat interaksi dinamis antara faktor genetik,
lingkungan dan faktor lainnya. Tekanan darah dirumuskan sebagai perkalian antara curah
jantung dan atau tekanan perifer yang akan meningkatkan tekanan darah. Retensi sodium,
turunnya filtrasi ginjal, meningkatnya rangsangan saraf simpatis, meningkatnya aktifitas
renin angiotensin alosteron, perubahan membransel, hiperinsulinemia, disfungsi endotel
merupakan beberapa faktor yang terlibat dalam mekanisme hipertensi.
Mekanisme patofisiologi hipertensi salah satunya dipengaruhi oleh sistemr enin
angiotensin aldosteron, dimana hampir semua golongan obat anti hipertensi bekerja dengan
mempengaruhi sistem tersebut. Renin angiotensin aldosteron adalah sistem endogen komplek
yang berkaitan dengan pengaturan tekanan darah arteri. Aktivasi dan regulasi sistem renin
angiotensin aldosteron diatur terutama oleh ginjal. Sistem renin angiotensi aldosteron
mengatur keseimbangan cairan, natrium dan kalium. Sistem ini secara signifikan berpengaruh
pada aliran pembuluh darah dan aktivasi sistem saraf simpatik serta homeostatik regulasi
tekanan darah.
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan
darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik
pada penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih serius
dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Sering kali hipertensi disebut sebagai silent killer
karena dua hal yaitu:
a. Hipertensi sulit disadari seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus, gejala
ringan seperti pusing, gelisah, mimisan dan sakit kepala biasanya jarang berhubungan
langsung dengan hipertensi, hipertensi dapat diketahui dengan mengukur secara teratur.
b. Hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko besar untuk
meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan jantung, gagal
jantung dan gagal ginjal.
10
Jika timbul hipertensinya berat atau menahun dan tidak terobati, bisa timbul gejala
berikut:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Jantung berdebar-debar
4. Mual
5. Muntah
6. Sesak nafas
7. Gelisah
8. Pandangan menjadi kabur
9. Telinga berdenging
10. Sering buang air kecil terutama di malam hari.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
memerlukan penanganan segera.
2.3.6
mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi yang dapat timbul jika penyakit ini tidak
disembuhkan. Beberapa komplikasi hipertensi yang umum terjadi sebagai berikut :
1. Stroke
Hipertensi adalah faktor resiko yang penting dari stroke dan serangan transient
iskemik. Pada penderita hipertensi 80% stroke yang terjadi merupakan stroke iskemik, yang
disebabkan karena trombosis intra-arterial atau embolisasidari jantung dan arteri besar.
Sisanya 20% disebabkan oleh pendarahan (haemorrhage), yang juga berhubungan dengan
nilai tekanan darah yang sangat tinggi. Studi populasi menunjukan bahwa penurunan tekanan
darah sebesar 5 mmHg menurunkan resiko terjadinya stroke.
2. Penyakit jantung koroner dan gagal jantung
Nilai tekanan darah menunjukan hubungan yang positif dengan resiko terjadinya
penyakit jantung koroner (angina, infark miokard atau kematian mendadak). Bukti dari suatu
studi epidemiologik yang bersifat retrospektif menyatakan bahwa penderita dengan riwayat
hipertensi memiliki resiko enam kali lebih besar untuk menderita gagal jantung daripada
penderita tanpa riwayat hipertensi.
3.
Penyakit vaskular
Penyakit vaskular meliputi abdominal aortic aneurysm dan penyakit vaskular perifer.
Kedua penyakit ini menunjukan adanya atherosklerosis yang diperbesar oleh hipertensi.
11
Hipertensi juga meningkatkan terjadinya lesi atherosklerosis pada arteri carotid, dimana lesi
atherosklerosis yang berat seringkali merupakan penyebab terjadinya stroke.
4. Retinopati
Hipertensi dapat menimbulkan perubahan vaskular pada mata, yang disebut retinopati
hipersensitif. Perubahan tersebut meliputi bilateral retinal falmshaped haemorrhages, cotton
woll spots, hard exudates dan papiloedema. Pada tekanan yang sangat tinggi (diastolic >120
mmHg, kadang-kadang setinggi 180 mmHg atau bahkan lebih) cairan mulai bocor dari
arteriol-arteriol kedalam retina, sehingga menyebabkan padangan kabur.
5. Kerusakan ginjal
Ginjal merupakan organ penting yang sering rusak akibat hipertensi. Dalam waktu
beberapa tahun hipertensi parah dapat menyebabkan insufiensi ginjal, kebanyakan sebagai
akibat nekrosis febrinoid insufisiensi arteri-ginjal kecil. Perkembangan kerusakan ginjal
akibat hipertensi biasanya ditandai oleh proteinuria. Proteinuria dapat dikurangi dengan
menurunkan tekanan darah secara efektif.
2.3.7
menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi dengan menurunkan tekanan darah
seoptimal mungkin sambil mengontrol faktor-faktor resiko kardiovaskular lainnya.
Menurut Joint National Commission (JNC) 7, rekomendasi target tekanan darah yang
harus dicapai adalah < 140/90 mmHg dan target tekanan darah untuk pasien penyakit ginjal
kronik dan diabetes adalah 130/80 mmHg. American Heart Association (AHA)
merekomendasikan target tekanan darah yang harus dicapai, yaitu 140/90 mmHg, 130/80
mmHg untuk pasien dengan penyakit ginjal kronik, penyakit arteri kronik atau ekuivalen
penyakit arteri kronik, dan 120/80 mmHg untuk pasien dengan gagal jantung.
Algoritme penanganan hipertensi menurut JNC 7 (2003), dijelaskan pada skema dibawah ini:
12
13
Tabel 2.2. Modifikasi gaya hidup untuk mencegah dan mengatasi hipertensi
Modifikasi
Rekomendasi
Diet natrium
Diet DASH
Penurunan potensial TD
sistolik
2-8 mmHg
5-20 mmHg per 10 kg
penururnan berat badan
4-9 mmHg
4-14 mmHg
2-4 mmHg
Jadi, modifikasi gaya hidup merupakan upaya untuk mengurangi tekanan darah,
mencegah atau memperlambat insiden dari hipertensi, meningkatkan efikasi obat
antihipertensi, dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan
oleh JNC 7 adalah:
a. Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosteron Antagonist
b. Beta Blocker (BB)
c. Calcium Chanel Blocker atau Calcium antagonist (CCB)
d. Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACEI)
e. Angiotensin II Receptor Blocker atau Areceptor antagonist/blocker (ARB)
Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan target
tekanan darah tercapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan untuk
menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang memberikan efikasi
24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan apakah memulai terapi dengan satu jenis obat
antihipertensi atau dengan kombinasi tergantung pada tekanan darah awal dan ada tidaknya
komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian
tekanan darah belum mencapai target, maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan dosis
obat tersebut, atau berpindah ke antihipertensif lain dengan dosis rendah. Efek samping
14
umumnya bisa dihindari dengan menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun kombinasi.
Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai target
tekanan darah, tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan
menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus diminum bertambah.
Kombinasi obat yang telah terbukti efektif dan dapat ditolerensi pasien adalah :
a. CCB dan BB
b. CCB dan ACEI atau ARB
c. CCB dan diuretika
d. AB dan BB
e. Kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat
Tabel 2.5. Tatalaksana Hipertensi Menurut JNC 7
Klasifikasi
Tekanan
Darah
Normal
Prehipertensi
TDS
TDD
Perbaikan Pola
(mmHg)
(mmHg)
Hidup
< 120
120 - 139
< 80
Atau 80
Dianjurkan
Ya
89
Hipertensi
140 - 159
Derajat 1
Hipertensi
Atau 90
Ya
99
160
Atau 100
Ya
Derajat 2
yang Memaksa
Tidak indikasi
Obat-obatan
obat
untuk indikasi
Diuretika jenis
Thiazide untuk
sebagian besar
kasus dapat
dipertimbangka
n ACEI, ARB,
BB, CCB, atau
kombinasi
Kombinasi 2
obat untuk
sebagian besar
kasus umumnya
diuretika jenis
Thiazide dan
ACEI atau ARB
atau BB atau
CCB
yang memaksa
Obat-obatan
untuk indikasi
yang memaksa
obat
antihipertensi lain
(diuretika, ACEI,
ARB, BB, CCB)
sesuai kebutuhan
BAB III
15
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan
pengetahuan dan perilaku penderita hipertensi dalam upaya mencapai tekanan darah
terkontrol di Wilayah Puskesmas Kelurahan Kebon Baru, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan
Tahun 2015. Penelitian ini disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi terhadap variabel yang
diteliti yaiu variabel pengetahuan dan variabel perilaku.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di posbindu RW 11 Kelurahan Kebon Baru, RW 07,
RW 09 dan Puskesmas Kelurahan Kebon Baru.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan tanggal 11 Maret sampai 1 April 2015.
3.3 Populasi dan Subjek Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai maka populasi dalam penelitian ini adalah
semua penderita hipertensi yang datang ke posbindu, pos lansia, dan Puskesmas kelurahan
Kebon Baru selama bulan Maret 2015 yang berjumlah 50 penderita.
3.3.2 Subjek Penelitian
Subjek Penelitian adalah populasi target yang masuk dalam kriteria inklusi
Penderita Hipertensi yang datang ke posbindu, pos lansia, dan Puskesmas Kebon
Baru
BAB IV
17
HASIL PENELITIAN
4.1. KEADAAN GEOGRAFIS
Kelurahan Kebon Baru merupakan salah satu dari tujuh Kelurahan Kecamatan Tebet dalam
lingkungan Kotamadya Jakarta Selatan dengan luas wilayah 129,66 Ha yang terdiri dari 14
RW, 153 RT dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
Utara : Kel. Bukit Duri
Timur : Kel. Bidari Cina
Selatan : Kel. Cikoko
Barat : Kel. Tebet Timur
4.2 . KEADAAN DEMOGRAFIS
1. Luas wilayah
No
RW
RT
LUAS
10
7 HA
10
7 HA
10
27,66 HA
17
10 HA
4,5 HA
11
5,5 HA
14
7,5 HA
7 HA
10
7,5 HA
10
10
10
8 HA
11
11
10
9 HA
12
12
11
7 HA
13
13
12
8 HA
14
14
10
14 HA
TOTAL
14
153
129,66 HA
18
: 41.272 orang
WNI
WNA
: 41.268 orang
: 4 orang
Jenis kelamin
o Perempuan
o Laki-laki
: 20.899 orang
: 20.373 orang
Kepadatan penduduk
: 4 orang
Jumlah KK
: 12.499 KK
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
0-4
1676
1616
3292
5-9
1951
1718
3669
10-14
1656
1627
3265
15-19
1586
1445
3031
20-24
1897
1767
3664
25-29
1729
1839
3568
30-34
1706
1899
3605
35-39
2013
1909
3922
40-44
1991
1847
3838
45-49
1425
1245
2670
50-54
1071
1079
2150
55-59
790
790
1580
60-64
585
617
1202
65-69
375
441
816
70-74
244
286
532
75- keatas
202
246
448
20.899
20.373
41.272
19
4.3 SUMBER DAYA KESEHATAN YANG ADA PUSKESMAS KEBON BARU TAHUN
2014
A. DATA KEPEGAWAIAN
GOL/ STATUS KEPEGAWAIAN
NO
TENAGA KESEHATAN
PNS
HONORER
Dokter Umum
Bidan
1 / III C
Perawat
I / III D
Perawat
I / II C
Dokter Gigi
Bidan
Perawat
Gizi
Asisten Apoteker
10
Tata Usaha
11
Loket
12
Cleaning Service
13
Penjaga Malam
JUMLAH
2 / III C/ III B
: 207m2
b. Luas bangunan
: 116 m2
20
Dengan sarana :
No.
4.5
Jumlah
Daya Listrik
1 unit
Telepon
1 unit
Komputer
3 unit
Printer
2 unit
Sepeda motor
7700 watt
unit
Nama Penyakit
Infeksi akut lain pada saluran
Jumlah
4.774
Persentase
44,9
1.191
11,2
3
4
5
jaringan pengikat
Gastritis dan duodenitis
Penyakit kulit alergi
Penyakit pulpa dan jaringan
971
933
724
9,1
8,7
6,8
6
7
8
periapikal
Diare
Penyakit mata lain-lain
Gangguan gigi dan jaringan
574
397
372
5,4
3,7
3,5
370
337
10.643
3,5
3,2
100
9
10
4.6
Keterangan
penyangga lainnya
Gingivitis dan penyakit periodontal
Penyakit darah tinggi
Jumlah
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase
Laki-Laki
15
30
Perempuan
35
70
Dari penelitian di dapatkan responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 15
orang (30%), dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 35 orang (70%).
4.7
Hasil Penelitian
22
Jumlah
20
25
5
Persentase
40
50
10
Benar
Salah
(Nomor)
*
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
38 responden
31 responden
46 responden
49 responden
37 responden
21 responden
43 responden
43 responden
3 responden
42 responden
46 responden
12 responden
19 responden
4 responden
1 responden
13 responden
29 responden
7 responden
7 responden
47 responden
8 responden
4 responden
23
12
46 responden
13
46 responden
14
46 responden
*soal terlampir
4 responden
4 responden
4 responden
Dari tabel diatas didapatkan hampir semua responden, yaitu sebanyak 47 orang yang
salah menjawab di nomor 9 yaitu mengenai tidak semua pendeta hipertensi timbul gejala.
4.7.2 Gambaran Perilaku Penderita Hipertensi dalam Upaya Mencapai Tekanan Darah
Terkontrol
Tabel 4.7 Perilaku Responden dalam Mencapai Tekanan Darah Terkontrol
Nilai
Baik
Kurang Baik
Jumlah
35
15
Persentase
70
30
Tabel diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku baik
sejumlah 35 responden (70 %), dan sisanya kurang baik sejumlah 15 orang (30%).
Melakukan
Tidak Melakukan
(Nomor)
*
1
30 responden
2
40 responden
3
33 responden
4
27 responden
5
26 responden
6
15 responden
7
48 responden
8
35 responden
9
33 responden
10
38 responden
11
30 responden
12
41 responden
*soal terlampir
20 responden
10 responden
17 responden
23 responden
24 responden
35 responden
2 responden
15 responden
17 responden
12 responden
20 responden
9 responden
Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 50 responden yang diteliti sebanyak 20
responden yang tidak mengontrol tekanan darahnya secara rutin, dan sebanyak 23 responden
tidak meminum obat tekanan darah tingginya secara teratur. Selain itu
hampir seluruh
24
responden tidak melakukan perilaku dalam upaya mencapai tekanan darah tinggi pada soal
nomor 6, yaitu kurangnya olahraga secara teratur.
4.7.3 Gambaran Perbandingan Pengetahuan Responden dan Perilaku Responden
dalam Upaya Mencapai Tekanan Darah Terkontrol
Tabel 4.9 Perbandingan Pengetahuan Responden dan Perilaku Responden
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Total
Baik
14
17
4
35
Perilaku
Kurang Baik
6
8
1
15
Total
20
25
5
50
Dari tabel diatas terlihat bahwa antara pengetahuan dan perilaku responden dalam
upaya mencapai tekanan darah terkontrol berbanding lurus.
4.8 Hasil Intervensi
Hasil intervensi mulai tanggal 11 Maret sampai 1 April 2015 didapatkan hasil 27
responden kontrol tekanan darah kembali setelah diberikan intervensi berupa penyuluhan.
Dari 27 responden tersebut terdapat 2 orang yang sebelumnya memiliki pengetahuan kurang,
dan 6 orang yang perilakunya kurang baik.
25
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang berpengetahuan baik
sejumlah 20 responden (40%), cukup sebanyak 25 orang (25%) dan sisanya berpengetahuan
kurang sejumlah 5 responden (10%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar penderita
hipertensi sudah mempunyai pengetahuan cukup baik. Sebagian responden tidak mengetahui
bahwa hipertensi tidak selalu menimbulkan gejala dan hipertensi dapat terjadi diusia muda.
Kurangnya pengetahuan responden ini dapat disebabkan beberapa faktor antara lain:
rendahnya tingkat pendidikan responden yang pada umumnya hanya tamatan sekolah dasar,
kurangnya keaktifan responden dalam mengikuti penyuluhan kesehatan yang diadakan oleh
petugas kesehatan setempat dan ada beberapa responden yang sudah berusia lanjut (diatas 50
tahun) dimana kemampuan responden dalam menerima informasi kesehatan agak kurang.
Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007) peningkatan pengetahuan
mempunyai hubungan yang positif dengan perubahan variable perilaku. Pengetahuan dapat
diperoleh dari tingkat pendidikan seseorang realitas cara berfikir dan ruang lingkup
jangkauan berfikirnya semakin luas.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden yang baik upayanya dalam
mencapai tekanan darah terkontrol berjumlah 35 responden (70 %) dan respomden yang
kurang baik berjumlah 15 responden (30%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar
responden sudah cukup baik upayanya dalam mencapai tekanan darah terkontrol. Hal ini bisa
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : ada tidaknya kemauan dari responden untuk
26
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan penderita
hipertensi tentang upaya menciptakan tekanan darah terkontrol masih cukup baik, dan
perilaku penderita hipertensi dalam upaya menciptakan tekanan darah terkontrol juga sudah
cukup baik.
6.2 Saran
Perlu ditingkatkan sosialisasi tentang penyakit tekanan darah tinggi dan penyuluhan
mengenai upaya mencapai tekanan darah terkontrol dan tindakan apa saja yang harus
dilakukan jika tekanan darah meningkat serta menjelaskan pentingnya memeriksakan
27
BAB VII
DAFTAR PUSTAKA
1. Hanid, Seminar the 5th scientific meeting on hypertension 2011. Available from:
http://www.today.co.id/read/2011/02/26/13140/astagaprevalensi_hipertensi_di_indonesia_sangat_ti
nggi.
2. Depkes RI. 2007. Pedoman Surveilans Epidemiologi Penyakit Jantung dan Pembuluh
Darah. Depkes, Jakarta : ii + 52 hlm.
3. Riskesda. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Depkes RI. Jakarta.
4. Salwati S. Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Kebon Baru 2013. Jakarta.2014
5. Notoatmodjo, S. 2007.Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
6. Smeltzer, C. Suzanne, Bare G. Brenda., 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Alih Bahasa: dr. H. Y. Kuncara. Jakarta: EGC
7. Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep, proses, dan
praktik edisi 4. Jakarta : EGC
8. Gray, et al. (2005). Lecture Notes Kardiologi edisi 4. Jakarta: Erlangga Medical
Series.
9. Kumar, P., and Clark, M., 2005. Clinical Medicine 6th ed. London, UK: Elseveir
Saunders.
10. Beevers, D. G. 2002. Tekanan Darah. Jakarta : Dian Rakyat.
11. Hariwijaya, M., & Sutanto. (2007). Pencegahan Dan Pengobatan Penyakit Kronis.
Jakarta : Edsa Mahkota.
12. Gardner, D.S. Hypertension and impaired renal function accompany juvenileobesity:
the effect of prenatal diet. Kidney International. 2007
13. Soemantri, Djoko, Nugroho, J. 2006. Standar Diagnosis dan Terapi Penyakit Jantung
dan Pembuluh Darah. Edisi 4. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
14. Dipiro, J.T., et al. 2005. Pharmacotherapy Handbook. Sixth edition. The Mc. Graw
Hill Company. USA.
15. Macnair, Trisha. 2001. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : Erlangga
16. Shankie, Susan. 2001. Hypertension In Focus. Pharmaceutical Pr. USA.
17. Padmawinata, Kosasih. (2001). Pengendalian Hipertensi, Bandung: ITB
18. Cohen, L.D., Townsend, R.R., 2008. In the Clinic Hypertension. Available from:
www.annals.org/intheclinic/
19. Joint National Comitte on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure. 2003. Seventh Report of The Joint National Committe on
Prevention,Detection,Evaluation,and Treatment of High Blood Pressure JNC
Express(NIH Publication No.03-5233). Bethesda, MD:U.S.Department of Helath and
Human Services.
20. Yogiantoro Mohammad, 2006. Hipertensi Esensial. In: Sudoyo, Aru.w., ed. Ilmu Penyakit
Dalam Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI,
28
Lampiran
Kuisioner Penelitian
Gambaran Pengetahuan dan Tindakan Penderita Hipertensi dalam Upaya Mencapai
Tekanan Darah Terkontrol di Kelurahan Kebon Baru, Kecamatan Tebet, Jakarta
Nama
Alamat
No. Telpon
Tekanan Darah
Kontrol TD Terakhir
A. Data demografi
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Pendidikan
:
:
tahun
Laki-laki
:
SD
SMA
4. Pekerjaan
:
Peg. Swasta
Peg. Negeri
Lainnya
5. Riwayat hipertensi
:
Diri Sendiri
Tidak Ada
6. Mendapat informasi tentang hipertensi :
Keluarga
Pelayanan Kesehatan
Media massa/TV
Lain-lain
Tidak pernah
Perempuan
SMP
Perguruan Tinggi
Wiraswasta
Pensiunan
Orangtua
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Pernyataan
Hipertensi adalah suatu penyakit kenaikan tekanan
darah diatas normal, yaitu tekanan darah mencapai
140/90 mmHg.
Hipertensi dapat disebabkan karena keturunan.
Hipertensi dapat menyebabkan stroke, payah jantung
dan ginjal.
Mengkonsumsi garam berlebihan akan menyebabkan
tekanan darah meningkat.
Merokok dan minum alkohol merupakan salah satu
faktor yang dapat menyebabkan hipertensi.
Hipertensi hanya terjadi pada lansia (lanjut usia).
Banyak mengkonsumsi buah dan sayur, serta
membatasi makanan berlemak dianjurkan pada
penderita hipertensi.
Kelebihan berat badan dapat meningkatkan resiko
hipertensi/darah tinggi
Semua orang yang menderita hipertensi PASTI
menunjukkan gejala, seperti kepala sakit, sukar tidur
dan rasa berat di tengkuk.
Aktifitas fisik seperti olahraga secara rutin setiap hari
dapat menurunkan tekanan darah.
Dukungan keluarga merupakan salah satu yang
penting untuk memotivasi penderita hipertensi dalam
menjalankan perubahan gaya hidupnya..
Menjauhkan diri dari strees salah satu cara untuk
mencegah tekanan darah tinggi.
Penderita tekanan darah tinggi penting memeriksakan
tekanan darah secara teratur ke pelayanan kesehatan
yang terdekat.
Meminum obat anti hipertensi secara teratur dan
mengontrol pola makan adalah usaha mencegah
kekambuhan penyakit tekanan darah tinggi.
Benar
Salah
30
Pernyataan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8..
9.
10.
11.
12.
Melakuka
n
Tidak
Melakuka
n
31