Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Ahmad Arifandy H. 12308144016
Wahyu Nuryadi H.
12308144018
Setyo Sulistyono
12308144032
Biologi E 2012
PRODI BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Candida albicans (C. albicans) merupakan salah satu organisme komensal yang
bertindak sebagai flora normal pada tubuh manusia dan tidak berbahaya karena bersifat
sebagai saprofit. Tetapi C. albicans juga merupakan jamur yang paling banyak
menyebabkan infeksi pada manusia, dan infeksi baru terjadi bila terdapat faktor
predisposisi pada tubuh pejamu. Infeksinya biasanya bersifat lokal seperti infeksi oral dan
vaginal. Faktor-faktor yang dihubungkan dengan meningkatnya kasus kandidiasis antara
lain disebabkan oleh :
1.
2.
3.
4.
yang bersifat
tradisional, yang dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya efek antijamur ekstrak
lengkuas merah terhadap pertumbuhan C. albicans secara in vitro didapatkan hasil
adanya daya hambat terhadap pertumbuhan jamur C.albicans yang ditandai dengan
adanya
daerah
bening
BAB II
ISI
Gambar 1. Candica albicans (a) pemeriksaan sputum dengan pewarnaan gram-positif (b) bentuk
budding yeast (c) pseudohyphae.
Gambar 2. Candida albicans. (A). Blastospora dan pseudohifa dalam eksudat, (B). Blastospora,
pseudohifa, dan klamidospora (konidium) dalam biakan pada Sabourauds agar 20C (C). Biakan
muda membentuk tabung-tabung benih bila diletakkan dalam serum selama 3 jam pada 37C
(Cut Mirna, 2014).
Ada beberapa kriteria untuk mengidentifikasi spesies Candida, yaitu : (Cut Mirna,
2014)
1. Warna, teksture (permukaan) dan bentuk koloni pada media Sabourauds
dextrose agar.
2. Pemeriksaan mikroskopik.
3. Adanya Chlamydospora.
4. Fermentasi dan asimilasi pada karbohidrat khusus.
Struktur fisik Candida albicans terdiri dari dinding sel, membran sel, sitoplasma
dan nukleus. Membran sel Candida albicans terdiri dari fosfolipid ganda (lipid bilayer),
lapisan terluar kaya akan phosphatidyl, choline, ergosterol dan sphingolipids.
Sphingolipids mengandung komponen negatif paling besar pada membran plasma dan
memegang peranan penting sebagai target antimikotik.
Faktor endogen :
1. Perubahan fisiologis
a. Kehamilan, adanya perubahan pH pada vagina
Perubahan fenotip
Bentuk dan susunan hifa
Thigmotropism
Hydrophobicity
Molekul-molekul yang bersifat virulen terhadap permukaan mukosa maupun epitel
Kemampuan untuk meniru molekul-molekul permukaan
Produksi enzim yang bersifat litik
Tingkat pertumbuhan
Kebutuhan nutrisi
D. Manifestasi Klinis
Penyakit yang disebabkan oleh C. albicans dapat dibagi atas candidiasis selaput
lendir, candidiasis kutis, candidiasis sistemik, dan reaksi id (Candidid). Candidiasis selaput
lendir dapat berupa oral candidiasis (thrush), perlche, vulvovaginitis, balanitis atau
balanopostitis, candidiasis mukokutan kronik, candidiasis bronkopulmoner dan paru. Pada
candidiasis oral terlihat mukosa yang berwarna merah yang diselubungi bercak-bercak putih.
Bercak-bercak putih ini biasanya bersifat asymptomatic, tetapi dapat juga diikuti dengan
perasaan terbakar (burning sensation). Pada vaginitis dapat ditemukan peradangan yang
diikuti dengan leucorrhea dan gatal-gatal.
Gambar 4. Oral Candidiasis, infeksi di permukaan lidah, mukosa pipi dan palatum mole pada
pasien AIDS.
Candidasis yang telah masuk ke dalam aliran darah dapat menyebar ke berbagai
organ seperti ginjal, limpa, jantung, otak, dan menimbulkan berbagai penyakit seperti
endokarditis, meningitis, endophtalmitis dan pielonefritis (Arenas, 2001; Narins et al,
2003; Brooks et al, 2004; Kayser et al, 2005).
Candidiasis mukokutan kronik timbul karena adanya defek fungsional pada
limfosit dan leukosit atau sistem hormonal. Penyakit ini dapat juga berhubungan
dengan adanya keganasan. Lesi timbul pada kuku, kulit, mukosa, atau dapat juga
timbul di daerah yang lebih dalam dan menimbulkan
(Arenas, 2001; Kayser et al, 2005).
candida granuloma
Gambar 5. Candidiasis mukokutan kronik pada anak dengan sindrom imunodefisiensi seluler
E. Pengobatan
Tindakan pertama yang perlu dilakukan adalah menghilangkan atau mengurangi
faktor-faktor predisposisi yang memicu timbulnya infeksi. Pengobatan medikomantosa
diberikan sesuai dengan lokasi infeksi. Ketokonazol merupakan salah satu obat yang
sering digunakan untuk pengobatan candidiasis, hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan Orhon dkk, bahwa sebanyak 91,4% C. albicans yang diisolasi dari pasienpasien infeksi oleh karena penggunaan kateter, vaginitis dan infeksi oral masih sensitif
terhadap ketokonazol (Orhon et al, 1999; Arenas, 2001; Narins et al, 2003; Brooks et al,
2004; Kayser et al, 2005).
BAB III
PENUTUP
Candida merupakan flora normal dan banyak tersebar di dalam tubuh terutama di
membran mukosa saluran pencernaan (24 %) dan mukosa vagina (5-11 %). Jamur ini
bersifat oportunistik dan beberapa spesies Candida dapat menyebabkan infeksi seperti C.
tropicalis, C. glablata dan terutama C. albicans sebagai spesies yang paling sering
menyebabkan infeksi. Sebanyak 70% infeksi Candida disebabkan oleh spesies ini.
Penyakit yang disebabkan oleh jamur ini dikenal sebagai Candidiasis dan sering terjadi
pada daerah orofaring dan vagina.
C. albicans biasanya ditemukan dalam bentuk sel yeast, namun juga dapat
ditemukan dalam bentuk Pseudohifa atau clamidiospora. Struktur fisik Candida albicans
terdiri dari dinding sel, membran sel, sitoplasma dan nukleus. Membran sel Candida
albicans terdiri dari fosfolipid ganda (lipid bilayer), lapisan terluar kaya akan
phosphatidyl, choline, ergosterol
komponen negatif paling besar pada membran plasma dan memegang peranan penting
sebagai target antimikotik.
Infeksi Candida berkaitan dengan perubahan bentuk sel-sel Candida dari bentuk
yeast menjadi bentuk mycelium. Bentuk mycelium berbentuk panjang dengan struktur
seperti akar yang disebut rhizoid. Rhizoid dapat menembus mukosa yang terdapat di mulut
dan vagina, dan dapat juga masuk melalui sel-sel epitel di saluran cerna. Invasi ini dapat
berlanjut hingga ke pembuluh darah dan menyebabkan septikemia.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Gaffar R. 2010. Candida albican. Pekanbaru : Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
Arenas R, Estrada R. 2001. Tropical Dermatology. Georgetown : Landes Bioscience; 17-22.
Brooks GF, Butel JS, Morse SA. 2004. Jawetz, Melnick, & Adelbergs Medical Microbiology.
23rd Edition. Singapore : McGraw-Hill;. 39-40, 58-9, 431-4.
Cut Mirna Amanda F. 2014. Pengaruh Pajanan Asap Terhadap Jumlah Candida Di Rongga
Mulut. Laporan Hasil Penelitian Karya Tulis Ilmiah. Semarang : Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.
Kayser FH, Bienz KA, Eckert J, Zinkernage RM. 2005. Medical microbiology. 10th Edition.
Stuttgart : Thieme; 362-4.
Orhon H, Ozbakkaloglu B, Surucuoglu S, Tunger O, Sivrel A. 1999. The Slime Production and
Antifungal Sensitivity in Candida albicans Species Isolated as Infectious Agents
(Abstract no. 1050). Turkey : Interscience Conference on Antimicrobial Agents and
Chemotherapy.