Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Ada beberapa definisi mengenai luka, diantaranya : Luka adalah suatu
gangguan dari kondisi normal pada kulit ( Taylor, 1997). Luka adalah kerusakan
kontinuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain (Kozier,
1995).
Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan
memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak,
membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal seluler bagian dari
proses penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan,
walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung proses
penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka bebas dari kotoran
dengan menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan
jaringan (Taylor, 1997).
Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka menurut Taylor (1997)
yaitu: (1) Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh
luasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang, (2) Respon tubuh
pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga, (3) Respon tubuh secara
sistemik pada trauma, (4) Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka, (5)
Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis pertama untuk
mempertahankan diri dari mikroorganisme, dan (6) Penyembuhan normal
ditingkatkan ketika luka bebas dar benda asing tubuh termasuk bakteri
. Proses yang kemudian terjadi pada jaringan yang rusak ini ialah
penyembuhan luka yang dibagi dalam tiga fase yaitu fase inflamasi, fase
proliferasi dan fase maturasi jaringan (Kozier, 1995).
Ketika luka timbul, beberapa hal yang akan muncul adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
dan juga akibat komplikasi post operatif dan adanya infeksi. Beberapa komplikasi
yang mungkin terjadi adalah : hematoma, nekrosis jaringan lunak,dehiscence,
eviserasi,
keloids,
formasi
hipertropik
scar
dan
juga
infeksi
luka,
perdarahan(Mansjoer, 2000).
c. Luka gores/Laserasi
Luka robek (laceration) adalah jenis kekerasan benda tumpul (blunt force
injury) yang merusak atau merobek kulit (epidermis & dermis) dan jaringan
dibawahnya (lemak, folikel rambut, kelenjar keringat & kelenjar sebasea). Cara
terjadinya laserasi, yaitu :
Arah kekerasan tegak lurus terhadap kulit sedangkan jaringan dibawah
kulit terdapat tulang misalnya kepala yang terbentur pada sisi meja. Hal ini
disebut luka retak (harus kita bedakan dengan luka iris (incissed wound).
Arah kekerasan miring (tangensial) sehingga luka robek (laceration) dan
terkelupas.
Benda yang berputar menyebabkan luka yang sirkuler misalnya gilasan
mobil.
Patah tulang yang menembus kulit.
Penyembuhan luka robek (laceration) sama dengan penyembuhan luka
lecet (abrasion) & luka memar (contussion) tergantung dari 4 faktor, yaitu :
1. Vaskularisasi.
2. Keadaan umum penderita.
3. Ukuran luka.
4. Ada tidaknya komplikasi.
Perbedaan antara antemortem dengan post mortem yaitu antemortem
mengeluarkan
banyak
darah
sedangkan
post
mortem
hanya
sedikit
1. Garis tepi memar dan kerusakan memiliki area yang sangat kecil
sehingga untuk pemeriksaanya kadang dibutuhkan bantuan kaca
penbesar.
2. Keberadaan rangkaian jaringan yang terkena terdapat pada daerah
bagian dalam luka, termasuk pembuluh darah dan saraf .
3. Tidak adanya luka lurus yang tajam pada tulang dibawahnya,terutama
jika yang terluka daerah tulang tengkorak.
4. Jika area tertutup oleh rambut seperti kulit kepala, maka rambut
tersebut akan terdapat pada luka.
e. Luka potong
Adalah luka iris yang kedalamannya lebih panjang. Luka potong tidak
lebih berbahaya dibandingkan tikaman, sebagaimana ketidakdalaman luka
tidak akan terlalu mempengaruhi organ vital, khususnya target utama nya
adalah tangan dan muka.
f. Luka tikam dan luka yang berpenetrasi
Menikam biasanya dengan pisau, sering terjadi pada kasus pembunuhan
dan pembantaian.
Karakteristik dari alat tikam:
i.
Panjang, lebar dan ketebalan pisau
ii.
Satu atau dua sisi
iii.
derajat dari ujung yang lancip
iv. bentuk belakang pada pisau satu sudut (bergerisi/kotak)
v. Bentuk dari pelindung pangkal yang berdekatan dengan mata pisau
vi.
Adanya alur, bergerigi atau cabang dari mata pisau
vii.
Ketajaman dari sudut dan khususnya ujung dari mata pisau
Karakteristik luka tikam, dapat menerangkan tentang:
i.
Dimensi senjata
ii. Tipe senjata
iii.
Kelancipan senjata
iv. Gerakan pisau pada luka
v. Kedalaman luka
vi.
Arah luka
vii. Banyaknya tenaga yang digunakan
2. Tingkat kontaminasi
a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana
tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem
pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih
biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan
drainase tertutup (misal; Jackson Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi
pada luka jenis ini adalah luka sekitar 1% - 5%.
b.Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka
pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau
perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi,
kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.
c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh,
luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan
teknik aseptic atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga
termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka
10% - 17%.
d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya
mikroorganisme pada luka.
3. Kedalaman dan luasnya luka
a. Stadium I : Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema) : yaitu luka
yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
b. Stadium II : Luka Partial Thickness : yaitu hilangnya lapisan kulit
pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka
superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang
yang dangkal.
c. Stadium III : Luka Full Thickness : yaitu hilangnya kulit keseluruhan
meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas
sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya.
Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak
mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang
dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
d. Stadium IV : Luka Full Thickness yang telah mencapai lapisan otot,
tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.
4. Hubungan dengan dunia luar
Jenis-jenis luka dapat dibagi atas dua bagian, yaitu luka terbuka dan luka
tertutup
a. . Luka terbuka; terbagi pada luka tajam dan luka tumpul
i) Luka tajam
- Vulnus scissum adalah luka sayat atau luka iris yang ditandai dengan
tepi luka berupa garis lurus dan beraturan.
- Vulnus ictum atau luka tusuk adalah luka akibat tusukan benda runcing
yang biasanya kedalaman luka lebih daripada lebarnya.
ii) Luka tumpul
- Luka tusuk tumpul
- Vulnus sclopetorum atau luka karena peluru (tembakan).
- Vulnus laceratum atau luka robek adalah luka dengan tepi yang tidak
beraturan, biasanya oleh karena tarikan atau goresan benda tumpul.
- Vulnus penetratum
- Vulnus avulsi
- Fraktur terbuka
- Vulnus caninum adalah luka karena gigitan binatang.
b. Luka Tertutup
- Ekskoriasi atau luka lecet atau gores adalah cedera pada permukaan
epidermis akibat bersentuhan dengan benda berpermukaan kasar atau
runcing.
- Vulnus contussum ( luka memar ); di sini kulit tidak apa-apa, pembuluh
darah subkutan dapat rusak, sehingga terjadi hematom. Bila hematom
kecil, maka ia akan diserap oleh jaringan sekitarnya. Bila hematom
besar, maka penyembuhan berjalan lambat.
- Bulla akibat luka bakar
- Hematoma
- Sprain ; kerusakan (laesi) pd ligamen- ligamen / kapsul sendi
- Dislokasi ; terjadi pada sendi- sendi, hubungan tulang - tulang di sendi
lepas / menjadi tdk normal sebagian
- Fraktur tertutup
- Laserasi organ interna/ Vulnus traumaticum; terjadi di dalam tubuh,
tetapi tidak tampak dari luar. Dapat memberikan tanda-tanda dari
hematom hingga gangguan sistem tubuh. Bila melibatkan organ vital,
maka penderita dapat meninggal mendadak.
5. Waktu penyembuhan luka
a. Luka akut : yaitu merupakan luka trauma yang biasanya segera
mendapat penanganan dan biasanya dapat sembuh dengan baik bila
tidak terjadi komplikasi. Kriteria luka akut adalah luka baru, mendadak
dan penyembuhannya sesuai dengan waktu yang diperkirakan Contoh :
Luka sayat, luka bakar, luka tusuk, crush injury. Luka operasi dapat
dianggap sebagai luka akut yang dibuat oleh ahli bedah. Contoh : luka
jahit, skin grafting. .
C. Penyembuhan Luka
Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan
memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak,
membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal seluler bagian dari
proses penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi secara normal tanpa
bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk
mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka
bebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan
penyembuhan jaringan (Taylor, 1997).
Dalam proses penyembuhan luka, Terdapat 3 macam tipe penyembuhan
luka, dimana pembagian ini dikarakteristikkan dengan jumlah jaringan yang
hilang.
a. .Primary Intention Healing (penyembuhan luka primer)
Penyembuhan primer atau sanatio per primam intentionem terjadi bila
luka segera diusahakan bertaut, biasanya dengan bantuan jahitan. Luka
dibuat secara aseptik dengan kerusakan jaringan minimum, dan dilakukan
penutupan dengan baik seperti dengan penjahitan. Ketika luka sembuh
melalui
instensi
pertama,
jaringan
granulasi
tidak
tampak
dan
tegas sering meninggalkan jaringan yang tidak dapat hidup yang pada
pemeriksaan pertama sukar dikenal. Keadaan ini diperkirakan akan
menyebabkan infeksi bila luka langsung dijahit. Luka yang demikian akan
dibersihkan dan dieksisi (debridement) dahulu, selanjutnya baru dijahit
dan dibiarkan sembuh secara primer. Cara ini disebut penyembuhan primer
tertunda.
Selain itu, jika luka baik yang belum dijahit, atau jahitan terlepas dan
kemudian dijahit kembali, dua permukaan granulasi yang berlawanan akan
tersambungkan. Hal ini mengakibatkan jaringan parut yang lebih dalam
dan luas dibandingkan dengan penyembuhan primer (Diegelmann and
Evans, 2004).
yang
vasokonstriktor
terbuka
yang
(clot)
dan
juga
mengakibatkan
mengeluarkan
pembuluh
substansi
darah
kapiler
yang akan
menutup pembuluh darah. Periode ini hanya berlangsung 5-10 menit, dan
setelah itu akan terjadi vasodilatasi kapiler karena stimulasi saraf sensoris
(local sensoris nerve ending), local reflex action, dan adanya substansi
vasodilator : histamin, serotonin dan sitokin.
Histamin selain menyebabkan vasodilatasi juga mengakibatkan
meningkatnya permeabilitas vena, sehingga cairan plasma darah keluar
dari pembuluh darah dan masuk ke daerah luka. Secara klinis terjadi
edema jaringan dan keadaan lokal lingkungan tersebut asidosis. Eksudasi
ini juga mengakibatkan migrasi sel lekosit (terutama netrofil) ke ekstra
vaskuler. Fungsi netrofil adalah melakukan fagositosis benda asing dan
bakteri di daerah luka selama 3 hari dan kemudian akan digantikan oleh
sel makrofag yang berperan lebih besar jika dibanding dengan netrofil
pada proses penyembuhan luka. Fungsi makrofag disamping fagositosis
adalah (MacKay and Miller, 2003):
a. Sintesa kolagen
b. Membentuk jaringan granulasi bersama dengan fibroblast
c. Memproduksi growth factor yang berperan pada re-epitelisasi
d. Membentuk pembuluh kapiler baru atau angiogenesis
Dengan berhasil dicapainya luka yang bersih, tidak terdapat infeksi
serta terbentuknya makrofag dan fibroblas, keadaan ini dapat dipakai
sebagai pedoman/parameter bahwa fase inflamasi ditandai dengan adanya
eritema, hangat pada kulit, edema, dan rasa sakit yang berlangsung sampai
hari ke-3 atau hari ke-4.
Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki
dan menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran
fibroblast sangat besar pada proses perbaikan, yaitu bertanggung jawab
pada persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan
selama proses rekonstruksi jaringan.
Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan), pemaparan sel
fibroblas sangat jarang dan biasanya bersembunyi di matriks jaringan
penunjang. Sesudah terjadi luka, fibroblast akan aktif bergerak dari
jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan berkembang
(proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin, asam
hyaluronat,
fibronectin
dan
proteoglikans)
yang
berperan
dalam
proliferasi
fibroblast
dengan
aktifitas
sintetiknya
disebut
Proliferasi
b. Migrasi
c.
d. Kontraksi luka
Angiogenesis, suatu proses pembentukan pembuluh kapiler baru
didalam luka, mempunyai arti penting pada tahap proleferasi proses
penyembuhan luka. Kegagalan vaskuler akibat penyakit (diabetes),
pengobatan (radiasi) atau obat (preparat steroid) mengakibatkan lambatnya
proses sembuh karena terbentuknya ulkus yang kronis. Jaringan vaskuler
oleh
fibroblast,
pembentukan
lapisan
dermis
ini
akan
terbentuknya
jaringan
baru
menjadi
jaringan
mencapai
penyembuhan
yang
optimal
diperlukan
karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama
untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa dan pada
orang yang menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau
diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang menderita
anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok. Kurangnya volume
darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan
oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
5. Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara
bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat
bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi
tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.
6. Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan
terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul
dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang
membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah (Pus).
7. Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah
pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi
akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor
internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
8. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula
darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan
terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
9. Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas
penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
10. Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti
neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang
lama dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka.
a. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap
cedera
b. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan
keterlambatan pembentukan
jaringan
granulasi,
tidak
adanya
reepitalisasi dan juga akibat komplikasi post operatif dan adanya infeksi.
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah : hematoma, nekrosis
jaringan lunak,dehiscence, eviserasi, keloids, formasi hipertropik scar dan juga
infeksi luka, perdarahan.
1. Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama
pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul
dalam 2 7 hari setelah pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk
adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di
sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.
2. Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit
membeku pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh
benda asing (seperti drain). Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda.
Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering
dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah
itu.Jika perdarahan berlebihan terjadi, penambahan tekanan balutan luka
steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi pembedahan
mungkin diperlukan.
3. Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling
serius. Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total.
Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah
faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi, ,multiple trauma, gagal untuk
menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi
tidak merangsang, mudah dicuci karena larut dalam air dan stabil
karena tidak menguap.
e. Yodoform, sudah jarang digunakan. Penggunaan biasanya
untuk antiseptik borok.
f. Klorhesidin (Hibiscrub, savlon, hibitane), merupakan senyawa
biguanid dengan sifat bakterisid dan fungisid, tidak berwarna,
mudah larut dalam air, tidak merangsang kulit dam mukosa, dan
baunya tidak menusuk hidung.
Oksidansia :
a. Kalium permanganat, bersifat bakterisid dan funngisida agak
lemah berdasarkansifat oksidator.
b. Perhidrol
(Peroksida
air, H2O2),
berkhasiat
untuk
klorida
(sublimat),
berkhasiat
menghambat
antiseptik yang telah dijelaskan diatas ada cairan pencuci luka lain yang
saat ini sering digunakan yaitu Normal Saline. Normal saline atau disebut
juga NaCl 0,9%. Cairan ini merupakan cairan yang bersifatfisiologis, non
toksik dan tidak mahal. NaCl dalam setiap liternya mempunyaikomposisi
natrium klorida 9,0 g dengan osmolaritas 308 mOsm/l setara dengan ionion Na+
154
mEq/l
dan
Cl-
154
mEq/l
(InETNA,2004;
ISO
Indonesia,2000).
G. Pelaksanaan Perawatan Luka
Merawat luka bertujuan untuk mencegah trauma (injury) pada kulit,
membran mukosa atau jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma,
fraktur, luka operasi yang dapat merusak permukaan kulit. Secara khusus
tujuan perawatan luka adalah :
1. Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan
membrane mukosa
2. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan
3. Mempercepat penyembuhan
4. Membersihkan luka dari benda asing atau debris
5. Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat
6. Mencegah perdarahan
7. Mencegah excoriasi kulit sekitar drain.
8. Meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing
9. Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien
Pembersihan Luka
Daerah luka dibersihkan sesudah insisi. Prinsip membersihkan dari
daerah bersih ke daerah yang terkontaminasi karena drainnya yang basah
memudahkan pertumbuhan bakteri dan daerah daerah drain paling banyak
mengalami kontaminasi. Jika letak drain ditengah luka insisi dapat
dibersihkan dari daerah ujung ke daerah pangkal kearah drain. Gunakan
kapas yang lain. Kulit sekitar drain harus dibersihkan dengan antiseptik.
Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan,
memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari
terjadinya infeksi; membuang jaringan nekrosis dan debris (InETNA, 2004).
Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembersihan luka yaitu :
1.Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk
membuang jaringan mati dan benda asing.
luka
sehingga
proses penyembuhan
berlangsung
optimal.
Daftar Pustaka
Kaplan NE, Hentz VR, Emergency Management of Skin and Soft Tissue Wounds,
An Illustrated Guide, Little Brown, Boston, USA, 1992.