You are on page 1of 20

KAJIAN PASAR DAN PELUANG INVESTASI

KOMODITI IKAN TANGKAP

1.1.

Pasar Komoditi Ikan

1.1.1. Kebutuhan, Pemenuhan, dan Peluang Pasar Global


FAO memperkirakan total permintaan dunia akan ikan dan produk
perikanan akan meningkat hampir 50 juta ton, dari 133 juta ton tahun
1999/2001 ke 183 juta ton tahun 2015. Permintaan makanan laut per
kapita per tahun diperkirakan meningkat dari rata-rata 16,1 kilogram
pada tahun 1999-2001 menjadi 18,4 kilogram pada tahun 2010 dan 19,1
kilogram pada tahun 2015. Tercatat 70% dari nilai tersebut dikonsumsi
untuk pangan. Namun, FAO justru melihat, kebutuhan ikan segar dunia
mengalami kenaikan besar hingga 45% setiap tahun. Sayangnya, dari
jumlah tersebut di atas, market share Indonesia baru 3,57%.

Gambar
1.1.
Grafik
Perkiraan
Pertumbuhan
Konsumsi
Ikan
Perkapita
Dunia
(Sumber : Kompas, 28 Mei
2005)

Adapun

ekspor

hasil

perikanan nasional dari tahun


2002 mencapai 565.739 ton
dengan

nilai

sebesar

1,57

miliar dolar AS. Sedangkan pada tahun 2003 jumlah ekspor mencapai
859.687 ton dengan nilai sebesar 1,63 miliar dolar AS. Dan pada tahun
2004 sampai dengan bulan November, ekspor ikan nasional mencapai
820.433 ton dengan nilai sebesar 1,61 miliar dolar AS. Dengan potensi

Komoditi Ikan Tangkap

lestari 6,4 juta ton per tahun dan pemanfaatan sektor perikanan tangkap
yang masih 64%, maka ekspor hasil perikanan masih berpeluang besar
untuk ditingkatkan. Hal ini terutama bila untuk pasokan kebutuhan ikan
dalam negeri dapat ditunjang oleh hasil perikanan budidaya.

Gambar 1.2. Grafik ekspor hasil


perikanan tahun
2002 Nov 2004
(Sumber :
Departemen Kelautan dan Perikanan)

Untuk ikan hasil tangkapan di perairan


dalam,

10

menyumbang
produksi

produsen
sekitar

global

terbesar
66

dari

persen

tangkapan

perairan dalam. China masih produsen


terbesar

pada

tahun

2002

dengan

produksi 2.248 juta ton (25,7 persen dari produksi global dari perairan
dalam).

Urutan

berikutnya

India,

Banglades,

Kamboja,

Indonesia,

Myanmar, Mesir, Tanzania, Uganda, dan Brasil. Produksi negara-negara


lain sisanya sebanyak 3.001 juta ton (34,3 persen). Produksi Indonesia
mencapai 316 juta ton (3,6 persen dari total dunia).

Gambar 1.3. Market Share


Perikanan Dunia
(Sumber : Kompas, 28 Mei
2005)

Dari proyeksi permintaan dan


penawaran yang dibuat FAO,
kecenderungannya

permintaan

masih melampaui potensi suplai,


Komoditi Ikan Tangkap

dengan total defisit per tahun untuk semua jenis ikan sekitar 9,4 juta ton
pada 2010 dan 10,9 juta ton pada 2015. Akibatnya, harga cenderung naik,
dengan kenaikan harga riil untuk semua jenis ikan diperkirakan sekitar 3
dan 3,2 persen pada tahun 2010 dan 2015. Saat ini, dilihat dari kebutuhan
dan produksi ikan dunia, masih terjadi defisit sebesar kurang lebih 5 juta
ton.

Dalam menghadapi pasar global, berbagai faktor eksternal menjadi


permasalahan dalam perdagangan komoditi ini yang di antaranya adalah:
1.

Kepentingan politik luar negeri yang mendorong terjadinya


distorsi ekonomi global

2.

Terjadinya perang dagang dengan dalih kesehatan dan lingkungan

3.

Sindikasi perdagangan

1.1.2. Kebutuhan, Pemenuhan, dan Peluang Pasar Nasional


Kebutuhan ikan Nasional pada tahun 2006 diperkirakan mencapai minimal
9,5 juta ton. Peningkatan volume tersebut disebabkan konsumsi ikan
masyarakat Indonesia terus meningkat, dari 24 kg menjadi 32 kg per
kapita per tahun. Selain itu, target nilai ekspor kelautan dan perikanan
pun meningkat dari 2 miliar dolar AS (2003) menjadi 5 miliar dolas AS di
tahun 2006. Kebutuhan ini meningkat sangat pesat dibandingkan dengan
tingkat konsumsi ikan pada tahuhn 2001 yang mencapai 4,6 juta ton atau
ekuivalen dengan 22,4 kg / kapita / tahun.

Gambar 1.4. Tingkat


Konsumsi Ikan Nasional
2001 - 2006
(Sumber : Kompas, 14 Mei
2004)

Komoditi Ikan Tangkap

Kebutuhan tersebut terlihat sangat besar sekali apabila dilihat dari


potensi lestari penangkapan ikan di perairan Indonesia yang diperkirakan
6,4 juta ton per tahun, di mana yang boleh dieksploitasi hanya sekitar 5,5
juta ton per tahun. Sedangkan tingkat pemanfaatan saat ini masih sekitar
64 persen. Dengan tingkat pemanfaatan tersebut, sektor perikanan
tangkap ini memiliki potensi yang besar untuk lebih dioptimalkan dalam
rangka memenuhi konsumsi ikan dalam negeri dan memenuhi target
ekspor hasil perikanan tangkap.
Sementara itu, produksi ikan tangkap nasional pada tahun 2000 adalah
sebesar 4,11 juta ton dan mengalami kenaikan rata-rata 5,11 % di pada
tahun 2003 produksi ikan tangkap nasional adalah sebesar 4,73 juta ton.
Dan grafik dari produksi ikan tangkap nasional dapat dilihat pada gambar
4.5 berikut ini :

Gambar
1.5.
Grafik
Produksi
Perikanan
Tangkap Nasional 2000
2004
(Sumber : Pikiran Rakyat,
15 April 2004)
Namun

sebagaimana

halnya
pembangunan

dengan
sektor

pertanian, pembangunan
sektor perikanan masih
bersifat dispersal. Pembangunan yang bersifat dispersal dicirikan oleh
tidak adanya hubungan fungsional di antara tingkatan dan jaringan
perikanan hanya diikat dan dikoordinasi oleh mekanisme pasar. Pelaku
usaha cenderung mementingkan diri sendiri dan eksploitatif. Pelaku
sektor hilir cenderung dominant dan mengeksploitasi pelaku usaha
sektor hulu.

Komoditi Ikan Tangkap

1.1.3. Struktur Pasar Komoditi Ikan Global dan Nasional


Sekitar 70 persen kebutuhan ikan untuk konsumsi manusia dewasa ini
dipasok oleh negara-negara berkembang. Sektor perikanan memainkan
peran penting di 44 negara (15 negara pulau kecil, 12 negara di Afrika, 12
negara di Asia, 3 negara yang perekonomiannya dalam transisi, dan 2
negara di Amerika Latin). Di 44 negara tersebut sumbangan produk
perikanan terhadap total ekspor sektor perikanan dan total konsumsi
protein hewani harian penduduknya di atas 10 persen.
Total volume produksi ikan secara global, baik dari hasil tangkapan di laut
dan perairan dalam maupun dari hasil budidaya, mencapai sekitar 133
juta ton pada tahun 2002. Sebagian besar dari jumlah ini adalah hasil
penangkapan, kendati untuk budidaya porsinya semakin meningkat.
Setelah naik dari sekitar 79 juta ton (1998) menjadi 87 juta ton (2000),
produksi ikan hasil tangkapan di laut menurun menjadi masing-masing
sekitar 84 juta ton pada tahun 2001 dan 2002.
Penurunan 2,5 persen itu akibat penurunan produksi di Pasifik tenggara
(12 persen) dan Pasifik barat laut (7 persen), kendati dua wilayah ini
masih merupakan wilayah tangkapan paling produktif di dunia dengan
kontribusi terhadap total produksi dunia masing-masing 21,4 persen dan
13,8 persen tahun 2002. Untuk hasil tangkapan di perairan dalam (danau,
sungai, dan sebagainya), angkanya berfluktuasi sekitar 8,7 juta ton selama
kurun waktu tahun 2000-2002 dengan 90 persen disumbangkan Asia dan
Afrika.
Sekitar 76 persen (100,7 juta ton) dari total angka perkiraan produksi ikan
dunia tahun 2002 dipakai untuk memenuhi konsumsi langsung manusia.
Sebanyak 24 persen sisanya (32 juta ton) untuk produk nonmakanan,
terutama untuk pembuatan makanan ikan dan minyak ikan.

Komoditi Ikan Tangkap

Untuk ekspor, Thailand tercatat sebagai eksportir terbesar, kecuali tahun


2002 saat posisinya tergeser oleh China. Ekspor ikan dan produk ikan
Thailand pada tahun 2002 tercatat mencapai 3,7 miliar dollar AS, turun 9
persen dari kondisi tahun 2001 dan 16 persen dari nilai ekspor tahun
2000. Sementara ekspor China mencapai 4,5 miliar dollar AS.
Untuk impor, total nilai impor produk perikanan dunia mencatat angka
rekor baru, 61 miliar dollar AS, tahun 2002. Sekitar 82 persen impor ini
dilakukan oleh negara-negara maju, dengan Jepang sebagai importir
terbesar (13,6 miliar dollar AS atau 22 persen dari total impor dunia).
Urutan berikutnya adalah AS (10 miliar dollar AS), Spanyol (3,9 miliar
dollar AS), Perancis (3,2 miliar dollar AS), Italia (2,9 miliar dollar AS),
Jerman (2,4 miliar dollar AS), dan Inggris (2,3 miliar dollar AS).

Gambar 1.6. Negara Pengimpor


Ikan Tahun 2002
(Sumber : Kompas, 28 Mei 2005)

1.1.4. Perusahaan-perusahaan Pengembang Komoditi (dengan Fasilitas


Maupun Non-Fasilitas)
Pada sub sektor penangkapan ikan, ada banyak perusahaan yang
pengembang komoditi yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.
Perusahaan-perusahaan ini terdiri dari perusahaan yang bergerak di
penangkapan ikan maupun yang bergerak di pengolahannya. Berdasarkan

Komoditi Ikan Tangkap

Buku Direktori Industri Pengolahan, BPS, 2004, industri pengolahan ikan


setidaknya terbagi atas industri :
-

pengalengan ikan dan biota perairan lainnya

pengasapan ikan dan biota perairan lainnya

pembekuan ikan dan biota perairan lainnya

pemindangan ikan dan biota perairan lainnya

penggaraman / pengeringan ikan dan biota perairan lainnya

pengolahan dan pengawetan lainnya

Dari provinsi yang memiliki perusahaan industri pengolahan ikan, jumlah


terbanyak

terdapat

di

Provinsi

Jawa

Timur

dengan

jumlah

188

perusahaan. Berikutnya adalah Provinsi Jateng dengan 101 perusahaan


dan DKI dengan 43 perusahaan. Untuk lebih detilnya, jumlah perusahaan
pengolahan di tiap provinsi dapat dilihat di tabel 4.1. di bawah ini :

Tabel 1.1. Jumlah Perusahaan Pengembang Komoditi Ikan di Tiap Provinsi


Indonesia

Komoditi Ikan Tangkap

N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

Adapun

dari

pengolahan

Provinsi
Bangka Belitung
Bali
Banten
DI Yogyakarta
DKI Jakarta
Gorontalo
Irian Jaya Barat
Irian Jaya Selatan
Irian Jaya Timur
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan
Selatan
Kalimantan
Tengah
Kalimantan Timur
Lampung
Maluku
Nusa Tenggara
Timur
Riau
Sulawesi Selatan
Sulawesi
Tenggara
Sulawesi Utara
Sumatera Selatan
Sumatera Utara
Kepulauan Riau
TOTAL

perusahaan-perusahaan

ikan

ataupun

Jumlah
8
8
1
1
43
8
9
2
1
17
101
187
4
6
1
14
3
7
4
9
22
22
13
2
31
1
524

yang

penangkapannya,

bergerak
3

di

industri

perusahaan

terbesar

berdasarkan tenaga kerja yang dilibatkan (menurut Buku Direktori


Industri Pengolahan, BPS, 2004) terdapat di Provinsi Lampung yang
bergerak di industri udang beku dan bekicot olahan. Daftar 10 besar
perusahaan pengembang komoditi ikan dapat dilihat di tabel 4.2,
sedangkan daftar lengkap perusahaan skala menengah hingga besar di

Komoditi Ikan Tangkap

Indonesia berdasarkan jumlah tenaga kerja yang terlibat dapat dilihat di


lampiran.

Tabel 1.2. Sepuluh Perusahaan Terbesar dalam Industri Pengembangan


Komoditi Ikan
N
o

Jenis Industri

Nama Perusahaan

1 Udang Beku

Dipasena Citra
Darmaja, PT

2 Udang Beku

Central Pertiwi
Bahari, PT
Keong Nusantara
Abadi, PT

3 Bekicot Olahan

4 Pengeringan
Ikan Tuna

Aneka Tuna
Indonesia, PT

5 Cold Storage

Central Windu Sejati,


PT

6 Ikan Kaleng

Sinar Pure Foods


International, PT

Alamat

Provinsi

Desa Bumi
Dipasena
Rawajitu
Selatan Tulang
Bawang 34596
Lampung Telp.
0721-480334
Tulang Bawang
Lampung
Desa Bumi Sari
Rk.II Natar,
Lampung
Selatan 35362
Lampung. Telp
072-486664
Jl. Raya Sby
Malang Km 38
Gempol,
Pasuruan 67155
Jatim Telp.
851361
Jl. Yos Sudarso
Kawasan Kim
Medan Deli,
Medan 20242
Sumut Telp.
061-6851229
Jl. Raya
Mandidir Bitung
Tengah, Bitung
95517 Sulut

Lampun
g

Jumlah
Tenaga
Kerja
10211

Lampun
g
Lampun
g

2648

Jatim

1948

Sumut

1854

Sulut

1839

2230

Komoditi Ikan Tangkap

Telp. 21475
7 Udang/Ikan
Beku

Bumi Menara
Internusa, PT

8 Ikan Beku

Dharma Samudra
Fishing Industries, PT

9 Udang Beku

Affi, PT

10 Udang Segar

Timur Jaya
Coldstorage, PT

Jl. Margomulyo
4E Semampir
Surabaya 60187
Jawa Timur
Telp. 7491000
Jl. Yos Sudarso
No.39 Kendari
93126 Sultra
Desa Kanci
Kulon
Astanajapura,
Cirebon 45181
Jabar Telp.
0231-510058
Jl. Teluk Nibung
Km 2 T- Balai
Sumut Telp.
0263-92954

Jatim

1557

Sultra

1109

Jabar

1107

Sumut

1059

1.1.5. Perusahaan Pengekspor Komoditi Ikan


Setidaknya terdapat lebih dari 300 (tiga ratus) perusahaan yang bergerak
pada ekspor komoditi ikan di Indonesia. Perusahaan-perusahaan ini
tersebar di berbagai provinsi di Indonesia, di mana yang terbanyak adalah
Provinsi Jawa Timur dengan 77 buah perusahaan pengekspor, disusul
dengan Bali dengan 41 buah perusahaan pengekspor, lalu Sulawesi
Selatan dengan 36 buah perusahaan pengekspor. Adapun lebih detailnya
tentang jumlah perusahaan pengekspor komoditi pada tiap-tiap provinsi di
Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut ini.
Tabel 1.3. Jumlah Perusahaan Pengekspor Ikan di Tiap Provinsi Indonesia
No.
1
2
3
4
5
6

Komoditi Ikan Tangkap

10

Provinsi
Bali
Bangka Belitung
Bengkulu
DI Yogyakarta
DKI Jakarta
Gorontalo

Jumlah
41
9
8
1
33
1

No.
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Provinsi
Jumlah
Irian Jaya Barat
11
Jambi
3
Jawa Barat
7
Jawa Tengah
17
Jawa Timur
77
Kalimantan Barat
9
Kalimantan Tengah
3
Kalimantan Timur
9
Kepulauan Riau
14
Nusa Tenggara Timur
33
Papua
7
Riau
19
Sulawesi Selatan
36
Sulawesi Tengah
7
Sulawesi Tenggara
16
Sulawesi Utara
23
Sumatera Selatan
9
Sumatera Utara
4
Jumlah
397
(Sumber : Data Bank Indonesia)

Dari keseluruhan perusahaan pengekspor di atas, perusahaan dengan


jenis komoditi ekspor yang terbanyak terdapat di Provinsi Bangka
Belitung di mana satu perusahaan mengekspor setidaknya 19 jenis
komoditi hasil dari tangkap ikan segar maupun pengolahannya. Lebih
detailnya terkait dengan urutan 10 besar dilihat dari sisi jumlah jenis
komoditi hasil pengolahan sektor perikanan dapat dilihat pada tabel 4.4
berikut. Sedangkan daftar lengkap perusahaan pengekspor dapat dilihat
di lampiran.
Tabel 1.4. Sepuluh Perusahaan Pengekspor Jenis Komoditi Olahan Ikan
Terbanyak
N
o

Provinsi

1 Bangka Belitung
2 Bangka Belitung
3 Bangka Belitung

Nama Perusahaan

Alamat
Perusahaan

Kab/Kota

BANGKA TROPINDO
ADIMITRA PT
FIRDAYASA INDAH PT

JL. PASIR
KETAPANG
JL. PILANG
DESA DUKONG
TJ. PANDAN
JL. TREM

Kota Pangkal
Pinang
Belitung

PANGKALPURA
MANDIRI PT

Kota Pangkal
Pinang

Komoditi Ikan Tangkap

11

4 Bangka Belitung

SURYA HASIL LAUT PD

5 Bangka Belitung

SURYA SEPAKAT
PULAU BANGKA
IKA MUDA SEAFOODS
INT'L PT

6 DKI

7 Bali

BALI NUSA
WINDUMAS, PT

8 Bali

INTI MAS SURYA PT

9 Bali

KHRISNA BASAMA, PT

10 Gorontalo

MIYUMI LOBSTER
PRODUCT INDONESIA
PT

JL PASIR
KATAPANG
JL. PASIR
KETAPANG
GEDUNG
ANEKA
TAMBANG LT.
3 JL T.B.
SIMATUPANG,
TANJUNG
BARAT JAKART
A 12530
JL.
COKROAMINO
TO NO 65
DENPASAR
BALI
JL. FROEN
TUNA BARAT,
PELABUHAN,
BENOA
DENPASAR
JL.
BLAMBANGAN
NO 10 X KUTA
BADUNG BALI
JL. BANTENG
KELURAHAN
TENDA KODYA
GORONTALO

Kota Pangkal
Pinang
Kota Pangkal
Pinang

Kodya
Denpasar

Kodya
Denpasar

Kodya
Denpasar
Kota
Gorontalo

(Sumber : Bank Indonesia)

1.1.6. Harga Komoditi Ikan


Perkembangan komoditi perikanan secara global mengalami pasang surut
baik dalam volume ekspor maupun harga. Harga ikan tuna di pasaran
domestik rata-rata mencapai Rp. 21.000,- dan sekitar Rp. 35.000,- di pasar
global. Sedangkan jenis ikan lain seperti ikan kerapu, di pasaran domestik
yang harganya berkisar antara Rp. 14.000,- sampai Rp. 17.000,- di pasar
global harganya mencapai Rp. 17.500,-. Hal ini menggambarkan bahwa
komoditi ikan merupakan investasi yang menguntungkan apabila dikelola

Komoditi Ikan Tangkap

12

secara optimal. Perbandingan antara harga domestik dengan harga global


beberapa jenis komoditi ikan dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut.
Tabel 1.5.

Harga Hasil Komoditi Perikanan Tahun 2002

Ikan
Udang
Windu
Udang Putih

Kisaran
Harga
Domestik
89,000 95,000
20,000 45,000

Harga
Domestik
rata-rata/kg
(Rp)

US
($)

Rp ($1 =
10,000)

92,000

Harga Global

32,500

4.9

49000

Lobster
Udang
Galah

160,000

60,000

Tuna

21,000

3.49

34900

Kakap

14,000
14,000 Kerapu
17,000
15,500
1.74
17400
9,000 Kembung
10,000
9,500
-) Data tidak teridentifikasi
(Sumber : Hasil Olah Data Departemen Kelautan dan Perikanan,
2002)

Aspek Sosial dan Lingkungan Pengembangan Komoditi Ikan Tangkap


Dampak sosial dan lingkungan berkaitan dengan rencana investasi di
bidang usaha penangkapan ikan dan pengolahannya, terutama di sekitar
lokasi wilayah rencana pengembangan investasi, secara tidak langsung
akan terjadi. Tentu saja dampai ini bisa bersifat negatif atau positif
bergantung dengan memadai atau tidaknya perencanaan yang dilakukan
sebelum dilakukan investasi pengembangan.
Penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak di bidang usaha penangkapan
ikan dalam skala besar, yang dimulai sejak tahap awal atau tahap persiapan
sampai dengan tahapan berikutnya, yaitu tahap pelaksanaan dan produksi.
Dalam hal ini, tenaga kerja yang terserap tidak hanya dari sekitar lokasi
saja (masyarakat nelayan sekitar lokasi), akan tetapi besar kemungkinan
tenaga kerja dari lain wilayah pun akan turut terserap dalam kegiatan di
sektor ini. Hal ini secara tidak langsung memberikan dampak positif dalam

Komoditi Ikan Tangkap

13

memberikan kontribusi meningkatnya pendapatan masyarakat sekitar lokasi


maupun pendapatan daerah (PAD).
Demikian juga apabila selanjutnya dikembangkan usaha pengolahan ikan
diharapkan juga akan mampu menyerap tenaga kerja. Yang dimaksud
tenaga kerja disini adalah tenaga kerja tetap untuk mengelola kegiatan
produksi pengalengan ikan. Sebaiknya dalam penghimpunan tenaga kerja
lebih mendahulukan pengambilan tenaga kerja dari penduduk setempat.
Cara ini dilakukan selain untuk menekan biaya eksploitasi, juga merupakan
salah satu cara untuk membangun hubungan baik dengan masyarakat
sekitar. Dengan demikian usaha pengolahan ikan ini akan berdampak positif
terhadap penduduk di sekitar lokasi proyek terutama dalam meningkatakan
pendapatan masyarakat.
Lebih luas lagi, pekerjaan pengolahan ikan dapat memberikan dampak
positif terhadap peningkatan aktivitas perekonomian daerah setempat.
Aktivitas perekonomian tersebut tidak hanya berhubungan dengan para
nelayan yang memasok bahan baku untuk pekerjaan ini saja, tetapi juga
berdampak bagi pengusaha hulu dan hilir dan penduduk sekitar seperti
angkutan, warung atau toko makanan atau pakaian, dan lain-lain.Oleh
karena itu gejolak sosial yang bersifat merugikan yang mungkin timbul
akibat proyek investasi ini dapat dianggap sangat kecil. Kemungkinan yang
lebih mungkin terjadi adalah adanya dukungan positif masyarakat yang
meminta proyek investasi semacam ini dapat diperbesar skalanya agar
semakin banyak masyarakat yang dapat merasakan dampak positifnya.
Dampak sosial yang paling berpengaruh adalah terganggunya aktivitas
masyarakat nelayan, dimana lahan pencaharian mereka akan terganggu,
mengingat sebahagian lahan perairan mereka dimanfaatkan untuk usaha
pengolahan tersebut. Akan tetapi untuk mengatasi hal tersebut masyarakat
nelayan

dan

pengusaha

mengadakan

musyawarah

terutama

penentuan lokasi perairan, waktu dan jenis hasil tangkapan.

Komoditi Ikan Tangkap

14

dalam

Kemungkinan dampak lingkungan yang timbul dari pekerjaan penangkapan


ikan ini adalah pada saat pengoperasian, dimana perairan laut yang menjadi
lokasi penangkapan akan terkena cemaran dari bahan bakar kapal,
rusaknya biota dalam laut seperti trumbu karang, rumput laut dan
sebagainya karena kedalaman jaring atau pada saat pemasangan dan
pengangkatan jaring, dan kebisingan, asap, serta terganggunya aktivitas
nelayan di sekitar lokasi. Akan tetapi kesemua dampak tersebut diatas
belum memberikan dampak yang serius terhadap lingkungan, seperti bahan
bakar minyak hanya berupa sisa-sisa pembakaran yang menetes sehingga
air laut terlihat ada campuran minyak dan ini tidak sampai menyebabkan
ikan kecil mati. Dengan kedalaman jaring, ini tergantung gerombolan ikan
dimana ikan besar tersebut walaupun dengan kedalaman tertentu, tetapi
ikan ini masih berada diatas dasar laut artinya tidak semua terumbu karang
atau sejenisnya atau biota yang hidup di dasar laut dapat terganggu oleh
kapal maupun jaring (alat tangkap). Termasuk juga asap yang dikeluarkan
dari mesin kapal tidak membahayakan dan kebisingan tidak terlalu
berpengaruh bagi lingkungan karena berada di tengah laut. Kesemuanya itu
walaupun relatif lebih kecil dampak yang ditimbulkannya, akan tetapi telah
memberikan kontribusi terhadap lingkungan.
Pemilihan lokasi usaha yang tidak memperhatikan status hukum atas tanah
yang akan digunakan untuk usaha pengalengan ikan mengakibatkan
terjadinya

kekeliruan

penggunaan

lahan

dan

dapat

menimbulkan

kesalahpahaman dan protes dari warga setempat yang dapat menyebabkan


kegiatan usaha tidak berjalan lancar. Pemilihan lokasi usaha harus
memperhatikan status hukum atas kawasan teritorial laut yang akan
digunakan agar kegiatan dapat berjalan lancar. Dengan demikian, tidak
menimbulkan permasalahan dan protes baik oleh masyarakat, pihak yang
berkepentingan, maupun batas antar Negara.
Usaha pengolahan perikanan harus memperhatikan AMDAL (Analisis
Dampak Lingkungan), oleh karena itu perlu dilakukan studi AMDAL terlebih

Komoditi Ikan Tangkap

15

dahulu. Selain itu juga usaha pengolahan harus memperhatikan etika, cara,
teknik pengambilan ikan. Segala sesuatu yang ada kaitannya dengan
masyarakat

nelayan

sebaiknya

dilakukan

dengan

jalan

musyawarah

mufakat.
Pembukaan lahan baru, terutama yang ditujukan untuk lokasi usaha
pengolahan

ikan

mengakibatkan

harus

terjadinya

dilakukan
kerusakan

secermat

mungkin

lingkungan.

agar

Sehingga

tidak
untuk

menciptakan usaha pengalengan ikan yang kondusif dan berwawasan


lingkungan, maka bagi investor yang ingin mengembangkan usaha ini harus
membuat Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Untuk menanggulangi timbulnya gangguan keamanan dari masyarakat
sekitar pihak pengelola harus selalu membina hubungan baik dengan
masyarakat,

mulai

dari

tingkat

paling

bawah

hingga

tokoh-tokoh

masyarakat. Selain itu, untuk mencegah adanya konflik etnik dan budaya
ada baiknya jika mengetahui dan

menghormati adat istiadat masyarakat

setempat.

INFORMASI KEWILAYAHAN TERKAIT WILAYAH POTENSI


PENGEMBANGAN KOMODITI IKAN TANGKAP
DAN PENGOLAHANNYA

Untuk

mengoptimalkan

penangkapan

ikan

di

potensi
perairan

Indonesia, maka perlu diketahui


informasi
infrastruktur,

berkaitan
sarana

dengan
dan

prasarana yang menunjang, serta

Komoditi Ikan Tangkap

16

informasi pendukung lainnya untuk tiap-tiap provinsi yang terdapat potensi


pengembangan komoditi ikan. Sarana dan prasarana yang perlu diinformasikan
di antaranya adalah keberadaan pelabuhan-pelabuhan pendaratan ikan.

Provinsi Bali
a. Ketersediaan Fasilitas dan Prasarana Pendukung
Di

NAGARA

Provinsi

Bali

terdapat

13

Pendaratan

Ikan

setidaknya
Pangkalan
(PPI)

yang

tersebar di kabupaten-kabupaten
DENPASAR

di Bali, yaitu Kabupaten Badung,

PPI
PENGAMBENGAN

Kabupaten Tabanan, Kabupaten


Jembrana, Kabupaten Buleleng,

Kabupaten Karangasem, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Gianyar,


Kabupaten Bangli, dan Kota Denpasar. Selama ini yang menjadi pusat
dari penangkapan ikan di Bali adalah Kabupaten Jembrana dengan 3
PPI, yaitu PPI Yeh Sumbul, PPI Air Kuning, dan PPI Pengambengan .

b. Ketersediaan Tenaga Kerja / Sumber Daya Manusia


Berdasarkan data statistik tahun 2002 tercatat jumlah penduduk di Bali
sebanyak 3 216 881 jiwa yang terdiri dari 1 632 995 jiwa (50,76%)
penduduk laki-laki dan 1 583 886 jiwa (49,24%) penduduk perempuan.
Jumlah

penduduk

tahun

2002

ini

naik

1,92

persen

dari

tahun

sebelumnya sebanyak 3 156 392 jiwa. Hasil Survei Sosial Ekonomi


Nasional (Susenas) Tahun 2002 mencatat jumlah penduduk usia kerja di
Bali sebanyak 2 654 395 orang, terdiri dari 1 332 500 laki-laki dan 1 321
895 perempuan. Dari jumlah ini, sebanyak 1 777 909 orang diantaranya
merupakan angkatan kerja yang terdiri dari penduduk yang sudah
bekerja 1 715 452 orang (96,49%) dan yang mencari pekerjaan 61 032
orang (3,51%). Khusus untuk penduduk yang mencari pekerjaan,
angkanya naik 35,78 persen dari tahun sebelumnya sebesar 46 000
orang.
Komoditi Ikan Tangkap

17

c. Rencana Strategis Daerah Terkait pada Pengembangan Komoditi dan Fasilitas


serta Prasarana di Sekitar Lokasi Wilayah Pengembangan
Oleh karena Kabupaten Jembrana selama ini menjadi pusat penghasil
ikan tangkap di Provinsi Bali, maka Pemerintah Daerah mengeluarkan
kebijakan

untuk

menjadikan

Pelabuhan

Pendaratan

Ikan

(PPI)

Pengambengan sebagai sentra pelabuhan perikanan di Provinsi Bali.


Untuk

mewujudkan

rencana

tersebut

Pemerintah

Daerah

terus

melakukan pembangunan dan perbaikan prasarana pendukung, seperti


fasilitas pokok, fungsional, dan fasilitas penunjang. Pembangunan ini
juga

dilakukan

Pelabuhan

untuk

Perikanan

mewujudkan
Kelas

C.

PPI

Fasilitas

Pengambengan

menjadi

yang

di

terdapat

PPI

Pengambengan sampai tahun 2004 adalah sebagai berikut :


Tabel 7.1. Fasilitas di PPI Pengambengan, Kabupaten
Jembrana, Bali
No.
1.

Jenis Fasilitas
Fasilitas Pokok

2.

Fasilitas Fungsional

3.

Fasilitas Penunjang

Jenis Bangunan
a. Dermaga
b. Area Pelabuhan
c. Revetment
d. Breakwater
a. Gedung TPI
b. Bangsal Penimbangan Ikan
c. Balai Pertemuan Nelayan
d. Instalasi listrik
e. Tower Air
f. Bengkel
a. Kantor
b. Jalan Lingkungan
c. Drainase
d. Areal Parkir
e. Perumahan/Mess Operator
f. MCK Umum
g. Tempat Ibadah
h. Lampu Penerang Jalan
i. Penghijauan area PPI

Volume
1.050 M2
33.100 M2
1.045 M
149.133,11 M3
150 dan 320 M2
75 M2
250 M2
1 unit
6 M3
110 M2
100 M2
5.435 M2
1.148 M
2.040 M2
36 M2
27 M2
1 unit
23 unit
1 unit

Selain di Jembrana, Kabupaten Buleleng rencananya juga akan dijadikan


salah

satu

Komoditi Ikan Tangkap

18

titik

lokasi

penghasil

ikan

tangkap

karena

lokasinya

bersebelahan dengan Kabupaten Jembrana sehingga fasilitas yang


terdapat di Jembrana dapat dimanfaatkan.

d. Perusahaan Pengembang Komoditi Sejenis di Sekitar / Terdekat


Pada umumnya perusahaan pengembang komoditi ikan bergerak pada
usaha

pengalengan

dan

penepungan

ikan.

Sentra

dari

industri

pengolahan komoditi perikanan ini terdapat di Kabupaten Jembrana. Di


samping pengalengan dan penepungan ikan, terdapat pula usaha
pengolahan ikan tuna yang terdapat di Denpasar. Berikut adalah list dari
5 perusahaan pengembang komoditi perikanan yang memiliki jumlah
tenaga kerja terbanyak di Provinsi Bali, dan selengkapnya perusahaan
pengembang

komoditi

perikanan

dan

hasil

laut

lainnya

akan

dicantumkan di lampiran laporan ini.

Tabel 2.1. Tabel Perusahaan Pengolah Komoditi Ikan di Provinsi Bali


No
1

Nama Perusahaan

Alamat

Bali Maya Permai, PT

Desa Tegalbadeng Barat Negara,


Jembrana Bali Telp. 0365-42500
2
Indo Bali, PT
Ds.
Tegalbadeng
Barat
Negara
Jembrana 82251 Bali Telp. 0365-41871
3
Indohamafish, CV
Ds. Ketapang Pengambengan Negara
Jembrana Bali Telp. 0365-41868
4
Indocitra Daya Samudra,
Desa Pengambengan Negara, Jembrana
PT
Bali Telp. 0365-41869
5
Bali Nusa Windu Mas, PT Jl. Ikan Tuna 11 Pelabuhan Denpasar
Selatan, Denpasar Bali Telp. 722688
(Sumber : Buku Direktori Industri Pengolahan, BPS, 2004)

Jenis Produksi
Ikan Dalam Kaleng

Jumlah
Naker
740

Sarden Ikan

283

Tepung Ikan

257

Ikan Dalam Kaleng

186

Proccesing
Tuna

156

Ikan

Sentra dan wilayah Potensi Komoditi Ikan Tangkap


Wilayah yang menghasilkan penangkapan ikan terbesar di Provinsi Bali
adalah Kabupaten Jembrana dengan jumlah produksi sebesar 13.999 ton.
Hasil ini sebagian besar dihasilkan di kecamatan Negara, dan jumlah
produksi penangkapan ikan untuk Provinsi Bali adalah sebesar 66.397 ton.
Berikut merupakan sentra wilayah penghasil ikan lainnya di Provinsi Bali :

Komoditi Ikan Tangkap

19

a.

Kabupaten Jembrana : Melaya, Negara, Mendoyo, Pekutatan

b.

Kabupaten Tabanan : Selemadeg, Kerambitan, Tabanan, Kediri

c.

Kabupaten Badung : Kuta, Mengwi, Abiansemal

d.

Kabupaten Gianyar : Gianyar, Sukawati

e.

Kabupaten

Klungkung

Nusapenida,

Dawan,

Banjarangkan,

Klungkung
f.

Kabupaten Karang Asem

: Manggis, Karang Asem, Bebandem,

Kubu, Abang
g.

Kabupaten Buleleng : Gerokgak, Seririt, Banjar, Buleleng, Sawan,


Kubutambahan, Tejakula

h.

Kabupaten Kota Denpasar : Denpasar selatan.

(Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan, 2004)

Komoditi Ikan Tangkap

20

You might also like