You are on page 1of 7

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


UNIVERSITAS MERCU BUANA

MODUL 2
PERENCANAAN PERKERASAN JALAN (3 SKS)
Ir. Sylvia Indriany, M.T.
POKOK BAHASAN :
SEJARAH PERKEMBANGAN DAN TYPE KONSTRUKSI
MATERI KULIAH :
Pendahuluan, sejarah perkerasan, kriteria lapis perkerasan, jenis dan fungsi lapisan
2.1.

PENDAHULUAN

Sejarah perkerasan dimulai dengan adanya hasrat manusia untuk memenuhi


kebutuhan hidupnya, sehingga melakukan perjalanan. Pada awalnya hanyalah
berupa jejak manusia dalam mencari kebutuhan hidup atau sumber air, selanjutnya
berkembang menjadi jalan setapak.
Dengan meningkatnya kebutuhan, maka perlu jalan yang diratakan sehingga dapat
dilalui oleh hewan pengangkut. Ini terjadi pertama kali di Mesoptamia +- 3500 tahun
SM. Perkembangan konstruksi perkerasan berkembang pesat, hingga terdiri dari
beberapa lapis perkerasan pada zaman keemasan romawi, dan seakan terhenti
dengan mundurnya kekuasaan romawi awal abad 18.

2.2.

SEJARAH PERKERASAN JALAN

Selanjutnya pada abad yang sama, bermunculan beberapa ahli dari perancis dan
skotlandia sebagai berikut:

John Louden Mac Adam(1756-1836), memperkenalkan perkerasan makadam


yang terdiri dari batu pecah atau batu kali. Untuk menutup pori-pori di atasnya
digunakan batu yang lebih kecil. Kemudian supaya kedap air, maka ditas lapisan
makadam diberi lapis aus berupa aspal yang ditaburi pasir kasar.

Pierre

Marie

Jerome

Tresaguet(1716-1796),

Orang

Perancis

yang

mengembangkan sistem batu pecah dengan dilengkapi drainase, kemiringan


melintang serta mulai menggunakan pondasi dari batu

Thomas Telford(1757-1834), dari skotlandia memperkenalkan sistem telford


yang mirip dengan apa yang dilaksanakan Tresaquet. Sistem ini terdiri dari batu

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Sylvia Indriany, MT

PERNC. PERKERASAN JALAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS MERCU BUANA

pecah 15/20 25/30 yang disusun tegak dan pori-porinya ditutup dengan batubatu kecil yang juga berfungsi untuk memberikan permukaan yang rata.
Perkerasan jalan dengan aspal sebagai pengikat,walau telah ditemukan pertama

di babylon 625 SM, namun tidak berkembang sampai ditemukan kendaraan


bermotor bensin oleh G. Daimler dan Karl Benz 1880

Mulai 1920,konstruksi oerkerasan dengan aspal berkembang pesat

1828, di London ditemukan konstruksi perkerasan dengan semen sebagai


pengikat. Namun mulai berkembang sejak tahun 1900-an.
Di Indonesia, Pembangunan jalan yang tercatat adalah di jawa pada akhir abad

18 dengan kerja paksa untuk menghubungkan Anyer dan Panarukan sehingga


memudahkan pengangkutan hasil tanam paksa. Sedangkan di luar Jawa
pembangunan jalan hampir tak berarti kecuali di Sumatera Tengah dan Sumatera
Utara.
1970, di Indonesia mulai membangun jalan dengan klasifikasi yang lebih baik.

2.3.

JENIS KONSTRUKSI PERKERASAN

Konstruksi perkerasan , dikelompokkan menurut bahan pengikatnya yaitu :


1. Konstruksi perkerasan Lentur
Pengikat : aspal. Lapisan perkerasan bersifat memikul dan menyebarkan beban

lalu lintas ke tanah dasar.


2. Konstruksi perkerasan kaku
Pengikat : semen. Plat beton (dengan atau tanpa tulangan) diletakkan di tanah

dasar dengan atau tanpa lapis pondasi. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul
oleh plat beton.
3. Konstruksi perkerasan komposit.
Kombinasi. Perkerasan lentur diatas perkerasan kaku, atau perkerasan kaku di

atas perkerasan lentur.


Perbedaan utama dari perkerasan lentur dan kaku adalah :
Perk.erasan Lentur
1

Bahan pengikat

Aspal

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Perkerasan Kaku
Semen

Ir. Sylvia Indriany, MT

PERNC. PERKERASAN JALAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS MERCU BUANA

2
3
4

Penurunan tanah

Jalan bergelombang

Bersifat sebagai balok di

dasar

(mengikuti tanah dasar)

atas perletakan

Repetisi beban

Timbul rutting (lendutan

Timbul retak pada

pada jalur roda)

permukaan

Perubahan

Modulus kakakuan

Modulus kekakuan tidak

temperatur

berubah dan timbul

berubah dan timbul

tegangan dalam yang kecil

tegangan dalam yang


besar.

Selanjutnya akan dibahas terlebih dahulu mengenai perkerasan lentur. Sedangkan


perkerasan kaku akan dibahas pada pertemuan tersendiri.
2.4.

KRITERIA PERKERASAN LENTUR

Syarat berlalu lintas, permukaan :

Rata, tidak bergelombang, tidak melendut dan tidak berlubang.

Cukup kaku (tidak mudah berubah bentuk akibat beban).

Cukup kesat (gesekan yang baik, ban tidak mudah selip).

Tidak mengkilap (tidak silau jika terkena sinar matahari).

Syarat kekuatan/struktural :

Ketebalan cukup (mampu menyebarkan beban).

Kedap air

Permukaan mudah mengalirkan air

Kekakuan yang tidak menimbulkan deformasi yang berarti.

2.5.

FUNGSI LAPISAN PERKERASAN

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Sylvia Indriany, MT

PERNC. PERKERASAN JALAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS MERCU BUANA

Perkerasan lentur terdiri dari beberapa lapis, yaitu lapis permuakaan, lapis pondasi
atas, lapis pondasi bawah dan tanah dasar. Penyebaran beban roda berupa beban
terbagi rata pada tiap lapisan dapat dilihat seperti di bawah ini

D1
D2

Lapis permukaan
Lapis pondsi atas

D3

Lapis pondasi
bawah

Subgrade
Beban lalu lintas yang bekerja pada konstruksi perkerasan dapat dibedakan menjadi:

Muatan kendaraan berupa gaya vertikal

Gaya rem, berupa gaya horisontal

Pukulan roda, berupa getaran

Semua gaya tersebut harus mampu diterima oleh lapis permukaan, kemudian
pondasi harus mampu menerima gaya vertikal dan getaran, sedangkan tanah dasar
hanya menerima gaya vertikal saja. Karena penyebaran gaya-gaya ini maka terdapat
perbedaan syarat pada masing-masing lapisan.
2.5.1. Lapis permukaan
Sebagai lapis yang paling atas , lapis permukaaan mempunyai fungsi-fungsi seperti
di bawah ini. Untuk melaksanakan fungsi tersebut dipakai aspal sebagai pengikat.

Penahan beban roda, sehingga perlu stabilitas yang tinggi

Lapis kedap air, sehingga air hujan tidak meresap ke lapis di bawahnya

Lapis aus, sebagai lapisan yang langsung menerima gesek akibat rem sehingga
mudah aus

Lapis yang menyebarkan beban , sehingga dapaty dipikul oleh lapis lain yang
mempunyai daya dukung lebih jelek.

Di Indonesia dikenal 2 kelompok lapis permukaan yaitu Lapisan yang bersifat non
struktural dan yang bersifat struktural.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Sylvia Indriany, MT

PERNC. PERKERASAN JALAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS MERCU BUANA

Yang bersifat non struktural, berfungsi sebagai lapis kedap air dan lapis aus .
Walaupun demikian lapisan ini dapat menambah daya tahan perkerasan terhadap
penurunan mutu dan biasanya dipakai untuk pemeliharaan . Jenisnya yaitu:
Burtu (laburan aspal 1 lapis)
Burda(Laburan aspal 2 lapis)
Latasir(lapis tipis aspal pasir)
Buras(Laburan aspal)
Latasbum(lapis tipis asbuton murni)
Lataston (lapis tipis aspal beton)/HRS

Yang bersifat struktural, berfungsi sebagai penyebar dan penahan beban roda
adalah :
Penetrasi Macadam (Lapen)
Terdiri dari agregat pokok dan pengunci bergradasi terbuka dan seragam, diikat
aspal dengan cara disemprotkan dan dipadatkan lapis demi lapis. Taiap lapis 4-10
cm
Lasbutag
Merupakan campuran bahan agregat, asbuton dan bahan pelunak yang diaduk,
dihampart dan dipadatkan dingin, dengan tebal tiap lapisan 3-5 cm

Laston
Merupakan campuran aspal keras dan agregat dengan gradasi menerus.

2.5.2. Lapis pondasi atas


Lapis ini berfungsi sebagai :

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Sylvia Indriany, MT

PERNC. PERKERASAN JALAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS MERCU BUANA

Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan
menyebarkan ke lapisan di bawahnya

Lapus peresapan untuk lapis pondasi bawah

Bantalan bagi lapis permukaan

Material yang digunakan yang cukup kuat. Terutama bagi yang tidak menggunakan
pengikat maka persyaratannya CBR> 50% dan Plastisitas Indeks <4%. Hal ini dapat
dipenuhi oleh batu pecah,kerikil pecah, ataupun stabilisasi tanha dengan semen dan
kapur.
Macam-macam pondasi atas yang umumnya dipakai adalah :

Agregat bergardasi baik, berdasar kekasaran gradasinya dibagi menjadi batu


pecah lekas A,B dan C. Dimana kelas Amempunyai gradasi yang lebih kasar dari
B dan B lebih kasar dari C.

Pondasi macadam

Pondasi telford

Penetrasi macadam

Aspal beton pondasi/ATB

Stabilisasi yang terdiri dari agreagt dengan semen (cement treated base),
agregat dengan kapur(Lime treated base), agregat dengan aspal(asphalt treated
base).

2.5.3. Lapis pondasi bawah


Fungsinya adalah sebgai berikut :

Bagian dari konstruksi untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar.lapis ini
harus cukup kuat dengan CBR 20% dan PI<10%

Efisiensi penggunaan material

Mengurangi tebal lapis di taasnya yang lebih mahal

Lapis peresapan, agar air tidak berkumpul di pondasi

Lapisan pertama agar pekerjaan berjalan lancar

Lapisan untuk mencegah partikel halus tanah dasar naik ke pondasi atas.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Sylvia Indriany, MT

PERNC. PERKERASAN JALAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS MERCU BUANA

Jenis lapis pondasi bawah yang umum dipakai di Indonesia adalah:


1. agregat bergradasi baik, terdiri dari sirtu kelas A, B, C
2. Stabilisasi, dapat dilakukan antara agregat dengan semen,Agregat dengan
kapur, tanah dengan semen (soil cement stabilization) ataupun tanah dengan
kapur(soil lime stabilization).
2.5.4. Tanah dasar
Yang dimaksud tanah dasar adalah lapisan tanah setebal 50-100 cm sebagai tempat
meletakkan lapisan pondasi, yang berupa tanah asli atau tanah galian ataupun tanah
timbunan. Sebelumya dilakukan pemadatan untuk memperoleh kestabilan yang
tinggi terhadap perubahan volume.
Masalah yang sering timbul dari tanah dasar adalah :

Perubahan bentuk tetap dari jenis tanah tertentu akibat beban lalu lintas,
sehingga jalan rusak. Ini terjadi pada tanah dengan plastisitas tinggi daya dukung
tanah dasar ditunjukkan oleh nilai CBRnya.

Sifat kembang susut tanah tertentu mengakibatkan perubahan kadar air. Dapat
diatsi dengan pemadatan pada kadar air optimum sehingga mencapai kepadatan
tertentu. Tentunya dibantu pula oleh adanya drainase yang baik

Daya dukung tanah dasr yang tidak merata pada daerah dengan macam tanah
yang sangat berbeda.

Daya dukung yang tidak merata akibat pelaksanaan yang kurang baik. Hal ini
terutama pada tanah timbunan dari jenis tanah berbutir kasar, karena pemadatan
yang terjadi akibat beban lalu lintas ataupun berat tanah dasar sendiri.

Perbedaan penurunan, krena adanya lapisan tanah lunak dibawahnya yang


mengakibatkan terjadi perubahan bentuk tetap

Kondisi geologis dari lokasi jalan perlu dipelajari dengan teliti, terutama jika
kemungkina terjadi ada di daerah patahan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Sylvia Indriany, MT

PERNC. PERKERASAN JALAN

You might also like