You are on page 1of 6

ABORTUS

A. Definisi
Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum
sanggup hidup sendiri diluar uterus. Belum sanggup hidup diartikan apabila fetus itu
beratnya antara 400-1000 gram, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu. ( menurut
eastman )
Abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum kehamilan 28 mnggu,
yaitu fetus belum fiabel by law. ( mnurut jeffcoat )
Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16, dimana proses
plasenta belum selesai. ( menurut holmer )
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu dan berat
janin kurang dari 500 gram. ( menurut murai )
B. Etiologi
1. Kelainan kromosom ( trisomi, poliploid, dan kromosom seks)
2. Lingkungan diendometrium kurang sempurna
3. Pengaruh virus,radiasi, obat-obatan dan sebagainya
4. Kelainan pada plasenta
5. Penyakit ibu seperti infeksi dan kelainan endokrin
6. Kelainan traktus genetalia
C. Predisposisi
1. Paritas tinggi
2. Usia ibu dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun
3. Riwayat abortus sebelumnya
4. Pekerjaan ibu yang berat
5. Paparan zat kimia seperti asap rokok, alkohol dan radiasi
D. Klasifikasi
a. Berdasarkan jenis tindakan :
1. Abortus spontan, yaitu abortus yang berlangsug dengan alami (keguguran)
2. Abortus provokatus, yaitu abortus yang terjadi karena suatu tindakan yang dilakukan
sebelum kehamilan 20 minggu, dibagi menjadi 2, yaitu
a. Abortus provokatus terapeutik atau artificialis, yaitu pengakhiran kehamilan
karena adanya idikasi medis.
b. Abortus provokatus kriminalis, yaitu pegakhiran kehamilan tanpa ada indikasi
medis
b. Berdasarkan indikasi klinis
1. Abortus imminens, yaitu abourtus dengan adanya dilatasi serviks yang meningkat
tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus
2. Abortus inkomplit, yaitu abortus dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus
3. Abortus komplit, yaitu abortus dengan pengeluaran hasil konsepsi secara lengkap

4. Abortus insipiens adalah abortus yang sedang berlangsung, dengan astium yang
sudah trbuka dan ketuban yang teraba, kehamilan tidak dipertahankan lagi.
5. Missed abortion (keguguran tertunda) adalah keadaan dimana janin sudah mati,
tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan/lebih,
dimana janin telah mati sebelum minggu ke-22
6. Abortus habitualis (keguguran berulang-ulang), ialah abortus yang telah berulang
dan berturut-turut terjadi, sekurang-kurangnya 3x berturut-turut.
7. Abortus infeksiosus dan abortus septic adalah keguguran disertai infeksi genital.
abortus septic adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman
atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
8. Abortus servikalis, adalah keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh
ostium uteri eksternum yang tidak membuka
E. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam decidua basalis kemudian diikuti oleh
mekrosis jaringan disekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas
sebagian atau selurruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus kedaan ini
mengakibatkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Apabila
mudigah yang mati tidak dikeluarkan secepatnya maka akan menjadi mola karneosa, yaitu
suatu ovum yang dikelilingi oleh bekuan darah berbentuk kapsul.
Pada janin yang tidak dikeluarkan dapat mengakibatkan terjadi proses
mumifikasi, yaitu proses pengeringan janin karena cairan amnion berkurang akibat
diserap, kemudian janin menjadi gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut
janin dapat mejadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus). Kemungkinan lain
pada janin mati yang tdak cepat dikeluarkan adalah terjadinya maserasi. Tulang-tulang
tengkorak kolaps dan dan abdomen kembung oleh cairan yang mengandung darah. Kulit
melunak dan terkelupas in utero atau dengan sentuhan ringan. Organ-organ dalam
mengalami degenerasi dan nekrosis.
F. Diagnosis
1. Abortus imminens, ditentukan karena adanya perdarahan melalui ostium uteri
eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali, serviks belum membuka dan
tes kehamilan positif.
2. Abortus insipiens, ditentukan karena adanya perdarahan melalui ostium uteri
eksternum, disertai mules atau adanya kontraksi uterus.

3. Abortus inkomplit, ditentukan karena adanya perdarahan melalui ostium uteri


eksternum disertai mules atau adanya kontraksi uterus, canalis servikalis
membuka dan jaringan dapat diraba dalam cavum uteri.
4. Abortus komplit, ditemukan adanya perdarahan yang sedikit, ostium uteri telah
menutup dan uterus telah mengecil dan pengeluaran lengkap.
5. Abortus habitualis, tidak sukar ditentukan dengan anamnesis dimana terjadi
pembukaan serviks tanpa disertai mulas, ketuban menonjol bahkan pecah,
penderita mengeluh banyak keluar lendir dari vagina serta ostium internum uteri
melebar lebih dari 8 mm.
6. Abortus infeksiosa dan abortus septic, yaitu abortus dengan disertai tanda gejala
infeksi seperti panas, takikardi, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus
membesar, lembek serta nyeri tekan dan adanya leukositosis. Pada sepsis
penderita tanpak sakit berat, kadang menggigil, demam tinggi, dan tekanan darah
menurun.
7. Abortus servikalis, hasil konsepsi terkumpul dalam kanalis servikalis, serviks uteri
menjadi besar dengan dinding yang menipis, serta diatas ostium uteri eksternum
teraba jaringan.
G. Penanganan
1. Penilaian awal
a. Keadaan umum pasien
b. Tanda-tanda syok, seperti pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik
< 90 mmHg, nadi > 112 x/menit. Bila syok disertai dengan masa lunak di
adneksa, nyeri perut bawah, adanya cairan bebas dalam cavum pelvis, maka
ada kemungkinan kehamilan ektopik terganggu.
c. Tanda-tanda infeksi seperti demam tinggi, cairan vagina berbau, nyeri perut
bawah, dinding perut tegang, nyeri goyang portio, dehidrasi, gelisah atau
pingsan.
d. Lakukan stabilisasi dengan pemberian infus rangkap, transfusi dan oksigenasi.
e. Evaluasi apakah pasien dapat di tangani di fasislitas kesehatan setempat atau
perlu rujukan.
2. Penanganan Spesifik
a. Abortus Imminens :
- Tidak diperlukan pengobatan medik yang khusus atau istirahat baring
-

total.
Anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlebihan atau
melakukan hubungan seksual.
Bila perdarahan :
a) Berhenti, lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila
terjadi perdarahan lagi.

b) Terus berlangsung, nilai kondisi janin (uji kehamilan/USG). Lakukan


konformasi kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau
mola hidatidosa).
c) Pada fasilitas ksehatan dengan sarana terbatas, pemantauan hanya
dilakukan melalui gejala klinis dan hasil pemeriksaan ginekologis.
b. Abortus Insipiens :
- Lakukan prosedur evakuasi hasil konsepsi. Bial usia gestasi dibawah 16
minggu, evakuasi dilakukan dengan peralatan aspirasi vakum manual
( AVM ) setelah bagian-bagian janin dikeluarkan. Bila usia gestasi diatas

16 minggu, evakuasi dilakukan dengan prosedur dilatasi dan kretase


( D & K ).
Bila prosedur evakuasi tidak segera dilakukan atau usia gestasi lebih dari
16 minggu lakukan tindakan pendahuluan dengan :
a) Infus oksitosin 20 unit dalam 500 mL NS atau RL mulai dengan 8
tetes/ menit yang dapat dinaikan hingga 40 tetes/menit sesuai
dengan kondisi kontraksi uterus hingga terjadi pengeluaran hasil
konsepsi.
b) Ergometrin 0,2 mg im yang diulangi 15 menit kemudian.
c) Misoprostol 400 mg per oral dan apabila masih diperlukan dapat
diulangi dengan dosis yang sama setelah 4 jam dari dosis awal.

c. Abortus inkomplit
- Tentukan besar uterus, kenali dan atasi setiap komplikasi ( perdarahan
-

hebat, syok, ifeksi atau sepsis )


Hasil konsepsi yang terperangkap pada servik yang disertai dengan
perdarahan hingga ukuran sedang dapat dikeluarkan secara digital atau
dengan cunam ovum. Setelah itu evaluasi perdarahan :
a) Bila perdarahan berhenti beri ergometrin 0,2 mg IM atau misprostol
400 mg per oral.
b) Bila perdarahan terus berlangsung evaluasi sisa hasil konsepsi dengan

AVM atau D & K.


Bila tidak ada tanda-tanda infeksi beri antibiotik profilaksis ( ampicilin

500 mg per oral atau doksisiklin 100 mg )


Bila terjadi infeksi, beri ampicilin 1 gr dan metronidazol 500 mg setiap 8

jam.
Bila terjadi erdarahan hebat dan usia gestasi dibawah 16 minggu, segera

lakukan evakuasi dengan AVM.


Bila pasien tanpak anemik berikan sulfas ferosus 600 mg perhari selama 2
minggu ( anemia sedang ) atau transfusi darah ( anemia berat )

d. Abortus komplit
- Apabila kondisi pasien baik, cukup beri ergometrin 3 x 1 tablet perhari
-

untuk 3 hari
Apabila pasien mengalami anemia sedang berikan tablet sulfas ferosus 600
mg perhari selama 2 minggu disertai dengan anjuran mengkonsumsi

makanan bergizi. Untuk anemia berat diberikan transfusi darah.


Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberi antibiotika

atau apabila khawatir akan infeksi dapat diberi antibiotik profilaksis.


e. Abortus infeksiosa
- Beresiko tinggi terjadi sepsis, jika fasilitas kesehatan tidak memadai rujuk
-

pasien ke RS.
Sebelum merujuk pasien lakukan restorasi cairan yang hilang dengan NS

atau RL melalui infus dan berikan antibiotika.


Jika ada riwayat abortus tidak aman beri ATS dan TT
Pada fasilitas kesehatan yang lengkap dengan perlindungan antibiotika
perspektrum luas dan upaya stabilisasi sehingga kondisi pasien memadai,

dapat dilakukan pengosongan uterus dengan segera.


f. Abortus habitualis
- Memperbaiki keadaan umum, pemberian makan yang sempurna,
-

menganjurkan untuk istirahat cukup, larangan koitus dan olah raga.


Terapi dengan hormon progesteron, vitamin, hormon tiroid, dan lainnya
mungkin hanya untuk fisiologis pasien karena penderita mendapat kesan

diobati.
Apabila pada pemeriksaan histerosal fingografi yang dilakukan diluar
kehamilan menunjukan kelainan miom sub mukosa atau uterus bikornu
maka kelainan tersebut dapat diperbaiki dengan pengeluaran miom atau

penyatuan kornu uterus dengan operasi menurut sprassman.


Pada serviks inkompeten, apabila penderita telah hamil maka operasi
untuk mengecilakan ostiu uteri internum sebaikanya dilakukan pada

kehamilan 12 minggu atau lebih sedikit.


g. Abortus servikalis
Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi hegar dan kerokan untuk
mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis.
H. Komplikasi
a. Perdarahan, dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan
jika perlu diberikan transfusi darah
b. perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada kasus uterus dengan posisi
hiper retrofleksi
c. infeksi

d. syok dapat terjadi akibat perdarahan ( syok hemoragik ) dan karena infeksi berat.
I. Prognosis
a. perbaikan endokrin yang abnorman pada wanita dengan abortus yang rekuren
mempunyai prognosis yang baik, sekitar > 90%.
b. Pada wanita keguguran dengan etiologi yang tidak diketahui, kemungkinan
keberhasilan kehamilan sekitar 40 80 %.
c. Sekitar 77% angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas jantung janin
pada kehamilan 5-6 minggu dengan 2 atau lebih aborsi spontan yang tidak jelas.

You might also like