You are on page 1of 14

Ada seorang pelajar teladan, telah menjuarai banyak olimpiade pelajar, tak

heran begitu banyaknya medali dan trofi yang tersimpan diruang pialanya.
Adapun ia sekarang duduk dibangku perkuliahan, diadakanlah tes seleksi
beasiswa penuh di Universitas terkemuka diluar negeri. Iapun optimis pasti
mendapatkannya.
Pada saat tes potensi akademik, ia meraih nilai paling tertinggi diantara yang
lain. Kemudian dilanjutkan dihari kedua, yaitu tes interview.
Interviewer :"Apakah yang membuat anda optimis mendapatkan beasiswa
ini?"
Pelajar:" Saya pernah mengikuti dan memenangkan banyak penghargaan di
Olimpiade dari tingkat umum hingga internasional"
Interviewer :"Adakah yang lain?"
Pelajar:" Oh iya, saya selalu rangking 1 dikelas serta menjadi juara umum
disekolah saya, adapun IP sekarang 4.0"
Interviewer :"Adakah yang lain?"
Pelajar:" Baiklah, saya telah menguasai konsep fisika modern serta kalkulus
dari sejak umur 10 tahun"
Interviewer:"Adakah yang lain?"
Pelajar:" Cukup, ini saja"
Interviewer:"Baiklah, terimakasih mau berpatisipasi dalam interview sesi
ini"
Pada hari pengumuman, ia sangat kecewa karena tidak mendapati namanya
dalam penerima beasiswa tersebut. Iapun tanpa segan2 mendatangi sang
interviewer.
Pelajar:"Bapak! Mengapa saya tidak mendapatkan beasiswa tersebut?!!"
Interviewer:"Ada orang yang lebih baik mendapatkannya"

Pelajar:"Adakah orang itu memenangkan banyak olimpiade dibandingkan


saya??!! Ataukah dia pelajar yang ekonominya kurang mampu sehingga
bapak mengasihaninya??!!"
Dengan senyum ia menjawab...
Interviewer:

"Anda telah memenangkan banyak olimpiade dan banyak


penghargaan, tidakkah anda juga memberi kesempatan
orang lain menang? Dan sekarang dihadapan saya ada
seorang ambisius yang marah karena keegoisannya tak
terpenuhi!"
Quote :
Jangan biarkan demi pengetahuan moral diabaikan.
Jangan biarkan demi naik ke puncak, menginjak yang
dibawah.

[Wajib Baca] Kumpulan Kisah Renungan Inspiratif


Filed under: Artikel, Kesehatan, Renungan 1 Komentar
1 April 2012

1. Pelajaran Penting ke-1


Pada bulan ke-2 diawal kuliah saya, seorang Profesor memberikan quiz mendadak pada kami.
Karena kebetulan cukup menyimak semua kuliah-kuliahnya, saya cukup cepat menyelesaikan
soal-soal quiz, sampai pada soal yang terakhir. Isi Soal terakhir ini adalah : Siapa nama depan
wanita yang menjadi petugas pembersih sekolah?. Saya yakin soal ini cuma bercanda. Saya
sering melihat perempuan ini. Tinggi,berambut gelap dan berusia sekitar 50-an, tapi bagaimana
saya tahu nama depannya? Saya kumpulkan saja kertas ujian saya, tentu saja dengan jawaban
soal terakhir kosong. Sebelum kelas usai, seorang rekan bertanya pada Profesor itu, mengenai
soal terakhir akan dihitung atau tidak.
Tentu Saja Dihitung !! kata si Profesor. Pada perjalanan karirmu, kamu akan ketemu banyak
orang. Semuanya penting!. Semua harus kamu perhatikan dan pelihara, walaupun itu cuma
dengan sepotong senyuman, atau sekilas hallo! Saya selalu ingat pelajaran itu. Saya kemudian
tahu, bahwa nama depan ibu pembersih sekolah adalah Dorothy.

2. Pelajaran Penting ke-2 Penumpang yang Kehujanan


Malam itu, pukul setengah dua belas malam. Seorang wanita negro rapi yang sudah berumur,
sedang berdiri di tepi jalan tol Alabama. Ia nampak mencoba bertahan dalam hujan yang sangat
deras, yang hampir seperti badai. Mobilnya kelihatannya lagi rusak, dan perempuan ini
sangat ingin menumpang mobil. Dalam keadaan basah kuyup, ia mencoba menghentikan setiap
mobil yang lewat. Mobil berikutnya dikendarai oleh seorang pemuda bule, dia berhenti untuk
menolong ibu ini. Kelihatannya si bule ini tidak paham akan konflik etnis tahun 1960-an, yaitu
pada saat itu. Pemuda ini akhirnya membawa si ibu negro selamat hingga suatu tempat, untuk
menda patkan pertolongan, lalu mencarikan si ibu ini taksi. Walaupun terlihat sangat tergesagesa, si ibu tadi bertanya tentang alamat si pemuda itu, menulisnya, lalu mengucapkan terima
kasih pada si pemuda.7 hari berlalu, dan tiba-tiba pintu rumah pemuda bule ini diketuk
Seseorang. Kejutan baginya, karena yang datang ternyata kiriman sebuah televisi set besar
berwarna (1960-an !) khusus dikirim kerumahnya.Terselip surat kecil tertempel di televisi, yang
isinya adalah : Terima kasih nak, karena membantuku di jalan Tol malam itu. Hujan tidak
hanya membasahi bajuku, tetapi juga jiwaku. Untung saja anda datang dan menolong saya.
Karena pertolongan anda, saya masih sempat untuk hadir disisi suamiku yang sedang sekarat
hingga wafatnya. Tuhan memberkati anda, karena membantu saya dan tidak mementingkan
dirimu pada saat itu. Tertanda Ny.Nat King Cole.Catatan : Nat King Cole, adalah penyanyi
negro tenar thn. 60-an di USA

3. Pelajaran penting ke-3 : Selalulah perhatikan dan ingat, pada semua yang anda layani.
Di zaman eskrim khusus (ice cream sundae) masih murah, seorang anak laki-laki umur 10-an
tahun masuk ke Coffee Shop Hotel, dan duduk di meja. Seorang pelayan wanita menghampiri,
dan memberikan air putih di hadapannya. Anak ini kemudian bertanya Berapa ya, harga satu
ice cream sundae? katanya. 50 sen balas si pelayan. Si anak kemudian mengeluarkan isi
sakunya dan menghitung dan mempelajari koin-koin di kantongnya. Wah Kalau ice cream
yang biasa saja berapa? katanya lagi. Tetapi kali ini orang-orang yang duduk di meja-meja lain
sudah mulai banyak dan pelayan ini mulai tidak sabar. 35 sen kata si pelayan sambil uringuringan. Anak ini mulai menghitungi dan mempelajari lagi koin-koin yang tadi dikantongnya.
Bu saya pesen yang ice cream biasa saja ya ujarnya.
Sang pelayan kemudian membawa ice cream tersebut, meletakkan kertas kuitansi di atas meja
dan terus melengos berjalan. Si anak ini kemudian makan ice-cream, bayar di kasir, dan pergi.
Ketika si Pelayan wanita ini kembali untuk membersihkan meja si anak kecil tadi, dia mulai
menangis terharu. Rapi tersusun disamping piring kecilnya yang kosong, ada 2 buah koin 10-sen
dan 5 buah koin 1-sen.
Anda bisa lihat anak kecil ini tidak bisa pesan Ice-cream Sundae, karena tidak memiliki cukup
untuk memberi sangpelayan uang tip yang layak

4. Pelajaran penting ke-4 Penghalang di Jalan Kita


Zaman dahulu kala, tersebutlah seorang Raja, yang menempatkan sebuah batu besar di tengahtengah jalan. Raja tersebut kemudian bersembunyi, untuk melihat apakah ada yang mau
menyingkirkan batu itu dari jalan. Beberapa pedagang terkaya yang menjadi rekanan raja tiba
ditempat, untuk berjalan melingkari batu besar tersebut. Banyak juga yang datang, kemudian
memaki-maki sang Raja, karena tidak membersihkan jalan dari rintangan.Tetapi tidak ada
satupun yang mau melancarkan jalan dengan menyingkirkan batu itu.Kemudian datanglah
seorang petani, yang menggendong banyak sekali sayur mayur. Ketika semakin dekat, petani ini
kemudian meletakkan dahulu bebannya, dan mencoba memindahkan batu itu kepinggir jalan.
Setelah banyak mendorong dan mendorong, akhirnya ia berhasil menyingkirkan batu besar itu.
Ketika si petani ingin mengangkat kembali sayurnya, ternyata ditempat batu tadi ada kantung
yang berisi banyak uang emas dan surat Raja. Surat yang mengatakan bahwa emas ini hanya
untuk orang yang mau menyingkirkan batu tersebut dari jalan. Petani ini kemudian belajar, satu
pelajaran yang kita tidak pernah bisa mengerti. Bahwa pada dalam setiap rintangan, tersembunyi
kesempatan yang bisa dipakai untuk memperbaiki hidup kita.

5. Pelajaran penting ke-5 Memberi, ketika dibutuhkan.


Waktu itu, ketika saya masih seorang sukarel awan yang bekerja di sebuah rumah sakit, saya
berkenalan dengan seorang gadis kecil yang bernama Liz, seorang penderita satu penyakit serius
yang sangat jarang. Kesempatan sembuh, hanya ada pada adiknya, seorang pria kecil yang
berumur 5 tahun, yang secara mujizat sembuh dari penyakit yang sama. Anak ini memiliki
antibodi yang diperlukan untuk melawan penyakit itu. Dokter kemudian mencoba menerangkan
situasi lengkap medikal tersebut ke anak kecil ini, dan bertanya apakah ia siap memberikan
darahnya kepada kakak perempuannya. Saya melihat si kecil itu ragu-ragu sebentar, sebelum
mengambil nafas panjang dan berkata Baiklah Saya akan melakukan hal tersebut. asalkan
itu bisa menyelamatkan kakakku. Mengikuti proses tranfusi darah, si kecil ini berbaring di
tempat tidur,disamping kakaknya. Wajah sang kakak mulai memerah, tetapi Wajah si kecil mulai
pucat dan senyumnya menghilang.
Si kecil melihat ke dokter itu, dan bertanya dalam suara yang bergetar katanya Apakah saya
akan langsung mati dokter? Rupanya si kecil sedikit salah pengertian. Ia merasa, bahwa ia
harus menyerahkan semua darahnya untuk menyelamatkan jiwa kakaknya.
Lihatlahbukankah pengertian dan sikap adalah segalanya

Cerita Inspiratif Mendidik Siswa Super Nakal


Pada tahun 1994, saya seorang mahasiswa dan calon guru, di Fakultas Pendidikan, di Brisbane,
Australia. Ada kegiatan magang selama 1 bulan di sekolah negeri biasa, yang paduan SMP dan
SMA. Kami harus masuk kelas, mengajar seperti guru biasa, dan guru kelas yang menjadi
pembina kami duduk di belakang dan menilai cara mengajar kami.
Di ruang guru, saya dikabari akan dapat kelas 8-F. Banyak guru langsung teriak, Ya Ampun!
Kamu baru belajar, langsung dapat Luke? Kata semua guru, Luke sudah dikenal di seluruh
wilayah itu. Pernah ditangkap polisi berkali-kali, pernah coba membakar gedung sekolah (hanya
merusak sedikit), mencuri mobil, mencuri barang dari rumah orang, menyerang guru berkali-kai,
tidak disukai semua guru dan siswa, dan setiap hari, dalam setiap kelas, dia hampir pasti
dikeluarkan dan dikirim ke ruangan kepala sekolah alias tidak pernah selesaikan satu kelas.
Saya sangat kaget. Para guru senior mulai menggambarkan sebuah monster raksasa, dengan
tanduk tajam, mata merah yang melotot, dan api yang keluar dari mulutnya sampai semua orang
bakalan takut berhadapan dengan dia. Tidak ada siswa yang lebih buruk di seluruh kota. Dan

saya yang masih awam harus mengajar Luke? Mereka hanya bisa berharap saya akan selamat.
Luke istimewa sendiri karena punya buku catatan khusus. Setiap kelas, setiap guru harus berikan
tanda tangan dua kali yang menjadi bukti dia telah masuk dan tinggalkan kelas itu. Tapi di akhir
kelas, yang berikan tanda tangan lebih sering kepala sekolah, bukan guru, karena dia selalu
dikirim ke kepala sekolah. Setelah ada bel untuk kelas baru, dia harus pergi ke kelas berikut,
dengan harapan tidak akan kembali ke kepala sekolah lagi.
Mahasiswa lain bertanya apa saya siap menghadapi tantangan seperti itu? Siswa monster
raksasa yang tidak ada duanya? Mau lakukan apa? Kalau mau jadi guru, harus coba dihadapi.
Saya berusaha meyakinkan diri bisa berhadapan dengan monster seperti itu dan tetap mengajar
sesuai rencana. Saya akan dapat nilai buruk kalau tidak bisa. Saya berangkat ke kelas, siap
berhadapan dengan sang monster.
Saya panggil nama siswa satu per satu. Saya sebutkan namanya, Luke? Dan melihat kiri-kanan.
Lalu saya dapat kejutan yang sangat besar. Ada anak yang angkat tangan. Hadir Pak. Saya
melihat dia 10 detik tanpa bicara. Kamu Luke?
Dia jawab, Iya. Kenapa? Saya menatap dia terus, dan bingung mau katakan apa. Di depan saya
ada salah satu anak yang paling manis di kelas. Seperti Cover Boy berusia 14 tahun. Rambut
coklat yang lurus dan rapi, disisir ke samping, mata coklat yang besar dan kelihatan cerdas, tidak
ada jerawat, kulit muka halus, dan harus dikatakan ganteng. Ini si monster rakasasa yang ditakuti
semua guru? Apa tidak salah? Saya bingung.
Saya mulai mengajar saja. Lima menit kemudian, Luke menyerang anak lain di kelas. Ohh, begitu
ternyata. Tapi sebelum dia menyerang anak lain, saya dengar dari jauh anak itu menghinakan
Luke. Jadi dia bereaksi, bukan menyerang tanpa alasan. Saya tahan Luke dan suruh dia duduk
kembali. Guru senior ada di situ dan diam, pena di tangan, sedang mencatat nilai dan komentar
tentang saya. Dia sudah berpesan Luke sebaiknya dikirim ke ruang kepala sekolah kalau nakal.
Tidak usah ditanggapi, keluarkan saja. Saya melihat ke guru senior. Dia menunggu saya suruh
Luke pergi. Tapi saya hanya suruh dia duduk saja.
Saya jalan ke belakang kelas, dan tegor anak yang tadi menghinakan Luke. Saya tegaskan ke
semua anak bahwa tidak ada yang boleh menghinakan orang lain di kelas saya. Lalu saya
tanyakan semua tugas yang mesti dikerjakan oleh 3 anak itu yang sedang ketawa-ketawa
melihat Luke kena masalah. Apa sudah selesai semua jawaban? Kenapa belum mulai? Saya
berdiri di situ terus, dan pastikan 3 anak itu harus mulai kerja. Mereka jadi takut dan mulai fokus
pada tugas, melupakan Luke. Luke sudah duduk dan kerjakan tugas juga.
Jadi saya dapat pelajaran. Luke bereaksi setelah dihinakan anak lain. Setelah dikaji lebih dalam,
dan ditanyakan ke banyak guru lain, ternyata Luke selalu begitu. Anehnya, guru senior salahkan
Luke karena menyerang secara fisik, tetapi tidak bertindak terhadap anak-anak yang
menghinakan dia (yang menjadi pemicu perbuatan dia). Sore itu, saya lihat Luke berdiri di depan
ruang guru. Saya tanya kenapa dia berada di situ. Katanya sedang menunggu guru, karena nakal
di kelas.
Saya melihat dia lama, dan mulai berpikir. Di dalam kuliah, anak seperti ini dijelaskan kepada
kami. Ada banyak cara di dalam buku teks psikologi anak untuk bantu dia. Tapi semuanya hanya
teori dan pengertian saya pada psikologi anak masih baru, belum mahir. Apa bisa saya
praktekkan langsung? Saya melihat dia, ingat pelajaran dari dosen psikologi anak, dan mulai
bicara dengan dia.

Tujuan hidup dia apa? Mau jadi apa? Katanya mau jadi pilot. Apa bisa jadi pilot kalau pernah
masuk penjara? Mungkin tidak, katanya. Saya bilang kalau dia terus berperilaku seperti sekarang,
cepat atau lama akan masuk penjara, karena tidak dapat hasil apapun dari sekolah. Apa mau
masuk penjara? Dia bilang tidak peduli. Tapi juga mau menjadi pilot. Jadi saya suruh dia pilih
salah satunya yang lebih utama di hati. Dia pilih menjadi pilot.
Saya tanya apa dia suka nurut dengan orang lain. Katanya tidak suka. Sukanya independen dan
mandiri. Saya jelaskan, anak-anak lain di kelas itu memang nakal. Sudah menjadi semacam
permainan bagi mereka untuk menghinakan Luke, menunggu dia menyerang dan dikeluarkan
dari kelas, lalu mereka ketawa-ketawa. Mereka mungkin bertaruh bisa lewat berapa menit
sebelum bisa membuat Luke menyerang. Dan kemudian dia selalu dikeluarkan oleh semua
guru. Anak itu sedang mempermainkan Luke. Ternyata, Luke belum sadar.
Penghinaan itu kepada dia ibaratnya perintah menyerang dan Luke selalu nurut dengan
perintah itu. Saya bilang kalau dia mau mandiri dan kuat sendiri, saya setuju. Caranya adalah
pada saat mereka menghinakan dia, abaikan saja dan tidak usah peduli pada pendapat mereka.
Yang penting hanya pendapat dia tentang diri sendiri, bukan pendapat orang lain. Dia bilang
tidak mungkin. Semua orang pasti marah kalau diejek begitu. Saya keluarkan dompet dan angkat
20 dolar (sektiar 200 ribu). Saya bilang Coba kamu menghinakan saya, dengan kata-kata yang
paling kasar di dunia, dan kalau saya jadi emosi sedikit saja, kamu menang uang ini.
Dia bingung dan sedikit takut. Masa boleh menghinakan guru? Saya jamin dia tidak akan kena
sanksi apapun, karena saya yang suruh. Dia mulai. Keluar semua kata-kata paling kasar dalam
bahasa Inggris, mungkin seperti yang anda dengar dalam film barat. Saya diam dan senyum.
Saya suruh dia tambahkan lagi, dan tambahkan lagi, sampai akhirnya dia kehabisan kata-kata
kasar dan saya masih senyum saja. Dia bingung. Kok bisa? Saya jelaskan, menjadi marah adalah
pilihan. Saya percaya bahwa saya orang yang baik dan bermanfaat, jadi kalau Luke mau bilang
saya brengsek, saya tidak peduli pada pendapat dia. Dan saya tegaskan dia juga bisa begitu.
Saya ajak dia coba berdua dengan saya, dengan cara saling menghinakan. Tetapi dengan syarat
kalau salah satu dari kami jadi marah, harus langsung berhenti. Saya mulai. Makin lama, makin
kasar. Saya hinakan dia, dia hinakan saya. Dan saya tetap senyum. Dia ikut senyum dan setelah
5 menit kami kehabisan kata dan mulai ketawa berdua. Saya bilang, Tuh, sudah terbukti. Kamu
juga bisa menahan diri dan bisa memilih untuk tidak menjadi marah.
Tapi dia bilang di dalam kelas tidak mungkin seperti itu, karena dia tidak akan tahan. Katanya
harus bereaksi untuk membela diri. Saya bilang kalau ada yang menghinakan dia, serahkan
kepada saya, dan saya akan hentikan perbuatan mereka, tegor mereka, dan melindungi Luke dari
serangan verbal mereka. Dia kelihatan kaget. Katanya, mana mungkin ada guru yang mau
melindungi dia? Saya bilang saya akan selalu melindungi dia karena dia siswa saya. Jadi saya
harus melindungi dia dari semua gangguan. Dia diam, seolah-olah belum pernah dengar
komentar seperti itu dari seorang guru. Saya bilang cukup dia percaya pada saya, diam di
tempat, tidak menyerang, dan saya akan melindungi dia.
Besok di kelas, saya datang kepada dia dan berbisik. Apa masih ingat percapakan kami? Dia
harus bisa kendalikan diri, dan percaya pada saya. Jangan mau nurut dengan perintah
menyerang (penghinaan dari siswa lain). Dia bilang ingat dan siap. Lima menit kemudian, siswa
di belakang menghinakan Luke. Saya langsung jalan ke belakang dan suruh dia minta maaf, lalu
berdiri di situ dan melihat mereka kerja. Ke seluruh kelas saya mengatakan tidak ada yang boleh
menghinakan siswa lain, dan kalau terjadi lagi, yang bicara seperti itu akan dikeluarkan dari
kelas. (Dan Luke akan selalu aman, selama diam di kursi). Sepanjang kelas itu, tidak ada kejadian

lagi.
Besok Luke berada di depan ruang guru lagi, nakal di kelas lagi. Saya bahas sikap dia dan
bertanya bagaimana bisa menjadi pilot kalau gagal di sekolah atau masuk penjara. Kami diskusi
satu jam. Saya bilang kalau mau jadi pilot, harus dapat nilai A terus. Dia bilang tidak mungkin
dapat A karena selalu dapat D dan E di rapor. Saya ingat pelajaran dari dosen psikologi anak.
Saya bilang saya akan kasih Luke nilai A pada saat itu juga di rapornya, dan sesudahnya, dia
harus bisa menjaganya. Lalu saya bahwa dia ke kelas, ambil rapot dia, menulis A di situ di depan
mata dia. Kalau dia berantem di kelas lagi, nilai turun ke A-, B+, tapi kalau dia kembali baik, naik
lagi menjadi A.
Dia bingung. Belum pernah ada guru yang bersikap begitu kepada dia. Kebanyakan guru di
sekolah itu memang sudah tua, lulus kuliah pendidikan tahun 1960an sampai 1980an, jadi tidak
belajar psikologi anak dulu (dan malas belajar lagi). Saya paham sikap mereka, walaupun sudah
ketinggalan zaman, tetapi sebagai guru profesional, mereka seharusnya mau belajar terus dan
berubah juga.
Saya datangi semua guru Luke, dan bikin kesepakatan dengan mereka. Kalau Luke nakal di kelas,
jangan kirim ke kepala sekolah. Datang, berbisik kepadanya dan mengatakan, Kalau kamu tidak
berbuat baik, kamu akan dikirim kepada Mr. Netto dan harus menjelaskan diri. Kebanyakan guru
siap mencoba, walaupun ragu-ragu akan berhasil, dan ada juga 1-2 guru tua yang bilang
percuma karena dia tidak mungkin akan berubah.
Dalam 1 minggu itu, Luke tidak dikeluarkan dari kelas, tidak ke ruangan kepala sekolah, dan tidak
disuruh ke ruang guru. Semua guru cukup berbisik kepada dia, dan setelah ditanyakan apa mau
dikirim ke saya sebagai siswa nakal, dia kembali diam. Dan saya juga minta semua guru itu
untuk memperhatikan anak lain yang menghinakan Luke dan hentikan tindakan seperti itu di
kelas.
Dalam rapat guru minggu itu, kepala sekolah bertanya apakah Luke sakit, karena dia sudah
seminggu tidak ketemu Luke. Padahal biasanya ketemu setiap jam, setiap hari. Sepuluh guru
langsung tunjuk kepada saya dan suruh kepala sekolah bertanya ke saya. Kepala sekolah melihat
saya, dan mengatakan Apa yang kamu lakukan pada Luke? (Dan mukanya kelihatan bingung!
hahaha).
Saya jelaskan isi dari diskusi saya dengan Luke, dan teori psikologi anak yang sedang digunakan,
dan bahwa guru lain akan kirim kepada saya kalau dia nakal, dan saya akan ajak diskusi lagi
tentang masa depan dia, dan kemampuan dia untuk memilih yang terbaik dari dua pilihan (baik
dan buruk). Kepala sekolah kaget. Lalu dia mengatakan, Bagus sekali Gene, tolong diteruskan!
Saya juga kaget. Baru ketemu kepala sekolah selama 10 menit pas datang di awal magang, dan
sekarang dapat pujian di depan 60 guru senior. Hehehe.
Dalam 2 minggu saya berada di sekolah, Luke sudah berubah total. Hanya karena diperhatikan
dan ditawarkan bantuan untuk diskusi dan menghadapi masalah. Total waktu yang habis untuk
diskusi dengan dia mungkin 15 jam saja. Masalah utama dia sebenarnya ada di rumah. Orang
tuanya tidak pernah ingin punya anak. Bapak sering mabuk dan hajar dia. Ibu sering
menghinakan dia dan bilang bahwa dia tidak diinginkan. Saat saya tanya kepada Luke apa orang
tua akan bangga kalau dia dapat nilai A, dia bilang mereka tidak akan peduli. Saya mengatakan
bahwa saya tidak berkuasa untuk mengubah orang tua dia. Tapi walaupun mereka tidak peduli,
saya akan tetap merasa bangga sebagai gurunya, selama dia masih mau berusaha menjadi lebih
baik. Dia senyum dan janji akan berusaha terus.

Saat saya harus kembali ke kampus, saya minta tolong pada satu guru lain yang masih muda
untuk teruskan tugas saya dengan Luke, dan dia berjanji akan melakukan itu. Luke dapat kabar
saya mau berangkat ke Indonesia untuk kuliah di UI. Dia minta alamat rumah saya dari gurunya,
kirim surat, dan minta saya kirim layang-layang Indonesia kepadanya. Setelah saya pindah ke
Indonesia tahun 1995, di zaman sebelum ada HP, Facebook, email dan internet, saya tidak
pernah dapat kabar lagi tentang dia, jadi tidak tahu kalau apa dia menjadi pilot atau masuk
penjara. Tapi saya masih ingat pada dia. Mungkin dia merasa dapat pelajaran dari saya, tapi
saya juga dapat pelajaran yang luar biasa dari dia.
Teman-teman, seorang anak bisa berubah. Anak monster yang paling buruk di seluruh wilayah
bisa berubah. Semuanya terserah kita yang dewasa, yang menjadi guru dan orang tua. Apa kita
mau datang kepada mereka sebagai teman? Sebagai pembina? Sebagai pelindung? Sebagai
orang bijaksana? Sebagai orang yang peduli? Kalau kita siap berusaha dengan sikap yang baik,
ramah dan penuh kasih sayang, insya Allah anak yang paling buruk masih bisa berubah. Kita
yang perlu datang kepada mereka untuk mengajak diskusi, bukan duduk di tempat terhormat
sebagai guru dan suruh mereka datang kepada kita untuk minta maaf karena nakal.
Sekian saja. Maaf kisah ini harus panjang, biar lengkap dan jelas. Ini kisah nyata, tanpa ada unsur
rekayasa di dalamnya insya Allah. Saya masih ingat dengan tajam sampai sekarang pengalaman
saya ketemu dengan Luke. Semoga kisah ini bermanfaat bagi teman-teman para guru dan orang
tua yang peduli pada masa depan anak Indonesia.

Misteri Murid Bandel Yang Tidak Anda Tahu


Mennjadi Guru dan Orangtua pada dasanya sama saja. Yaitu melakukan pendidikan kepada anakanak. Persamaan lain, acapkali guru dan orangtua dipusingkan oleh tingkah polah anak-anaknya
selama proses pendidikan berlangsung. Tidak jarang pula anak bandel dan anak nakal menjadi
istilah paling favorit diucapkan oleh guru dan orangtua kepada anak-anaknya yang susah diatur.
Patut disayangkan memang pemberian label anak bandel dan anak nakal secara prematur. Karena
jika ditelaah secara mendalam, pemberian label semacam ini bukan menyelesaikan masalah
namun justru membuat masalah itu bertambah besar. Anak akan semakin terkungkung dalam
label negatif tersebut yang mengakibatkan ia menjadi rendah diri merasa terhina, dan dilecehkan.
Ia merasa apa yang dilakukannya akan selalu salah di mata orang lain sehingga membiarkan
segala tindakannya sesuai kemauannya.
Jika kita teliti, anak-anak yang sering bermasalah semacam itu memiliki dua sifat dasar yang
sangat kuat yaitu kreatif dan berani. Hanya saja mereka belum bisa membedakan secara jelas
antara kutub positif dan negatif. Atau bisa saja merasa dirinya terkekang dan tidak nyaman
berada di kutub yang dianggap positif oleh kebanyakan orang. Ia merasa kutub negatiflah yang
bisa membuatnya nyaman untuk melakukan tindakan kreatif dan berani tersebut. Nah, di sinilah

sebenarnya peran guru dan orangtua dibutuhkan. Mengarahkan dan membimbingnya agar bisa
membedakan secara jelas antara kutub positif dan negatif dan berusaha menggiringnya menuju
kutub positif. Sayangnya, beberapa guru dan orangtua tidak sabar untuk melakukan tindakan
tersebut dan senang melakukan jalan pintas. Jalan pintas semacam hukuman fisik dan stigmastigma negatif bisa saja menghasilkan perubahan/perbaikan keadaan secara drastis, namun
perubahan semacam itu hanyalah perubahan semu dan cenderung rapuh. Anak hanya akan
berubah pada sisi eksternalnya saja akibat adanya tekanan dan doktrin, namun sisi internal anak
sebenarnya belum berubah. Hal itu menyebabkan anak hanya akan bertindak baik saat berada
dalam area pengawasan/pemantauan saja, di luar area ia akan kembali seperti semula.
Berikut saya kutipkan cerita inspiratif dari www.tanadisantoso.com

Pemenang Nobel Fisika : Murid yang Bandel


Ini adalah cerita tentang kejadian berpuluh-puluh tahun yang silam di daratan Eropa. Kisah ini
bercerita tentang Millboard, satu-satunya pemenang hadiah Nobel Fisika dari Denmark.
Pada saat ujian fisika, ada sebuah pertanyaan dari seorang dosen. Pertanyaan tersebut adalah
Bagaimana menentukan tinggi sebuah gedung 35 lantai dengan menggunakan barometer"?
Pertanyaan ini sebenarnya relatif mudah.
Diantara sekian banyak murid ada satu murid yang sangat bandel. Dia menjawab, Kita
menggunakan benang yang diikatkan pada ujung barometer tersebut, lalu kita turunkan dari
lantai 35 sampai menyentuh tanah. Kita berikan tanda pada benangnya, kemudian kita tarik lagi
ke atas dan diukur berapa meter panjang benang tersebut. Lalu ditambah 35 cm (panjang
barometer). Maka kita akan tahu berapa tinggi gedung tersebut.
Dosenya sangat marah mendengar jawaban tersebut. Karena selain bandel, si guru juga sangat
membencinya. Akhirnya si guru tersebut tidak meluluskan ujian nya. Si murid pun mengajukan
keberatan kepada dewan sekolah untuk meninjau angka ujiannya. Di hadapan dewan, murid
tersebut menjelaskan jawaban ujiannya.
Singkatnya, pada saat itu karena gurunya tahu bahwa anak ini pintar, maka dilakukanlah ujian
ulang. Dipanggillah empat dosen paling senior untuk menguji murid ini.
Besoknya ketika ujian berlangsung, empat dosen tersebut hanya memberikan waktu 10 menit
untuk menjawab pertanyaan semua soal ujian. Dengan secarik kertas, dia mencorat-coret,
menggambar bintang, bulan, dan sebagainya.
Empat dosen ini mulai marah karena pada menit yang kedelapan dia belum juga memberikan
jawaban apapun.

Sampai akhirnya dosen-dosen tersebut bertanya, Sebenarnya kau bisa menjawab tidak?
Si murid menjawab, Saya sebenarnya mempunyai banyak jawaban tetapi saya bingung, saya
harus memberikan jawaban yang mana.
Pertama, saya bisa saja melihat sinar matahari pada pukul 09.00. Gedung tersebut pasti
mempunyai bayangan. Kita ukur bayangan tersebut. Kalau misalnya bayangan tersebut
panjangnya 150 m, lalu saya akan mengambil barometer dan dikenakan ke matahari. Saya juga
akan tahu berapa panjang bayangan barometer tersebut. Kalau panjang barometer tersebut 50 cm,
maka dengan perbandingan sederhana saya bisa tahu tinggi gedung tersebut.
Kedua, saya bisa saja membawa barometer tersebut ke lantai paling atas. Dengan memakai time
watch, saya jatuhkan barometer tersebut. Tunggu beberapa detik sampai barometer itu
menyentuh lantai. Saya langsung tahu berapa waktu yang dibutuhkan oleh barometer untuk
menyentuh lantai bawah. Dengan menggunakan pengukuran gravitasi bumi dan kecepatan
barang itu jatuh, saya bisa tahu tinggi gedung itu tetapi sayangnya barometer tersebut akan
pecah. Saya juga sempat berpikir begini, kalau saya naik tangga darurat, kemudian saya ukur
tingginya tangga tersebut dengan barometer satu per satu. Tinggal mengalikan 35cm maka saya
akan mengetahui berapa tingginya gedung tersebut. Tentu banyak cara lain.
Saya juga bisa menggunakan dengan cara yang sederhana dengan melihat tekanan udara di
bawah berapa dan di atas berapa. Dengan menggunakan rumus sederhana, saya bisa tahu
jawabannya.
Jawaban inilah yang sebenarnya diinginkan oleh dosen, tetapi tentu saja ini adalah jawaban yang
sangat bodoh.
Lalu diteruskannya, kalau ingin yang lebih scientific, maka kita bisa gunakan pendulum. Ikatkan
pendulum pada seutas tali sepanjang1 m kemudian swing-kan pendulum tersebut di lantai
bawah.
Si mahasiswa meneruskan kalimatnya. Saya juga akan melakukannya di lantai atas.
Perbedaan kecepatan swing dengan menggunakan rumus yang complicated, bisa mendapatkan
tinggi gedung tersebut. Karena gaya gravitasi yang berbeda pada ketinggian lantai 35 dan lantai
dasar. Tentu cara tersebut sangat sederhana dan bermacam-macam.
Tetapi yang paling saya sukai adalah jika saya tinggal bertanya saja pada satpam berapa tinggi
gedung ini, kalau Anda bisa jawab saya kasih hadiah barometer.

Nah, akhirnya Niels Bohr diluluskan dan dia adalah satu-satunya pemenang hadiah Nobel
Fisika dari Denmark.
Dalam kehidupan ini banyak yang nyleneh seperti itu. Kita tidak bisa menilai bahwa orang
itu nakal, bodoh dan sebagainya. Mereka kadang-kadang akan mengejutkan dunia ini.

Salam Istimewa!

You might also like