Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
A.1. Komunikasi Dalam Keperawatan
Komunikasi adalah suatu proses yang kompleks karena dalamnya terjadi konfigu
rasi berbagai macam aspek yakni aspek personal ( kognitif, afektif dan psychomotor ),
sosial ( budaya, lingkungan, norma , etika ), pemenuhan kebutuhan dan agama.
Konfigurasi dari pelbagai asapek akan terwujud dalam perilaku . Perilaku merupakan per
wujudan nyata dari interaksi dengan sesamanya, perilaku perupakan aktualisasi diri
merupakan pengkomunikasian diri kepada orang lain.
Komunikasi seorang perawat dengan pasien pada umumnya menggunakan komunikai yang yang berjenjang yakni komunikasi intrapersonal, interpersonal dan komunal /
kelompok. Poter dan Ferry ( 1993 ) , komunikasi dalam prosesnya terjadi tiga tahapan
yakni komunikasi intrapersonal, interpersonal dan publik.
Pada tindakan atau intervensi keperawatan umumnya berbentuk komunikasi secara
interpersonal langsung dengan jenis verbal maupun non verbal. Kemampuan inter aktif,
perawat kesehatan dengan pasien mempunyai karakter spesial . Dalam tindakan atau
perilaku kedua belah pihak menunjukkan aspek sosial dan profesional. ( Hupcey dan
More, 1997 ).
Setiap komunikasi mempunyai tujuan, untuk mencapai tujuan diperlukan suatu
metode , sehingga pencapaian tujuan dapat optimal. Komunikasi interaktif perawat kesehatan dengan pasien tujuannya adalah kesembuhan pasien dari sakit yang dideritanya.
Bila harapan pasien untuk sembuh lambat dan bahkan tidak terjadi seorang perawat
secara moral sering kali merasa ikut bersalah. Perasaan yang sering kali muncul dalam
diri seorang perawat yang baik dan profesional,menunjukkan bahwa komunikasi dalam
Komunikasi pada gangguan jiwa
Page 1
Page 2
Page 3
memfasilitasi
hubungan
perawat
pasien
dalam
asuhan
keperawatan.
ada
Mengulang keraguan membantu dalam pengambilan tindakan yang efektif
dan mempengaruhi orang lain,lingkungan fisik,dan dirinya.
Page 4
Dirumah sakit pemerintah maupun swasta, perawat memegang peranan penting; tingkah
laku; gerak-gerik perawat selalu dinilai oleh masyarakat. Bahkan sering juga surat kabar
memuat berita-berita tentang perawat rumah sakit.Bertindak yang tidak sebenarnya.
Dipandang oleh klien perawat judes, jahat dan sebagainya.
b. Perawatan yang berorientasi Rumah sakit
yang sebenarnya yaitu manusia seutuhnya yang meliputi bio, psiko dan sosial.
Bio : Kebutuhan dasar, makan minum, oksigen dan perkembangan keturunan.
Psiko : Jiwa, perawat supaya turut membantu memecahkan masalah yang ada
hubungnnya dengan jiwa
Sosial : Perawat juga mengetahui kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat dari klien di
dalam masyarakat.
c. Perawat kurang tanggap terhadap kebutuhan, keluhan-keluhan,serta kurang
memperhatikan apa yang dirasakan oleh klien sehingga menghambat hubungan baik.
Saya sudah hampir 20 tahun menjadi perawat di rumah sakit ini,walaupun gaji saya kecil
tapi saya dituntut untuk bekerja keras melayani para pasien sering kali saya mendapat
cacian dari pasien karena saya terlambat memberikan pelayanan. Hal ini sering terjadi
kalau saya piket malam karena keterbatasan jumlah perawat yang piket kemudian
permintaan pelayanan dari pasien banyak sehingga kami kewalahan melayaninya dan
berdampak pada keterlambatan pelayanan ujar suster T Sehingga sering kali karena
terlambat kami menerima cacian dari pasien dan takala kami menerangkan alasannya
kenapa kami telat terus kami minta pengertian dari pasien untuk bersabar,malah pasien
sering mensalah artikan kata-kata kami sehingga kami kadang mendapat julukan suster
cerewet atau suster judes tambahnya Hal inilah yang sering terjadi sehingga dapat
menghambat terjalinnya komunikasi terapeutik yang harmonis diantara perawat dan
pasien.
Page 5
Proses ini terdiri dari unsur komunikasi prinsip komunikasi dan tahapan komunikasi.
Unsur komunikasi terdiri dari :
Sumber komunikasi yaitu pengirim pesan atau sering disebut komunikator yaitu orang
yang menyampaikan atau menyiapkan pesan. Komunikator dalam makalah ini adalah
para perawat yang tugas utamanya ialah membantu pasien dalam mengatasi masalah sakit
akut, sakit kronis, dan memberikan pertolongan pertama pada pasien dalam keadaan
gawat darurat. Komunikator memiliki peranan penting untuk menentukan keberhasilan
dalam membentuk kesamaan persepsi dengan pihak lain dalam makalah ini ialah pasien.
Kemampuan komunikator mencakup keahliaan atau kredibilitas daya tarik dan
kepercayaan merupakan faktor yang sangat berpengaruh dan menentukan keberhasilan
dalam melakukan komunikasi . Unsur komunikasi terapeutik selain komunikator, yaitu
pesan merupakan salah satu unsur penting yang harus ada dalam proses komunikasi.
Tanpa kehadiran pesan, proses komunikasi tidak terjadi. Komunikasi akan berhasil bila
pesan yang disampaikan tepat, dapat dimengerti, dan dapat diterima komunikan. Moore
dalam Rakhmat (1993:297) mengemukakan bahwa keberhasilan komunikasi sangat
ditentukan oleh daya tarik pesan. Effendy (2000:41) mengatakan bahwa komunikasi akan
berhasil bila pesan yang disampaikan memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Pesan harus direncanakan
2. Pesan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kedua belah pihak
3. Pesan itu harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima
4. Pesan harus berisi hal-hal yang mudah difahami
5. Pesan yang disampaikan tidak samar-samar.
Prinsip komunikasi terapeutik Komunikasi interpersonal yang terapeutik mempunyai
beberapa prinsip yang sama dengan komunikasi interpersonal De Vito yaitu
keterbukaan,empati, sifat mendukung sikap positif dan kesetaraan.
Page 6
akan
menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara
yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.
d.Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan
catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri. Tertawa
mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan
satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.
e.Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas,
langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.
f.Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena
berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat
menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan.
2. Komunikasi Non Verbal
Page 7
Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan komunikasi non
verbal memberikan arti pada komunikasi verbal.
Yang termasuk komunikasi non verbal :
a.Ekspresi wajah ,Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena
ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.
b.Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan
kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan
menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan bukan sekedar
mendengarkan. Melalui kontak mata juga memberikan kesempatan pada orang lain untuk
mengobservasi yang lainnya.
c.Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat
spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang sungguhsungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat dilakukan melalui
sentuhan.
d.Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak
memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan.merefleksikan emosi,
konsep diri, dan tingkat kesehatannya.
e.Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu ungkapan
perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan
dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai desis atau suara dapat
menjadi pesan yang sangat jelas.
f.Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan . Menggunakan isyarat
sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk-ngetukan kaki atau mengerakkan
tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan stress bingung atau
sebagai upaya untuk menghilangkan stress.
Page 8
Kesehatan merupakan hal yang paling mendasar untuk menjalankan aktifitas kita
sehari-hari. Selain dari kesehatan fisik yang dapat mendukung hampir disetiap aktifitas
sehari-hari, ada kesehatan lainnya yang sangat penting untuk dijaga yaitu kesehatan jiwa
atau yang lebih dikenal dengan kesehatan psikologis. Kesehatan jiwa sangat perlu
diperhatikan karena kesehatan ini bersifat fatal. Kesehatan jiwa bisa saja terganggu dari
kejadian yang sering dihadapi sehari-hari seperti halnya stress yang mendalam, tanpa
disadari gejala ringan seperti ini sering sekali diabaikan. Peranan pemerintah dalam
menangani dan mengatasi gangguan jiwa dapat dicermati dengan berdirinya pusat-pusat
rehabilitasi bagi para pasien gangguan jiwa, salah satunya yaitu Rumah Sakit Jiwa (RSJ)
Daerah Provinsi Lampung. Metode pengobatan yang diterapkan di Rumah Sakit Jiwa ini
terdiri dari dua macam pengobatan yaitu pengobatan secara medis dan non medis.
Pengobatan secara medis dilakukan guna menjaga kesehatan para pasien secara fisik.
Sedangkan pengobatan yang dilakukan dengan cara non-medis ini dilakukan dengan cara
pengobatan terapi. Didalam terapi peranan perawat merupakan salah satu faktor penting
didalam proses penyembuhan para pasiennya. Hal ini disebabkan oleh faktor komunikasi
yang lebih dominan dilakukan oleh para perawat. Kegiatan pengobatan itu dimulai
dengan interaksi kepada pasien untuk mencari bantuan psikologis dan perawat menyusun
interaksi dengan mempergunakan dasar psikologis itu untuk membantu pasien dalam
meningkatkan kemampuan meningkatkan diri dalam kehidupannya dengan mengubah
pikiran, perasaan, dan tindakannya. Pesan psikoterapi dari perawatlah yang membawa
pengaruh positif berupa ketenangan (bersifat dukungan) untuk kesembuhan pasien
gangguan jiwa. Hasil yang ditimbulkan akibat suatu proses yang telah dilakukan oleh
perawat diharapkan menimbulkan suatu akibat, efek, atau hasil yang terjadi pada
penerima sesuai dengan keinginan sumber atau tujuan dari komunikasi psikoterapi itu
sendiri.Berdasarkan fenomena di atas yang membuat penulis tertarik dan sekaligus juga
sebagai tujuan penelitian menggambarkan komunikasi psikoterapi yang dilakukan
perawat dalam pengobatan pasien gangguan jiwa yang berada di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Lampung. Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
Komunikasi pada gangguan jiwa
Page 9
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan teknik pengumpulan data dalam studi
ini adalah dengan observasi dan wawancara mendalam (Indepth Interview) yang dipandu
dengan pedoman wawancara.
Selanjutnya, yang penulis jadikan informan adalah perawat yang berpengalaman
dan juga masih aktif, yang berjumlah 5 orang perawat sebagai obyek penelitian dan
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, serta menambahkan tenaga medis lain sebagai
key person. Kemudian data yang diperoleh penulis analisis melalui proses reduksi data,
penyajian data, dan verifikasi atau penarikan kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan proses pengobatan pasien gangguan jiwa
yang dilakukan perawat dengan komunikasi psikoterapi di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Lampung pada dasarnya komunikasi psikoterapi merupakan metode yang paling
efektif dalam melaksanakan pengobatan bagi pasien gangguan jiwa. Serta, untuk
mendukung proses penyembuhan pasien gangguan jiwa dibutuhkan hubungan kerjasama,
pengertian dan saling membutuhkan antara perawat dan pasien gangguan jiwa selama
melakukan pengobatan dan rehabilitasi untuk mendukung dalam proses penyembuhan
pasien gangguan jiwa yang meliputi, perlakuan perawat terhadap pasien gangguan jiwa,
bimbingan dan pendekatan terhadap pasien gangguan jiwa, dan evaluasi dari hasil
pelaksanaan komunikasi psikoterapi dalam proses pengobatan pasien gangguan jiwa.
Selanjutnya, komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh perawat kepada pasien
gangguan jiwa juga menggambarkan adanya sikap keterbukaan atau sikap membuka diri.
Selain itu, kemampuan ketrampilan kognitif dan keterampilan tindakan sangat diperlukan
perawat dalam menyampaikan pesan kesehatan pada saat melaksankan tugas.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana komunikasi yang dilakukan perawat dengan orang yang mengalami
gangguan jiwa?
b. Apa gejala gejala orang yang mengalami gangguan jiwa?
c. Apa Penyebab orang yang mengalami gangguan jiwa?
d. Bagaimana perawatan
e. Bagaimana tahap penyembuhan pada gangguan jiwa?
Komunikasi pada gangguan jiwa
Page 10
C. Tujuan
C.1 Tujuan Umum
Tujuan ini adalah Supaya saya dapat menyelesaikan tugas yang diberikan Ibu
Dyah
dengan
baik
dan
dapat
bermanfaat
bagi
pembaca
yang
ingin
Page 11
BAB II
PEMBAHASAN
A. Komunikasi pada orang yang mengalami gangguan jiwa
Page 12
Page 13
1. Physical (fisik/badani)
Banyak sekali gejala kejiwaan (seperti misalnya, perasaan tidak aman, sedih, marah,
cemas, dsb.) yang langsung dapat mempengaruhi kondisi tubuh orang yang bersangkutan.
Jikalau orang tersebut kemudian menderita sakit, maka jelas penyakit itu pertama-tama
disebabkan
oleh
keadaan
kejiwaannya.
Ini
yang
seringkali
disebut
sebagai
Page 14
kamar itu terlalu terang, atau suara titik air yang jatuh satu per satu dari kran
sebagai suara pukulan palu di kepalanya, dsb.
Dari sini kita mengenal istilah-istilah seperti:
-- Ilusi, yaitu penyalahtafsiran stimulan pada indera penglihatan. Misalnya:
Melihat pohon sebagai orang.
-- Halusinasi, yaitu persepsi yang terjadi meskipun tidak ada stimulan yang
sesungguhnya. Misalnya :
Page 15
Page 16
Contoh :
Seorang pemuda yang bekerja di salah satu Bank, pada permulaan ia biasa sajam,
tetapi tak lama kemudian ia merasa terpaksa mengulang-ngulang
menghitung dan
meneliti kembali apa yang telah dilakukannya, karena ia merasa ragu-ragu akan
pekerjaannya. Makin lama, kecemasannya makin bertambah hebat, sehingga ia tidak
dapat lagi menyelesaikan pekerjaan nya dan ia menjadi takut kalau-kalau orang
memperhatikan kelakuannya dan mungkin mencurigai dan menyangka hal yang bukanbukan. Disamping itu, menyusul pula gejala lain, yaitu tidurnya tidak tentram, karena
diganggu oleh mimpi yang buruk.
Dari penelitian terbukti, bahwa pemuda ini sangat ingin bekerja di Bank itu. Dan ia
tahu bahwa masa 3 bulan pertama, adalah masa percobaan, ia mengharap supaya
pekerjaannya memuaskan dalam masa percobaan itu dan selalu merasa takut jika tidak
diterima.
b.serial compulsive
Dalam hal ini, penderita terpaksa melakukan suatu urutan-urutan tertentu dalam
kehidupannya sehari-hari. Misalnya dalam berpakaian, harus dimulai dengan pakai
sepatu, kain, baju dan seterusnya. Jika ia merubah urutan-urutan itu, ia akan merasa
cemas sekali., ia tidak akan merasa tenang, sebelum mengulang kembali dari semula.
Demikian pula halnya dengan membuka pakaian.
c.compulsive ordelinenese
Dalam hal ini seorang terpaksa harus mengikuti suatu aturan tertentu dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya seseorang akan
dalam almarinya diubah susunan atau salah penempatannya. Jika terjadi perubahan, ia
akan merasa gelisah.
d.copulsive magic
Orang yang dihinggapi gangguan ini, terpaksa membaca kalimat-kalimat tertentu
sebelum melakukan suatu pekerjaan. Seandainya ia terlanjur malakukan suatu pekerjaan
Komunikasi pada gangguan jiwa
Page 17
tanpa membaca kalimat-kalimat itu, ia akan merasa cemas dan gelisah. Untuk
menghilangkannya ia terpaksa mengulangi pekerjaannya itu dengan terlebih dahulu
membaca kalimat-kalimat tersebut.
e.kleptomania
Penderita terpaksa mencuri baran orang lain. Sebenarnya ia merasa gelisah dengan
kelakuan mencuri itu, akan tetapi ia tidak dapat menghindari dirinya dari tindakan itu.
Yang banyak menderita gejala ini adalah anak-anak karena orang tuanya terlalu keras,
terlalu disiplin, atau kurang memperhatikan anak-anaknya.
f.fetishism
Pada gejala ini orang terpaksa mengumpulkan dan menyimpan barang-barang
kepunyaan orang lain dari seks yan berlainan. Misalnya orang laki-laki yang suka
menyimpan sapu tangan, sepatu atau rambut wanita, yang baginya mempunyai arti atau
nilai seksuil dalam perasaannya.
g.compulsive yang berhubungan dengan seksual
Gejala ini ada dua macam yaitu pertama, ingin tahu tentang kelamin dari orang yang
berlainan seks, dan kedua ingin memamerkan kelamin sendiri. Dalam hal yang pertama,
seseorang akan berusaha untuk melihat atau memperhatikan bentuk tubuh dan kelamin
orang lain dengan berbagai cara, atau juga memegang-megangnya. Dalam hal kedua
orang yang merasa terdorong untuk memamerkan tubuh dan kelaminnya tanpa merasa
malu.
Pada umumnya gejala tersebut diakibatkan oleh pengalaman yang tidak
menyenangkan waktu kecil, atau mungkin pula sebagai ungkapan dari keinginan yang
tertahan pelaksanaannya dan merasa takut kalau keinginannya itu terasa kembali.
c. Faulty
Emotional
Expression
(Ekpresi
dari
emosi
yang
keliru)
Page 18
sebagai ekspresi dari rasa sedih. Tetapi tidak demikian halnya dengan orang-orang
yang mengalami gangguan kejiwaan, mereka seringkali melakukan pengekspresian
emosi secara keliru, dan tentunya berbeda daripada orang-orang pada umumnya.
Pengekspresian emosi yang keliru ini dapat berbentuk:
a. Tanpa ekspresi Penderita sakit jiwa seringkali hidup dalam dunianya sendiri,
sehingga emosinya tidak tergerak oleh keadaan dan situasi di sekelilingnya. Mereka
tidak tertawa atas hal-hal yang lucu dan menyenangkan, juga tidak sedih atas hal-hal
yang menyedihkan.
b. Elation atau Euphoria (ekspresi/gembira yang berlebih-lebihan)
Penderita sakit jiwa juga sering kali mengekspresikan emosi secara berlebih-lebihan.
Untuk hal yang kecil dia bisa tertawa sampai menangis.
c. Depresi Pada saat-saat tertentu setiap orang bisa mengalami/merasa tidak
bergairah, kecil hati dan susah, tetapi hanya untuk sementara saja. Tetapi tidak
demikian halnya dengan penderita sakit jiwa. Ada kasus-kasus di mana tanpa alasan
yang jelas perasaan sedih itu timbul tenggelam dan bahkan bertahan lama. Mereka
memang dapat mengatakan bahwa mereka kuatir terhadap sesuatu (entah pekerjaan,
keluarga, kesehatan, masa depan, dll.) tetapi sebenarnya hal-hal itu bukan penyebab
utama dari kekuatiran yang berlebih-lebihan itu. Hal-hal itu hanyalah 'precipitating
factor' yang menjadi gangguan kejiwaan oleh karena sudah ada 'predisposing factor'
pada mereka itu. Oleh karena itu, hal-hal yang bagi orang lain cuma menimbulkan
perasaan sedih yang normal dan untuk sementara, bagi mereka menjadi "depresi"
dimana putus asa dan tidak bahagia yang terus-menerus.
Enos D. Martin seorang psikiater menyebutkan tentang tiga jenis depresi dengan
contoh-contoh praktis:
-- normal grief reaction (rasa sedih sebagai reaksi yang normal atas suatu
'kehilangan') Seorang pendeta yang mendekati masa pensiun merasa sedih oleh
karena munculnya perasaan 'tidak berguna dan tidak dapat dipakai lagi'. Tekanan
Komunikasi pada gangguan jiwa
Page 19
Page 20
Setiap orang akan mengalami naik turunnya emosi sebagai reaksi atas pengalamanpengalaman kehidupan ini. Tetapi bagi penderita penyakit jiwa naik turunnya emosi
ini tidak sesuai dengan realita yang ada. Mungkin pengalaman yang menyenangkan
ini sudah terjadi beberapa hari yang lalu dan tiba-tiba ia bisa tersenyum-tersenyum
bahkan tertawa-tawa tanpa dapat dikontrol oleh karena ingat akan hal itu. Sering juga
diketemukan penderita penyakit jiwa yang menangis tanpa alasan untuk menangis,
atau tiba-tiba marah dan menyerang orang lain tanpa sebab, dsb.
e. Inappropriate affect (reaksi emosi yang tidak tepat)
Sedikit berbeda dengan 'emotional variability', di sini orang yang mendapat gangguan
kejiwaan biasanya memberikan reaksi emosi yang tidak cocok dengan stimulan yang
ada. Misalnya: -- Menangis mendengar cerita yang lucu -- Tertawa geli melihat orang
yang sedih menangis ditinggalkan kekasihnya.
Dalam kehidupan ini kita kadang-kadang dapat melakukan aktivitas motorik yang
tidak biasa, misalnya: berlari, berkata, berpikir, berbuat lebih cepat atau lebih lambat
daripada biasanya. Tetapi untuk itu selalu ada alasan dan tujuan yang jelas dan
disadari, dan hanya untuk sementara saja, tetapi lain halnya dengan penderita
penyakit jiwa.
Sering kali kita bisa mengenali adanya tanda-tanda gangguan kejiwaan melalui
aktivitas motorik yang tidak normal, misalnya :
a. Over activity (activitas yang berlebihan)
Sebagai contoh, pasien yang berbicara terus-menerus dengan susunan kalimat
Komunikasi pada gangguan jiwa
Page 21
Tanda-tanda lain dari adanya gangguan kejiwaan dalam ketegori ini sering kali
dapat diketemukan dalam kehidupan sehari-hari dari orang-orang yang normal. Oleh
karena itu kita
Komunikasi pada gangguan jiwa
Page 22
harus berhati-hati dan tidak menyamaratakan setiap gejala sebagai abnormal atau
gejala penyakit jiwa. Misalnya:
-- Disorientasi; dimana seorang bisa tidak tahu di mana ia berada, siapa dirinya,
hari apa sekarang, dsb.
-- Kekanak-kanakan, dsb.
a.
Sosial
Biasanya yang disebut abnormal oleh karena ia menunjukkan tingkah laku, sikap,
cara berpikir, yang tidak cocok dengan standar normal masyarakat atau lingkungan di
mana ia hidup. Manusia adalah makhluk sosial, karena itu ia mempunyai kebutuhankebutuhan sosial dan ingin menjadi bagian integral dari lingkungannya. Karena itu
normal jika ia selalu cenderung untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Meskipun demikian, tidak secara otomatis orang yang "tidak dapat menyesuaikan diri"
dapat disebut sebagai orang yang tidak normal atau punya gejala penyakit jiwa, jikalau ia
dengan sadar melakukan hal itu. Yang mungkin oleh karena ia memang tidak/belum
menjadi bagian integral dari masayarakat itu. Kasus-kasus seperti misionaris konteks
sosial, kita baru bisa mengenali adanya gejala abnormal, jikalau orang yang bersangkutan
secara tidak sadar bertingkah laku yang tidak sesuai dengan standar normal masyarakat,
yang secara integral ia sendiri menjadi bagian di dalamnya.
b. Spiritual (rohani)
Page 23
Page 24