You are on page 1of 16

Pendahuluan

Dari zaman kuno, manusia telah mengakui


peran khusus dari besi dalam kesehatan dan
penyakit.
Sejak abad ke-17, besi digunakan untuk
mengobati klorosis (penyakit hijau), kondisi yang
sering dihasilkan dari kekurangan zat besi.
Namun, hal itu tidak sampai 1932 bahwa
pentingnya besi akhirnya ditetapkan oleh bukti
yang meyakinkan bahwa besi anorganik
diperlukan untuk sintesis hemoglobin.
Saat ini, anemia akibat defisiensi besi
bertanggung jawab terhadap setengah dari
anemia di negara-negara berkembang

Biokimia dan Fisiologi


BESI
Terdapat dalam jumlah yang berlimpah di bumi
Merupakan komponen biologis yang esensial bagi organisme
kehidupan
Walaupun didapati dalam jumlah berlimpah, pertumbuhan
besi di lingkungan sangat terbatas
Paradoks ini disebabkan fakta bahwa ketika besi kontak
dengan oksigen, besi akan membentuk sebuah oksida yang
tidak dapat larut, dengan demikian tidak dapat diserap oleh
organisme
Akibatnya, berbagai mekanisme selular berevolusi untuk
menangkap besi dari lingkungan dalam bentuk biologis
yang bermanfaat

Dalam tubuh manusia, zat besi terutama ada


dalam bentuk kompleks terikat dengan protein
(hemoprotein) sebagai senyawa heme (hemoglobin
atau mioglobin), enzim heme, atau senyawa nonheme (enzim flavin-besi, transferrin, dan feritin).
Tubuh membutuhkan zat besi untuk sintesis protein
yang mengangkut oksigen, dalam hemoglobin dan
mioglobin, dan untuk pembentukan enzim heme
dan enzim besi lainnya yang terlibat dalam transfer
elektron dan oksidasi-reduksi.
Hampir dua pertiga dari besi tubuh ditemukan
dalam hemoglobin pada eritrosit yang bersirkulasi,
25% yang terkandung adalah simpanan besi yang
siap di mobilisasi, dan 15% sisanya terikat pada
mioglobin dalam jaringan otot dan dalam berbagai
enzim yang terlibat dalam metabolisme oksidatif
dan fungsi sel lainnya.

Besi berikatan dan ditranspotasikan di tubuh melalui transferrin


dan disimpan dalam molekul ferritin. Sekali besi diserap, tidak
ada mekanisme fisiologia untuk mengekskresikan besi yang
berlebih dari tubuh selain perdarahan, hamil, menstruasi atau

Absorpsi
Besi diserap oleh tubuh dalam jumlah yang rendah,
berkisar antara 5%-35% dari makanan yang dicerna dan
bergantung pada keadaan dan tipe besinya.
Penyerapan besi dilakukan oleh enterosit dengan divalent
metal transporter 1, salah satu salute carrier yang berasal
dari kelompok membrane transport protein duodenum
dan jejunum atas
Besi kemudian dipindahkan melewati mukosa duodenum
ke darah, dan selanjutnya ditransportasikan oleh
transferin kedalam sel atau ke sumsum tulang untuk
eritropoeisis.
Terdapat mekanisme umpan balik yang mempercepat
absorpsi besi jika terjadi defisiensi besi. Sebaliknya, pada
orang dengan overload zat besi, akan terjadi pengurangan
absorpsi besi melalui hepcidin.
Absorpsi besi juga dikontrol oleh ferroportin yang
memperbolehkan atau tidak memperbolehkan zat besi
melewati sel mukosa menuju plasma.

Bentuk fisik dari besi yang masuk ke


duodenum sangat mempengaruhi
penyerapannya.
Pada pH fisiologis, Fe+2 sangat cepat
dioksidasi menjadi bentuk Fe+3.
Asam lambung menurunkan pH pada
Ferric reductase
duodenum
proksimal sehingga
Fe+3
Fe+2
mempercepat transport Fe+2 melewati
membran apikal enterosit
Mempercepat kelarutan dan uptake Fe+3

Dietary heme dapat ditransport melewati


membran apikal melalui mekanisme yang
belum diketahui dan kemudian di metabolisme
di enterosit oleh heme oksigenase-1 (HO-1)
untuk menghasilkan Fe+2.
Proses ini lebih efisien dibandingkan
mengabsorpsi besi anorganik dan tidak
bergantung dengan pH duodenum, juga tidak
terpengaruh oleh inhibitor seperti phytate dan
polyphenol.
Oleh karena itu, daging merah kaya akan
hemoglobin merupakan sumber nutrisi zat
besi yang sangat baik.

Internalisasi langsung Fe+2 diproses oleh enterosit dan akhirnya (atau tidak)
diekspor melewati membran basolateral ke aliran darah malalui
Fe+2.transporter ferroportin.

Effluks Fe+2-dimediasi ferroportin ini kemudian dipasangkan dengan


reoksidasinya ke Fe+2, dikatalisasi oleh ferroksidase hephaestin-terikat
membran yang secara fisik berinteraksi dengan ferroportin dan
ceruloplasmin.
Besi
yang
diekspor
kemudian
diambil
oleh
transferrin,
yang
mempertahankan Fe+3 dalam status redoks-inert dan mengirimkannya ke
jaringan.
Kandungan besi total transferin (3 mg) sama dengan <0,1% dari besi
tubuh, tetapi sangat dinamis dan mengalami lebih dari 10 kali turnover
untuk mempertahankan eritropoiesis.
Cadangan besi transferrin diisi kembali kebanyakan oleh besi daur ulang sel
darah merah dan dalam jumlah yang lebih sedikit, oleh asupan besi yang
baru diabsorpsi.
Sel darah merah yang sudah tua dibersihkan oleh makrofag
retikuloendotelial, yang memetabolisme hemoglobin dan heme, dan
melepaskan besi ke dalam aliran darah.
Dengan analogi enterosit usus, makrofag mengekspor Fe + 2 dari membran
plasma mereka melalui ferroportin, dalam proses ditambahkan dengan
reoksidasi Fe+ 2 ke Fe+3 oleh seruloplasmin dan diikuti oleh loading Fe+ 3 oleh
transferin.

Regulasi Homeostasis Besi


Hepcidin adalah hormon peptida yang bersirkulasi yang
disekresikan oleh hati dan memainkan peran penting dalan
homeostasis besi
Hormon ini secara primer diproduksi oleh hepatosit dan merupakan
regulator negatif dari entry besi ke dalam plasma.
Hepcidin bekerja dengan berikatan dengan ferroportin, makrofag
dan sel-sel plasenta.
Ikatan dengan hepcidin menginduksi ferroportin untuk internalisasi
dan berdegradasi.
Hilangnya ferroportin dari permukaan sel mencegah masuknya besi
ke dalam plasma saturasi transferin menurun besi yang
dikirimkan untuk membentuk eritroblast menjadi lebih sedikit.
Konsentrasi besi pada cairan biologis diregulasi secara ketat untuk
memhindari toksisitas karena kelebihan besi dapat memicu
pembentukan oksigen reaktif.

Kadar hepcidin plasma diatur oleh berbagai


stimulus, termasuk sitokin, plama besi, anemia
dan hipoksia.
Disregulasi ekspresi hepsidin menyebabkan
masalah pada zat besi.
Overexpression hepcidin memicu anemia penyakit
kronis, sementara produksi hepsidin yang rendah
menyebabkan hemokromasitosis herediter (HFE)
dengan akumulasi besi di berbagai organ vital.
Gangguan ekspesi hepsidin disebabkan dari
mutasi satu dari 4 gen yang berbeda, TfR2, HFE,
hemokromasitosis tipe 2 (HFE2) dan hepcidin
antimicrobial peptide (HAMP).
Mutasi dari HAMP, gen yang mengkodekan
hepsidin, menyebabkan penyakit overload besi.

Penyimpanan
Konsentrasi ferritin bersama dengan hemosiderin
mencerminkan status simpanan besi.
Mereka menyimpan besi dalam bentuk tidak
terlarut dan secara bprimer berada di hati, limpa,
dan sumsum tulang.
Kebanyakan besi terikat pada ubiquitous dan
ferritin.
Hemosiderin merupakan komplek penyimpanan
besi yang kurang siap dilepaskan jika besi
dibutuhkan oleh tubuh.
Dalam kondisi stabil, konsentrasi serum ferritin
berkorelasi baik dengan total simpanan besi
tubuh.

Ekskresi
Selain dari kehilangan besi karena menstruasi,
perdarahan lain atau kehamilan, besi sangat
kekal dan tidak mudah hilang dari tubuh,
Ada kehilangan besi yang lazim dari tubuh yang
disebabkan oleh eksfoliasi fisiologis sel-sel
epitel permukaan, termasuk kulit, saluran
kemih, dan saluran cerna. Namun kehilangan
ini diperkirakan sangat terbatas (1 mg/hari)
Kehilangan besi dari perdarahan dan darah
menstruasi yang berlebihan adalah penyebab
tersering defisiensi besi pada wanita.

BIOAVAILABILITAS
Asupan besi terjadi dalam 2 bentuk : heme dan
non heme.
Sumber primer dari besi heme adalah
hemoglobin dan myoglobin dari konsumsi
daging dan ikan, dimanan non-hemem didapat
dari sereal, kacar=ng-kacangan, buah dan sayur.
Besi heme memiliki biovailabilitasi tinggi (1535%) dan faktor makanan hanya berefek sedikit
terhadap absorpsinya, sementara absorpsi besi
non-heme sangat lebih rendah (2-20%), dang
dipengaruhi secara kuat oleh komponen
makanan lain.

Kontrasnya, kuantitas besi nonheme pada


makanan berkali-kali lipat lebih besar dari
besi-heme pada kebanyakan makanan.
Inhibitor utama penyerapan besi adalah:
Asam phytat
Polyphenol
Kalsium
Peptida dari protein yang setengah tercerna

Yang mempercepat penyerapan besi


meliputi:
Asam askorbat
Jaringat otot

You might also like