Professional Documents
Culture Documents
Topik Praktikum
Sistem urogenitalia terdiri dari organ urinaria yang terdiri atas ginjal
beserta salurannya, ureter, buli-buli dan uretra. Sedangkan organ reproduksi pada
pria terdiri atas testis, epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, prostat dan
penis. Kecuali testis, epididimis, vas deferens dan uretra, sistem urogenitalia
terletak di rongga retroperitoneal dan terlindung oleh organ lain yang
melindunginya. (Purnomo, 2008)
Pada uretra terdapat dua buah sfingter yaitu sfingter uretra eksterna dan
interna di mana sfingter uretra interna bekerja di bawah sadar sedangkan sfingter
uretra eksterna tidak. Maka ketika proses miksi, sfingter uretra interna inilah yang
berfungsi untuk menahan keluarnya urin. Uretra terdiri atas uretra posterior dan
uretra anterior. Uretra posterior pada pria terdiri atas uretra pars prostatika yang
dilingkupi oleh kelenjar prostat dan uretra pars membranasea. Pada uretra anterior
dibungkus oleh korpus spongiosum penis, terdiri atas pars bulbosa, pars
pendularis, fossa navikularis dan meatus uretra eksterna. (Purnomo, 2008)
Pada bagian inferior buli-buli di depan rectum dan membungkus uretra
posterior terdapat suatu kelenjar yang dinamakan kelenjar prostat. Di bagian
skrotum pada pria terdapat sebuah organ genitalia terdapat testis yang dibungkus
oleh jaringan tunika albugenia. Epididimis pada organ genitalia pria terdiri atas
caput, corpus dan cauda epididimis. Sedangkan deferens berbentuk tabung kecil
bermula dari kauda epidimis dan berakhir pada duktus ejakulatorius di uretra
posterior. Di dasar buli-buli dan di sebelah cranial kelenjar prostat terdapat
vesikula seminalis. Penis terdiri atas tiga buah corpora berbentuk silindris yaitu 2
buah corpora cavernosa dan sebuah corpus spongiosum dan di bagian proksimal
terpisah menjadi dua sebagai crus penis. Setiap crus penis dibungkus oleh ishio-
kavernosus yang kemudian menempel pada rami osis ischii. (Purnomo, 2008)
B. Tujuan Praktikum
• Mengetahui struktur fungsi ren
• Mengetahui struktur fungsi ureter
• Mengetahui struktur fungsi testis
• Mengetahui struktur fungsi vagina
C. Hasil Pengamtan
D. Pembahasan
Ureter merupakan saluran muscular yang mengalirkan urine dari pelvis
ginjal menuju ke vesica urinaria. Masing-masing ureter bergerak kearah kaudal
dan menumpahkan isinya ke vesica urinaria, di dekat bagian leher yang disebut
trigone dan terbentuklah suatu katup untuk mencegah arus balik urine ke ginjal
( Frandson, 1992).
Ureter merupakan pipa fibromuscular, yang ramping dan datar yang membawa
urine dari ginjal ke vesica urinaria. Ureter dimulai di pelvis renalis, yang
menerima urine dari papila renalis. Ureter terletak di dorsal dari pembuluh
spermatic interna pada jantan dan arteri-vena utero-ovarian pada betina (Frandson,
1992).
Ginjal memiliki karkteristik berbentuk seperti kacang merah dan memiliki
dua extremitas, dua batas dan dua permukaan. Extremitas cranial dan caudal
dihubungkan dengan batas lateral yang cembung dan batas medial yang lupus.
Batas medial dapat diidentiikasi dengan bentukan oval, hillus renalis, yang
terbuka ke sinus renalis. Pada hillus renalis terdapat ureter, arteri dan vena renalis,
pembuluh limfe, dan syaraf. Pada struktur ini arteri renalis berada paling dorsal,
dan vena renalis paling ventral. Syaraf dan pembuluh limfe berada dekat vena
(Frandson, 1992).
Kedua ginjal terletak di belakang selaput perut (retroperitoneal) berada di daerah
sublumbar, satu di samping dari aorta dan vena cava caudalis. Permukaan dorsal
kedua ginjal tidak terlalu cembung dari pada permukaan ventral. Ujung cranial
setiap ginjal dibungkus oleh peritoneum pada bagian dorsal dan ventralnya
(Miller, 1969).
Sebuah ginjal dengan potongan memanjang memberi gambaran dua daerah yang
cukup jelas. Daerah perifer yang beraspek gelap disebut korteks dan yang agak
cerah disebut medulla, berbentuk pyramid terbalik. Bagian yang paling lebar atau
dasar tersusun tepat dengan tepi dalam korteks dan apeks atau papik mengarah ke
pelvis. Tiap bagian medulla yang berbentuk pyramid dengan jaringan korteks
yang membentuk tudung pada dasar serta menutup sisinya membentuk lobus yang
merupakan unit anatomi ginjal (Sigit, 1980).
Ureter adalah saluran tunggal yang menyalurkan urine dari pelvis renalis menuju
vesika urinaria (kantong air seni). Mukosa membentuk lipatan memanjang dengan
epithel peralihan, lapisan sel lebih tebal dari pelvis renalis. Tunika propria terdiri
atas jaringan ikat dimana pada kuda terdapat kelenjar tubulo-alveolar yang
bersifat mukous, dengan lumen agak luas. Tunika muskularis tampak lebih tebal
dari pelvis renalis, terdiri dari lapis dalam yang longitudinal dan lapis luar
sirkuler, sebagian lapis luar ada yang longitudinal khususnya bagian yang paling
luar. Dekat permukaan pada vesika urinaria hanya lapis longitudinal yang nampak
jelas ( Delmann, 1992).
Tunika adventisia terdiri atas jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah,
pembuluh limfe dan saraf, ganglia sering terdapat didekatnya. Selama urine
melalui ureter komposisi pokok tidak berubah, hanya ditambah lendir saja
Dinding ureter terdiri atas beberapa lapis, yakni:
1. Tunika mukosa : lapisan dari dalam ke luar sebagai berikut :
• Epithelium transisional : pada kaliks dua sampai empat lapis, pada ureter
empat sampai lima lapis, pada vesica urinaria 6-8 lapis.
• Tunika submukosa tidak jelas
• Lamina propria beberapa lapisan
• Luar jaringan ikat padat tanpa papila, mengandung serabut elastis dan
sedikit noduli limfatiki kecil, dalam jaringan ikat longgar
• Kedua-dua lapisan ini menyebabkan tunika mukosa ureter dan vesika
urinaria dalam keadaan kosong membentuk lipatan membujur.
2. Tunika muskularis : otot polos sangat longgar dan saling dipisahkan oleh
jaringan ikat longgar dan anyaman serabut elastis. Otot membentuk tiga lapisan :
stratum longitudinale internum, stratum sirkulare dan stratum longitudinale
eksternum
3. Tunika adventisia : jaringan ikat longgar ( Delmann, 1992).
Vesica Urinaria, Merupakan kantong penampung urine dari kedua ginjal urine
ditampung kemudian dibuang secara periodik. Struktur histologi :
1. Mukosa, memiliki epithel peralihan (transisional) yang terdiri atas lima sampai
sepuluh lapis sel pada yang kendor, apabila teregang (penuh urine) lapisan nya
menjadi tiga atau empat lapis sel.
2. Propria mukosa terdiri atas jaringan ikat, pembuluh darah, saraf dan jarang
terlihat limfonodulus atau kelenjar. Pada sapi tampak otot polos tersusun
longitudinal, mirip muskularis mukosa.
3. Sub mukosa terdapat dibawahnya, terdiri atas jaringan ikat yang lebih longgar.
4. Tunika muskularis cukup tebal, tersusun oleh lapisan otot longitudinal dan
sirkuler (luar), lapis paling luar sering tersusun secara memanjang, lapisan otot
tidak tampak adanya pemisah yang jelas, sehingga sering tampak saling menjalin.
Berkas otot polos di daerah trigonum vesike membentuk bangunan melingkar,
mengelilingi muara ostium urethrae intertinum. Lingkaran otot itu disebut
m.sphinter internus.
5. Lapisan paling luar atau tunika serosa, berupa jaringat ikat longgar (jaringan
areoler), sedikit pembuluh darah dan saraf ( Delmann, 1992).
Pada testis pria akan dijumpai tubulus seminiferus yang terpendam dalam
dasar jaringan ikat longgar yang banyak mengandung pembuluh darah dan limfe,
saraf dan sel interstisial (Leydig). Tubulus seminiferus ini akan menghasilkan sel
kelamin pria yaitu spermatozoa, sedangkan sel Leydig mengekskresikan androgen
testis. (Dany, 2007) ). Testis yang dikelilingi oleh selaput berserat albuginea, yang
banyak encloses profil dari seminiferous tubules dalam sperma yang dibuat oleh
mitosis dan meiosis. Antara seminiferous tubules adalah interstisial sel-sel Leydig
(yang memproduksi testosterone) dan kapal darah. wilayah yang berkerut dengan
dibulatkan spermatogonia yang mengalami mitosis menjadi dasar spermatocytes
(rintik nuclei), dan kemudian menjadi spermatocytes sekunder oleh proses
pertama meiotic divisi. Sekunder spermatocytes membagi lagi (kedua meiotic
divisi) untuk menjadi spermatids (dengan lebih kecil, gelap nuclei), yang
mentransformasikan menjadi spermatozoa matang. Semua ini terjadi tahap-tahap
ke arah lumen. Spermatozoa dewasa memiliki tongkat tipis seperti nuclei yang
bebas dalam lumen. Sertoli sel dengan elongated nuclei dusta besar 1 / 3 of the
way up the dinding tabung kecil, dan memelihara sel-sel yang berkembang di
antara banyak hal lainnya.
Histologi dari smear vagina menampakkan suatu fenomena kehadiran sel-
sel yang bergeser dari sel-sel parabasal ke sel-sel superfisial, selain itu sel darah
merah dan neutrofil juga dapat diamati
Sel-sel parabasal adalah sel-sel termuda yang terdapat pada siklus estrus.
Karakteristik dari sel-sel parabasal adalah sebagai berikut:
1. Bentuknya bundar atau oval
2. Mempunyai bagian nukleus yang lebih besar daripada sitoplasma
3. Sitoplasmanya biasanya tampak tebal
4. Secara umum dengan pewarnaan berwarna gelap
Proses perubahan sel-sel parabasal menuju sel intermediet kemudian sel-
sel superfisial dan sel-sel anucleate dapat dijelaskan sebagai berikut:
Bentuk bundar atau oval perlahan-perlahan akan berubah menjadi bentuk
poligonal atau bentuk tidak beraturan.Ukuran nuklei yang besar secara perlahan-
lahan akan mengecil, pada beberapa kasus nuklei mengalami kematian atau rusak
secara bersamaan.
Ukuran sitoplasma akan lebih tipis daripada semula. Karena ukuran
sitoplasma lebih kecil dari semula maka sel-sel parabasal yang berwarna gelap
akibat pewarnaan akan berubah menjadi sel-sel yang bewarna lebih cerah akibat
pewarnaan yang sama.Proses perubahan di atas dapat ditengarai sebagai salah satu
proses pada siklus estrus.
Fase Estrus
Karakteristik:
Karakteristik sel pada saat estrus yaitu penampakan histologi dari smear
vagina didominasi oleh sel-sel superfisial, tetapi terdapat kornifikasi pada hasil
preparat, pengamatan yang berulang menampakkan sel-sel superfisialnya ada
yang bersifat anucleate
Sel-sel parabasal dan superfisial mudah untuk dibedakan, sedangkan sel-
sel intermediet adalah sel yang terletak diantara sel parabasal dan sel superfisial.
pada saat nukleus mengecil, membentuk pyknotic maka sel ini dapat
diklasifikasikan pada sel superfisial (Karaca dan Uslu, 2008).
Fase Diestrus
Karakteristik:
Fase diestrus ditandai dengan ciri-ciri berikut, diantanranya: terjadi
pengurangan jumlah sel superfisial dari kira-kira 100% pada fase sebelumnya
menjadi 20% pada fase diestrus. Selain itu, jumlah sel parabasal dalam apusan
preparat vagina menjadi meningkat, hasil ini dperkuat dengan pengujian yang
dilakukan pada hari berikutnya.
Menurut Karaca dan Uslu (2008), Ciri siklus estrus tidak dapat dipisahkan
dari proses perubahan yang terjadi pada sel-sel epitelnya, untuk itu berikut adalah
penjelasan mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan histologi sel epitel
vagina:
Sel kornifikasi adalah tipe sel vagina yang paling tua dari sel parabasal, sel
intermediate, sel superfisial, dan mempunyai ciri nukleus yang tidak lengkap.
Sel epitel adalah sel yang menyusun jaringan epitelium, biasanya terletak pada
bagian tubu yang mempunyai lumen dan kantong misal vagina
Sel intermediet adalah tipe sel epitel vagina yang lebih tua dari parabasal tetapi
lebih muda dari sel superfisial dan sel squamous tanpa nukleus
Inti sel pyknotic adalah nukleus yang telah degeneratif dan merupakan ciri dari sel
superfisial
Menurut Taw (2008), Pengurutan proses pertumbuhan sel dari epitel sel
vagina berkaitan dengan siklus estrus dapat diurutkan sebagai berikut;
Sel-sel parabasal (dijumpai pada fase proestrus, serta pada fase akhir diestrus).
Sel-sel intermediet (dijumpai pada fase proestrus akhir dan metestrus awal).
Sel-sel superfisial (fase metestrus akhir dan fase estrus).
Sel-sel squamous tanpa nukleus (fase estrus).
E. Kesimpulan
Sistem urogenitalia terdiri dari organ urinaria yang terdiri atas ginjal
beserta salurannya, ureter, buli-buli dan uretra. Sedangkan organ reproduksi pada
pria terdiri atas testis, epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, prostat dan
penis. Kecuali testis, epididimis, vas deferens dan uretra, sistem urogenitalia
terletak di rongga retroperitoneal dan terlindung oleh organ lain yang
melindunginya. (Purnomo, 2008)
F. Daftar Pustaka
Luis Carlos Junquiera, Jose Carneiro.HISTOLOGI DASAR : Text &
Atlas.EGC;2007
Novi Eurika. Petunjuk Praktikum “HISTOLOGI”.Universitas Muhammadiyah
Jember;2009
TUGAS MAHASISWA
1. Gangguan pada ginjal
1. Gagal ginjal akut (GGA)
2. Gagal ginjal kronik (GGK).
3. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase
yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa
empat spermatozoa masak. Dua spermatozoa akan membawa kromosom penentu
jenis kelamin wanita “X”. Apabila salah satu dari spermatozoa ini bersatu dengan
ovum, maka pola sel somatik manusia yang 23 pasang kromosom itu akan
dipertahankan. Spermatozoa masak terdiri dari :
1. Kepala (caput), tidak hanya mengandung inti (nukleus) dengan kromosom
dan bahan genetiknya, tetapi juga ditutup oleh akrosom yang mengandung
enzim hialuronidase yang mempermudah fertilisasi ovum.
2. Leher (servix), menghubungkan kepala dengan badan.
3. Badan (corpus), bertanggungjawab untuk memproduksi tenaga yang
dibutuhkan untuk motilitas.
4. Ekor (cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam
vas defern dan ductus ejakulotorius ( Yatim, 1990).
LAPORAN PRAKTIKUM
HISTOLOGI
“ Sistema Urogenital “
Nama : Yudhis Citra Wahyudi
NIM : 07121001
Gol / Kel. :1/I
Tanggal Praktikum : 17-07-2009
Tanggal Penyerahan : 20-07-2009
Dosen Pembimbing : Novi Eurika, S.Si
Co.Assisten : Dara Shandi Abi Resta
Yunita Handayani Budi