Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus, atau
oleh keduanya disebut pioderma. Faktor predisposisi pioderma adalah higiene
yang kurang, menurunnya daya tahan tubuh, dan telah ada penyakit lain di kulit.
Salah satu bentuk pioderma adalah selulitis. Selulitis adalah peradangan akut
1
terutama menyerang jaringan dermis dan subkutis. Faktor risiko untuk terjadinya
infeksi ini adalah trauma lokal (robekan kulit), luka terbuka di kulit atau gangguan
pembuluh vena maupun pembuluh getah bening. Lebih dari 40% penderita
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
DEFINISI
Selulitis merupakan infeksi bakterial akut pada kulit. Infeksi yang terjadi
menyebar ke dalam hingga ke lapisan dermis dan sub kutis. Infeksi ini biasanya
1
eritema, teraba hangat, dan nyeri serta terjadi limfangitis dan sering bergejala
sistemik seperti demam dan peningkatan hitungan sel darah putih. Selulitis yang
4
Gambar 1: Anatomy of Skin and Soft Tissues and Different Types of Skin and SoftTissue Infection
II.
ETIOLOGI
Penyebab selulitis paling sering pada orang dewasa adalah Staphylococcus
aureus dan Streptokokus beta hemolitikus grup A sedangkan penyebab selulitis
pada anak adalah Haemophilus influenza tipe b, Streptokokus beta hemolitikus
grup A, dan Staphylococcus aureus. Streptococcuss beta hemolitikus group B
adalah penyebab yang jarang pada selulitis. Selulitis pada orang dewasa
imunokompeten
banyak
disebabkan
oleh
Streptococcus
pyogenes
dan
EPIDEMIOLOGI
Selulitis dapat terjadi di semua usia, tersering pada usia di bawah 3 tahun
dan usia dekade keempat dan kelima. Insidensi pada laki-laki lebih besar daripada
perempuan dalam beberapa studi epidemiologi. Insidensi selulitis ekstremitas
masih menduduki peringkat pertama. Terjadi peningkatan resiko selulitis seiring
meningkatnya usia, tetapi tidak ada hubungan dengan jenis kelamin.2
IV.
FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor predisposisi erisepelas dan selulitis adalah: kaheksia, diabetes
melitus, malnutrisi, disgamaglobulinemia, alkoholisme, dan keadaan yang dapat
menurunkan daya tahan tubuh terutama bila diseratai higiene yang jelek. Selulitis
umumnya terjadi akibat komplikasi suatu luka atau ulkus atau lesi kulit yang lain,
namun dapat terjadi secara mendadak pada kulit yang normal terutama pada
pasien dengan kondisi edema limfatik, penyakit ginjal kronik atau hipostatik.7
V.
GEJALA KLINIS
Gambaran klinis tergantung akut atau tidaknya infeksi. Umumnya semua
bentuk ditandai dengan kemerahan dengan batas jelas, nyeri tekan dan bengkak.
Penyebaran perluasan kemerahan dapat timbul secara cepat di sekitar luka atau
ulkus disertai dengan demam dan lesu. Pada keadaan akut, kadang-kadang timbul
bula. Dapat dijumpai limfadenopati limfangitis. Tanpa pengobatan yang efektif
dapat terjadi supurasi lokal (flegmon, nekrosis atau gangren).6
VI.
PATOGENESIS
Bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada
permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering berjangkit
pada orang gemuk, rendah gizi, dan pada orang yang menderita diabetes mellitus
yang pengobatannya tidak adekuat.
Setelah menembus lapisan luar kulit, infeksi akan menyebar ke jaringan dan
menghancurkannya, hyaluronidase memecah substansi polisakarida, fibrinolysin
mencerna barrier fibrin, dan lecithinase menghancurkan membran sel.2
Bakteri patogen (streptokokus piogenes, streptokokus grup A,
stapilokokus aureus)
Edema kemerahan
Lesi
Nyeri tekan
DIAGNOSIS BANDING
Deep thrombophlebitis, dermatitis kontak, giant urticaria, insect bite
(respons hipersensitifitas), erupsi obat, eritema nodosum, perivascular herpes
zooster, acute Gout, cutaneous anthrax, pyoderma gangrenosum.
VIII.
DIAGNOSIS
Diagnosis selulitis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
klinis. Pada pemeriksaan klinis selulitis ditemukan makula eritematous, tepi tidak
meninggi, batas tidak jelas, edema, infiltrat dan teraba panas, dapat disertai
limfangitis dan limfadenitis. Penderita biasanya demam dan dapat menjadi
septikemia. Pada pemeriksaan darah tepi selulitis terdapat leukositosis (15.000400.000) dengan hitung jenis bergeser ke kiri. 7
Gejala dan tanda
Gejala prodormal
Daerah predileksi
Selulitis
: Demam, malaise, nyeri sendi dan menggigil
: Ekstremitas atas dan bawah, wajah, badan dan
Makula eritematous
Tepi
Penonjolan
genitalia
: Eritema cerah
: Batas tidak tegas
: Tidak terlalu menonjol
PENGOBATAN
Selulitis karena streptokokus diberi penisilin prokain G 600.000-2.000.000
IU IM selama 6 hari atau dengan pengobatan secara oral dengan penisilin V 500
mg setiap 6 jam, selama 10-14 hari. Pada selulitis karena H. Influenza diberikan
Ampicilin untuk anak (3 bulan sampai 12 tahun) 100-200 mg/kg/d (150-300 mg),
>12 tahun seperti dosis dewasa.
Pada selulitis yang ternyata penyebabnya bukan staphylococcus aureus
penghasil penisilinase (non SAPP) dapat diberi penisilin. Pada yang alergi
terhadap penisilin, sebagai alternatif digunakan eritromisin (dewasa: 250-500
gram peroral; anak-anak: 30-50 mg/kgbb/hari) tiap 6 jam selama 10 hari. Dapat
juga digunakan klindamisin (dewasa 300-450 mg/hari PO; anak-anak 16-20
KOMPLIKASI
Pada anak dan orang dewasa yang immunocompromised, penyulit pada
selulitis dapat berupa gangren, abses dan sepsis yang berat. Selulitis pada wajah
merupakan indikator dini terjadinya bakteriemia stafilokokus beta hemollitikus
grup A, dapat berakibat fatal karena mengakibatkan trombosis sinus cavernosum
yang septik. Selulitis pada wajah dapat menyebabkan penyulit intrakranial berupa
meningitis.6
XI.
KESIMPULAN
Selulitis merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri
Streptoccocus dan S. aureus, yang menyerang jaringan subkutis dan daerah
superfisial. Faktor resiko untuk terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal (robekan
kulit), luka terbuka di kulit atau gangguan pada pembuluh balik (vena) maupun
pembuluh getah bening. Daerah predileksi yang sering terkena yaitu wajah, badan,
genitalia, dan ekstremitas atas dan ekstremitas bawah. Pada pemeriksaan klinis
selulitis: adanya makula erimatous, tepi tidak meninggi, batas tidak jelas, edema,
infiltrat dan teraba panas. Diagnosis penyakit ini dapat ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan gambaran klinis. Penanganan perlu memperhatikan faktor
predisposisi dan komplikasi yang ada.
BAB III
LAPORAN KASUS
1.
2.
Identitas
Nama
: Ny. F
Umur
: 45 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Suku
: Minang
Agama
: Islam
Tanggal Masuk
: 3 Juni 2015
Keluhan utama
Merah dan bengkak pada kaki kanan sejak 1 hari sebelum masuk RS
3.
4.
5.
6.
7.
Pemeriksaan Fisik
Kedaaan Umum
: Sedang
Kesadaran
: CM
Tekanan Darah
: 150/100 mmHg
: 80 x/ menit
Frekuensi Nafas
: 16 x/ menit
Suhu
: 380C
Status Generalis
Mata
Kepala
KGB
Paru
Jantung
Status Lokalis
Regio Cruris Dextra
I
9.
Diagnosa Kerja
Selulitis Cruris Dektra
10.
Pemeriksaan Anjuran
Lab darah
Leukosit : 9670/mm3 (5000-10.000)
Hitung Jenis Leukosit: (0/3/1/68/20/8)
Trombosit : 288.000 (150.000-400.000)
GDS
11.
Terapi
Antibiotik
Analgetik
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ketujuh. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2008
2. Fitzpatrick, Thomas B. Dermatology in General Medicine, seventh edition.
New York: McGrawHill: 2008
3. Pandaleke, HEJ. Erisipelas dan selulitis. Fakultas kedokteran Universitas
Samratulangi; Manado. Cermin Dunia Kedokteran No. 117, 1997
4. Herchline TE. 2011. Cellulitis. Wright State University, Ohio, United State
of America.
5. Morris, AD. 2008. Cellulitis and erysipelas. University Hospital of Wales,
Cardiff, UK. 1708
6. Concheiro J, Loureiro M, Gonzlez-Vilas D, et al. 2009. Erysipelas and
cellulitis: a retrospective study of 122 cases. 100(10): 888-94
7. Wolff K, Johnson RA, Fitspatricks: color atlas and synopsis of clinically
dermatology. New York: McGrawHill. 2008
8. Eron LJ. 2008. Cellulitis and Soft-Tissue Infections. American College of
Physicians.
9. Swartz MN. 2004. Cellulitis. New England Journal of Medicine. 350:90412
10. McNamara DR, Tleyjeh IM, Berbari EF, et al. 2007. Incidence of lower
extremity cellulitis:
population
based stud
in
Olmsted
county,
Minnesota. 82(7):817-21
11. Isselbacher, Baraundwald, Wilson. 1994. Harrisons Principles of Internal