You are on page 1of 24

SEORANG LAKI-LAKI 34 TAHUN DENGAN FROZEN SHOULDER

SINISTRA DAN HIPERTENSI STAGE I

Oleh :
Ratri Satya Pitrasti
G99112119

Pembimbing :
Dr. Trilastiti W., Sp.KFR, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN REHABILITASI MEDIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2013

STATUS PENDERITA
I. ANAMNESA
A.

Identitas Pasien
Nama

: Ny. S

Umur

: 63 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Pekerjaan

: PNS

Alamat

: Sukoharjo

Status

: Menikah

Masuk rumah Sakit : 16 September 2013

B.

Tanggal Periksa

: 16 September 2013

No CM

: 00692642

Keluhan Utama
Nyeri bahu kiri serta sulit untuk digerakan

C.

Riwayat Penyakit Sekarang


+ 1 bulan sebelum pasien periksa ke Poli klinik Rehabilitasi Medik
RS Dr. Moewardi Surakarta, pasien merasa nyeri pada bahu sebelah kiri.
Nyeri tidak menjalar dan dirasakan terutama bila bahu digerakkan. Nyeri
berkurang bila bahu tidak digunakan untuk beraktivitas. Nyeri dirasakan
muncul mendadak dan tidak diketahui penyebabnya. Nyeri pada bahu
dirasakan pasien mengganggu aktivitas.
Selain nyeri bahu, pasien juga mengeluhkan kedua kaki yang terasa
kesemutan. Keluhan dirasakan hilang timbul. Timbul terutama bila pasien
tekanan darahnya tinggi dan berkurang untuk istirahat. Pasien mengaku
sudah rutin kontrol ke poli penyakit dalam untuk mendapat obat
hipertensinya. BAB dan BAK tidak ada keluhan.

D.

E.

F.

G.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat Jatuh

: disangkal

Riwayat Hipertensi

: (+) 1 tahun yang lalu, kontrol rutin

Riwayat DM

: disangkal

Riwayat Penyakit Jantung

: disangkal

Riwayat Alergi obat/makanan

: disangkal

Riwayat Asma

: disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat Hipertensi

: disangkal

Riwayat DM

: disangkal

Riwayat Penyakit Jantung

: disangkal

Riwayat Alergi

: disangkal

Riwayat Asma

: disangkal

Riwayat Kebiasaan dan Gizi


Riwayat Merokok

: disangkal

Riwayat minum alkohol

: disangkal

Riwayat Olahraga

: tidak rutin

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien adalah seorang wanita menikah, tinggal bersama suami dan ketiga
orang anaknya. Pasien merupakan pekerja negri sipil. Pasien memeriksakan
diri dengan ASKES PNS.

II. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Generalis
Keadaan umum sakit sedang, Compos Mentis E4V5M6, gizi kesan cukup
B. Tanda Vital
Tekanan darah

: 140/90 mmHg

Nadi

: 84 x/ menit, isi dan tegangan cukup, irama teratur

Respirasi

: 20 x/menit, irama teratur, tipe thoracoabdominal


3

: 36,5 0C per aksiler

Suhu
C. Kulit

Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi (-),
spider naevi (-), striae (-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-), ulkus
decibitus (-)
D. Kepala
Bentuk mesocephal, kedudukan kepala simetris, luka (-), rambut hitam
beruban, tidak mudah rontok, tidak mudah dicabut, atrofi otot (-).
E. Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan
tak langsung (+/+), pupil isokor (3 mm/ 3mm), oedem palpebra (-/-),
sekret (-/-)
F. Hidung
Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)
G. Telinga
Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-)
H. Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-),lidah simetris, lidah tremor (-),
stomatitis (-), mukosa pucat (+), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-)
I. Leher
Simetris, trakea di tengah, step off (-), JVP

(R+2) ,limfonodi tidak

membesar, nyeri tekan (-), benjolan (-), kaku (-)


J. Thoraks
a.

Retraksi (-)

b.

Jantung
Inspeksi

: Ictus Cordis tidak tampak

Palpasi

: Ictus Cordis tidak kuat angkat

Perkusi

: Konfigurasi jantung kesan tidak melebar

Auskultasi : Bunyi jantung I dan II intensitas normal, reguler,


bising (-).
c.

Paru
Inspeksi

: pengembangan dada kanan = kiri, gerakan


4

paradoksal (-)
Palpasi

: fremitus raba kanan = kiri

Perkusi

: sonor seluruh lapang paru

Auskultasi : suara dasar ( vesikuler / vesikuler ),


suara tambahan (-/-)
K. Trunk
Inspeksi

: deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis(-)

Palpasi

: massa (-), nyeri tekan (-), oedem (-)

Perkusi

: nyeri ketok kostovertebra (-)

L. Abdomen
Inspeksi

: dinding perut sejajar dinding dada

Auskultasi : peristaltik (+) normal


Perkusi

: tympani

Palpasi

: supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, nyeri tekan (-), bruit
(-) dan lien tidak teraba

M. Ekstremitas
Oedem
-

Akral dingin
-

Disuse atropi (+/+) pada kedua tungkai bawah


N. Status Interna
S : kedua kaki kesemutan
O : Tekanan darah : 140/90
Nadi

: 84x/ menit

Respirasi

: 20x/menit

Suhu

: 36,5C

A : Hipertensi Stage I essensial


Terapi : Amilodipin 1x10mg
Neurodex 2x1 tab
Vitamin B12 3x1 tab
5

O. Status Neurologis
Kesadaran

: compos mentis, GCS E4V5M6

Fungsi Luhur

: dalam batas normal

Fungsi Vegetatif : dalam batas normal


Fungsi Sensorik
N

Fungsi Motorik dan Reflek :


Kekuatan :

Tonus :

Reflek fisiologis:

Reflek patologis:

+2

+2

+2

+2

Nervus Cranialis
N. III

: reflek cahaya (+/+) ; pupil isokor (3 mm/3mm)

N. VII

: dalam batas normal

N XII

: dalam batas normal

Range of Motion (ROM)


ROM

NECK

Aktif
0 700
0 400
0 600
0 900

Flexi
Extensi
Lateral bend
Rotasi
EKSTREMITAS
SUPERIOR
Shoulder

Elbow

Wrist

Finger

Fleksi
Ekstensi
Abduksi
Adduksi
External Rotasi
Internal Rotasi
Fleksi
Ekstensi
Pronasi
Supinasi
Fleksi
Ekstensi
Ulnar deviasi
Radius deviasi
MCP I fleksi
MCP II-IV
fleksi
DIP II-V fleksi
PIP II-V fleksi
MCP I ekstensi

EKSTREMITAS
INFERIOR
Hip

Fleksi

Pasif
0 700
0 400
0 600
0 900

ROM AKTIF
Dextra Sinistra
0-45
0-20
0-45
0-20
0-90
0-40
0-30
0-30
0-30
0-30
0-30
0-30
0-135
0-90
135-180
90-180
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-70
0-70
0-30
0-30
0-30
0-30
0-45
0-45
0-45
0-45
0-45
0-45
0-10

0-45
0-45
0-10

ROM AKTIF
Dextra
Sinistra
0
0

ROM PASIF
Dextra
Sinistra
0-45
0-20
0-45
0-20
0-90
0-40
0-30
0-30
0-30
0-30
0-45
0-45
0-135
0-135
135-180
135-180
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-70
0-70
0-30
0-30
0-30
0-30
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-100
0-30

0-90
0-100
0-30

ROM PASIF
Dextra
Sinistra
0-60
0-60

Ekstensi
Abduksi
Adduksi
Eksorotasi
Endorotasi
Fleksi
Ekstensi
Dorsofleksi
Plantarfleksi

Knee
Ankle

0
0
0
0
0
0-120
0
0-20
0-30

0
0
0
0
0
0-120
0
0-20
0-30

0-30
0-45
0-30
0-30
0-30
0-120
0
0-30
0-30

0-30
0-45
0-30
0-30
0-30
0-120
0
0-30
0-30

Manual Muscle Testing (MMT)


NECK
Fleksor M. Strenocleidomastoideus

Ekstensor

Shoulder

Elbow

Wrist

Ekstremitas Superior
Fleksor
M Deltoideus anterior
M Biseps
Ekstensor
M Deltoideus anterior
M Teres mayor
Abduktor
M Deltoideus
M Biceps
Adduktor
M Lattissimus dorsi
M Pectoralis mayor
Internal
M Lattissimus dorsi
M Pectoralis mayor
Rotasi
Eksternal
M Teres mayor
M Infra supinatus
Rotasi
Fleksor
M Biceps
M Brachialis
Ekstensor
M Triceps
Supinator
M Supinator
Pronator
M Pronator teres
Fleksor
M Fleksor carpi
radialis
Ekstensor
M Ekstensor
digitorum
Abduktor
M Ekstensor carpi
radialis
Adduktor
M ekstensor carpi
ulnaris

Dextra
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

Sinistra
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

Finger

Hip

Knee
Ankle

Fleksor
Ekstensor

M Fleksor digitorum
M Ekstensor
digitorum

Ekstremitas inferior
Fleksor
M Psoas mayor
Ekstensor
M Gluteus maksimus
Abduktor
M Gluteus medius
Adduktor
M Adduktor longus
Fleksor
Harmstring muscle
Ekstensor
Quadriceps femoris
Fleksor
M Tibialis
Ekstensor
M Soleus

Status Ambulasi
Dependent
III. ASSESMENT
1. Frozen shoulder joint sinistra
2. Hipertensi Stage I

IV. PENATALAKSANAAN
Terapi Medikamentosa :
Antalgin 3x1 tab (jika nyeri)
Meloxicam tab 3 x 1
Neurodex 2x1 tab
Amilodipin 1X10 mg
Vitamin B12 3x1 tab
Non medikamentosa :
Infra Red, TENS, serta fisioterapi

5
5

Dextra
5
5
5
5
5
5
5
5

3
3

Sinistra
5
5
5
5
5
5
5
5

V.

DAFTAR MASALAH

Problem Medis

Problem Rehabilitasi Medik


1. Fisioterapi

: Frozen shoulder joint sinistra

: Gangguan

gerak

(keterbatasan

gerak

pada

ekastremitas atas)
2. Terapi wicara

: Tidak ada

3. Okupasi Terapi

: Gangguan dalam melakukan aktivitas fisik seharihari (Activity Daily Living (ADL))

4. Sosiomedik

: Memerlukan bantuan untuk melakukan aktivitas


sehari-hari

5. Ortesa-protesa

: tidak ada

6. Psikologi

: Beban

pikiran

pasien

dan

keluarga

dalam

menghadapi penyakit penderita

Rehabilitasi Medik:
1.

Fisioterapi

a. Stretching exercise sendi yang kaku untuk mencegah kontraktur


b. Strengthening exercise untuk melatih kekuatan otot dan mencegah
atropi otot-otot
c.

ROM exercise aktif dan pasif

2.

Terapi wicara: tidak ada

3.

Okupasi terapi

: melatih keterampilan dalam

melakukan aktivitas sehari-hari (ADL)


4.

Sosiomedik :
a.

Menilai situasi kehidupan pasien

b.

Mengembalikan peran social pasien


dalam keluarga dan lingkungan

c.

Motivasi

dan

edukasi

keluarga

untuk membantu dan merawat penderita dengan selalu berusaha


menjalankan program di RS dan Home program

10

5.

Ortesa-Protesa : fixator bahu

6. Psikologi

: Psikoterapi suportif untuk mengurangi kecemasan pasien


dan keluarga dalam menghadapi penyakit pasien.

VI.

IMPAIRMENT, DISABILITY, DAN HANDICAP


Impairment

Disability

: Penurunan fungsi anggota gerak atas

Handicap

: Keterbatasan

melakukan

aktivitas

sehari-hari,

menjalankan pekerjaan dan kegiatan sosial.


VII.

PLANNING
Planning diagnostik

: foto rontgen shoulder

Planning terapi

: kontrol rutin untuk fisioterapi 2 kali dalam seminggu


hingga total 6 kali fisioterapi, kemudian evaluasi.

Planning monitoring : evaluasi hasil medika mentosa dan rehabilitasi medik


VIII.

TUJUAN
1.

Perbaikan keadaan umum seingga dapat kembali


melakukan ADL

2.

Mencegah

terjadinya

komplikasi

yang

dapat

memperburuk keadaan
3.

Meminimalkan impairment, disability dan handicap

4.

Membantu penderita sehingga mampu mandiri


dalam menjalankan aktivitas sehari-hari

5.
IX.

Edukasi perihal home exercise

PROGNOSIS
Ad vitam

: dubia ad bonam

Ad sanam

: dubia ad bonam

Ad fungsionam

: dubia ad bonam

11

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Sindroma frozen shoulder adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya
suatu reaksi peradangan kronik dan kekakuan bahu yang didahului dengan bursitis,

12

tendonitis

dan

kapsulitis

pada

daerah

persendian

glenohumeral

sehingga

pergerakkannya terganggu dan timbul nyeri (sakit).3


Anatomi
Bahu

terdiri

dari

acromioclavicularis,

sendi,

scapulocostalis,

yaitu

glenohumeralis,

sternoclavicularis,

suprahumeralis,

costosternalis

dan

costovertebralis. Sendi glenohumeral mempunyai peranan yang penting dan


merupakan sendi yang paling mobile dari ketujuh sendi tersebut.3
Gerakan-gerakan pada sendi bahu terdiri dari fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi
dan endorotasi-eksorotasi. Lingkup gerak sendi bahu dalam keadaan normal yaitu
fleksi 180, ekstensi 60, abduksi 180, adduksi 75, endorotasi 90 dan eksorotasi
90.3
Epidemiologi
Onset frozen shoulder terjadi sekitar usia 40-60 tahun. Dari 2-5 % populasi
sekitar 60 % dari kasus frozen shoulder lebih banyak mengenai perempuan dibanding
laki-laki. Frozen shoulder juga terjadi pada 10-20 % dari penderita diabetes mellitus
yang merupakan salah satu faktor resiko frozen shoulder.2

Etiologi
Penyebab frozen shoulder tidak diketahui, diduga penyakit ini merupakan
respon auto immobilisasi terhadap hasil-hasil rusaknya jaringan lokal. Meskipun
penyebab

utamanya

idiopatik,

banyak

yang

menjadi

predisposisi frozen

shoulder, selain dugaan adanya respon auto immobilisasi seperti yang dijelaskan di

13

atas ada juga faktor predisposisi lainnya yaitu usia, trauma berulang (repetitive
injury), diabetes mellitus, kelumpuhan, pasca operasi payudara atau dada dan infark
miokardia, dari dalam sendi glenohumeral (tendonitis bicipitalis, infalamasi rotator
cuff, fraktur) atau kelainan ekstra articular (cervical spondylisis, angina pectoris). De
Palma (1973) melaporkan bahwa setiap hambatan yang menghalangi gerak
scapulohumeral/scapulothoraxic

menyebabkan

inaktifitas

dari

otot

sehingga

merupakan predisposisi terjadinya frozen shoulder.4


Adapun beberapa teori yang dikemukakan AAOS (American Academy of
Orthopedic Surgeon) tahun 2007 mengenai frozen shoulder, teori tersebut adalah:2,5
a.

Teori hormonal.
Pada umumnya frozen shoulder terjadi 60% pada wanita bersamaan dengan
datangnya menopause.

b.

Teori genetik.
Beberapa studi mempunyai komponen genetik dari frozen shoulder, contohnya
ada beberapa kasus dimana kembar identik pasti menderita pada saat yang
sama.

c.

Teori auto immuno.


Diduga penyakit ini merupakan respon auto immuno terhadap hasil-hasil
rusaknya jaringan lokal.

d.

Teori postur.
Banyak studi yang belum diyakini bahwa berdiri lama dan berpostur tegap
menyebabkan pemendekan pada salah satu ligamen bahu.

Patofisiologi

14

Patofisiologi frozen shoulder masih belum jelas, tetapi beberapa penulis


menyatakan bahwa dasar terjadinya kelainan adalah imobilisasi yang lama. Setiap
nyeri yang timbul pada bahu dapat merupakan awal kekakuan sendi bahu. Hal ini
sering timbul bila sendi tidak digunakan terutama pada pasien yang apatis dan pasif
atau dengan nilai ambang nyeri yang rendah, di mana tidak tahan dengan nyeri yang
ringan akan membidai lengannya pada posisi tergantung. Lengan yang imobil akan
menyebabkan stasis vena dan kongesti sekunder dan bersama-sama dengan
vasospastik, anoksia akan menimbulkan reaksi timbunan protein, edema, eksudasi,
dan akhirnya reaksi fibrosis. Fibrosis akan menyebabkan adhesi antara lapisan bursa
subdeltoid, adhesi ekstraartikuler dan intraartikuler, kontraktur tendon subskapularis
dan bisep, perlekatan kapsul sendi.3
Pendapat lain mengatakan inflamasi pada sendi menyebabkan thrombine dan
fibrinogen membentuk protein yang disebut fibrin. Protein tersebut menyebabkan
penjedalan dalam darah dan membentuk suatu substansi yang melekat pada sendi.
Perlekatan pada sekitar sendi inilah yang menyebabkan perlekatan satu sama lain
sehingga menghambat LGS penuh. Kapsulitis adhesiva pada bahu inilah yang
disebut frozen shoulder.3

Gambaran Klinis
Penderita datang dengan keluhan nyeri dan ngilu pada sendi serta gerakan sendi
bahu yang terbatas ke segala arah, terutama gerakan abduksi dan elevasi, sehingga
mengganggu lingkup gerak sendi bahu. Rasa nyeri akan meningkat intensitasnya dari
hari ke hari. Bersamaan dengan hal ini terjadi gangguan lingkup gerak sendi bahu.
Penyembuhan terjadi kurang lebih selama 6-12 bulan, di mana lingkup gerak sendi

15

akan meningkat dan akhir bulan ke 18 hanya sedikit terjadi keterbatasan gerak sendi
bahu.3
Menurut Kisner (1996) frozen shoulder dibagi dalam 3 tahapan, yaitu:2,4
a.

Pain (Freezing) : ditandai dengan adanya nyeri hebat bahkan saat istirahat, gerak
sendi bahu menjadi terbatas selama 2-3 minggu dan masa akut ini berakhir
ampai 10-36 minggu.

b. Stiffness (Frozen) : ditandai dengan rasa nyeri saat bergerak, kekakuan atau
perlengketan yang nyata dan keterbatasan gerak dari glenohumeral yang di ikuti
oleh keterbatasan gerak scapula. Fase ini berakhir 4-12 bulan.
c.

Recovery (Thawing) : pada fase ini tidak ditemukan adanya rasa nyeri dan tidak
ada synovitis tetapi terdapat keterbatasan gerak karena perlengketan yang nyata.
Fase ini berakhir 6-24 bulan atau lebih.

Diagnosis
a. Anamnesis
Hal-hal yang harus ditanyakan kepada pasien adalah sebagai berikut:3
-

Lokasi yang sebenarnya dari nyeri bahu yang dirasakan.


Sudah berapa lama nyeri tersebut dirasakan.
Faktor apa saja yang menjadi pencetus timbulnya nyeri bahu tersebut dan

yang dapat menguranginya.


Ada tidaknya aktivitas yang berlebihan, terkilir atau trauma pada bahu

sebelumnya.
Ada tidaknya masalah atau penyakit pada bahu yang pernah diderita

sebelumnya.
Jika mungkin ditanyakan juga diagnosis serta terapi yang pernah diberikan
saat itu.

16

Perlu juga ditanyakan mengenai pekerjaan, kegemaran atau kegiatan waktu


senggang yang sering dilakukan pasien.

b. Pemeriksaan fisik
Pada frozen shoulder merupakan gangguan pada kapsul sendi, maka gerakan
aktif maupun pasif terbatas dan nyeri. Nyeri dapat menjalar ke leher, lengan atas dan
punggung, perlu dilihat faktor pencetus timbulnya nyeri. Gerakan pasif dan aktif
terbatas. Pertama-tama pada gerakan elevasi dan rotasi interna lengan, tetapi
kemudian untuk semua gerakan sendi bahu.3
Appley scratch test merupakan tes tercepat untuk mengeveluasi lingkup gerak
sendi aktif pasien diminta menggaruk daerah angulus medialis skapula dengan
tangan sisi kontra lateral melewati belakang kepala. Pada frozen shoulder pasien
tidak dapat melakukan gerakan ini. Bila sendi dapat bergerak penuh pada bidang
geraknya secara pasif, tetapi terbatas pada gerak aktif, maka kemungkinan
kelemahan otot bahu sebagai penyebab keterbatasan.3

Gambar 1: Appley scratch test


Nyeri akan bertambah pada penekanan dari tendon yang membentuk
muskulotendineus rotator cuff. Bila gangguan berkelanjutan akan terlihat bahu yang

17

terkena reliefnya mendatar, bahkan kempis, karena atrofi otot deltoid, supraspinatus
dan otot rotator cuff lainnya.3
Selain appley scratch test, tes provokasi lain yang dapat dilakukan adalah:
Appley scarf test
Pasien diminta melakukan fleksi bahu sampai 90 dan meletakkan tangan
menyilang secara horizontal di depan dada kontralateral di depan bahu yang
lain. Pemeriksa melihat apakah ada nyeri atau perubahan pada sendi
acromioclavicular.6

Gambar 2: Appley scarf test


Lift off test
Pasien berdiri dengan posisi bahu di internal rotasi dan siku difleksikan
sementara dorsum tangan menyentuh tulang belakang. Kemudian pasien
diinstruksikan untuk mengangkat tangan. Positif bila pasien tidak mampu
mengangkat tangan dari belakan melawan gravitasi.6

18

Gambar 2: Lift off test

Empty can test


Pasien diminta untuk mengekstensi sendi siku dengan lengan yang abduksi dan
jari menunjuk ke bawah, kemudian penderita disuruh untuk melakukan elevasi
lengan sambil pemeriksa melakukan tahanan melawan gerakan tersebut.6

Gambar 3: Empty can test

Yergasons test
Pasien diminta melakukan fleksi aktif sendi siku melawan tahanan sambil
pemeriksa melakukan eksorotasi humerus, akan terjadi subluaksi tendon yang
dirasakan sebagai lucutan dan kejutan. Positif bila terjadi nyeri di sulcus
bisipitalis sewaktu akan melakukan supinasi tangan melawan tahanan.6

Gambar 4: Yergasons test


c. Pemeriksaan penunjang
Selain pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosa perlu dilakukan
pemeriksaan seperti :3,7

19

X-ray, yaitu pemeriksaan untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti


fraktur dan osteoartritis.
Arthrografi, yaitu pemeriksan x-ray dengan menggunakan kontras yang di
suntikkan ke sendi bahu sebagai tanda pengerutan atau penyusutan kapsul

sendi bahu.
MRI, yaitu untuk mengevaluasi jaringan di sekitar sendi.

8. Penatalaksaan
a. Medikamentosa
Untuk mengurangi rasa nyeri diberikan analgesik dan obat anti inflamasi
nonsteroid. Pemakaian relaksan otot bertujuan untuk mengurangi kekakuan dan nyeri
dengan menghilangkan spasme otot. Beberapa penulis menganjurkan pemberian
suntikan menghilangkan nyeri secara cepat. Harus diperhatikan kemungkinan ruptur
dari tendon pada penyuntikan tersebut, maka penyuntikan tidak boleh lebih dari 2
kali dalam 1 tahun.8
b. Program rehabilitasi medik

Ultrasound (US)
Pada frozen shoulder, modalitas yang sering digunakan adalah Ultrasound.
Ultrasound merupakan salah satu modalitas fisioterapi yang secara klinis
sering diaplikasikan untuk tujuan terapeutik pada kasus-kasus tertentu
termasuk kasus muskuloskeletal. Terapi ultrasound sendiri menggunakan
energi gelombang suara dengan frekuensi lebih dari 20.000Hz yang tidak
mampu ditangkap oleh telinga atau pendengaran.
Dengan pemberian modalitas ultrasound dapat

terjadi iritan jaringan

yang

seperti

menyebabkan

reaksi

20

fisiologis

kerusakan

jaringan, hal ini disebabkan

oleh

efek mekanik dan thermal ultra

sonik. Pengaruh mekanik tersebut juga dengan terstimulasinya saraf polimedal


dan akan dihantarkan ke ganglion dorsalis sehingga memicu produksi P
subtance untuk

selanjutnya

dikenal neurogeic

terjadi

inflammation. Namun

inflamasi
dengan

sekunder

atau

terangsangnya P

substance tersebut mengakibatkan proses induksi proliferasi akan lebih


terpacu sehingga mempercepat terjadinya penyembuhan jaringan yang
mengalami kerusakan.9

Transcutaneus electrical nerve stimulation (TENS)


TENS merupakan suatu cara penggunaan energi listrik guna merangsang
sistem saraf melalui permukaan kulit dan terbukti efektif untuk merangsang
berbagai tipe nyeri. Pemberian TENS dapat menurunkan nyeri, baik dengan
cara peningkatan vaskularisasi pada jaringan yang rusak tersebut , maupun
melalui normalisasi saraf pada level spinal maupun supra spinal, sehingga
dengan berkurangnya nyeri pada bahu didapatkan gerakan yang lebih ringan.
Efek TENS terhadap pengurangan nyeri juga dapat mengurangi spasme dan
meningkatkan sirkulasi, sehingga memutuskan lingkaran viscous circle of
reflex yang pada akhirnya dapat meningkatkan LGS.9
TENS efektif mengurangi nyeri melalui aktivasi saraf berdiameter besar dan
kecil melalui kulit yang selanjutnya akan memberikan informasi sensoris ke
saraf pusat. TENS menghilangkan nyeri dikaitkan melalui sistem reseptor
nosiseptif dan mekanoreseptor. Sistem reseptor nosiseptif bukan akhiran saraf
bebas, melainkan fleksus saraf halus tak bermyelin yang mengelilingi jaringan
dan pembuluh darah.9
21

Pengurangan nyeri yang ditimbulkan oleh TENS dapat juga meningkatkan


kekuatan otot karena menormalkan aktivitas motor neuron sehingga otot
dapat

berkontraksi

secara

maksimal,

dan

berkurangnya

refleks

exitability dari beberapa otot antagonis gelang bahu sehingga otot agonis
dapat melakukan gerakan, dan karena stabilitas terbesar pada sendi bahu oleh
otot, maka hal tersebut meningkatkan mobilitas sendi bahu.9

Latihan
Latihan merupakan bagian yang terpenting dari terapi frozen shoulder. Pada
awalnya latihan gerak dilakukan secara pasif terutama bila rasa nyeri begitu
berat. Setelah nyeri berkurang latihan dapat dimulai dengan aktif dibantu. Rasa
nyeri yang timbul pada waktu sendi digerakkan baik secara pasif maupun aktif
menentukan saat dimulainya latihan gerak. Bila selama latihan pasif timbul
rasa nyeri sebelum akhir pergerakan sendi diduga masih fase akut sehingga
latihan gerak aktif tidak diperbolehkan. Bila rasa nyeri terdapat pada akhir
gerakan yang terbatas, berarti masa akut sudah berkurang dan latihan secara
aktif boleh dilakukan. Pada latihan gerak yang menimbulkan/menambah rasa
nyeri, maka latihan harus ditunda karena rasa nyeri yang ditimbulkan akan
menurunkan LGS. Tetapi bila gerakan pada latihan tidak menambah rasa nyeri
maka kemungkinan besar terapi latihan gerak akan berhasil dengan baik.
Latihan gerak dengan meggunakan alat seperti shoulder wheel, over head
pulleys, finger ladder dan tongkat merupakan terapi standar untuk penderita

frozen shoulder.6
Manajemen
-

Disesuaikan dengan stadiumnya

Managemen

komprehensif

untuk

meminimalkan ketidakmampuan dan meningkatkan kualitas hidup pasien


22

a.

Fisioterapi
Tujuan: 1. Mengurangi Spasme otot
2. Pencegahan kontraktur
Cara : Positioning and Turning
Exercise Pasif dan Aktif

b.

Psikologi
Tujuan: Memelihara status mental pasien dan keluarga, berupa emosi,
fungsi intelektual, dan fungsi persepsi

c.

Okupasi Terapi
Tujuan: Melatih keterampilan pasien dalam melakukan aktivitas
sehari-hari

d.

Orthetik Prostetik
Tujuan: Memfasilitasi ambulasi

e.

Pekerja Sosial Medik


Tujuan:

1. Menilai situasi kehidupan pasien


2. Perantara dalam hubungan pasien/keluarga dan tim
dokter

1.

Pencegahan

Monitor gerakan sendi bahu secara hati-hati agar dislokasi tidak


tambah parah

Latihan streaching secara rutin dan hat-hati

Monitoring keadaan kulit secara teratur

Monitoring status mobilitas

Minimalkan terjadinya tekanan (Friction, Shear)

23

DAFTAR PUSTAKA
1. Nurul S. Penatalaksanaan Fisioterapi padaKasus Capsulitis Adhesiva Dekstra
dengan Menggunakan Short Wave Diathermy (SWD) dan Terapi Manipulasi di
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta. 5 Desember 2012. Available
from: http://etd.eprints.ums.ac.id/2792/
2. Miharjanto K, Kuntono H, Setiawan D. Perbedaan Pengaruh Antara Latihan
Konvensional Ditambah Latihan Plyometrics dan Latihan Konvensional
Terhadap Pengurangan Nyeri dan Disabilitas Penderita Frozen Shoulder. 5
Desember

2012.

Available

from:

http://penjaskesrek.fkip.uns.ac.id/wp-

content/uploads/2012/04/jurnal2011.pdf
3. Hanako S. Frozen Shoulder. 5 Desember

2012.

Available

from:

http://minepoemss.blogspot.com/2010/07/frozen-shoulder.html
4. Anonymous. Frozen Shoulder (Capsulitis Adhesiva). 5 Desember 2012.
Available

from:

http://poenya-moe.blogspot.com/2012/03/frozen-shoulder-

capsulitis-adhesiva.html
5. Hidayat S. Nyeri Bahu/ Frozen Shoulder. 5 Desember 2012. Available from:
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/pathology/1991481-nyeri-bahufrozen-shoulder/
6. Anonymous. Frozen Shoulder (Kapsulitis Adhesiva/Adhesive Capsulitis). 5
Desember

2012.

Available

from:

http://fisioterapi-

yunitaprabandari.blogspot.com/2010/10/frozen-shoulder-capsulitis.html
7. Nasir Y. Kenali Gejala Frozen Shoulder. 5 Desember 2012. Avaible from :
http://yuninasir.blogspot.com/2011/02/kenali-gejala-frozen-shoulder.html
8. Braunwald E, Fauci AS, et al. Degenerative Joint Disease. In : Harrisons
Manual of Medicine 15th Ed. Boston: McGraw-Hill, 2003. P748-49.
9. Irfan. Frozen Shoulder (Kaku Bahu). 5 Desember 2012. Avaible from :
http://dhaenkpedro.wordpress.com/fisioterapi-pada-frozen-shoulder-kaku-bahu/
10. Thomson, Ann M., Tidys physiotherapy, 12th ed, Butterworth-Heinemann,
1991. hal: 71

24

You might also like