You are on page 1of 58

PANDUAN TEORI

INSTALASI LISTRIK

Penyusun:

Ir. Syahril Ardi, MT

POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA


Jl. Gaya Motor Raya 8 Sunter II Jakarta Utara 14330
Telepon: 6519555, Fax: 6519821, email: sekretariat@polman.astra.ac.id
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA I-1
1.1 Dasar-dasar Peraturan Umum I-1
1.2 Keselamatan Kerja I-1
1.3 Beberapa Ketentuan untuk Keamanan dan Keselamatan Kerja I-3
1.4 Keamanan Kerja !-7
1.5 Tips Seputar Keselamatan Kerja I-9
BAB II PERKAKAS LISTRIK II-1
2.1 Pendahuluan II-1
2.2 Tang II-1
2.3 Obeng II-4
2.4 Solder Listrik II-8
2.5 Testpen II-9
2.6 Alat Ukur Multimeter II-9
2.7 Alat Ukur Megger II-9
BAB III GAMBAR INSTALASI III-1
3.1 Gambar Instalasi III-1
3.2 Diagram Instalasi Lampu III-1
3.3 Instalasi Satu Fase, Dua Fase, dan Tiga Fase III-2
3.4 Hantaran Tiga Fase III-3
3.5 Mengatur Tegangan III-3
3.6 Macam-macam Rangkaian Lampu III-4
3.7 Timer (Relay Waktu) III-6
3.8 Aplikasi Timer pada Lampu III-7
3.9 Instalasi Sistem Lampu Setopan III-7
IV KOMPONEN INSTALASI LISTRIK IV-1
4.1 Saklar Tukar Kutub Tiga (Reverse Switch) IV-1
4.2 Kontaktor Magnet (MC: Magnetic Contactor) IV-2
4.3 Tombol Tekan On-Off (Push-Button) IV-3
4.4 Instalasi Gabungan saklar Tukar dan Rangkaian Self-Holding IV-7
4.5 Putaran Bolak-Balik dengan Kontaktor Magnet IV-8
4.6 Membalik Putaran tidak Langsung IV-8
4.7 Instalasi Putaran Motor Bolak-Balik yang dilengkapi dengan
Kontaktor Pembatas Otostop (Limit Switch) IV-9
4.8 Pengasutan (Starting) Langsung IV-9
4.9 Pengasutan Gerak Mula dengan Saklar Bolak-balik IV-10
BAB V MOTOR 3 FASE V-1
5.1 Menjalankan Motor 3 Fase V-1
5.2 Membalik Arah Putaran V-1
5.3 Mengukur Arus Motor V-1
5.4 Pengasutan Motor Y- V-2
5.5 Mengukur Arus Motor Y- V-4
5.6 Membalikkan Arah Putaran pada Instalasi saklar Y- V-4
5.7 Gerak Mula Y- Otomatis V-5
5.8 Sistem Rem Motor Induksi V-7
5.9 Pengasutan Gerak Mula dengan Saklar Tukar V-9
5.10 Instalasi Motor Double Speed dengan Kontaktor Magnet V-10
5.11 Instalasi Motor Double Speed dengan Saklar Khusus V-11
5.12 Tes instalasi V-12
5.13 Skema Instalasi Mesin Frais V-13
BAB VI MENCARI GANGGUAN (Trouble-Shooting) VI-1
6.1 Langkah-langkah Mencari Gangguan VI-1
6.2 Mencari Gangguan pada Rangkaian Instalasi Motor VI-2
6.3 Mencari Gangguan (Jika rangkaian tidak Bekerja) VI-3
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA

Listrik sangat penting dalam kehidupan kita. Hampir semua orang


memerlukan listrik dalam kehidupan sehari-hari, misalnya untuk penerangan,
peralatan rumah tangga, dan lain-lain. Namun, hanya sedikit orang yang
memahami kelistrikan secara mendalam. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman
dan ketrampilan mengenai pemasangan instalasi listrik, agar listrik dapat
digunakan seefisien dan seaman mungkin

1.1 Dasar-dasar Peraturan Umum


Pemasangan instalasi listrik tidak dapat dilakukan sembarangan. Jika tidak
hati-hati dapat membawa akibat yang fatal, baik bagi pemasangan instalasi
maupun bagi pemakainya. Oleh karena itu, sebelum seseorang memasang suatu
instalasi listrik perlu mengetahui peraturan instalasi listrik. Peraturan-peraturan ini
bertujuan melindungi manusia dan mengamankan barang dari bahaya yang
mungkin ditimbulkan oleh listrik, serta menyediakan tenaga listrik yang aman dan
efisien.
Peraturan untuk instalasi listrik terdapat pada buku Peraturan Umum
Instalasi Listrik 1987, yang disingkat PUIL 1987. Buku peraturan instalasi ini
diterbitkan oleh Limbaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). PUIL 1987 ini
berlaku untuk semua instalasi listrik arus kuat (ayat 102.A1), kecuali instalasi-
instalasi atau bagian-bagian instalasi yang disebut dalam ayat 102.A2.

1.2 Keselamatan Kerja


Seperti telah disebutkan di atas, peraturan-peraturan yang ada dimaksudkan
untuk pengamanan, baik bagi manusia, barang, maupun instalasi itu sendiri. Oleh
karena itu, untuk memasang suatu instalasi listrik diperlukan tindakan atau
langkah-langkah keselamatan kerja. Tindakan atau langkah keselamatan kerja
dapat dibedakan atas 4 hal berikut:
1.2.1 Keselamatan kerja bagi diri sendiri, yaitu tindakan keselamatan bagi diri
orang yang melakukan pekerjaan pemasangan instalasi.
Sebagai contoh:
 Menggunakan pakaian kerja yang sesuai dengan pekerjaan
 Menggunakan peralatan yang cocok
 Menggunakan peralatan pengaman (sabuk pengaman, sarung tangan,
sepatu, dan lain-lain).

1.2.4 Keselamatan kerja bagi orang lain, pada saat melakukan suatu pekerjaan
pemasangan instalasi jangan sampai mencelakakan orang lain yang
mungkin berada di sekitar lokasi pekerjaan. Contoh: pemotongan ujung
kabel menggunakan tang potong, jangan sampai sisa potongan kabel
tersebut berserakan di sembarang tempat karena sisa potongan kabel ini
cukup tajam sehingga dapat melukai orang lain yang melewati tempat
tersebut.

1.2.4 Keselamatan alat atau barang. Yang dimaksud alat-alat atau barang ialah
alat-alat atau barang yang digunakan dala pekerjaan tersebut. Misalnya
dalam hal menggunakan peralatan, jangan sampai peralatan tersebut rusak
atau tidak dapat berfungsi lagi akibat penggunaan yang tidak sesuai.
Contoh: menggunakan tang kombinasi untuk memukul paku/sekrup. Hal ini
dapat merusak tang tersebut sehingga tidak dapat difungsikan
sebagaimana mestinya.

1.2.4 Keselamatan lingkungan juga perlu diperhatikan dan dijaga, agar


lingkungan tetap sehat dan tidak membahayakan kehidupan di kemudian
hari. Contoh: tidak membuang sampah kabel sembarangan karena sisa-
sisa kabel baik yang berupa potongan-potongan tembaga ataupun sisa-sisa
bahan isolasinya dapat mencemarkan lingkungan hidup.

Tindakan keselamatan kerja tersebut dapat dikembangkan lagi dengan


menyesuaikan tempat dan keadaan pada masing-masing lingkungan pekerjaan.
1.3 Beberapa Ketentuan untuk Keamanan dan Keselamatan Kerja

 Taatilah peraturan umum instalasi


listrik, sehingga tidak menimbulkan
hal-hal yang tidak diinginkan. Bahaya
kebakaran dapat terjadi apabila kita
bekerja ceroboh.

 Janganlah mencoba memegang kawat


berarus tidak berisolasi, sebab cara ini
dapat mengundang maut.

 Putuskanlah saklar utama, lepas


sekering, pakailah sepatu karet, dan
gunakan alat/perkakas yang dilapisi
bahan isolator ketika bekerja pada
listrik.
 Nilai sekering pengaman terlalu besar
dan kawat instalasi yang tipis untuk
beban yang besar, akan menyebabkan
kawat terbakar.

 Jika sekering terlalu besar, motor akan


terbakar jika menerima beban lebih
(over-load).

 Bekerja tanpa memutus/mencabut


arus yang masuk, akan sangat
berbahaya.

 Bungkuslah dengan pita isolasi


(electrical tape) jika kawat terluka.
 Mencabut steker dengan menarik
kabel tidak dibenarkan.

 Instalasi tanpa hubungan/kontak tanah


dapat membahayakan.

 Menghubungkan kawat pada lubang


stop kontak adalah berbahaya.

 Untuk menghidupkan dan mematikan


lampu, harus dipasang saklar (switch).
 Sebelum dialiri arus, instalasi harus
diperiksa kembali. Periksa juga
sekering, apakah baik dan sesuai
kekuatan ampere-nya

 Singkirkanlah alat-alat dari papan


latihan, jika instalasi akan dialiri arus.

 Mencoba Instalasi
 Saklar utama pada posisi O (off).
Steker tiga fase dimasukkan, saklar
utama dimasukkan.

 Instalasi dihidupkan. Jika instalasi tidak


mau hidup, periksalah dengan testpen.
1.4 Keamanan Kerja
 Selama memasang instalasi listrik,
putuskan saklar utama dan lepas
sekering.

 Gunakanlah penampang kawat yang


sesuai dengan beban.
 Penampang kawat yang tipis akan
mudah meleleh, dan sarung isolasi
akan terbakar.

 Mengupas kawat/kabel dengan tang


pemotong, lubang pengupas
disesuaikan dengan tebal kawatnya.

 Penyambungan kawat yang


disekrupkan akan lebih baik jika ujung
kawat dipasang sepatu kabel yang
disolder atau dijepitkan dengan kuat.
 Penyambungan kawat yang
disekrupkan, ujung kawat dilingkarkan
sebesar tebal sekrup, searah jarum
jam, dan menggunakan cincin sekrup.

 Salah satu penyambungan kawat


dilindungi dengan tudung (las dop)
isolator.

 Penyambungan kawat/kabel yang


dikaitkan merupakan cara yang tidak
baik.

 Jika mengupas kawat/kabel dengan


pisau, pemotongan sarung kawat
supaya tidak tegak lurus.
 Menggunakan tang khusus pengupas.
Sekrup pengatur diatur supaya lubang
pengupas sesuai dengan tebal kawat.

 Panjang pengupasan sesuai dengan


terminal penghubung.

 Pengupasan terlalu panjang akan


membahayakan dan dapat
menyebabkan hubung-singkat.
Pengupasan terlalu pendek, akan
menyebabkan arus listrik terputus.

1.5 Tips Seputar Keselamatan Kerja


 Janganlah mencoba untuk memegang
dan memotong kawat/kabel yang
berarus dengan menggunakan alat
tanpa pelindung/isolator.
 Gunakanlah alat-alat yang memakai
penyekat (isolator).

 Dilarang keras menghubungkan kawat


antara fase dan nol (netral). Atau
antara fase dengan fase.

 Alat/mesin tegangan 1 fase 220 V dan


3 fase tanpa kontak tanah (ground),
akan membahayakan.
BAB II
PERKAKAS LISTRIK

2.1 Pendahuluan
Untuk melaksanakan pekerjaan instalasi listrik seperti: memasang kabel,
memasang rol isolator, memotong kabel, mengupas kabel, dan lain-lain,
diperlukan alat pendukung berupa peralatan atau perkakas listrik.
Di sinilah letak pentingnya bagi kita untuk mengenal dan mempergunakan
peralatan listrik. Karena jika salah memilih alat atau cara menggunakan alat, akan
mengakibatkan kerusakan pada bahan yang dikerjakan sehingga pekerjaannya
tidak akan berhasil dengan baik.
Jenis perkakas listrik antara lain: tang, obeng, palu, gergaji, bor, solder,
pembengkok pipa, reamer, jara, testpen, alat ukur (multimeter).

2.2 Tang
Tang termasuk alat penting yang sering digunakan dalam pekerjaan instalasi listrik.
Fungsi tang, antara lain:
 Memotong kabel
 Mengupas kabel
 Menarik kabel
 Memegang komponen, dll.
Berdasarkan bentuk dan kegunaannya, tang dapat dibagi menjadi beberapa jenis,
diantaranya:
 Tang kombinasi
 Tang biasa
 Tang pemotong
 Tang lancip.
Pemilihan tang haruslah disesuaikan dengan jenis pekerjaannya. Tang yang baik
adalah tang yang dibuat dari baja dan lapisannya tidak mudah berkarat.
2.2.1 Tang kombinasi
Sesuai dengan namanya, tang jenis ini dapat digunakan untuk
menyelesaikan beberapa macam pekerjaan, seperti: memotong kawat, memuntir
kawat, memegang benda, menarik kawat, dan lain-lain.
Bentuk tang kombinasi, seperti gambar di bawah ini:

Seperti terlihat pada gambar di atas, tang kombinasi terdiri dari beberapa bagian
yaitu:
 Bagian depan atau bagian mulut, dapat digunakan untuk memegang benda,
untuk memuntir kabel/kawat, dan menarik kabel.
 Bagian tengah samping yaitu bagian yang tajam menyerupai gunting, dapat
digunakan untuk memotong kabel, kawat atau isolasi.
 Bagian belakang yaitu bagian pemegang. Biasanya bagian ini dilapisi dengan
bahan isolasi yang terbuat dari karet atau plastik dengan maksud melindungi
pemakainya dari aliran listrik.

Catatan: Untuk menjaga agar tidak tersengat aliran listrik dan menjaga
keselamatan kerja dalam melakukan pengerjaan instalsi listrik, hendaknya aliran
listrik yang berada pada instalsi tersebut dimatikan dulu melalui kontak
sekeringnya.

2.2.2Tang Biasa
Umumnya digunakan hanya untuk memegang benda di saat tangan kita sudah
tidak mampu memegangnya atau untuk memuntir kawat pada pekerjaan instalasi.
Bentuk tang biasa seperti gambar di bawah ini:
Seperti terlihat pada gambar di atas, tang tersebut biasanya terdapat dalam suatu
kemasanperkakas listrik yang disebut tool-kit atau tool-set seperti gambar di
bawah ini.

Semua perkakas seperti pada gambar di atas selain dapat digunakan dalam
pekerjaan instalsi, juga dapat digunakan dalam pekerjaan elektronika.

2.2.3 Tang pemotong


Juga dikenal dengan nama knijptang. Tang jenis ini termasuk perkakas yang
sering digunakan dalam pekerjaan instalasi listrik. Fungsinya adalah untuk
memotong kabel/kawat, memotong tali dan memotong isolasi.

Gambar tang pemotong muka dan tang pemotong samping


Tang pemotong ini biasanya juga terdapat dalam kemasan tool-set.

2.2.4 Tang Lancip


Ada juga yang menyebutnya tang buaya, karena bentuk ujungnya yang
mirip dengan mulut buaya. Sebagian orang ada juga yang menyebutnya tang long
nose atau hidung panjang.

Gambar tang lancip/tang buaya.

Dengan bentuk seperti itu, maka tang lancip ini sangat cocok untuk
memegang benda-benda kecil seperti sekerup, ring, mur atau untuk mengambil
benda kecil yang sulit dijangkau oleh tangan. Selain itu juga tang lancip dapat
dipakai untuk membuat bulatan pada ujung kabel untuk meletakkan sekerup/baut.
Tang lancip juga biasanya terdapat di dalam kemasan tool-set yang berbentuk tas.

2.3 Obeng
Obeng termasuk perkakas yang sering digunakan dalam pekerjaan
instalasi listrik. Fungsinya adalah untuk memasang dan membuka/melepas
sekerup.
Berdasarkan konstruksinya, obeng terdiri dari 3 bagian, yaitu:
 Bagian pemegang
 Bagian batang
 Bagian mata obeng

Obeng yang biasa digunakan dalam pekerjaan instalasi listrik memiliki pegangan
yang terbuat dari kayu atau plastik dan batangnya terbuat dari baja yang
berbentuk bulat atau persegi dan dilapisi nikel agar tidak berkarat.
Berdasarkan kegunaannya terdapat beberapa macam obeng, diantaranya:
 Obeng biasa
 Obeng listrik
 Obeng kembang
 Obeng kayu
 Obeng offset
 Obeng tekan
 Obeng trimmer

2.3.1 Obeng Biasa


Obeng baiasa disebut juga obeng minus karena bentuk ujungnya pipih dan
menyerupai tanda minus (-). Penggunaan obeng ini bersifat umum, yaitu
memasang dan membuka paku sekerup atau baut dalam pekerjaan mekanik.
Pada umumnya obeng jenis ini pegangannya dibuat dari bahan kayu, plastik dan
mika.
Bentuk obeng biasa seperti gambar di bawah.

Gambar obeng biasa

2.3.2 Obeng Listrik


Obeng listrik adalah obeng yang khusus digunakan dalam pekerjaan
instalasi listrik. Bentuk obeng ini pada bagian matanya lebar selebar batangnya.
Hal ini dimaksudkan agar dapat dipakai untuk memasang dan membuka sekerup
atau baut yang letaknya ditanam pada lubang. Sebagai contoh sekerup yang
dipasang pada lubang yang dipersing atau baut yang terdapat pada steker.
Perlu juga diketahui bahwa dalam pekerjaan instalasi dapat dijumpai jenis
obeng yang dapat berfungsi ganda, yaitu selain dapat digunakan untuk
memasang/membuka sekerup juga dapat dipakai untuk mengetahui adanya aliran
listrik dalam suatu penghantar. Dalam hal ini obeng tersebut berfungsi sebagai
alat testpen.
Bentuk obeng tersebut adalah seperti gambar di bawah:

Seperti terlihat pada gambar, bagian dalam dari pegangannya terdapat


lampu yang akan menyala apabila ujung mata obeng tersebut disentuhkan pada
penghantar listrik yang berfase. Selain itu, pada obeng tersebut batangnya diberi
bahan isolasi yang menutupi bagian tangkai sampai batas ujung matanya agar
pemakainya tidak tersentuh aliran listrik. Obeng seperti ini pada umumnya juga
terdapat dalam kemasan tool-set.

2.3.3 Obeng kembang


Obeng kembang secara populer disebut juga obeng philips. Namun
sebagian orang menyebutnya dengan nama obeng positif atau plus, karena pada
nbagoian matanya menyerupai tanda positif (+). Adanya juga yang menyebut
obeng belimbing, karena ujungnya menyerupai buah belimbing.
Obeng jenis ini biasanya dipakai untuk memasang dan membuka kepala
sekerup atau kepala baut dengan alur silang (+).
Perlu diketahui bahwa kepala sekerup dengan alur silang memiliki tenaga gerak
putar yang lebih besar daripada beralur lurus (-).

Gambar obeng kembang


2.3.4 Obeng Offset
Obeng offset adalah obeng yang memiliki bentuk dan cirikhas sendiri, yaitu
tidak memiliki pegangan khusus namun memiliki dua macam mata di kedua
bagian ujungnya. Keseluruhan batang obeng terbuat dari baja yang dilapis bahan
nikel.

Gambar obeng offset

Obeng offset ini dapat digunakan untuk membuka dan memasang sekerup
pada tempat-tempat yang sempit dan tidak dapat dijangkau oleh obeng biasa.
Melihat bentuknya seperti itu gerakputar obeng ini hanya sedikit-sedikit.

2.3.5 Obeng Tekan


Disebut juga obeng genjot, karena dalam pemakaiannya obeng ini tidak
diputar tapi ditekan atau digenjot. Dengan menekan pemegangnya dan mata
obeng ditaruh pada kepala sekerup, maka sekerup akan berputar ke kiri atau ke
kanan sesuai dengan letak pengatur tombol yang ada pada pemegangnya.

Gambar obeng tekan

Seperti terlihat pada gambar, jika kedudukan tombol pada huruf L (left)
maka batang obeng akan berputar ke kiri yaitu melepas sekerup. Jika tombol pada
kedudukan R (raight) maka batang obeng akan berputar ke kanan yaitu
mengeraskan sekerup.
Selanjutnya jika tombol berada pada posisi O (di tengah-tengah antara L
dan R) maka batang obeng tidak akan berputar pada waktu ditekan, ini berarti
pemakaian obeng harus diputar dengan tangan seperti obeng biasa.

2.3.6 Obeng Trimmer


Sesuai dengan namanya obeng ini dipakai khusus untuk ngetrim
(mengatur) komponen elektronika seperti: coil, trimpot, trafo MF, dan lain-lain. Jadi
obeng ini hanya digunakan dalam pekerjaan elektronika.

Gambar obeng trimmer

2.4 Solder Listrik


Penggunaan solder biasanya dilakukan pada pekerjaan penyambungan
kawat, sehingga dihasilkan sambungan yang kokoh dan kuat. Solder listrik yang
dipakai dalam pekerjaan instalasi harus memiliki daya cukup besar, sesuai
dengan benda kerja yang akan disolder, misalnya solder 100 watt.

Gambar solder listrik

Ada jenis solder listrik lain yang bentuknya kecil dan dayanya sekitar 15 s/d
25 watt. Solder jenis ini umumnya digunakan dalam praktek elektronika seperti
memasang komponen elektronika seperti transistor dan IC. Penggunaan solder ini
juga harus hati-hati karena komponen tersebut sangat sensitif terhadap panas
yang berlebihan.

2.5 Testpen
Untuk mengetahui adanya aliran listrik dalam suatu penghantar diperlukan
suatu alat yang namanya testpen. Bagi yang sering berkecimpung dalam bidang
listrik, merupakan keharusan untuk memiliki alat testpen ini.

Gambar testpen

2.6 Alat Ukur Multimeter


Untuk mengetahui baik tidaknya hubungan-hubungan atau sambungan
penghantar dalam suatu instalasi diperlukan suatu alat ukur yang dinamakan
multimeter. Dengan menggunakan multimeter kita dapat mengetahui hasil
pemasangan instalasi meliputi: pemasangan kabel, penyambungan kabel dan
pekerjaan-pekerjaan lain dalam instalasi. Selain untuk mengetahui hasil
pemasangan instalasi, multimeter juga dapat dipakai untuk mengukur besarnya
tegangan listrik dan arus listrik yang mengalir di dalam suatu penghantar.

2.7 Alat Ukur Megger


Megger termasuk alat ukur presisi yang dapat digunakan untuk mengukur
tahanan dalam batas tidak terhingga. Dengan menggunakan megger, pengukuran
suatu instalasi hasilnya akan lebih baik daripada dengan menggunakan multimeter
karena selain dapat mengetahui adanya hubung singkat. Juga dapat mengetahui
adanya suatu kebocoran arus yang terjadi pada penghantar. Hal ini tidak dapat
dilakukan jika menggunakan alat ukur multimeter.
Gambar Megger

2.7.1 Cara menggunakan mengger


Misalkan kita akan mengukur hubungan antara 2 penghantar yaitu
penghantar fase dan penghantar nol, seperti gambar di bawah:

Gambar penggunaan megger

2.7.2 Cara pengukuran


 Hubungkan probe A dari megger pada penghantar fase dan probe B pada
penghantar nol. Sesudah itu megger diputar.
 Perhatikan skala meter, jika megger diputar jarum penunjuk diam dan tidak
bergerak, berarti kedua penghantar tersebut baik dan aman (tidak terjadi
hubung singkat).
 Jika megger diputar jarum penunjuk bergerak mendekati harga nol, berarti
pada kedua penghantar tersebut terjadi hubung singkat.
Klasifikasi pengukuran, sebagai berikut:
1. Jika jarum penunjuk bergerak dan penyimpangannya besar nerarti pada kedua
penghantar tersebut terdapat hubung singkat.
2. Jika jarum penunjuk bergerak dan penyimpangannya sedikit, berarti pada
kedua penghantar tersebut terjadi kebocoran. Kebocoran tersebut bisa saja
terjadi akibat isolasi dari penghantar yang kurang baik. Kebocoran akan
mengakibatkan cepat terjadinya panas jika dibiarkan akan menimbulkan
kebakaran.
3. Jika jarum penunjuk diam atau tidak bergerak sama sekali, berarti kedua
penghantar tersebut baik dan aman
BAB III
GAMBAR INSTALASI

3.1 Gambar Instalasi


Untuk mempermudah penggambaran dan
pembacaan, instalasi digambar secara
diagram dan simbol. Simbol kawat
penghantar fase, digambar secara garis.
Sedangkan penghantar N (Nol, Netral): garis
putus-putus. Penghantar pentanahan
(ground): garis titik.

3.2 Diagram Instalasi Lampu


KWh = watt-meter
F = fuse = sekering
S = switch = saklar
L = lampu
Komponen-komponen dalam instalasi
dihubungkan secara deret.
A = instalasi lampu
B = bagan instalasi

3.2.1 Hubungan Lampu Seri (Deret)


Dua buah lampu atau lebih dihubungkan
secara seri (deret). Di sini hanya ada satu
nilai arus. Lampu penerangan dihubungkan
secara seri adalah tidak benar, karena
apabila salah satu lampu mati maka yang
lainnya juga akan mati.
Mengukur arus I dan tegangan V pada
hubungan seri. Ampere-meter dipasang seri
di antara saluran: titik A, B, C, atau D.
Kapasitas ampere-meter harus sesuai.
Tegangan masing-masing lampu Vm
dipasang antara titik: A-B, B-C, C-D.
Tegangan A-D = T-O.

3.2.2 Hubungan Lampu Paralel


Masing-masing lampu 25 W, 220 V. Tahanan
total paralel, arus I total dan P total dapat
dihitung. Untuk mencocokkan arus tiap
lampu dan arus I total, harus dilakukan
pengukuran.

3.3 Instalasi satu fase, dua fase, dan tiga fase

Gambar instalasi 1-fase, 2-fase, & 3-fase

Pesawat-pesawat listrik, lampu, dan stop


kontak di rumah-rumah, dihubungkan secara
paralel.
Hantaran rumah-rumah, juga dihubungkan secara paralel. Untuk menjaga
keseimbangan, maka tiap hantaran fase harus mempunyai beban yang kira-kira
sama.

Gambar hantaran listrik di rumah-rumah

3.4 Hantaran Tiga Fase


Setiap mesin 3-fase dihubungkan secara
paralel, dan setiap fasenya haruslah
mempunyai beban yang kira-kira sama.

3.5 Mengatur Tegangan


Dengan menggunakan 'tahanan atur' yang
dihubungkan secara seri dengan lampu 40
W, 220 V.
Besarnya tahanan atur Ra dapat ditentukan,
sesuai dengan besarnya arus I lampu, dan
besarnya tegangan lampu.

Dengan menggeser kontak K berturut-turut


dari A-B…C, lampu mulai menyala dari
redup sampai menyala normal. Besarnya
tegangan lampu/alat yang diketahui dapat
diukur dengan Vm.
3.6 Macam-macam Rangkaian Lampu
3.6.1 Instalasi Saklar Tukar 1
(Disebut juga saklar hotel).
Satu lampu dapat dinyalakan dan dimatikan
dari dua tempat dengan saklar S1 dan S2.
a. Gambar Diagram susunan instalsi
b. Gambar Diagram singkat

3.6.2 Instalasi saklar tukar 2


Prinsip kerjanya sama

3.6.3 Hubungan Silang


Lampu dapat dilayani dari tiga tempat
S1 = S3 = saklar tukar
S2 = saklar silang

3.6.4 Instalsi Lampu 3 Ruangan


S1 = di pintu masung ruang a
S2 = di pintu masung ruang b
S3 = di pintu masung ruang c
3.6.5 Lampu kamar dan lampu tempat cuci
S1 = saklar tukar pada pintu kamar
S2 = saklar tukar pada tempat tidur
S3 = saklar tukar pada tempat cuci

3.6.6 Hubungan Bangsal


Penerangan pada ruangan besar

3.6.7 Lampu kamar gelap (Fotografi)


S1 = di ruang masuk 1
L1 = lampu netral, lampu ruangan dinyalakan
dengan S2 dalam persiapan kerja fotografi.
L2, L3 warna hijau dan merah = proses cuci
film dan cetak.
L4 = lampu isyarat proses fotografi (tidak
boleh ada yang masuk).

3.6.8 Lampu terang redup 1


S2 pada posisi (a) = lampu L2 menyala
terang.
S2 pada posisi (b) = L1-L2 berhubungan
secara seri, lampu menyala redup.
S1 = saklar utama lampu
3.6.9 Lampu terang redup 2
S2 pada posisi (a) = lampu L1 menyala
terang.
S2 pada posisi (b) = L1-L2 berhubungan
seri.

3.6.10 Lampu terang redup 3


(Hubungan Seri-Paralel)
S1 = on & S2 = off  L1, L2, L3 =
berhubungan seri, menyala redup.
S2 = on  L1, L2, L3 berhubungan paralel,
masing-masing lampu menyala normal.

3.7 Timer (Relay Waktu)


Timer terdiri atas bagian-bagian:
 Terminal sambungan (kaki 1 s/d 8)
 Kumparan magnet (koil)
 Skala pengatur waktu (second,
minutes, hours, 10hours).
Bentuk dan jenisnya bermacam-macam.

3.7.1 Prinsip Kerja


Jika saklar S dihubungkan, kumparan 2-7
akan dilalui arus dan timbul elektromagnet
sehingga akan menarik kontaktor 1-4.
Pada waktu yang ditentukan (sesuai
setting waktunya), kontaktor 1-4 akan
terputus dan menghubungkan 1-3.
Jika S diputus, elektromagnet akan hilang,
sehingga kontaktor kembali 1-4.
3.8 Aplikasi Timer pada Lampu
3.8.1 Satu Lampu Kedip
 Jika saklar S dihubungkan, maka
lampu akan menyala. Elektromagnet
pada kumparan 2-7 akan menarik
kontaktor 1-4, beberapa detik
kemudian pindah dari 1 ke 3, lampu
mati, elektromagnet kumparan 2-7
hilang kontaktor kembali pada 1-4, dan
terus berlanjut.

3.8.2 Dua lampu Kedip (Flip-Flop)


 Perhatikanlah gambar diagram,
pelajarilah prinsip kerjanya.

3.9 Instalasi Sistem Lampu Setopan


BAB IV
KOMPONEN INSTALASI LISTRIK

4.1 Saklar Tukar Kutub Tiga (Reverse Switch)


 Ada berbagai macam jenisnya.

 Penggunaan: untuk membolak-balik


arah putaran suatu mesin.

 Skemanya bermacam-macam. Pada


prinsipnya untuk menukar di antara
dua fase.
 Saklar posisi I: kontaktor
menghubungkan fase R-U, S-V, T-W
 Posisi II: R-U, S-W, T-V, fase yang
ditukar di sini adalah S-T, sehingga
putaran motor akan terbalik (reverse).

 Saklar tukar untuk 2 motor.


 Contoh: Posisi I untuk menghidupkan
motor I, dan posisi II untuk
menghidupkan motor II.

4.2 Kontaktor Magnet (MC: Magnetic Contactor)


 Merupakan saklar kutub tiga dan
beberapa kontaktor tambahan. Prinsip
kerjanya berdasarkan sistem
elektromagnet.

 Bagian-bagiannya
a. Inti besi lunak.
b. Kumparan magnet dengan ujung
titik A-B.
Kontaktor utama R S T - U V W; 13-14
kontaktor pengganti; 21-22 kontaktor
pengunci/pengaman.
 Rangkaian Kontaktor Magnet
1. Arus yang mengalir ke motor disebut
arus utama.
2. Arus yang melalui kumparan A-B
disebut arus kemudi (arus kontrol).

 Prinsip Kerja
 Saklar S di ON kan, arus kemudi
masuk kumparan A-B melalui bimetal
relay 95-96, pada kumparan timbul
magnet, kontaktor arus R S T / U V W
menghubung, motor akan bekerja.

 Prinsip Kerja Bimetal Relay


 Jika motor kelebihan beban (overload),
maka Bimetal panas dan memuai
memutuskan arus kemudi 95-96,
magnet hilang kontaktor utama R S T /
U V W diputuskan, motor mati.

4.3 Tombol Tekan ON-OFF (Push-Button)


 Tombol jenis ini lebih aman, karena
tombol ON terhindar dari sentuhan
yang tidak disengaja. Sedangkan
Tombol OFF mudah untuk mematikan.
 Posisi Kontaktor ON-OFF
ON = NO (Normally Open)
OFF = NC (Normally Close)
ON ditekan = kontaktor menghubung.
OFF ditekan = hubungan terputus.

 Self Holding System


Titik kontaktor 13-14 adalah kontaktor
pengganti ON.
ON = untuk menghidupkan motor
OFF = untuk mematikan motor.

 Prinsip Kerja
ON ditekan, kontaktor 13-14, dan RST /
UVW terhubung, motor bekerja.
 ON dilepas kembali, kontaktor 13-14
dan RST / UVW tetap terhubung,
motor tetap bekerja. Fungsi ON diganti
oleh kontaktor 13-14.

 OFF ditekan 1-2 terputus. Kontaktor


13-14 dan RST / UVW terputus, motor
mati.

 Self Holding Circuit


 Ada bermacam-macam rangkaian,
tetapi prinsipnya sama.

 Dengan menggunakan skema, kita


dapat membaca jalannya aliran arus.
 Dengan skema yang benar, kita dapat
mengetahui bagaimana rangkaian
bekerja.

 Skema instalasi self-holding circuit dua


fase dengan dua bimetal relay.
Kekuatan nilai amper bimetal 10%
lebih dari arus nominal motor.

 Self-holding circuit dengan satu buah


bimetal relay.

 Skema dasar rangkaian.


 Self-holding system sering dipisahkan
dari rangkaian arus utama untuk
memudahkan penggambaran dan
pembacaan.
 Keuntungan rangkaian self-holding
system
 Jika suatu mesin sedang bekerja,
kemudian sumber listrik mati, dan
kemudian menyala lagi, maka motor
tidak dapat hidup sendiri.

 Kerugian instalasi tidak dengan sistem


self-holding
 Jika mesin sedang jalan kemudian
listrik mati dan lupa mematikan saklar,
maka jika listrik menyala lagi mesin
akan langsung berjalan sendiri. Hal ini
tentu saja akan membahayakan.

4.4 Instalasi Gabungan Saklar Tukar dan Rangkaian Self-Holding.


Jika arus kemudi diambil dari titik B, cara kerja rangkaian akan berlainan dengan
dari titik A. Dianjurkan diambil dari titik A.
4.5 Putaran Bolak-Balik dengan Kontaktor Magnet
 Membalik putaran langsung:
OFF = menyetop
For = Forward (arah maju) titik 7-8.
Rev= Reverse (membalik) titik 9-10.
Titik 3-4 / 5-6 titik pemutus/penghalang
supaya MC1/MC2 tidak dapat bekerja
bersama.

 Kontaktor 13-14 sebagai pengganti


kontaktor ON.

4.6 Membalik putaran tidak langsung


 Dari tombol For kemudian OFF baru kemudian Rev.
 Kontaktor 21-22 sebagai penghalang / pemutus.
4.7 Instalasi Putaran Motor Bolak-balik yang dilengkapi dengan kontaktor
pembatas otostop (Limit Switch) MS1/MS2 (MS = Micro Switch)

 Salah satu contoh aplikasinya adalah


pada gerakan kasar meja frais.
 Kontaktor 21-22 sebagai penghalang
supaya MC1-MC2 tidak bekerja secara
bersama-sama, yang akan
mengakibatkan arus utama terhubung-
singkat.

4.8 Pengasutan (Starting) Langsung


 Untuk motor dengan daya 4-6 kW,
gerak mula arusnya mengalir 4-7 kali
lipat. Sehingga untuk pengamanan
terhadap motor perlu dipasang
pengaman Over Load Relay (sistem
bimetal).
4.9 Pengasutan Gerak Mula dengan Saklar Bolak-Balik
 Sekering gerak mulanya 50-60 ampere.
 Sekering gerak normalnya 16 ampere.
BAB V
MOTOR 3 FASE

5.1 Menjalankan (starting = pengasutan) Motor 3 Fase


Untuk daya motor sampai dengan 4
kW, dapat dihubungkan secara langsung
dengan saklar 3 kutub. Kekuatan sekering
(fuse) haruslah 20% - 30% lebih besar
daripada arus motor (I).

5.2 Membalik Arah Putaran


Dengan cara menukar di antara 2 fase.
Putaran dilihat dari depan puli (pulley) dan
kotak terminal berada di sebelah kanan
stator (bagian motor yang diam).

5.3 Mengukur arus Motor


Pemasangan ampere-meter cukup pada
salah satu saluran fase. Kapasitas ampere-
meter untuk motor di bawah 4 kW, kira-kira 2-3
kali lipat arus I nominal motor.
Posisi amper-meter haruslah tegak,
posisi jarum sebelum ampere-meter dipasang
juga harus tepat nol dilihat secara paralak.

Pengukuran arus motor juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat


tang-ampere atau clamp-meter. Caranya yaitu dengan meletakkan kabel di dalam
ujung tang-ampere dan langsung nilai arusnya terbaca/terukur.
5.4 Pengasutan (Starting) Motor: Y (Star) -  (Delta)
 Dengan saklar gerak mula manual Y - .
Tujuannya adalah untuk mengurangi arus
gerak mula.

5.4.1 Prinsip saklar Y - 


 Posisi 0 : kontaktor tidak berhubungan.
 Posisi Y : Motor dihubungkan Y.
 Posisi  : Motor dihubungkan .

5.4.2 Saklar Posisi (Y).


 Terminal motor U-V-W terhubung dengan
arus utama R-S-T, terminal Z-X-Y
digabungkan menjadi Y oleh kontaktor Z-
X-Y.
 Arus gerak mula (Y) = 1,5 - 2,5 kali arus
motor.

5.4.3 Saklar Posisi ()


 Terminal motor U-V-W dan Z-X-Y
digabungkan dengan R-S-T oleh
kontaktor . Hubungan menjadi R-V-Z,
S-V-X, dan T-W-Y.
 Kumparan hubungan Y, dan hubungan
Y pada terminal motor.

 Gambaran kumparan hubungan Y


terhadap arus jaringan. Kumparan
seperti hubungan seri, di mana arus I
motor Y kecil berkisar 1,5 - 2,5 kali
arus nominal.

 Kumparan hubungan  dan hubungan


 pada terminal motor.

 Gambaran hubungan  terhadap arus


jaringan. Kumparan seperti hubungan
paralel, di mana arus I motor besar.
5.5 Mengukur Arus Motor Y - 
 Kita dapat mengetahui perbedaan arus
hubungan Y dan . Pada saat gerak
mula Y, catat arus Y, + 3 detik
kemudian hubungan  dan catatlah
beberapa arus .

 Mengukur arus langsung hubungan 


 Saklar Y -  dalam posisi . Motor
dijalankan dengan saklar utama,
catatlah berapa ampere arusnya.

5.6 Membalikkan arah putaran pada


instalasi saklar Y - 
 Dengan menukar arus input (R-S-T).

 Dengan menukar ujung-ujung kedua


kumparan.
5.7 Gerak Mula Y -  Otomatis
 Dasar kerja arus utama. Kontaktor
magnet (Km) Y menghubungkan Y, +
3 detik kemudian Km Y putus dan Km
 menghubungkan .

 Rangkaian arus utama gerak mula Y -


 otomatis dengan bantuan 3 unit
kontaktor magnet.

 Rangkaian arus kemudi/kontrol


pengasutan Y -  otomatis (1) dengan
bantuan relay waktu (timer), dan saklar
pengasut kutub 1.

 Pengasut Y -  (2) dengan tombol


"ON-OFF".
 Prinsip kerja: Tombol di ON kan C2
akan terhubung Y dan C1
menghubungkan R-S-T ke motor. Tiga
detik kemudian relay waktu
memutuskan arus C2 (Y) dan
menghubungkan kemudi C3 untuk
menghubungkan motor ke .
 Gerakan mula dengan 'tahanan atur'
(rheostat) untuk motor jenis 'rotor belit'.
Dayanya 8 - 12 kWatt.

 Prinsip Kerja
 Saklar dihubungkan, motor mulai
berputar lambat. Dengan memutar
rheostat, maka berangsur-angsur dari
titik 4-1, motor berangsur-angsur
berputar sampai maksimum.

 Konstruksi rotor belitan

 Penyangga rotor dan konstruksi sikat


(brush)
5.8 Sistem Rem Motor Induksi
 Dengan memasang dioda pada dua
fase, arus putar dalam kumparan
diubah menjadi arus searah (DC) pada
1 kumparan.

 Pengasutan dan menyetop dengan


sistem rem

5.8.1 Saklar pengereman


 Saklar tukar S pada posisi R =
rem/pengereman.
 Pada posisi O = rem tidak berfungsi.

5.8.2 Alternatif pemasangan dioda


 Sistem rem dengan menggunakan dioda dapat dipasang pada saluran dengan
bermacam-macam posisi.
S T R S T

U V W U V W

Z X Y Z X Y

 Pengasutan dengan gabungan saklar


pembalik putaran dengan sistem
pengereman.
5.9 Pengasutan Gerak Mula dengan Saklar Tukar
5.10 Instalasi Motor Double Speed dengan Kontaktor Magnet
(Pemindahan Kecepatan secara Langsung)
5.11 Instalasi Motor Double Speed dengan Saklar Khusus
5.12 Tes Instalasi
5.13 Skema Instalasi Mesin Frais
BAB VI
MENCARI GANGGUAN (Trouble-Shooting)

6.1 Langkah-langkah Mencari Gangguan


 Gunakanlah alat sederhana (testpen)
 Dimulai dari sumber yang masuk,
berturut-turut pada tiap titik
sambungan di mana terdapat testpen
tidak menyala.

 Atau mulai dari beban 1.

 Dimanakah letak kesalahan jika pada


titik sambungan ini testpen masih
menyala?
6.2 Mencari Gangguan pada Rangkaian Instalasi Motor
 Skema instalasi sangatlah penting
untuk melakukan pemeriksaan
terhadap rangkaian instalasi yang
mengalami gangguan.
 Pemeriksaan dibedakan atas:
1. Arus utama yang menuju motor
(rangkaian daya).
2. Arus kemudi/kendali yang menuju
kumparan magnet (rangkaian
kontrol).

 Pemeriksaan tegangan, cukup


menggunakan testpen.
Jika tegangan kontrol/kemudi rendah
(24 V) testpen tidak akan menyala,
sehingga perlu digunakan multimeter.

 Mencari gangguan saluran kontrol /


kemudi.
Sekering arus utama dilepas.
Tekan tombol I dan II.
Jika tombol ditekan, kontaktor magnet
tidak bekerja, maka saluran itulah
yang harus diperiksa.

 Pemeriksaan pada arus utama.


Kontaktor K1 atau K2 ditekan.
Jika salah satu yang ditekan, motor
tidak bekerja (mendengung), maka
saluran kontaktor itulah yang harus
diperiksa dan hubungan ke motor harus
dilepas.
6.3 Mencari Gangguan (Jika Rangkaian tidak Bekerja)
 Gunakanlah alat sederhana (testpen).
 Tombol ON ditekan, kontaktor magnet
tidak bekerja. Periksa berturut-turut
dari arus masuk titik 1 misalnya
sampai titik 8 testpen menyala,
sedangkan pada titik 9 tidak menyala,
maka kesalahan terletak pada
komponen antara titik 8-9.

 Atau pemeriksaan dimulai dari


belakang (beban). Misalnya: dari titik 9
sampai pada titik 6 testpen tidak
menyala, sedangkan pada titik 5
testpen menyala, maka kesalahan
terletak pada komponen OFF.

 Jika ON ditekan kontaktor magnet


tidak bekerja, pemeriksaan berturut-
turut dari titik 1…10 testpen menyala,
maka kesalahan terletak pada kabel
saluran nol (bukankah pada 'saluran
nol' testpen tidak harus menyala?).
DAFTAR PUSTAKA

1. Rangkaian Listrik, Seri Buku Schaum, Joseph A. Edminister, Penerbit

Erlangga, Edisi kedua.

2. Hukum Kirchhhoff, penuntun berencana 07, Siemens, Alois Koller.

3. Instalasi Listrik Arus Kuat 2, P.van.Harten, Penerbit Binacipta, 1995

4. Pengukuran dan Alat-alat Ukur Listrik, Soedjana Sapiie & Osamu Nishino,

Pradnya Paramita, cet. 6, 2000.

5. Ketrampilan Teknik Listrik Praktis, John B Robertson, Penerbit Yrama Widya,

cet.3, 1995.

6. Teknik Pengerjaan Listrik, Daryanto, Penerbit Bumi Aksara, cet.1, 2000.

7. Teknik Listrik Instalasi Penerangan, F Suryatmo, Penerbit Rineka Cipta, 1998.

8. Panduan Teori Instalasi Listrik, Polman Astra, Syahril Ardi, 2002.

9. Belajar Instalalasi Listrik, Dedi Rusmadi, Penerbit CV Pionir Jaya, Juli 2001.

10. Elektronik Industri, Frank D Petruzella, Penerbit ANDI Yogyakarta, 2001.

11. Pemasangan Instalasi Listrik Dasar, Priyo Handoko, Penerbit kanisius, 2000.

You might also like