You are on page 1of 27

KETERKAITAN UNDANG-UNDANG PENATAAN RUANG (RTRW) DENGAN UNDANG-UNDANG

LAINNYA (SEKTORAL)
UNDANG-UNDANG SEKTORAL TERKAIT UUPR
1. UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
2. UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
3. PP No. 20 tahun 2010 tentang Wilayah
Pertambangan
4. PP No.35 tahun 2004 tentang Kegiatan Hulu
Minyak dan Gas Bumi
5. UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
6. PP No.43 tahun 2008 tentang Air Tanah
7. UU No. 17 tahun 2008 tentang Kepelabuhanan
8. UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan
9. UU N0. 18 Tahun 2008 tentang Persampahan
10.UU No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan
11.UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan
12.UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana
13.UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan
Pesisir

14.RUU Kelautan
15.UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
16.PP No.27 Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL)
17.UU no. 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan
18.UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan
19.PP No.10 tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan
Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan
20.PP No.76 Tahun 2008 tenatng Rehabilitasi dan
Reklamasi Hutan
21.PP No. 24 tahun 2009 tentang Kawasan Industri
22.
23.PP No. 15 tahun 2004 tentang Perusahaan Umum
Pembangunan Perumahan Nasional
24.PP No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum (SPAM)
25.PP No. 10 tahun 1993 tentang Benda Cagar Budaya

KETERKAITAN MUATAN
UNDANG-UNDANG

KLAUSUL TENTANG TATA RUANG

RENCAN
A
STRUKTU
R

RENCAN
A POLA

KAW.
STRATEG
IS

KETERANGAN

UU No. 26 Tahun 2007


tentang Penataan
Ruang

Pasal 79
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992
tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

UU No. 10 Tahun 2009


tentang
Kepariwisataan

Pasal 13 ayat (2) :


Kawasan strategis pariwisata
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan bagian integral dari rencana
tata ruang wilayah nasional, rencana tata
ruang wilayah provinsi, dan rencana tata
ruang wilayah kabupaten/kota.

UU No. 4 Tahun 2009


tentang Pertambangan

Pasal 1 Ayat (29) :


Wilayah Pertarnbangan, yang selanjutnya
disebut WP, adalah wilayah yang memiliki
potensi mineral dan/atau batubara dan
tidak terikat ciengar, batasan administrasi
pemerintahan yang verupakan bagian dari
tata ruang nasional.
Pasal 9 ayat (1) :
WP sebagai bagian dari tata ruang
nasional merupakan landasan bagi
penetapan kegiatan pertambangan.
Pasal 39 ayat (1) :

Penetapan
kawasan
strategis
pariwisata
mengacu pada
RTRW &
sinkronisasi
program dengan
Kembudpar
menjadi peluang
untuk dukungan
APBN
Penetapan dan
pengeluaran izin
usaha
pertambangan,
secara hukum
harus mengacu
pada RTRWN,
RTRW Provinsi
dan RTRW
Kabupaten.

KETERKAITAN MUATAN
UNDANG-UNDANG

KLAUSUL TENTANG TATA RUANG

RENCAN
A
STRUKTU
R

RENCAN
A POLA

KAW.
STRATEG
IS

IUP Eksplorasi sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 36 ayat (1) huruf a wajib
memuat ketentuan sekurang-kurangnya :
a. nama perusahaan;
b. lokasi dan luas wilayah;
c. rencana umum tata ruang;
d.

PP No. 20 tahun 2010


tentang Wilayah
Pertambangan

Pasal 79 ayat (1) :


IUPK Eksplorasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 26 ayat ( 1) huruf a sekurangkurangnya wajib memua t:
a. nama perusahaan;
b. luas dan lokasi wilayah;
c. rencana umum tata ruang;
d. ..
Pasal 1 ayat (8) :
Wilayah Pertarnbangan yang selanjutnya
disebut WP, adalah wilayah yang memiliki
potensi mineral dan/atau batubara dan
tidak terikat dengan batasan administrasi
pemerintahan yang merupakan bagian
dari rencana tata ruang nasional
Pasal 20 ayat (2) huruf g:
2) WUP sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus memenuhi kriteria:
g. merupakan kawasan peruntukan
pertarmbangan sesuai dengan rencana
tata ruang.
Pasal 26 ayat (2) huruf h :

KETERANGAN

Perda RTRW
(RTRW Kabupaten
yang berkekuatan
hukum
merupakan salah
satu syarat
mutlak sebagai
dasar hukum
untuk
menerbitkan izin
usaha
pertambangan
eksplorasi

Penetapan
wilayah usaha
pertambangan
(WUP), secara
hukum harus
berdasarkan
RTRW yang
memuat kawasan

KETERKAITAN MUATAN
UNDANG-UNDANG

PP No.35 tahun 2004


tentang Kegiatan Hulu
Minyak dan Gas Bumi

UU No. 7 Tahun 2004


tentang Sumber Daya
Air

KLAUSUL TENTANG TATA RUANG


2) WPR sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus memenuhi Kriteria:
h. merupakan kawasan peruntukan
pertarnbangan sesuai dengan rencana
tata ruang.
Pasal 95 ayat (3) :
Konsultasi sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) dimaksudkan untuk memberikan
penjelasan dan memperoleh informasi
terutama yang terkait dengan rencana
tata ruang dan rencana penerimaan
daerah dari Minyak dan Gas Bumi.
Pasal 20 ayat (3) :
Ketentuan tentang konservasi sumber
daya air sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) menjadi salah satu acuan dalam
perencanaan tata ruang.
Pasal 27 ayat (2) :
Penetapan zona pemanfaatan sumber air
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan salah satu acuan untuk
penyusunan atau perubahan rencana tata
ruang wilayah dan rencana pengelolaan
sumber daya air pada wilayah sungai yang
bersangkutan
Pasal 34 ayat (3) :
Pengembangan sumber daya air
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan berdasarkan rencana

RENCAN
A
STRUKTU
R

RENCAN
A POLA

KAW.
STRATEG
IS

KETERANGAN
peruntukan
pertambangan

KETERKAITAN MUATAN
UNDANG-UNDANG

KLAUSUL TENTANG TATA RUANG

RENCAN
A
STRUKTU
R

RENCAN
A POLA

KAW.
STRATEG
IS

KETERANGAN

pengelolaan sumber daya air dan rencana


tata ruang wilayah yang telah ditetapkan
dengan mempertimbangkan:
a. daya dukung sumber daya air ;
b. kekhasan dan aspirasi daerah serta
masyarakat setempat ;
c. kemampuan pembiayaan; dan
d. kelestarian keanekaragaman hayati
dalam sumber air.
Pasal 59 ayat (4) :
Rencana pengelolaan sumber daya air
merupakan salah satu unsur dalam
penyusunan, peninjauan kembali,
dan/atau penyempurnaan rencana tata
ruang wilayah.
PP No.43 tahun 2008
tentang Air Tanah

Pasal 48 ayat (3) :


Zona pemanfaatan air tanah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), merupakan acuan
dalam penyusunan rencana pengeboran,
penggalian, pemakaian, pengusahaan,
dan pengembangan air tanah, serta
penyusunan rencana tata ruang wilayah
Pasal 56 ayat (4) :
Pengembangan air tanah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diselenggarakan
berdasarkan rencana pengelolaan air
tanah dan rencana tata ruang wilayah.

Pemanfaatan &
pengelolaan air
tanah harus
mengacu
(berdasar hukum)
pada peraturan
RTRW

KETERKAITAN MUATAN
UNDANG-UNDANG
UU No. 17 tahun 2008
tentang
Kepelabuhanan

KLAUSUL TENTANG TATA RUANG


Pasal 1 ayat (14) :
Kepelabuhanan adalah segala sesuatu
yang berkaitan dengan pelaksanaan
fungsi pelabuhan untuk menunjang
kelancaran, keamanan, dan ketertiban
arus lalu lintas kapal, penumpang
dan/atau barang, keselamatan dan
keamanan berlayar, tempat perpindahan
intra-dan/atau
antarmoda serta mendorong
perekonomian nasional dan daerah
dengan tetap memperhatikan tata ruang
wilayah.
Pasal 9 ayat (4) :
Jaringan trayek tetap dan teratur angkutan
laut dalam negeri disusun dengan
memperhatikan:
a. pengembangan pusat industri,
perdagangan, dan
b. pariwisata;
c. pengembangan wilayah dan/atau
daerah;
d. rencana umum tata ruang;
e. keterpaduan intra-dan antarmoda
transportasi; dan
f. perwujudan Wawasan Nusantara.
Pasal 22 ayat (2) :
Penetapan lintas angkutan penyeberangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan mempertimbangkan:

RENCAN
A
STRUKTU
R

RENCAN
A POLA

KAW.
STRATEG
IS

KETERANGAN

Penetapan
jaringan trayek
angkutan laut
harus mengacu
pada RTRW

KETERKAITAN MUATAN
UNDANG-UNDANG

KLAUSUL TENTANG TATA RUANG


a. pengembangan jaringan jalan dan/atau
jaringan jalur kereta api yang
dipisahkan oleh perairan;
b. fungsi sebagai jembatan;
c. hubungan antara dua pelabuhan,
antara pelabuhan dan terminal, dan
antara dua terminal penyeberangan
dengan jarak tertentu;
d. tidak mengangkut barang yang
diturunkan dari
e. kendaraan pengangkutnya;
f. Rencana Tata Ruang Wilayah; dan
g. jaringan trayek angkutan laut sehingga
dapat
h. mencapai optimalisasi keterpaduan
angkutan antar dan intramoda.
Pasal 71 ayat (2) :
Rencana Induk Pelabuhan Nasional
disusun dengan
memperhatikan:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi,
Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota;
b. potensi dan perkembangan sosial
ekonomi wilayah;
c. potensi sumber daya alam; dan
d. perkembangan lingkungan strategis,
baik nasional
e. maupun internasional.

RENCAN
A
STRUKTU
R

RENCAN
A POLA

KAW.
STRATEG
IS

KETERANGAN

Penetapan
pelabuhan secara
hukum harus
mengacu pada
RTRWN, RTRW
Provinsi dan
RTRW Kabupaten/
Kota

KETERKAITAN MUATAN
UNDANG-UNDANG

KLAUSUL TENTANG TATA RUANG


Pasal 73 ayat (2) :
Rencana Induk Pelabuhan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disusun dengan
memperhatikan:
a. Rencana Induk Pelabuhan Nasional;
b. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi;
c. Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota;
d. keserasian dan keseimbangan dengan
kegiatan lain
e. terkait di lokasi pelabuhan;
Pasal 76 ayat (1) :
Rencana Induk Pelabuhan serta Daerah
Lingkungan
Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan
pelabuhan untuk pelabuhan laut
ditetapkan oleh:
a. Menteri untuk pelabuhan utama dan
pelabuhan pengumpul setelah
mendapat rekomendasi darigubernur
dan bupati/walikota akan kesesuaian
dengan tata ruang wilayah provinsi
dan kabupaten/kota; dan
b. gubernur atau bupati/walikota untuk
pelabuhan pengumpan.
Pasal 77
Suatu wilayah tertentu di daratan atau di
perairan dapat ditetapkan oleh Menteri
menjadi lokasi yang berfungsi sebagai
pelabuhan, sesuai dengan Rencana Tata

RENCAN
A
STRUKTU
R

RENCAN
A POLA

KAW.
STRATEG
IS

KETERANGAN

KETERKAITAN MUATAN
UNDANG-UNDANG

KLAUSUL TENTANG TATA RUANG

RENCAN
A
STRUKTU
R

RENCAN
A POLA

KAW.
STRATEG
IS

KETERANGAN

Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata


Ruang Wilayah Kabupaten/Kota serta
memenuhi persyaratan kelayakan teknis
dan lingkungan.
UU No. 18 tahun 2004
tentang Perkebunan

UU N0. 18 Tahun 2008


tentang Persampahan

UU No. 18 Tahun 2009


tentang Peternakan

Pasal 7 ayat (1) :


Perencanaan perkebunan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 dilakukan
berdasarkan:
a. rencana pembangunan nasional;
b. rencana tata ruang wilayah;
c. kesesuaian tanah dan iklim serta
ketersediaan tanah untuk usaha
perkebunan;
d. kinerja pembangunan
e. .
Pasal 9 ayat (2) :
Penetapan lokasi tempat pengolahan
sampah terpadu dan tempat pemrosesan
akhir sampah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d merupakan bagian
dari Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 5 ayat (1) :
Penyediaan lahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 dimasukkan ke dalam tata
ruang wilayah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 5 ayat (2) :
Dalam hal terjadi perubahan tata ruang

Penetapan
kawasan
perkebunan (dan
dengan
sendirinya)
penerbitan izin
perkebunan
harus berdsarkan
pada RTRW
Penetapan lokasi
TPA harus
mengacu
(berdasar hukum)
RTRW

KETERKAITAN MUATAN
UNDANG-UNDANG

KLAUSUL TENTANG TATA RUANG

RENCAN
A
STRUKTU
R

wilayah yang mengakibatkan perubahan


peruntukan lahan peternakan dan
kesehatan hewan, lahan pengganti harus
disediakan terlebi h dahulu di tempat lain
yang sesuai dengan persyaratan
peternakan dan kesehatan hewan dan
agroekosistem.
Pasal 5 ayat (3) :
Ketentuan mengenai perubahan tata
ruang sebagaimana dimaksud pada ayat
(2)
dikecualikan bagi lahan peternakan dan
kesehatan hewan untuk kegiatan
pendidikan dan/ atau penelitian dan
pengembangan.
Pasal 27 ayat (2) :
Pengembangan budi daya dapat dilakukan
dalam suatu kawasan budi daya sesuai
dengan ketentuan tata ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
UU No. 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas
dan Angkutan

Pasal 15 ayat (2):


Proses penyusunan dan penetapan
Rencana Induk
Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Nasional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memperhatikan Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional.

RENCAN
A POLA

KAW.
STRATEG
IS

KETERANGAN

KETERKAITAN MUATAN
UNDANG-UNDANG

KLAUSUL TENTANG TATA RUANG


Pasal 16 ayat (2) :
Proses penyusunan dan penetapan
Rencana Induk
Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Provinsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan memperhatikan:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
b. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi;
dan
c. Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan
Jalan Nasional.
Pasal 17 ayat (2) :
Proses penyusunan dan penetapan
Rencana Induk
Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Kabupaten/ Kota sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dengan
memperhatikan:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
b. Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan
Jalan Nasional;
c. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi;
d. Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan
Jalan Provinsi; dan
e. Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota.

RENCAN
A
STRUKTU
R

RENCAN
A POLA

KAW.
STRATEG
IS

KETERANGAN

Penyusunan
rencana induk
jaringan Lalin dan
angkutan jalan
raya harus
mengacu pada
RTRW

Penetapan lokasi
terminal secara
hukum harus
mengacu pada
RTRW

KETERKAITAN MUATAN
UNDANG-UNDANG

KLAUSUL TENTANG TATA RUANG

RENCAN
A
STRUKTU
R

RENCAN
A POLA

KAW.
STRATEG
IS

Pasal 37 ayat (2)


Penetapan lokasi Terminal dilakukan
dengan
memperhatikan:
a. tingkat aksesibilitas Pengguna Jasa
angkutan;
b. kesesuaian lahan dengan Rencana Tata
Ruang
Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang
Wilayah
Provinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota;
c. ..

Penetapan lokasi
dan
pembangunan
fasilitas parkir
secara hukum
harus mengacu
pada RTRW

Penetapan
jaringan trayek
kendaraan
bermotor secara
ukum harus
mengacu pada
RTRW

Pasal 44
Penetapan lokasi dan pembangunan
fasilitas Parkir untuk umum dilakukan oleh
Pemerintah Daerah dengan
memperhatikan:
a. rencana umum tata ruang;
b. analisis dampak lalu lintas; dan
c. kemudahan bagi Pengguna Jasa.

UU No. 24 tahun 2007


tentang
Penanggulangan

Pasal 144
Jaringan trayek dan kebutuhan Kendaraan
Bermotor Umum disusun berdasarkan:
a. tata ruang wilayah;
b. tingkat permintaan jasa angkutan;
d. .
Pasal 35
Penyelenggaraan penanggulangan
bencana dalam situasi tidak terjadi

KETERANGAN

Saling
keterkaitan RTRW
dengan

KETERKAITAN MUATAN
UNDANG-UNDANG
Bencana

KLAUSUL TENTANG TATA RUANG

RENCAN
A
STRUKTU
R

RENCAN
A POLA

bencana sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 34 huruf a meliputi:
a. perencanaan penanggulangan bencana;
b. pengurangan risiko bencana;
c. pencegahan;
d. pemaduan dalam perencanaan
pembangunan;
e. persyaratan analisis risiko bencana;
f. pelaksanaan dan penegakan rencana
tata ruang;
g. pendidikan dan pelatihan; dan
h.persyaratan standar teknis
penanggulangan bencana.

KAW.
STRATEG
IS

KETERANGAN
Kebencanaan

Pasal 42 ayat (1) :


Pelaksanaan dan penegakan rencana tata
ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35
huruf f dilakukan untuk mengurangi risiko
bencana yang mencakup memberlakuan
peraturan tentang penataan ruang,
standar keselamatan, dan penerapan
sanksi terhadap pelanggar.
Pasal 42 ayat (2) :
Pemerintah secara berkala melaksanakan
pemantauan dan evaluasi terhadap
pelaksanaan tata ruang dan pemenuhan
standar keselamatan.
UU No. 27 tahun 2007
tentang Pengelolaan

Pasal 9 ayat (2) :


RZWP-3-K diserasikan, diselaraskan, dan

Penyusunan
rencana zoning

KETERKAITAN MUATAN
UNDANG-UNDANG

KLAUSUL TENTANG TATA RUANG

RENCAN
A
STRUKTU
R

RENCAN
A POLA

KAW.
STRATEG
IS

KETERANGAN

Pesisir

diseimbangkan dengan Rencana Tata


Ruang Wilayah (RTRW) pemerintah
provinsi atau pemerintah kabupaten/kota.

wilayah pesisir
harus mengacu
pada RTRW

RUU Kelautan

Pasal 22 ayat (3) :


Pengembangan kawasan wisata kelautan
harus berdasarkan tata ruang wilayah
dengan melibatkan peran serta
masyarakat sebagai pemangku
kepentingan.

Pengembangan
kawasan wisata
laut harus
mengacu pada
RTRW

Pasal 34 ayat (4) :


Rencana penataan ruang laut daerah
sebelum ditetapkan dengan peraturan
daerah terlebih dahulu dilakukan
harmonisasi dan penyerasian dengan
peraturan rencana tata ruang yang lebih
tinggi.
UU No. 32 tahun 2009
tentang Perlindungan
dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup

Pasal 14 :
Instrumen pencegahan pencemaran
dan/atau
kerusakan lingkungan hidup terdiri atas:
a. KLHS;
b. tata ruang;
c. baku mutu lingkungan hidup;
e. ..
Pasal 15 ayat (2) huruf a :
rencana tata ruang wilayah (RTRW)
beserta rencana rincinya, rencana
pembangunan jangka panjang (RPJP), dan

RTRW menjadi
instrumen
penting dalam
pencegahan
kerusakan
lingkungan

KETERKAITAN MUATAN
UNDANG-UNDANG

KLAUSUL TENTANG TATA RUANG

RENCAN
A
STRUKTU
R

RENCAN
A POLA

rencana pembangunan jangka menengah


(RPJM) nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota; dan
Pasal 19 ayat (1) dan (2) :
(1) Untuk menjaga kelestarian fungsi
lingkungan hidup dan keselamatan
masyarakat, setiap perencanaan tata
ruang wilayah wajib didasarkan pada
KLHS.
(2) Perencanaan tata ruang wilayah
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan
memperhatikan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup.
PP No.27 Tahun 1999
tentang Analisa
Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL)

Pasal 13 :
Dalam melaksanakan tugasnya, komisi
penilai sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (1), wajib memperhatikan
kebijaksanaan nasional pengelolaan
lingkungan hidup, rencana pengembangan
wilayah, rencana tata ruang wilayah dan
kepentingan pertahanan keamanan.
Pasal 16 ayat (4)
(4) Instansi yang bertanggung jawab wajib
menolak kerangka acuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) apabila rencana
lokasi dilaksanakannya usaha dan/atau
kegiatan terletak dalam kawasan yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang

KAW.
STRATEG
IS

KETERANGAN

KETERKAITAN MUATAN
UNDANG-UNDANG

KLAUSUL TENTANG TATA RUANG

RENCAN
A
STRUKTU
R

RENCAN
A POLA

KAW.
STRATEG
IS

KETERANGAN

wilayah dan/atau rencana tata ruang


kawasan.
UU no. 41 tahun 2009
tentang Perlindungan
Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan

Pasal 19 ayat (1) :


Penetapan Kawasan Pertanian Pangan
Berkelanjutan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 huruf a merupakan bagian
dari penetapan rencana tata ruang
Kawasan Perdesaan di wilayah kabupaten
dalam rencana tata ruang kabupaten
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
Pasal 20 ayat (1) :
Penetapan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 huruf b merupakan bagian
dari penetapan dalam bentuk rencana
rinci tata ruang wilayah kabupaten/kota
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 21 :
Penetapan Lahan Cadangan Pertanian
Pangan Berkelanjutan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 huruf c
merupakan bagian dari penetapan dalam
bentuk rencana rinci tata ruang wilayah
kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Penetapan
kawasan
pertanian pangan
berkelanjutan
harus mengacu
pada RTRW

KETERKAITAN MUATAN
UNDANG-UNDANG

KLAUSUL TENTANG TATA RUANG


Pasal 23 ayat (3) :
Penetapan Kawasan Pertanian Pangan
Berkelanjutan kabupaten/kota diatur
dalam Peraturan Daerah mengenai
rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota.
Pasal 75 ayat (1) dan (2) :
(1) Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota yang belum
menetapkan Kawasan Pertanian
Pangan Berkelanjutan, Lahan Pertanian
Pangan
Berkelanjutan dan Lahan Cadangan
Pertanian Pangan Berkelanjutan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
disesuaikan paling lama dalam waktu 2
(dua) tahun terhitung sejak UndangUndang ini diundangkan.
(2) Pada saat Undang-Undang ini berlaku,
sedangkan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/Kota sudah
ditetapkan, penetapan Kawasan
Pertanian Pangan Berkelanjutan, Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan dan
Lahan Cadangan Pertanian Pangan
Berkelanjutan sebagaimana dimaksud
pada Pasal 18 dilakukan oleh
bupati/walikota sampai diadakan
perubahan atas Peraturan Daerah
Rencana Tata Ruang Wilayah

RENCAN
A
STRUKTU
R

RENCAN
A POLA

KAW.
STRATEG
IS

KETERANGAN

KETERKAITAN MUATAN
UNDANG-UNDANG

KLAUSUL TENTANG TATA RUANG

RENCAN
A
STRUKTU
R

RENCAN
A POLA

KAW.
STRATEG
IS

KETERANGAN

Kabupaten/Kota.
UU No. 41 tahun 1999
tentang Kehutanan

Pasal 15 ayat (2) :


Pengukuhan kawasan hutan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
memperhatikan
rencana tata ruang wilayah.
Usulan perubahan peruntukan kawasan
hutan untuk wilayah provinsi sebagaimana
dirnaksud pada ayat (1) diintegrasikan
oleh gubernur ddam revisi rencana tata
ruang wilayah provinsi.

PP No.10 tahun 2010


tentang Tata Cara
Perubahan Peruntukan
dan Fungsi Kawasan
Hutan

Penetapan
kawasan hutan
harus mengacu
pada RTRW

Pasal 30 ayat (2) :


Usulan perubahan peruntukan kawasan
hutan untuk wilayah provinsi sebagaimana
dirnaksud pada ayat (1) diintegrasikan
oleh gubernur ddam revisi rencana tata
ruang wilayah provinsi.
Pasal 32
Keputusan Menteri tentang perubahan
peruntukan kawasan hutan untuk wilayah
provinsi scbagaimana dimaksud dalarn
Pasal 31 ayat (7) diintegrasikan oleh
gubernur dalam revisi rencana tata ruang
wilayah provinsi yang dilakukan untuk
ditetapkan dalam
peraturan daerah provinsi.

KETERKAITAN MUATAN
UNDANG-UNDANG
PP No.76 Tahun 2008
tenatng Rehabilitasi
dan Reklamasi Hutan

PP No. 24 tahun 2009


tentang Kawasan
Industri

KLAUSUL TENTANG TATA RUANG


Pasal 13 ayat (2) :
RTKRHL-DAS sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disusun dengan mengacu pada:
a rencana kehutanan nasional;
b rencana tata ruang; dan
c rencana pengelolaan DAS terpadu dan
rencana pengelolaan sumberdaya air.

RENCAN
A
STRUKTU
R

RENCAN
A POLA

Pasal 3 ayat (4) :


Pembangunan Kawasan Industri di wilayah
kabupaten/kota dilakukan sesuai dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota.
Pasal 14 ayat (2) :
Pemberian Izin Lokasi Kawasan Industri
kepada Perusahaan Kawasan Industri
dilakukan berdasarkan Rencana Tata
Ruang Wilayah yang ditetapkan
pemerintah daerah setempat.
Pasal 3 huruf a, b, dan e :
Penatagunaan tanah bertujuan untuk:
a. mengatur penguasaan, penggunaan
dan pemanfaatan tanah bagi berbagai
kebutuhan kegiatan pembangunan
yang sesuai dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah;
b. mewujudkan penguasaan, penggunaan
dan pemanfaatan tanah agar sesuai
dengan arahan fungsi kawasan dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah;
c. .

KAW.
STRATEG
IS

KETERANGAN

KETERKAITAN MUATAN
UNDANG-UNDANG

KLAUSUL TENTANG TATA RUANG


d. menjamin kepastian hukum untuk
menguasai, menggunakan dan
memanfaatkan tanah bagi masyarakat
yang mempunyai hubungan hukum
dengan tanah sesuai dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah yang telah
ditetapkan.
Pasal 4 ayat (2), (3), dan (4) :
(1) Penatagunaan tanah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan
kegiatan di bidang pertanahan di
Kawasan Lindung dan Kawasan
Budidaya.
(2) Penatagunaan tanah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan berdasarkan Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.
(3) Penatagunaan tanah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan sesuai dengan jangka
waktu yang ditetapkan dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.
Pasal 7 ayat (1) sampai ayat (5) :
1 Terhadap tanah-tanah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6, penggunaan
dan pemanfaatan tanahnya harus
sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah.
2 Kesesuaian penggunaan dan

RENCAN
A
STRUKTU
R

RENCAN
A POLA

KAW.
STRATEG
IS

KETERANGAN

KETERKAITAN MUATAN
UNDANG-UNDANG

KLAUSUL TENTANG TATA RUANG

pemanfaatan tanah terhadap


Rencana Tata Ruang Wilayah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditentukan berdasarkan pedoman,
standar dan kriteria teknis yang
ditetapkan oleh Pemerintah.
Pedoman, standar dan kriteria teknis
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dijabarkan lebih lanjut oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai
dengan kondisi wilayah masingmasing.
Penggunaan tanah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang tidak
sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah tidak dapat diperluas atau
dikembangkan penggunaannya.
Pemanfaatan tanah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang tidak
sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah tidak dapat ditingkatkan
pemanfaatannya.

Pasal 8 :
Pemegang hak atas tanah wajib
menggunakan dan dapat memanfaatkan
tanah sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah,
serta memelihara tanah dan mencegah
kerusakan tanah.

RENCAN
A
STRUKTU
R

RENCAN
A POLA

KAW.
STRATEG
IS

KETERANGAN

KETERKAITAN MUATAN
UNDANG-UNDANG

KLAUSUL TENTANG TATA RUANG


Pasal 9 :
1 Penetapan Rencana Tata Ruang
Wilayah tidak mempengaruhi status
hubungan hukum atas tanah.
2 Penetapan Rencana Tata Ruang
Wilayah tidak mempengaruhi status
hubungan hukum atas tanah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 yang di atas atau di bawah
tanahnya dilakukan pemanfaatan
ruang.
Pasal 10 ayat (1) :
Terhadap tanah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 setelah penetapan Rencana
Tata Ruang Wilayah, penyelesaian
administrasi pertanahan dilaksanakan
apabila pemegang hak atas tanah atau
kuasanya memenuhi syarat-syarat
menggunakan dan memanfaatkan
tanahnya sesuai dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah.
Pasal 13 ayat (1)
Penggunaan dan pemanfaatan tanah di
kawasan lindung atau kawasan budidaya
harus sesuai dengan fungsi kawasan
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah.

RENCAN
A
STRUKTU
R

RENCAN
A POLA

KAW.
STRATEG
IS

KETERANGAN

KETERKAITAN MUATAN
UNDANG-UNDANG

KLAUSUL TENTANG TATA RUANG


Pasal 16 :
Apabila terjadi perubahan Rencana Tata
Ruang Wilayah, maka penggunaan dan
pemanfaatan tanah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 mengikuti
Rencana Tata Ruang Wilayah yang
terakhir.
Pasal 20 :
Penguasaan, penggunaan, dan
pemanfaatan tanah yang tidak sesuai
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
disesuaikan melalui penyelenggaraan
penatagunaan tanah.
Pasal 22 ayat (1) dan ayat (2) :
(1) Dalam rangka menyelenggarakan
penatagunaan tanah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23
dilaksanakan kegiatan yang meliputi :
a. pelaksanaan inventarisasi
penguasaan, penggunaan, dan
pemanfaatan tanah;
b. penetapan perimbangan antara
ketersediaan dan kebutuhan
penguasaan, penggunaan, dan
pemanfaatan tanah menurut
fungsi kawasan;
c. penetapan pola penyesuaian
penguasaan, penggunaan, dan
pemanfaatan tanah dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah.

RENCAN
A
STRUKTU
R

RENCAN
A POLA

KAW.
STRATEG
IS

KETERANGAN

KETERKAITAN MUATAN
UNDANG-UNDANG

KLAUSUL TENTANG TATA RUANG


(2)

Kegiatan penatagunaan tanah


sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disajikan dalam peta dengan skala
lebih besar dari pada skala peta
Rencana Tata Ruang Wilayah yang
bersangkutan.

Pasal 23 :
1 Pelaksanaan inventarisasi
penguasaan, penggunaan, dan
pemanfaatan tanah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1)
huruf a meliputi:
a pengumpulan dan pengolahan data
penguasaan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah, kemampuan
tanah, evaluasi tanah serta data
pendukung;
b penyajian data berupa peta dan
informasi penguasaan, penggunaan
dan pemanfaatan tanah, kemampuan
tanah, evaluasi tanah serta data
pendukung;
c penyediaan dan pelayanan data
berupa peta dan informasi
penguasaan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah, kemampuan
tanah, evaluasi tanah, serta data
pendukung.
2 Data dan informasi bidang
pertanahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b sebagai bahan

RENCAN
A
STRUKTU
R

RENCAN
A POLA

KAW.
STRATEG
IS

KETERANGAN

KETERKAITAN MUATAN
UNDANG-UNDANG

KLAUSUL TENTANG TATA RUANG

a
b
c
4

masukan dalam penyusunan dan


revisi Rencana Tata Ruang Wilayah.
Kegiatan penetapan perimbangan
antara ketersediaan dan kebutuhan
penguasaan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah menurut fungsi
kawasan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22 ayat (1) huruf b
meliputi :
penyajian neraca perubahan
penggunaan dan pemanfaatan tanah
pada Rencana Tata Ruang Wilayah;
penyajian neraca kesesuaian
penggunaan dan pemanfaatan tanah
pada Rencana Tata Ruang Wilayah;
penyajian dan penetapan prioritas
ketersediaan tanah pada Rencana
Tata Ruang Wilayah.
Pelaksanaan pola penyesuaian
penguasaan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1)
huruf c dilakukan melalui :
a penataan kembali;
b upaya kemitraan;
c penyerahan dan pelepasan hak
atas tanah kepada negara atau
pihak lain dengan penggantian
sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

RENCAN
A
STRUKTU
R

RENCAN
A POLA

KAW.
STRATEG
IS

KETERANGAN

KETERKAITAN MUATAN
UNDANG-UNDANG
PP No. 15 tahun 2004
tentang Perusahaan
Umum Pembangunan
Perumahan Nasional

PP No. 16 Tahun 2005


tentang
Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum
(SPAM)

KLAUSUL TENTANG TATA RUANG

RENCAN
A
STRUKTU
R

RENCAN
A POLA

Pasal 6 ayat (3) :


Tujuan Perusahaan adalah untuk
mewujudkan perumahan dan permukiman
yang layak dan terjangkau berdasarkan
rencana tata ruang yang mendukung
pengembangan wilayah secara berkelanjutan.
Pasal 21 ayat (3) :
Lokasi tempat pengumpulan dan
pengolahan sampah serta TPA, wajib
memperhatikan:
a jarak dengan sumber airbaku;
b hasil kajian analisis mengenai
dampak lingkungan;
c rencana tata ruang;
Pasal 26 ayat (2) :
Rencana induk pengembangan SPAM
disusun dengan memperhatikan:
a rencana pengelolaan sumber daya
air;
b rencana tata ruang wilayah;

PP No. 10 tahun 1993


tentang Benda Cagar
Budaya

Pasal 24 ayat (2) :


Penetapan situs sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan dengan
memperhatikan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
Penjelasan pasal 24:
Yang dimaksud dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dalam

KAW.
STRATEG
IS

KETERANGAN

KETERKAITAN MUATAN
UNDANG-UNDANG

KLAUSUL TENTANG TATA RUANG

ayat ini, misalnya ketentuan yang


mengatur masalah tata ruang, lingkungan
hidup, pertambangan, industri dan
sebagainya, sehingga tidak terjadi
benturan dalam pengaturan benda cagar
budaya dengan kepentingan lainnya
dan/atau tidak menimbulkan kerugian bagi
masyarakat di sekitarnya.
Sumber : Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah (z)

RENCAN
A
STRUKTU
R

RENCAN
A POLA

KAW.
STRATEG
IS

KETERANGAN

You might also like