You are on page 1of 12

PEMANFAATAN KOMBINASI LARUTAN Ca(OH2) DAN TANAMAN

SEBAGAI PEREDUKSI POLUTAN CO2 PADA GARASI KENDARAAN


BERMOTOR
Widi Widayat 0402514025
Program Studi Pendidikan IPA
Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
Email: fbiterpadu@gmail.com
ABSTRAK
Udara merupakan sumber alam yang paling banyak kita butuhkan. Setiap
hari kita membutuhkan udara sebanyak tujuh sampai sembilan kali lebih banyak
daripada air dan makanan. Setiap hari kita membutuhkan sekitar 13,6 kg udara, 2 kg
air, dan 1,4 kg makanan. Tetapi seiring meningkatnya jumlah penduduk dan
aktivitasnya menyebabkan penurunan terhadap kualitas udara atau yang sering kita
kenal dengan pencemaran udara. Gas buang kendaraan bermotor mengandung zatzat yang berbahaya antara lain, karbon monoksida (CO), hidrokarbon (HC),
nitrogen oksida (NOx), sulfur dioksida (SOx), dan partikulat (PM10). Selain itu,
emisi gas buang yang paling signifikan dari kendaraan bermotor ke atmosfer
berdasarkan massa adalah gas karbondioksida (CO2), dan uap air (H2O). Larutan air
kapur atau Ca(OH) 2 dapat mengikat karbondioksida dengan menghasilkan endapan
kalsium karbonat dan air. Larutan Ca(OH)2 disebut air kapur dan merupakan basa
dengan kekuatan sedang dibandingkan larutan NaOH. Larutan tersebut bereaksi
hebat dengan berbagai asam, dan bereaksi dengan banyak logam dengan adanya air.
Larutan tersebut menjadi keruh bila dilewatkan CO2, karena mengendapnya kalsium
karbonat. Seperti dalam reaksi
.
mengurangi polusi udara dengan memanfaatkan larutan kapur yang dikombinasikan
dengan tanaman penyerap polutan di setiap garasi rumah.
Kata Kunci:Lautan Ca(OH)2, Polutan CO2, Desain garasi

I. Pendahuluan
Udara merupakan sumber alam yang paling banyak kita butuhkan. Setiap
hari kita membutuhkan udara sebanyak tujuh sampai sembilan kali lebih banyak
daripada air dan makanan. Setiap hari kita membutuhkan sekitar 13,6 kg udara, 2 kg
air, dan 1,4 kg makanan (Prodjosusanto, A.K.& Regina T., 2011). Tetapi seiring
meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitasnya menyebabkan penurunan terhadap
kualitas udara atau yang sering kita kenal dengan pencemaran udara. Lebih dari 70%
pencemaran udara di kota disebabkan oleh kendaraan bermotor, sedangkan 30%
sumber pencemaran berasal dari kegiatan industri, rumah tangga, dan lain-lain
(Santoso, S.N., 2012). Menurut Siswantoro, et al. (2012) bahwa Gas buang
kendaraan bermotor mengandung zat-zat yang berbahaya antara lain, karbon
monoksida (CO), hidrokarbon (HC), nitrogen oksida (NOx), sulfur dioksida (SOx),
dan partikulat (PM10). Selain itu, emisi gas buang yang paling signifikan dari

kendaraan bermotor ke atmosfer berdasarkan massa adalah gas karbondioksida


(CO2), dan uap air (H2O).
Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, pencemaran udara
mengakibatkan terjadinya perubahan suhu dalam kehidupan manusia. Aktivitas
yang tinggi menuntut pengembangan transportasi yang mendorong terjadinya
bencana pembangunan yang mempertinggi polusi udara. Hal ini dapat menyebabkan
pemanasan efek rumah kaca (ERK) yang berujung pada pemanasan global.
Penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (Kusminingrum, N. & Gunawan, G.,
2008) menyimpulkan bahwa setiap orang mengeluarkan biaya kesehatan rata-rata
Rp 30.000/orang/tahun akibat pencemaran udara. Memperhatikan kondisi tersebut,
maka perlu dilakukan program pengelolaan dan pengendalian pencemaran udara.
Salah satunya dengan pemanfaatan tanaman penyerap bahan pencemar udara yang
dihasilkan

oleh

kendaraan

bermotor.

Sel-sel

daun

berfungsi

menangkap

karbondioksida dan timbal untuk kemudian diolah dalam sistem fotosintesis. Proses
fotosintesis mampu mengubah karbondioksida (CO2) menjadi oksigen yang
dibutuhkan paru-paru (Martuti, N. K. T., 2013).
Larutan air kapur atau Ca(OH)

dapat mengikat karbondioksida dengan

menghasilkan endapan kalsium karbonat dan air. Larutan Ca(OH)2 disebut air kapur
dan merupakan basa dengan kekuatan sedang dibandingkan larutan NaOH. Larutan
tersebut bereaksi hebat dengan berbagai asam, dan bereaksi dengan banyak logam
dengan adanya air. Larutan tersebut menjadi keruh bila dilewatkan karbon dioksida,
karena mengendapnya kalsium karbonat.
Berdasarkan uraian di atas, perlu diadakan kajian yang bertujuan untuk
mengurangi kadar CO2 pada gas buang kendaraan bermotor dengan memanfaatkan
larutan kapur yang dikombinasikan dengan tanaman penyerap polutan di setiap
garasi rumah. Jadi ketika sedang memanaskan kendaraan, emisi gas buang
kendaraan dapat diminimalisir sehingga mengurangi polusi udara. Dengan langkah
tersebut diharapkan dapat mengurangi polusi udara dari skala yang kecil dan jika
dilakukan secara continue dan bertahap di skala yang besar maka akan berkontribusi
dalam upaya penanganan pencemaran udara.

II. Kajian Pustaka


A. Udara dan Pencemaran Udara oleh Kendaraan Bermotor
Udara merupakan campuran dari gas yang terdapat pada permukaan bumi,
yang terdiri dari sekitar 78 % Nitrogen, 20 % Oksigen, 0,93 % Argon, 0,03 % Karbon
Dioksida (CO2) dan sisanya terdiri dari Neon (Ne), Helium (He), Metan (CH4) dan
Hidrogen (H2). Menurut Kastiyowati (Santoso, S.N., 2012), udara dikatakan
"Normal" dan dapat mendukung kehidupan manusia apabila komposisinya seperti
tersebut diatas. Udara dimana di dalamnya terkandung sejumlah oksigen,
merupakan komponen esensial bagi kehidupan, baik manusia maupun makhluk
hidup lainnya. Sedangkan apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang
menimbulkan gangguan serta perubahan komposisi tersebut, maka dikatakan udara
sudah tercemar/terpolusi.
Lebih dari 70% pencemaran udara di kota disebabkan oleh kendaraan
bermotor, sedangkan 30% sumber pencemaran berasal dari kegiatan industri, rumah
tangga, dan lain-lain (Santoso, S.N., 2012). BPLH DKI Jakarta menyatakan tidak
ada yang bisa menepis, betapa, emisi gas buang, berupa asap knalpot, adalah akibat
terjadinya

proses

pembakaran

yang

tidak

sempurna,

dan

mengandung

timbal/timah hitam (Pb), suspended particulate matter (SPM), oksida nitrogen (NOx),
oksida sulfur (SO), hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), dan oksida
fotokimia (Ox) (Ismiyati, et. al. 2014). Selanjutnya, emisi gas buang yang paling
signifikan dari kendaraan bermotor ke atmosfer berdasarkan massa, adalah gas
karbondioksida (CO2), dan uap air (HO) yang dihasilkan dari pembakaran bahan
bakar yang berlangsung sempurna yang dapat dicapai dengan tersedianya suplai
udara yang berlebih. Namun demikian, kondisi pembakaran yang sempurna dalam
mesin kendaraan jarang sekali terjadi.
Senyawa HC, CO, dan NOx merupakan gas beracun yang terdapat dalam
gas bekas kendaraan, sedangkan gas bekas kendaraan sendiri umumnya terdiri dari
gas yang tidak beracun seperti N2 (Nitrogen), CO2 (gas karbon) dan H2O (uap air).
Komposisi dari gas buang kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin adalah
72% N2, 18,1% CO2, 8,2% H2O, 1,2% Gas Argon (gas mulia), 1,1% O2, dan 1,1%
gas beracun yang terdiri dari 0,13% NOx, 0,09% HC, dan 0,9% CO. Gas buang yang
beracun merupakan sebagian kecil dari volume gas bekas kendaraan bermotor yang
menyebabkan polusi udara (Siswantoro, et. al. 2012).

Udara yang terpolusi berpengaruh buruk terhadap lingkungan. Akibat


buruk udara

kotor dapat dialami manusia, hewan, tanaman, dan material

tertentu. Partikulat dapat menyebabkan akibat buruk tambahan, yaitu dapat


mengurangi daya tembus sinar matahari yang akan menyebabkan penurunan suhu
bumi sebagai akibat pemantulan kembali sinar matahari oleh partikulat.
Secara umum polutan dapat menyebabkan udara bermuatan positif.

Ion

positif menghambat gerakan bulu getar dan menyebabkan peningkatan viskositas


permukaan tenggorokan. Peningkatan viskositas menyebabkan berkurangnya
sensitifitas tenggorokan dan menurunnya kemampuan

bagian

tubuh

kita

tersebut untuk menolak partikulat sehingga partikulat sulit untuk keluar dari
tenggorokan. Ion positif juga dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan lemah
mental. Polutan udara tidak hanya bersifat toksik, tetapi juga dapat melemahkan
mekanisme daya tahan tubuh.
Selain dampak terhadap tubuh makhluk hidup, pencemaran udara dapat
mengakibatkan terjadinya perubahan suhu dalam kehidupan manusia. Aktivitas
yang tinggi menuntut pengembangan transportasi yang mendorong terjadinya
bencana pembangunan yang mempertinggi polusi udara. Hal ini dapat menyebabkan
pemanasan efek rumah kaca (ERK) yang berujung pada pemanasan global.

B. Karbon dioksida ( CO2)


Ismiyati (2014) menyatakan bahwa gas buang yang paling signifikan dari
kendaraan bermotor ke atmosfer berdasarkan massa adalah gas karbondioksida
(CO2), dan uap air (H2O). Karbondioksida adalah gas yang tidak berwarna dan tidak
berbau. Ketika dihirup pada konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi
karbondioksida di atmosfir, ia akan terasa asam di mulut dan mengengat di hidung
dan tenggorokan. Efek ini disebabkan oleh pelarutan gas di membran mukosa dan
saliva, membentuk larutan asam karbonat yang lemah. Sensasi ini juga dapat
dirasakan ketika seseorang bersendawa setelah meminum air berkarbonat (misalnya:
sprite, fanta, pepsi). Konsentrasi yang lebih besar dari 5.000 ppm tidak baik untuk
kesehatan, sedangkan konsentrasi lebih dari 50.000 ppm dapat membahayakan
kehidupan hewan. Pada keadaan STP, rapatan karbondioksida berkisar sekitar 1,98
kg/m3 , kira-kira 1,5 kali lebih berat dari udara.
Molekul karbondioksida (O=C=O) mengandung dua ikatan rangkap yang
berbentuk linier. Senyawa ini tidak begitu reaktif dan tidak mudah terbakar, namun
bisa membantu pembakaran logam seperti magnesium. Pada suhu -78,510 C,
karbondioksida langsung menyublim menjadi padat melalui proses deposisi. Bentuk

padat karbondioksida biasa disebut sebagai es kering. Fenomena ini pertama kali
dipantau oleh seorang kimiawan Perancis, Charles Thilorier, pada tahun 1825. Es
kering biasanya digunakan sebagai pendingin yang relatif murah. Sifatsifat yang
menyebabkannya sangat praktis adalah karbondioksida langsung menyublim
menjadi gas. Penggunaan lain dari es kering adalah untuk pembersih sembur. Cairan
karbondioksida terbentuk hanya pada tekanan diatas 5,1 atm, titik tripel
karbondioksida kira-kira 518 kPa pada -56,60 C. Titik kritis karbondioksida adalah
7,38 MPa pada 31,10 C.(http://id.wikipedia.org/wiki/Karbon_dioksida).

C. Larutan Air Kapur Pengikat Karbon dioksida


Absorbsi Karbon dioksida dapat dilakukan dengan menambahkan senyawa
yang mampu mengikat gas yang tidak diperlukan yaitu dengan senyawa alkali,
seperti larutan Ca(OH)2 sesuai dengan persamaan reaksi berikut:
(Nadliriyah, N., & Triwikantoro, 2014)
Larutan Ca(OH)2 disebut air kapur dan merupakan basa dengan kekuatan
sedang dibandingkan larutan NaOH. Larutan tersebut bereaksi hebat dengan
berbagai asam, dan bereaksi dengan banyak logam dengan adanya air. Larutan
tersebut menjadi keruh bila dilewatkan karbon dioksida, karena mengendapnya
kalsium karbonat (Masyhuri, A. P., Ahmad, A. M., & Djojowasito, G. 2013).

D. Tanaman Penyerap Polutan


Kata tumbuhan menurut Mangkoedihardjo (2010) digunakan untuk
menunjukkan tumbuhan pada umumnya (plants). Jika tumbuhan dibudidayakan
untuk maksud konsumsi atau ekonomi, maka tumbuhan disebut sebagai tanaman
(crops). Organ tumbuhan biji yang penting ada 3, yakni: akar, batang, daun.
Sedangkan bagian lain dari ketiga organ tersebut adalah modifikasinya, contoh: umbi
modifikasi akar, bunga modifikasi dari ranting dan daun.

Menurut Cahyono (2005) pada siang hari tumbuhan menghasilkan


Oksigen (O2) menghirup Karbondioksida (CO2 ), sedangkan pada malam hari
sebaliknya, tumbuhan menghasilkan Karbondioksida (CO2 ) dan menghirup
Oksigen (O2). Timbul dilematis bahwa Oksigen yang dihasilkan tumbuhan pada
siang hari diambil kembali pada malam hari. Kenyataannya tidak demikian, pada
siang hari tumbuhan melakukan aktivitas optimum dengan bantuan sinar matahari

tumbuhan melakukan fotosintesis, menghasilkan Oksigen (O2) dan zat gula. Pada
malam hari aktivitas tumbuhan sangat rendah, sehingga Oksigen (O2) yang
diperlukanpun sangat rendah dan bahkan kurang dari setengah oksigen yang
dihasilkan pada siang hari. Kelebihan Oksigen (O2) tersebut dibutuhkan oleh
manusia dan hewan.
Gas-gas di udara akan didifusikan ke dalam daun melalui stomata (mulut
daun) pada proses fotosintesis atau terdeposisi oleh air hujan kemudian didifusikan
oleh akar tanaman. Gas pencemar yang masuk ke jaringan daun melalui lubang
stomata yang berada pada epidermis atas. Masing-masing stomata dapat membuka
jika tekanan air internal berubah, yang merupakan lubang keluar masuk polutan
walaupun secara umum terdapat kutin pada jaringan epidermis atas, gas pencemar
dapat masuk ke jaringan daun melalui sedikit stomata.
Epidermis ini adalah target utama dari polutan udara, dimana polutan
pertama masuk melalui stomata dan bereaksi dalam lubang ini melalui lubanglubang ini, polutan terlarut dalam air permukaan sel-sel daun dan mempunyai pH
sel. Selanjutnya bereaksi dengan sel mesofil. Setiap tanaman mempunyai
karakteristik yang berbeda dalam mengabsorbsi gas-gas tertentu di udara, sehingga
dapat merupakan penyangga yang baik terhadap pencemaran udara. Beberapa
tanaman mampu memproduksi polutan menjadi asam organik, gula, dan beberpa
senyawa asam amino.
Santosa (2012) mengatakan pada studi kasus di dalam reaktor juga terdapat
reduksi udara ambien SO2 udara influent SO2 sebesar 0,006 ppm, polutan udara
effluent SO2 sehingga terdapat reduksi polutan SO2 dan NOx. Polutan sebesar 0,005
ppm, sebesar 0,001 ppm oleh tanaman puring. Sedangkan polutan udara influent
NOx sebesar 0,053 ppm, polutan udara effluent NOx sebesar 0,033 ppm, sehingga
terdapat reduksi polutan NOx sebesar 0,02 ppm oleh akalipa merah. Kriteria
tumbuhan yang dapat mereduksi pencemaran udara adalah yang memiliki bulu
halus, permukaan daun kasar, daun bersisik, tepi daun bergerigi, daun jarum, daun
yang permukaannya bersifat lengket, ini efektif untuk menyerap polutan. Tumbuhan
yang dapat menyerap SO2 adalah Puring (Codiaeum interuptum), Tembakau
(Nicotianae tabacum L), Kayu manis (cinamomun sp). Tanaman yang memiliki serapan
NO2 yang tinggi dari kelompok semak meliputi Lolipop merah, kihujan, akalipa
merah, lolipop kuning, nusa indah merah, daun mangkokan, bugenvil ungu dan
merah, kaca piring, miana, hanjuang merah, azalea, lantana ungu, dan akalipa hijau

putih. Sedangkan tanaman yang memiliki serapan NO2 adalah dadap kuning,
kaliandra, kihujan, dan jambu biji.
Menurut Krisantini (2008) tanaman puring membutuhkan intensitas sinar
matahari tinggi, sehingga tanaman ditempatkan selama 3-5 jam di jendela timur atau
barat. Hal ini akan memberikan jumlah sinar matahari yang cukup untuk
kelangsungan hidupnya. Tanaman puring akan kehilangan warna daunnya jika
kekurangan sinar matahari yang dibutuhkan. Tanaman ini lebih suka tumbuh pada
suhu sekitar 30oC. Fluktuasi suhu dianggap menjadi faktor masalah bagi tanaman.
Jika suhu terlalu panas atau terlalu dingin, bisa menjadi alasan bagi daun untuk
gugur.

Penyiraman berat dan lingkungan kelembaban tinggi juga mendukung

pertumbuhan tanaman puring. Namun, penyiraman berat tidak berarti penyiraman


secara terus menerus. Jika tanaman tidak mendapatkan cukup air, maka daun akan

gugur dan ujung daun berwarna coklat. Penyiraman tanaman dapat dilakukan
sekali atau dua kali sehari. Tidak ada patokan pasti mengenai volume penyiraman.
E. Pemanfaatan Kombinasi Larutan Ca(OH)2 dan Tanaman Sebagai Pereduksi
Polutan CO2 Pada Garasi Kendaraan Bermotor
Pada era globalisasi yang sudah semakin modern, menuntut manusia untuk
beraktivitas lebih tinggi. Untuk menunjang aktivitasnya, setiap orang menggunakan
kendaraan bermotor. Sebelum menggunakan kendaraan bermotor, kendaraan
tersebut haruslah dipanasi terlebih dahulu agar kinerjanya bisa maksimal. Sedangkan
dalam pemanasan kendaraan tersebut, kendaraan menghasilkan emisi gas buang
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini yang menambah tingkat
pencemaran udara.
Salah satu emisi gas buang adalah gas karbon dioksida (CO2). Karbon
dioksida diperoleh dari pembakaran sempurna di dalam mesin kendaraan ketika
cukup oksigen tetapi tidak selalu di dalam mesin terjadi pembakaran sempurna.
Walaupun demikian, gas karbon dioksida tetap berkontribusi dalam pencemaran
udara di lingkungan.
Dari berbagai kajian pustaka yang telah dilakukan, ada keterkaitan antara
pencemaran udara, gas karbon dioksida, larutan kapur, dan tanaman penyerap
polutan. Untuk menangani masalah pencemaran udara, akan di konsep dari skala
kecil terlebih dahulu yaitu mulai dari garasi di setiap rumah masyarakat.
Konsep ini membutuhkan bak penampungan untuk untuk menampung air
kapur atau Ca(OH)2, selang untuk menyalurkan gas buangan dari knalpot menuju

tabung penyimpanan air kapur. Di sekitar tabung diletakkan tanaman penyerap


polutan seperti puring yang dapat menyerap gas karbon monoksida (CO). Bisa juga
menggunakan tanaman penyerap polutan yang lain. Hal ini dikarekan untuk
penyerapan gas buangan dari asap knalpot selain gas karbon dioksida. Tanaman bias
disesuaikan dengan lokasi garasi. Pemilihan tanaman juga disesuaikan dengan
intensitas cahaya yang masuk ke dalam garasi tersebut.
Sebelum kendaraan dipanaskan, tutup terlebih dahulu lubang knalpot dengan
menggunakan selang penghubung ke tabung air kapur. Setelah itu, kendaraan
dinyalakan untuk beberapa saat. Gas buangan knalpot akan masuk ke dalam tabung
air kapur sehingga terjadi reaksi pengikatan karbon dioksida oleh air kapur.
Proses ini menghasilkan endapan kalsium karbonat dan air. Sedangkan
untuk gas buangan yang lain akan diserap oleh tumbuhan puring. Gas-gas di udara
akan didifusikan ke dalam daun melalui stomata (mulut daun) pada proses
fotosintesis sehingga sangat penting untuk memperhatikan intensitas cahaya yang
diterima tanaman. Gas pencemar yang masuk ke jaringan daun melalui lubang
stomata yang berada pada epidermis atas. Masing-masing stomata dapat membuka
jika tekanan air internal berubah, yang merupakan lubang keluar masuk polutan
walaupun secara umum terdapat kutin pada jaringan epidermis atas, gas pencemar
dapat masuk ke jaringan daun melalui sedikit stomata.
Epidermis ini adalah target utama dari polutan udara, dimana polutan
pertama masuk melalui stomata dan bereaksi dalam lubang ini melalui lubanglubang ini, polutan terlarut dalam air permukaan sel-sel daun dan mempunyai pH
sel. Selanjutnya bereaksi dengan sel mesofil. Setiap tanaman mempunyai
karakteristik yang berbeda dalam mengabsorbsi gas-gas tertentu di udara, sehingga
dapat merupakan penyangga yang baik terhadap pencemaran udara.

Keterangan :
= Garasi kendaraan
= Bak penampungan
larutan
Ca(OH)2
= Tanaman
= Pipa saluran gas buang
kendaraan
Gambar 1. Denah garasi dan bak penampungan larutan Ca(OH)2

Knalpot

Keterangan

C
D

A = kenalpot kendaraan
B = pipa saluran
C = kipas
D = bak penampung larutan Ca(OH)2
Gambar 2. Instalasi pengelolaan gas buang kendaraan bermotor
Dengan desain tersebut walaupun dilakukan pada skala kecil, tetapi dapat
dilakukan secara continue sehingga dapat mengurangi pencemaran CO2 di udara
yang disebabkan oleh gas buangan kendaraan bermotor. Jika setiap rumah memiliki
sistem seperti ini, maka pada saat pemanasan mesin mobil dapat mengurangi
polutan CO2 di udara. Selain itu, penggalakan seribu pohon dan penghijauan di

rumah-rumah maupun di jalan perkotaan juga dapat dilakukan untuk menunjang


program pengurangan polusi udara.

III. Simpulan dan Saran


Simpulan dari artikel ini adalah (1) usaha-usaha yang dilakukan dalam
mereduksi pencemaran udara dengan menggunakan tumbuhan yaitu dengan cara
melakukan program penanaman tanaman pembersih udara baik tanaman yang
termasuk kelompok pohon maupun kelompok semak terutama di setiap rumah

lebih khusunya di garasi rumah; (2) Larutan kapur dapat digunakan untuk
mengikat gas karbon dioksida sehingga dapat megurangi kadar karbon dioksida di
udara . Saran yaitu (1) perlu penelitian lebih lanjut dalam pemilihan tanaman
penyerap polutan terutama jenis tanaman dan intensitas cahaya yang dibutuhkan;
(2) diperlukan penelitian lebih lanjut penggunaan desain pengelolaan gas buang
kendaraan pada garasi kendaraan dalam menyerap kadar CO2; (3) diperlukan
koordinasi lebih lanjut dengan pihak yang berwenang mengenai pengelolaan
lingkungan hidup.

Daftar Pustaka

Ismiyati, Marlita, D., & Saidah, D. 2014. Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas
Buang Kendaraan Bermotor. Di Jurnal Manajemen Transportasi & logistic
(JMTransLag),

Vol.

01,

No.

03.

Tersedia

di

http://ejournal.stmt-

trisakti.ac.id/index.php/JMTRANSLOG/article/download/27/51

[diakses

20-9-2015].

Krisantini. 2008. Galeri Tanaman Hias Daun. Depok Jakarta : Penebar Swadaya.
Mangkoedihardjo, S., & Samudro, G. 2010. Fitoteknologi Terapan. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Martuti, N. K. T. 2013. Peranan Tanaman terhadap Pencemaran Udara di Jalan
Protokol Kota Semarang. Di Biosantifika : Berkala Ilmiah Biologi, Vol. 5, No. 1.
Tersedia di http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/biosaintifika [diakses
19-9-2015].
Masyhuri, A. P., Ahmad, A. M., & Djojowasito, G. 2013. Rancang Bangun Sistem
Penyerap Karbon Dioksida (CO2) pada Aliran Biogas dengan Menggunakan
Larutan Ca(OH)2. Di Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem, Vol.
1,

No.

1.

Tersedia

di

http://jkptb.ub.ac.id/index.php/jkptb/article/viewFile/96/107 [diakses 7-92015].


Nadliriyah, N., & Triwikantoro. 2014. Pemurnian Produk Biogas dengan Metode
Absorbsi Menggunakan Larutan
Vol.

3,

No.

. Di Jurnal Sains dan Seni POMITS,


2.

Tersedia

di

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=177449&val=4187&titl
e=Pemurnian%20Produk%20Biogas%20dengan%20Metode%20Absorbsi%20
Menggunakan%20Larutan%20Ca(OH)2 [diakses 7-9-2015].
Prodjosantoso,A.K., Tutik, Regina. 2011. Kimia Lingkungan: Teori, Eksperimen, dan
Aplikasi. Yogyakarta: Kanisius.
Siswantoro, Lagiyono, Siswiyanti. 2012. Analisa emisi Gas Buang Kendaraan
Bermotor 4 Tak Berbahan bakar Campuran Premium dengan Variasi
Penambahan

Zat

Aditif.

Tersedia

di

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=116868&val=5335&titl
e=ANALISA%20EMISI%20GAS%20BUANG%20KENDARAAN%20BER
MOTOR%204%20TAK%20BERBAHAN%20%20BAKAR%20CAMPURA

N%20PREMIUM%20DENGAN%20VARIASI%20PENAMBAHAN%20ZA
T%20ADITIF [diakses 20-9-2015].
Wikipedia, 2014, Karbondioksida, http://id.wikipedia.org/wiki/Karbondioksida,
[diakses 19-9-2015].

You might also like