Professional Documents
Culture Documents
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA
DIREKTORAT BINA GIZI
JAKARTA
2014
0
KATA PENGANTAR
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi
dengan kebutuhan zat gizi tubuh. Status gizi khususnya status gizi anak balita merupakan
salah satu indikator kualitas sumber daya manusia yang menentukan tingkat kesejahteraan
masyarakat, yang akan.
Sedemikian strategisnya status gizi dalam upaya pembangunan manusia Indonesia, sehingga
ditetapkan sebagai salah satu sasaran dan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) bidang Kesehatan 2010-2014, yaitu menurunkan prevalensi balita gizi
kurang dan prevalensi balita pendek, yang untuk pencapaiannya telah ditetapkan 8 indikator
kinerja kegiatan pembinaan gizi yang prioritas untuk dilaksanakan sebagai mana dijabarkan
dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014.
Pencapaian indikator kinerja utama dan indikator kinerja kegiatan gizi dapat diketahui dari
Riskesdas yang dilaksanakan setiap 3-5 tahun. Namun demikian, untuk memenuhi kebutuhan
informasi terkait situasi status gizi dan indikator kegiatan pembinaan gizi yang spesifik wilayah
terutama di kabupaten dan kota secara cepat, akurat, tepat waktu dan berkelanjutan,
dipandang perlu melaksanakan Pemantauan Status Gizi (PSG) secara periodik dan
berkesinambungan.
Pedoman Teknis PSG ini dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
petugas, khususnya pengelola kegiatan surveilans gizi, sebagai acuan dalam melaksanakan
PSG di kabupaten dan kota.
Kritik dan saran konstruktif dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk penyempurnaan
pedoman ini lebih lanjut. Terima kasih.
Direktur Bina Gizi,
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Pengertian
C. Manfaat
D. Sistematika Penulisan
1
1
BAB II
BAB VI PENUTUP
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang
Kesehatan 2010-2014 adalah menurunkan prevalensi balita gizi kurang menjadi setinggitingginya 15% dan menurunkan prevalensi balita pendek menjadi setinggi-tingginya 32%.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan prevalensi balita gizi kurang
berhasil diturunkan dari 18,4% tahun 2007 menjadi 17,9% tahun 2010, namun pada tahun
2013 sedikit meningkat menjadi 19,6 %. Prevalensi balita pendek turun dari 36,8% tahun
2007 menjadi 35,6% tahun 2010, namun pada tahun 2013 sedikit meningkat menjadi
37,2%.
Untuk pencapaian RPJMN tersebut, dalam Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat telah
ditetapkan 8 indikator kinerja kegiatan pembinaan gizi masyarakat tahun 2010-2014, yaitu:
(1) balita gizi buruk mendapat perawatan; (2) balita ditimbang berat badannya; (3) bayi usia
0-6 bulan mendapat Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif; (4) rumah tangga mengonsumsi
garam beriodium; (5) balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A; (6) ibu hamil mendapat
90 tablet Fe; (7) kabupaten/kota melaksanakan surveilans gizi; dan (8) penyediaan stok
cadangan (buffer stock) Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk daerah
bencana.
Riskesdas yang hasilnya menjadi salah satu dasar untuk menetapkan kebijakan berbasis
bukti hanya dilakukan 3-5 tahun sekali. Sementara itu, kebutuhan informasi situasi status
gizi dan capaian kegiatan pembinaan gizi di suatu wilayah khususnya di kabupaten dan kota
secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan, sehingga perlu dilaksanakan Pemantauan
Status Gizi (PSG) secara periodik dan berkesinambungan. Pelaksanaan PSG merupakan
bagian dari kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan pembinaan gizi. Data dan informasi
yang dihasilkan dari kegiatan PSG dapat dijadikan bahan pengambilan keputusan dan
penyusunan rencana kegiatan pembinaan gizi di suatu wilayah, khususnya di kabupaten
dan kota.
Untuk meningkatkan kapasitas petugas dalam pelaksanaan PSG, khususnya pengelola
kegiatan surveilans gizi, baik di Provinsi maupun di kabupaten dan kota, Kementerian
Kesehatan RI mempublikasikan buku Pedoman Teknis PSG sebagai acuan pelaksanaan.
B. Pengertian
Pemantauan Status Gizi (PSG) dapat diartikan sebagai kegiatan penilaian status gizi untuk
memperoleh informasi besar dan luasnya masalah gizi, baik akut maupun kronis.
Kegiatan PSG merupakan bagian dari monitoring dan evaluasi kegiatan pembinaan gizi,
untuk mendukung kegiatan manajemen pengelolaan kegiatan pembinaan gizi untuk
pengambilan keputusan dan tindakan, penentuan kebijakan dan penyusunan rencana
kegiatan pembinaan gizi di suatu wilayah secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan.
Oleh karena itu, dalam pelaksanaan PSG juga dimaksudkan untuk memperoleh informasi
pencapaian sasaran dan target kegiatan pembinaan gizi masyarakat.
C. Manfaat
Pelaksanaan PSG dimaksudkan untuk tersedianya data dan informasi status gizi dan
capaian sasaran dan target kegiatan pembinaan gizi secara cepat, akurat, teratur dan
berkelanjutan.
Dengan tersedianya data dan informasi perkembangan status gizi dan capaian sasaran dan
target kegiatan pembinaan gizi secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan, dapat
dimanfaatkan untuk keperluan penentuan tindakan intervensi, penetapan kebijakan dan
keputusan serta perencanaan dan penganggaran kegiatan gizi, khususnya di kabupaten
dan kota.
D. Sistematika Penulisan
Bab I merupakan pendahuluan yang menyajikan latar belakang, pengertian dan manfaat
dari pelaksanaan PSG. Selanjutnya pada Bab II disajikan tahap persiapan yang terdiri dari
menetapkan tujuan, disain, populasi dan sampel, menyediakan instrumen dan peralatan,
merekrut dan melatih petugas serta menetapkan rencana kerja dan biaya.
Pada Bab III disajikan tahap pelaksanaan PSG yang meliputi pengumpulan data,
monitoring pelaksanaan pengumpulan data termasuk kelengkapan informasi dan editing.
Pada Bab IV dijelaskan tentang manajemen data dan informasi yang meliputi data entry,
data cleaning, pengolahan dan analisis data, penyusunan laporan dan diseminasi hasil.
Pada Bab V dijelaskan pengorganisasian PSG yang terdiri dari pelaksana dan penanggung
jawab, alur pelaporan dan waktu pelaksanaan, dan pada bagian akhir terdapat lampiran
yang terdiri dari daftar sampel kab/kota menurut provinsi, contoh tabel acak, daftar variabel,
kuesioner PSG, dan petunjuk pengisian kuesioner.
BAB II
TAHAP PERSIAPAN
PEMANTAUAN STATUS GIZI
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pelaksanaan Pemantauan Status Gizi (PSG) adalah untuk memperoleh
informasi status gizi dan capaian kinerja kegiatan pembinaan gizi secara cepat, akurat,
teratur dan berkelanjutan.
2. Tujuan Khusus
a.
1)
2)
3)
4)
5)
No
Kode
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
31
32
33
34
35
36
51
52
53
61
62
63
64
65
71
72
73
74
75
76
81
82
91
94
Jumlah Kabupaten
dan Kota Yang Ada
23
33
19
12
11
15
10
14
7
7
6
26
35
5
38
8
9
10
21
14
14
13
9
5
15
11
24
12
6
5
11
9
11
29
497
Provinsi
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Babel
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Kalimantan Utara
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Jumlah Kabupaten
dan Kota Terpilih
7
10
6
4
3
5
3
4
2
2
2
8
11
2
11
2
3
3
6
4
4
4
3
1
5
3
7
4
2
2
3
3
3
9
150
Sampling tahap pertama hanya untuk PSG 2014, mulai tahun 2015 PSG diharapkan dapat dilaksanakan di seluruh kabupaten dan kota
2
3
Untuk Kabupaten, klaster adalah desa atau kelurahan, dan untuk Kota, klaster adalah Rukun Warga (RW)
Jika besar interval angkanya 5 digit maka Tabel Acak dibaca 5 digit terakhir, jika besar interval angkanya 4 digit maka Tabel Acak dibaca 4
digit terakhir, demikian seterusnya
27767
13025
80217
10875
54127
43584
14338
36292
62004
57326
85301
54066
98525
90391
26629
88977
15243
24335
61105
10967
29490
47724
24432
57411
24472
69714
66724
24896
06368
88779
94015
66733
61880
11748
17944
64874
74108
87873
12102
05600
322444
88222
95160
80580
60478
48277
88570
59221
41867
03343
60311
49739
78626
66692
44071
42824
71484
51594
13986
28091
37301
92003
16453
99837
07362
42678
98086
94614
00582
97703
45990
76668
39014
81232
76447
43242
73209
97066
44987
42537
66067
54244
30945
69170
08345
42792
91030
57589
37403
88975
95043
45547
31732
86995
35741
52680
70818
57260
90307
85771
59820
25704
22304
17710
96163
91035
90314
59621
78851
26313
78438
15292
16499
77463
66276
76193
87064
55387
18396
59526
13057
72681
73538
52113
73035
47431
43277
53856
41207
43905
58874
30743
74699
31048
11466
08670
09301
56699
16082
25852
58905
55018
56374
35824
71708
30540
27886
61732
84722
75454
3) Pada Tabel 3 dapat dilihat angka 4.722 berada di angka kumulatif penduduk
antara 1.298 dan 5.867 (angka 4.722 lebih dekat ke angka 5.867 dari pada ke
angka 1.298), sehingga klaster pertama berada di Desa Pakkat Hauagong
Kecamatan Pakkat.
4) Klaster ke-2 dihitung dari 4.722+5.722=10.444 yang berada di Desa Manalu,
selanjutnya klaster ke-3 dihitung dari 10.444+5.722=16.166 yang berada di Desa
Rura Tanjung, demikian penghitungan selanjutnya sampai diperoleh 30 klaster,
yang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 3
Daftar Sampel Klaster
di Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara4
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Kode
Nama Provinsi/Kabupaten/Kota/
Kecamatan/Desa/Kelurahan
12
1215
1215010
1215010001
1215010002
1215010003
1215010004
1215010005
1215010006
1215010007
1215010008
1215010009
1215010010
1215010011
1215010012
1215010013
1215010014
1215010015
1215010016
1215010017
1215010018
1215010019
1215020
1215020001
1215020002
Jumlah
Penduduk
(Orang)
Jumlah Penduduk
Kumulatif (Orang)
1.298
4.569
1.331
1.128
1.186
1.099
1.279
592
628
820
1.141
1.819
1.580
1.580
677
698
460
633
799
1.298
5.867
7.198
8.326
9.512
10.611
11.890
12.482
13.110
13.930
15.071
16.890
18.182
19.762
20.439
21.137
21.597
22.230
23.029
697
722
23.726
24.448
Angka
Klaster
Terpilih
No
Klaster
4.722
10.444
16.166
21.888
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
1215020003
1215020011
1215020012
1215020013
1215020014
1215020015
1215020016
1215020017
1215020020
1215020021
1215030
1215030001
1215030002
1215030003
1215030004
1215030005
1215030006
1215030007
1215030008
1215030009
1215030010
1215040
1215040001
1215040002
1215040003
1215040004
1215040005
1215040006
1215040007
1215040008
1215040009
1215040010
1215040011
1215040012
1215040013
1215040014
1215040015
1215040016
1215040017
1215040018
1215040019
1215040020
1215040021
1215040022
1215040023
1215040024
1215040025
1215040026
1215040027
1215050
1215050001
1215050002
1215050003
1215050004
1215050005
1215050012
1215050013
1215050015
1215050016
1215050017
1215050018
1215050019
1215050020
1215050021
1215050022
1215050023
1215050024
1215050025
1215050026
1215050027
1215050028
1215050028
Janji Nagodang
Huta Julu
Sihikkit
Onan Ganjang
Parbotihan
Batu Nagodang Siatas
Sampetua
Parnapa
Sibuluan
Sigalogo
Kecamatan Sijama Polang
Sanggaran I
Sitapongan
Sibuntuon
Sigulok
Batunajagar
Bonan Dolok II
Bonan Dolok I
Hutaginjang
Siborboron
Nagurguran
Kecamatan Dolok Sanggul
Sosor Tambok
Sihite II
Purba Dolok
Lumban Purba
Simarigung
Saitnihuta
Aek Lung
Purba Manalu
Pakkat
Pasaribu
Lumban Tobing
Pasar Dolok Sanggul
Janji
Sihite I
Huta Bagasan
Matiti II
Matiti I
Huta Gurgur
Sampean
Silaga Laga
Sirisirisi
Bonani Onan
Sileang
Sosor Gonting
Hutaraja
Parik Sinomba
Simangaronsang
Kecamatan Lintong Nihuta
Hutasoit I
Lobutua
Pargaulan
Naga Saribu I
Naga Saribu II
Siharjulu
Sibuntuon Parpea
Sibuntuon Partur
Sitolu Bahal
Tapian Nauli
Siponjot
Dolok Margu
Sitio II
Hutasoit II
Bonan Dolok
Sigompul
Nagasaribu IV
Nagasaribu V
Nagasaribu III
Sigumpar
Parulohan
Habeahan
413
417
433
1.374
1.894
697
515
549
998
1.126
24.861
25.278
25.711
27.085
28.979
29.676
30.191
30.740
31.738
32.864
245
410
671
231
300
781
941
284
950
299
33.109
33.519
34.190
34.421
34.721
35.502
36.443
36.727
37.677
37.976
389
1.062
1.769
1.207
783
2.011
1.457
1.759
1.577
3.443
685
5.844
598
1.231
1.848
1.574
1.885
1.663
376
904
1.859
1.996
1.442
1.644
1.745
792
1.654
38.365
39.427
41.196
42.403
43.186
45.197
46.654
48.413
49.990
53.433
54.118
59.962
60.560
61.791
63.639
65.213
67.098
68.761
69.137
70.041
71.900
73.896
75.338
76.982
78.727
79.519
81.173
1.363
768
1.363
1.760
1.160
1.555
2.400
1.161
1.473
2.064
1.904
1.485
1.059
1.118
570
1.103
851
923
1.355
1.273
1.535
550
82.536
83.304
84.940
86.700
87.860
89.415
91.815
92.976
94.449
96.513
98.417
99.902
100.961
102.079
102.649
103.752
104.603
105.526
106.881
108.154
109.689
110.239
27.610
33.332
39.054
44.776
50.498
56.220
10
61.942
11
67.664
12
73.386
13
79.108
14
84.830
15
90.552
16
96.274
17
101.966
18
107.718
19
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
1215060
121506001
121506002
121506003
121506004
121506005
121506006
121506007
121506008
121506009
121506010
121506011
1215070
121507001
121507002
121507003
121507004
121507005
121507006
121507007
1215080
121508001
121508003
121508004
121508005
121508006
121508007
121508008
121508009
121508010
121508011
121508012
121508013
121508014
1215090
121509006
121509007
121509008
121509009
121509010
121509011
121509012
121509013
121509014
121509015
121509016
121509017
121509018
121509019
121509020
121509021
121509022
1215100
121510001
121510002
121510003
121510004
121510005
121510006
Kecamatan Paranginan
Lumban Sialaman
Paranginan Selatan
Lumban Barat
Lobu Tolong
Sihonongan
Paranginan Utara
Pearung
Siborutorup
Lumban Sianturi
Lobutolong Habinsaran
Pearung Silali
Kecamatan Bakti Raja
Tipang
Marbun Toruan
Siunong Unong Julu
Simamora
Sinambela
Simangulampe
Marbun Tonga Marbun Dolok
Kecamatan Pollung
Aek Nauli II
Aek Nauli I
Pandumaan
Sipitu Huta
Parsingguran II
Pollung
Parsingguran I
Ria Ria
Huta Paung
Pansur Batu
Huta Julu
Pardomuan
Hutapaung Utara
Kecamatan Parlilitan
Pusuk II Simaninggir
Pusuk I
Baringin
Sihotang Hasugian Tonga
Sionom Hudon Selatan
Sihotang Hasugian Dolok I
Sionom Hudon Timur I
Sionom Hudon Utara
Sionom Hudon Julu
Sionom Hudon Tonga
Sionom Hudon Toruan
Sionom Hudon VII
Simataniari
Sihotang Hasugian Habinsaran
Sihotang Hasugian Dolok II
Sionom Hudon Timur II
Sionom Hudon Sibulbulon
Kecamatan Tara Bintang
Sitanduk
Tara Bintang
Sibongkare
Sihombu
Sihotang Hasugian Toruan
Simbara
571
1.250
1.687
1.296
1.762
1.301
917
1.441
339
759
1.164
110.810
112.060
113.747
115.043
116.805
118.106
119.023
120.464
120.803
121.562
122.726
2160
683
475
720
1.044
563
1.177
113.440
20
119.162
21
124.886
125.571
126.046
126.766
127.810
128.373
129.550
124.884
22
1.248
1.183
1.216
1.967
1.875
1.460
924
1.893
1.414
1.082
1.882
443
1.082
130.798
131.981
133.197
135.164
137.039
138.499
139.423
141.316
142.730
143.812
145.694
146.137
147.165
130.606
23
136.328
24
142.050
25
637
1.276
1.552
2.391
2.076
963
976
634
1.200
924
779
520
377
590
940
523
958
147.802
149.078
150.630
153.021
155.097
156.060
157.036
157.670
158.870
159.794
160.573
161.093
161.470
162.060
163.000
163.523
164.481
147.772
26
153.494
27
159.216
28
1.966
1.697
864
1.270
876
496
166.447
168.144
169.008
170.278
171.154
171.650
164.938
29
170.660
30
Sampel rumah tangga adalah rumah tangga yang mempunyai anak balita, sebanyak 10 (sepuluh) rumah tanggal untuk tiap klaster.
10
klaster, dengan cara purposive dengan model lingkaran anti nyamuk, dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Di klaster terpilih, buat daftar pusat klaster atau titik klaster6 yang biasanya
merupakan sarana umum, seperti: kantor kelurahan/dusun/RW, pasar,
sekolah/madrasah, tempat peribadatan (mesjid, gereja, pura), posyandu, balai
pengobatan, puskesmas.
2) Di setiap klaster dipilih secara acak/melotre satu pusat klaster.
3) Di pusat klaster terpilih tersebut, pengumpul data berjalan dengan memilih arah
yang dapat dipilih secara acak, bisa dipilih salah satu ke kiri, kanan, depan atau
belakang. Cara yang paling mudah adalah dengan melempar koin untuk memilih
arah jalan secara acak. Kemudian pengumpul data berjalan sesuai arah pola anti
nyamuk dengan pusat klaster sebagai titik tengah lingkaran. Pola obat anti
nyamuk memiliki lingkaran dalam (terdekat dengan pusat klaster), lingkaran
kedua, ketiga dan seterusnya. Mulailah bergerak mengikuti lingkaran dalam,
kemudian ke lingkaran berikutnya. Hal ini penting agar rumah tangga sampel
menyebar di sekitar pusat klaster.
4) Sambil berjalan, pengumpul data dapat membuat peta rumah-rumah yang dilalui
dan mengunjungi rumah pertama untuk memeriksa apakah rumahtangga tersebut
memiliki balita. Bila rumahtangga tersebut memiliki balita maka dipilih sebagai
sampel dan diberi nomor 1. Selanjutnya periksa rumahtangga berikutnya dan
seterusnya sampai diperoleh 10 rumahtangga yang memiliki balita, dan beri
nomor urut 2, 3, 4, ......, 10.
5) Setelah selesai melakukan pemetaan, rumah-rumah yang telah diberi nomor 1
sampai 10 didatangi untuk dilakukan wawancara, serta pengukuran/ penimbangan
terhadap seluruh anggota rumahtangga. Lihat contoh gambar pemetaan berikut.
Gambar
Pengambilan Sampel Rumah Tangga dengan Lingkaran Anti Nyamuk
Titik klaster di desa/kelurahan (kabupaten) adalah kantor desa/kelurahan, dan titik klaster di kelurahan (kota) adalah kantor atau rumah ketua
RW
11
Alternatif lain untuk memilih rumah tangga sampel, selain cara mengikuti lingkaran
anti nyamuk, juga dapat dilakukan dengan secara acak sederhana, sebagai berikut:
1) Membuat daftar rumah tangga yang mempunyai anak di bawah lima tahun (balita)
pada tiap klaster
2) Menentukan interval sampel rumah tangga, berdasarkan jumlah rumah tangga
yang mempunyai anak balita dan jumlah sampel rumah tangga yang diperlukan,
yaitu 10 rumah tangga.
3) Menentukan sampel rumah tangga pertama secara acak sederhana (misalnya
dengan melotre), dan sampel kedua dan seterusnya sampai sampel rumah tangga
ke-10 (sepuluh) dipilih berdasarkan interval.
Contoh pemilihan sampel rumah tangga pada klaster terpilih adalah sebagai berikut:
1) Klaster I yang terpilih adalah Desa Pakkat Hauagong, Kecamatan Pakkat, dengan
jumlah 50 Rumah Tangga (RT). Untuk memilih 10 RT dari 50 RTdilakukan secara
acak sederhana.
2) Buat daftar rumah tangga di klaster terpilih yang memiliki balita, kemudian hitung
interval sampel dengan membagi jumlah RT yang ada dengan jumlah sampel
yang yang diperlukan, yaitu 50/10=5.
3) Sampel RT pertama dipilih dengan cara melotere. Pada Tabel 4 dapat dilihat
rumah tangga pertama yang terpilih sebagai sampel adalah nomor urut 2,
selanjutnya dengan interval 5 sampel kedua adalah nomor urut 7, demikian
selanjutnya terpilih sampel ketiga sampai sampel kesepuluh yaitu nomor urut 12;
17; 22; 27; 32; 37; 42; dan 47.
Tabel 4. Contoh Pemilihan Sampel Rumah Tangga Pada Klaster Terpilih
12
No
Urut
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
No Klaster
22
Nama
Desa/Kelurahan
Tipang
Alamat
RW 1
RW 1
RW 1
RW 1
RW 1
RW 1
RW 1
RW 1
RW 1
RW 1
RW 1
RW 2
RW 2
RW 2
RW 2
RW 2
RW 2
RW 2
RW 2
RW 2
RW 2
RW 2
RW 2
RW 2
RW 2
RW 2
RW 3
RW 3
RW 3
RW 3
RW 3
RW 3
RW 3
RW 3
RW 3
RW 4
RW 4
RW 4
RW 4
RW 4
RW 4
No Sampel Terpilih
1
9
RW 4
RW 4
RW 4
RW 4
RW 4
RW 4
RW 4
RW 4
10
Pengukuran Antropometri
14
Penanggung Jawab
Koordinator PSG
Provinsi
Koordinator PSG
Provinsi
Koordinator PSG
Provinsi
Koordinator PSG
Provinsi
Teknik Wawancara
Koordinator PSG
Provinsi
15
BAB III
TAHAP PELAKSANAAN
PEMANTAUAN STATUS GIZI
A. Pengumpulan Data
Setelah dilakukan pemilihan sampel, pada rumah tangga yang terpilih dilakukan
pengumpulan data. Kegiatan pengumpulan data terdiri dari pengukuran antropometri dan
wawancara dengan menggunakan kuesioner.
Data yang dikumpulkan meliputi data antropometri dan informasi terkait indikator kegiatan
pembinaan gizi, sebagai berikut:
1. Status Gizi (Data Antropometri)
a. Anak Balita
Dilakukan dengan mengukur seluruh anak balita di rumah tangga, meliputi:
1) Mencatat tanggal lahir atau umur (bulan)
2) Mengukur Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB) atau Panjang Badan (PB).
a. Berat badan ditimbang dengan timbangan pegas salter
b. Tinggi badan diukur dengan alat microtoise untuk anak yang sudah bisa berdiri
(umur 24 bulan)
c. Panjang badan diukur dengan alat ukur panjang badan untuk anak yang belum
bisa berdiri (umur 23 bulan), yaitu dengan posisi terlentang7.
d. Catat cara pengukuran balita dengan memberi kode tertentu bila diukur
telentang atau diukur berdiri.
b. Anak Sekolah, Remaja, Dewasa
Dilakukan dengan pengukuran berikut:
1) Mencatat tanggal lahir atau umur
2) Mengukur Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB), Panjang Lengan Atas (PLA) dan
Lingkar Lingkar Atas (LLA).
Berat Badan ditimbang dengan timbangan kamar mandi
Tinggi Badan diukur dengan alat microtois
3) Khusus untuk Wanita Usia Subur (WUS) umur 15-49 tahun) dan ibu hamil serta
ibu menyusui selain BB dan TB, juga diukur Panjang Lengan Atas (PLA) dan
Lingkar Lengan Atas (LLA) dengan menggunakan pita LLA.
4) Untuk individu kondisi khusus seperti sakit berat, hilang ingatan, bongkok tidak
usah diukur
2. Frekuensi Penimbangan Balita
Dilakukan dengan mencatat frekuensi penimbangan balita dari Kartu Menuju Sehat
(KMS), buku KIA atau formulir lain catatan penimbangan balita yang ada di Posyandu
dalam 6 bulan terakhir.
Umur dihitung dalam bulan penuh (completed month). Jika anak umur 23 bulan (23 bulan 29 hari) diukur berdiri dengan microtoise maka
aplikasi pengolahan data antropometri akan menambah Panjang Badannya = 0,7 cm dari hasil pengukuran, sebaliknya anak umur 24 bulan
diukur terlentang dengan pengukur panjang badan maka maka aplikasi pengolahan data antropometri akan mengurangi Tinggi Badannya = 0,7
cm dari hasil pengukuran.
16
17
18
BAB IV
MANAJEMEN DATA DAN INFORMASI
PEMANTAUAN STATUS GIZI
Manajemen data dan informasi meliputi data entry, data cleaning, pengolahan dan analisis data
serta penyusunan laporan diharapkan dapat dilakukan oleh Perguruan Tinggi dan Poltekkes
Jurusan Gizi, sehingga dalam hal ini Perguruan Tinggi dan atau Poltekkes Jurusan Gizi
merupakan pangkalan data, sementara diseminasi hasil dilakukan bersama Dinas Kesehatan.
A. Data Entry
Kuesioner atau formulir pengumpulan data yang telah di cek dan validasi pengisian dan
kelengkapan data yang diperlukan, selanjutnya dientri dengan menggunakan aplikasi
(software) yang khusus dipersiapkan untuk pelaksanaan PSG.
B. Data Cleaning
Sebelum dilakukan pengolahan dan analisis data lebih lanjut, dilakukan pengecekan hasil
data entry. Pada proses ini, kembali dilakukan pengecekan ulang apabila ditemukan adanya
data ekstrim. Data ekstrim di validasi ulang dengan melihat kembali kuesioner atau formulir
pengumpulan data yang telah di cek dan validasi.
C. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan aplikasi (software) PSG yang telah
disiapkan. Analisis lebih lanjut dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi atau software
lainnya, misalnya SPSS dan MS Excell.
Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan persentase, tabel silang,
grafik, gambar dan narasi.
Selanjutnya dapat disajikan analis data dengan satu variabel (tabel frekuensi), analisis
dengan dua atau tiga variabel (tabel silang), dan analisis dengan uji statistik.
D. Penyusunan Laporan
Laporan hasil pelaksanaan PSG disusun berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data,
yang disusun menurut kabupaten dan kota serta nasional.
E. Diseminasi Hasil
Hasil PSG perlu didiseminasikan kepada kepala wilayah (bupati/alikota) dan kepada
pemangku kepentingan terkait. Diharapkan hasil PSG dapat dimanfaatkan untuk penentuan
tindakan cepat (quick response), pengambilan keputusan, penentuan kebijakan dan
perencanaan.
19
BAB V
PENGORGANISASIAN
PEMANTAUAN STATUS GIZI
A. Pelaksana dan Penanggung Jawab
Pelaksana dan penanggung jawab PSG secara berjenjang adalah:
1. Tim Pusat (Direktorat Bina Gizi, Jurusan Gizi Poltekes Kemenkes RI/Perguruan Tinggi
Jurusan Gizi, Litbangkes) mempunyai tugas:
a. Menyiapkan Petunjuk Teknis PSG, aplikasi PSG dan pedoman pengoperasiannya
b. Sosialisasi Juknis PSG kepada Provinsi (Dinkes Provinsi dan Assosiasi Institusi
Pendidikan Gizi Indonesia)
c. Konsolidasi Pelaksanaan PSG dengan Dinkes Provinsi dan Assosiasi Institusi
Pendidikan Gizi Indonesia (Perguruan Tinggi yang memiliki Jurusan Gizi dan Jurusan
Gizi Poltekes).
d. Membuat rencana kerja dan biaya
e. Meningkatkan kapasitas petugas PSG di Provinsi melalui Bimbingan Teknis dan
Pendampingan
f. Mengelola data dan informasi (data entry, data cleaning, pengolahan dan analisis,
penyusunan laporan dan diseminasi hasil) di seluruh Indonesia.
g. Menyediakan instrumen, aplikasi PSG dan peralatan pendukung
b. Tim Provinsi (Dinkes Provinsi, Perguruan Tinggi Jurusan Gizi dan Jurusan Gizi
Poltekes) mempunyai tugas:
a. Sosialisasi Juknis PSG kepada Pengelola Gizi Kabupaten/Kota
b. Konsolidasi Pelaksanaan PSG dengan Dinkes Kabupaten/Kota
c. Membuat rencana kerja dan biaya
d. Menyediakan instrumen, aplikasi PSG dan peralatan pendukung
e. Rekruitmen dan peningkatkan kapasitas petugas PSG
f. Melasanakan pengumpulan data dengan pengukuran antropometri dan wawancara
dengan menggunakan kuesioner
g. Mengelola data dan informasi (data entry, data cleaning, pengolahan dan analisis dan
penyusunan laporan) di Kabupaten dan kota.
c. Dinas Kesehatan Kabupaten mempunyai tugas:
a. Konsolidasi Pelaksanaan PSG dengan Puskesmas
b. Membantu Tim Provinsi dalam pelaksanaan PSG terutama dalam menetapkan
klaster di kabupaten dan kota serta pengumpulan data pada klaster terpilih
d. Puskesmas mempunyai tugas:
a. Konsolidasi Pelaksanaan PSG dengan Pustu/Polindes/Poskesdes terutama dalam
menentukan pusat klaster di desa/kelurahan/RW.
b. Membantu Tim Provinsi dalam pelaksanaan PSG mulai dari menetapkan rumah
tangga pada klaster terpilih dan pengumpulan data di rumah tangga
20
B. Alur Pelaporan
Pada kegiatan ini, setelah data dikumpulkan dari rumah tangga yang dikunjungi, Tim
Provinsi selanjutnya mengelola data dan informasi hasil PSG untuk dilaporkan ke Tim Pusat
dalam bentuk hard copy maupun soft copy ke alamat Direktorat Bina Gizi, Kemenkes RI
atau email subditbkg@yahoo.com
Gambar
Alur Pelaporan Pemantauan Status Gizi
Pusat
Direktorat Bina Gizi
Poltekes Kemenkes/Perguruan Tinggi Jurusan Gizi, Balitbangkes
Provinsi
Dinkes Provinsi
Poltekkes Kemenkes/Perguruan Tinggi Jurusan Gizi
Kabupaten/kota
Dinkes Kabupaten/Kota
Koordinasi,
sosialisasi,
persiapan dan
pelaksanaan
pengumpulan data,
monitoring,
dan umpan balik
Kecamatan
Puskesmas
Desa/Kelurahan (RW)
Pustu/Polindes/Poskesdes
1.
2.
3.
4.
Keterangan:
Tim Pusat (Direktorat Bina Gizi, Poltekes Kemenkes/Perguruan Tinggi Jurusan Gizi, Balitbangkes): melaksanakan kegiatan
koordinasi, sosialisasi, monitoring, umpan balik, pengolahan dan analisis data, penyusunan laporan dan diseminasi (nasional)
Tim Provinsi (Poltekkes Kemenkes/Perguruan Tinggi Jurusan Gizi): melaksanakan kegiatan koordinasi, sosialisasi, persiapan
dan pelaksanaan pengumpulan data, entry data, monitoring, umpan balik, pengolahan dan analisis data, penyusunan laporan
dan diseminasi (kabupaten/kota)
Tim Kabupaten/Kota (Dinkes Kabupaten/Kota): melaksanakan kegiatan koordinasi, sosialisasi, persiapan dan pelaksanaan
pengumpulan data, monitoring, dan umpan balik
Petugas Gizi Puskesmas (dibantu petugas kesehatan di Pustu/Polindes/Poskesdes): membantu Tim Provinsi dan Dinkes
Kabupaten/Kota menentukan sampel rumah tangga dan pelaksanaan pengumpulan data
C. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan PSG diharapkan serentak di seluruh daerah pada bulan Agustus.
21
BAB VI
PENUTUP
Pedoman Teknis Pemantauan Status Gizi ini dimaksudkan sebagai acuan bagi petugas
pengelola kegiatan pembinaan gizi khususnya pengelola kegiatan surveilans gizi, khususnya di
Provinsi, kabupaten dan kota.
Kegiatan PSG merupakan bagian dari monitoring dan evaluasi kegiatan pembinaan gizi, untuk
memperoleh informasi gambaran status gizi dan informasi pencapaian sasaran dan target
kegiatan pembinaan gizi masyarakat. Tersedianya informasi tersebut akan mendukung
kegiatan manajemen kegiatan pembinaan gizi untuk pengambilan keputusan dan tindakan,
penentuan kebijakan dan penyusunan rencana kegiatan pembinaan gizi di suatu wilayah
secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan.
Dengan ketersediaan Pedoman Teknis Pemantauan Status Gizi ini diharapkan dapat
menambah dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam
menyelenggarakan PSG, sehingga dapat memenuhi harapan berbagai pihak akan tersedianya
informasi status gizi dan pencapaian sasaran dan target kegiatan pembinaan gizi masyarakat di
suatu wilayah secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan.
22
Lampiran 1
DAFTAR SAMPEL KABUPATEN DAN KOTA MENURUT PROVINSI
PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) 2014
No
Provinsi
Kabupaten/Kota
Aceh
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Kab. Merangin
Kab. Muaro Jambi
Kab. Tebo
Sumatera Selatan
31
32
33
34
35
36
37
38
23
No
Provinsi
Lampung
39
40
41
42
Kabupaten/Kota
Kab. Tanggamus
Kab. Lampung Tengah
Kab. Tulang Bawang
Kab. Mesuji
Bangka Belitung
43
44
Kab. Belitung
Kab. Bangka Selatan
Kepulauan Riau
45
46
Kab. Natuna
Kota Tanjung Pinang
DKI Jakarta
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
Kab. Bogor
Kab. Garut
Kab. Tasikmalaya
Kab. Cirebon
Kab. Karawang
Kab. Bandung Barat
Kota Bandung
Kota Depok
Jawa Tengah
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
Kab. Banyumas
Kab. Kebumen
Kab. Magelang
Kab. Sukoharjo
Kab. Sragen
Kab. Rembang
Kab. Jepara
Kab. Temanggung
Kab. Pekalongan
Kab. Brebes
Kota Salatiga
DI Yogyakarta
68
69
Kab. Bantul
Kota Yogyakarta
Jawa Timur
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
Kab. Ponorogo
Kab. Blitar
Kab. Lumajang
Kab. Bondowoso
Kab. Pasuruan
Kab. Jombang
Kab. Magetan
Kab. Tuban
Kab. Bangkalan
Kab. Sumenep
Kota Malang
24
No
Provinsi
Banten
81
82
Kabupaten/Kota
Kab. Lebak
Kota Tangerang
Bali
83
84
85
Kab. Tabanan
Kab. Klungkung
Kab. Buleleng
NTB
86
87
88
89
90
91
92
93
94
Kab. Kupang
Kab. Timor Tengah Selatan
Kab. Alor
Kab. Ende
Kab. Rote Ndao
Kab. Sumba Barat Daya
Kalimantan Barat
95
96
97
98
Kab. Bengkayang
Kab. Sanggau
Kab. Kapuas Hulu
Kab. Kayong Utara
Kalimantan Tengah
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
Kab. Nunukan
Sulawesi Utara
111
112
113
114
115
Kab. Minahasa
Kab. Minahasa Selatan
Kab. Siau Tagulandang Biaro
Kab. Bolaang Mongondow Timur
Kota Tomohon
Sulawesi Tengah
116
117
118
Kab. Banggai
Kab. Donggala
Kab. Parigi Moutong
25
No
Provinsi
Sulawesi Selatan
Kabupaten/Kota
119
120
121
122
123
124
125
Kab. Bulukumba
Kab. Takalar
Kab. Maros
Kab. Bone
Kab. Sidenreng Rappang
Kab. Luwu
Kota Palopo
Sulawesi Tenggara
126
127
128
129
Kab. Muna
Kab. Konawe Selatan
Kab. Kolaka Utara
Kota Kendari
Gorontalo
130
131
Kab. Gorontalo
Kab. Gorontalo Utara
Sulawesi Barat
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
Kab. Kaimana
Kab. Manokwari
Kab. Sorong
Papua
142
143
144
145
146
147
148
149
150
Kab. Jayawijaya
Kab. Yapen
Kab. Biak Numfor
Kab. Mimika
Kab. Mappi
Kab. Keerom
Kab. Supiori
Kab. Dogiyai
Kab. Deiyai
26
Lampiran 2
Tabel Acak
27767
13025
80217
43584
14338
36292
85301
54066
98525
88977
15243
24335
29490
47724
24432
69714
66724
24896
94015
66733
61880
64874
74108
87873
322444
88222
95160
48277
88570
59221
10875
54127
62004
57326
90391
26629
61105
10967
57411
24472
06368
88779
11748
17944
12102
05600
80580
60478
41867
03343
60311
49739
78626
66692
44071
42824
71484
51594
13986
28091
37301
92003
16453
99837
07362
42678
98086
94614
00582
97703
45990
76668
39014
81232
76447
43242
73209
97066
44987
42537
66067
54244
30945
69170
08345
42792
91030
57589
37403
88975
95043
45547
31732
86995
35741
52680
70818
57260
90307
85771
59820
25704
22304
17710
25852
96163
91035
90314
59621
58905
78851
26313
78438
15292
55018
16499
77463
66276
76193
56374
87064
55387
18396
59526
35824
13057
72681
73538
52113
71708
73035
47431
43277
53856
30540
41207
43905
58874
30743
27886
74699
31048
11466
08670
61732
09301
56699
16082
84722
75454
46780
59849
47670
94304
08105
54187
96169
07654
71803
59987
75211
87195
30342
73465
21437
10271
46092
40277
09819
36786
36633
26787
11049
58869
49226
68424
60939
72049
35220
77837
17374
59202
83012
09504
96524
52003
11973
09832
96412
97831
70707
02902
25571
90193
65704
70214
33250
77628
79568
09514
64281
66847
72461
21032
95362
61826
70495
33230
91050
67011
18555
32350
21529
13058
06651
64937
02385
53424
16218
16136
64654
01755
72877
06554
57216
25843
14750
17334
07850
39618
41145
48968
39283
73950
49856
42820
38603
04149
79552
99326
14294
70312
90850
24781
40902
39650
05682
64618
89683
05069
49712
58275
89514
15472
12120
97380
61764
11788
50669
86124
10404
97586
68224
48139
51247
55452
54716
23417
36732
44302
09971
61459
46376
26825
87112
59481
21647
25366
05511
21476
37006
87417
94746
12459
14713
22186
17198
49580
91314
71181
72682
21443
01176
80582
13177
07385
41808
28838
71944
55292
95294
66986
80620
55411
95083
00556
34099
51790
85667
06783
70481
74474
11436
77535
28102
06905
20740
38072
99892
57816
21785
47458
40405
71209
85561
41101
64809
68032
92061
29671
49386
06312
60942
92329
77936
54480
88940
00307
98932
63574
23604
15995
11897
78184
31384
23554
69321
92674
36347
51924
90726
58984
36421
92638
21036
57166
83620
16489
40333
82608
98884
89747
18059
67054
77501
08583
98882
51061
16067
97427
95889
92613
57667
24700
76479
57067
89719
60631
71594
68562
38101
39641
84054
47458
43321
77756
69457
40455
03577
31370
11657
91339
99396
57649
28977
13897
22502
63680
63266
23896
13173
86716
92581
12470
01016
33365
38746
02262
53500
00857
41468
94559
4615
50273
40396
85149
37559
70360
93113
80504
49554
49678
64114
41794
90670
17994
53119
58660
86861
08289
91178
98189
96717
39448
58137
10174
81851
54244
93136
17820
29420
29651
10701
25722
22751
90438
84215
41393
08564
36518
34030
50259
73959
46874
60883
60726
46345
76145
37088
52109
25807
06170
60808
80940
19516
24260
97965
54444
44893
90120
71529
88302
74412
10408
46759
78920
98041
81105
36222
71643
47648
11947
69181
14004
62342
13885
56203
96845
23153
07589
70669
19324
38525
69249
08899
93406
20504
11600
05747
05985
27
Lampiran 3
Kuesioner Pemantauan Status gizi dan Monitoring Evaluasi Kegiatan Pembinaan Gizi
Halaman Pertama
Lihat File: kuesioner psg 9apr2014
28
Halaman Kedua
Lihat File: kuesioner psg 9apr2014
29
Lampiran 4
PETUNJUK PENGISIAN
KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI
KEGIATAN PEMBINAAN GIZI
I. IDENTITAS LOKASI
1.
Provinsi
2.
3.
4.
5.
Kabupaten/Kota
Kecamatan
Desa/Kelurahan
Tipe Desa/Kelurahan
:
:
:
:
6.
7.
Nomor Klaster
Tanggal Pengukuran
:
:
8.
Nama Petugas
2.
3.
4.
5.
3.
4.
Penimbangan Balita: tulis berapa kali balita ditimbang dalam 6 bulan terakhir
Tulis Tata Laksana Balita Gizi Buruk (2.a. sampai 2.c.) jika dalam rumah tangga
terdapat balita sangat kurus, yang pernah dirujuk/mendapat perawatan gizi buruk dan
dimana dirawat).
Tulis Distribusi dan Konsumsi Tablet Tambah Darah (Tablet Fe) (3.a. sampai 3.k.)
Konsumsi Garam Beriodium:
4.a. Jenis garam yang digunakan dalam rumah tangga: Tulis 1 jika menggunakan
garam bata; tulis 2 jika menggunakan garam curah; tulis 3 jika menggunakan
garam halus; tulis 4 jika menggunakan garam gurih
30
5.
6.
4.b. Alasan membeli atau menggunakan garam jenis itu: Tulis 1 karena alas an
mengandung Iodium; tulis 2 karena ada di pasaran; tulis 3 jika rasanya tidak
pahit; tulis 4 jika alas an murah; tulis 5 karena alasan lainnya
4.c. Kandungan Iodium dalam garam: Lakukan uji kandungan garam yang digunakan
di rumah dengan menggunakan Iodium Test, tulis 1 jika hasil uji garam
menunjukkan warna biru/ungu; tulis 2 jika hasil uji tidak menunjukkan adanya
perubahan warna
Pola Pemberian ASI
5.a. Tulis 1, jika bayi 0-5 bulan diberi hanya ASI saja; tulis 2 jika bayi 0-5 bulan diberi
makanan dan minuman selain ASI
5.b. Tulis jawaban pada usia berapa bulan bayi diberi makan atau minum selain ASI
pertama kali
Pemberian Vitamin A
6.a. Tulis jawaban apakah bayi 6-11 bulan sudah diberi Vitamin A berwarna biru
dalam 6 bulan terakhir
6.b. Tulis jawaban apakah anak 12-59 bulan sudah diberi Vitamin A berwarna biru
dalam 6 bulan terakhir
6.c. Tulis jawaban jika dalam keluarga ada ibu nifas, apakah sudah
menerima/meminum kapsul Vitamin A berwarna merah
Khusus untuk balita, Wanita Usia Subur (WUS) 15-49 tahun, dan ibu hamil serta ibu menyusui selain mengukur BB dan TB juga diukur PLA
dan LLA
8
31
Lampiran 5
Daftar Variabel Kegiatan Pembinaan Gizi
No
1
Variabel
Balita menimbang
berat badan secara
teratur
Sasaran
Balita 0 59 bulan9
Definisi Operasional
Balita yang datang ke posyandu dan
ditimbang berat badannya dalam kurun
waktu 6 bulan terakhir.
Cara Pengumpulan
Data
Melihat dan mencatat hasil
penimbangan balita dari KMS
atau buku KIA
Konsumsi tablet
penambah darah
(TTD) pada ibu hamil
Ibu nifas mendapat
kapsul Vitamin A
Balita 6 59 bulan
mendapat kapsul
vitamin A
Ibu hamil
Ibu nifas
Bayi 6 11 bulan
dan balita 12 59
bulan
ASI Eksklusif
Konsumsi garam
beriodium
Bayi 0 5 bulan11
Atau
Bila balita 12 59 bulan mendapat 2
kapsul vitamin A merah pada bulan
Februari dan Agustus
Bayi umur 0 5 bulan yang hanya diberi
ASI saja tanpa makanan atau minuman
lain kecuali obat, vitamin dan mineral
sehari kemarin
Baik = bila hanya diberi ASI saja tanpa
makanan atau minuman lain kecuali obat,
vitamin dan mineral
Keluarga menggunakan garam beriodium
untuk memasak setiap hari
Baik = bila hasil uji garam menggunakan
iodium tes atau tes amilum berwarna (ungu
pucat atau ungu pekat)
Umur dalam bulan penuh; anak umur 1 bulan 14 hari dihitung 1 bulan, anak umur 1 bulan 29 hari dihitung 1 bulan
Jika tidak ada buku KIA atau formulir lainnya, tanyakan pada ibu hamil kemasan TTD yang diterima
11 Bayi 0 5 bulan = bayi berumur 0 hari sampai dengan 5 bulan 29 hari
9
10
32
Lampiran 6
Ayah/KK
n
%
Ibu
n
Responden
n
%
Balita
n
Remaja
n
%
Dewasa
n
%
Lansia
n
%
Laki-Laki
Perempuan
Total
BB/U
n
GiziBuruk
Gizi Kurang
Gizi Baik
Gizi Lebih
Total
33
TB(PB)/U
n
Sangat Pendek
Pendek
Normal
Tinggi
Total
BB/TB(PB)
n
Sangat Kurus
Kurus
Normal
Gemuk
Total
Tabel 7. Prevalensi Status Gizi Anak 5-18 th
berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) Menurut Umur
Status Gizi
IMT/U
n
Sangat Kurus
Kurus
Normal
Gemuk
Obesitas
Total
Remaja
n
Sangat Kurus
Kurus
Normal
Gemuk
Obesitas
Total
34
Dewasa
%
Tabel 9. Prevalensi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan WUS KEK
Status Gizi
n
Bumil
%
WUS
n
KEK
Normal
Total
Tabel 10. Jumlah Bayi (0-1bln) yang datang dan ditimbang di Posyandu
dalam dua bulan terakhir
Bayi yang Datang dan
ditimbang 2 bulan terakhir
Tidak Pernah
Satu Kali
Dua Kali
Total
Tabel 11. Jumlah Bayi (2-3bln) yang datang dan ditimbang di Posyandu
dalam 4 (empat) bulan
Bayi yang Datang dan
ditimbang 4 (empat) bulan terakhir
Tidak Pernah
Satu Kali
Dua Kali
Tiga Kali
Empat Kali
Total
Tabel 12. Jumlah Bayi (4-5bln) yang datang dan ditimbang di Posyandu
dalam 6 (enam) bulan terakhir
Bayi yang Datang dan
ditimbang 6(enam)bulan terakhir
Tidak Pernah
Dua Kali
Tiga Kali
Empat Kali
Lima Kali
Enam Kali
Total
35
Tabel 13. Jumlah Bayi (6-59bln) yang datang dan ditimbang di Posyandu
dalam 6 (enam) bulan terakhir
Bayi yang Datang dan
ditimbang 6(enam)bulan terakhir
Tidak Pernah
Dua Kali
Tiga Kali
Empat Kali
Lima Kali
Enam Kali
Total
Kurus
Normal
Total
Tabel 15. Jumlah Balita Sangat Kurus Yang dirujuk dalam Keluarga
Jumlah Balita Sangat Kurus
Dirujuk ke
Rumah Sakit
n
Puskesmas
n
Ya
Tidak
Total
36
TFC
n
Tabel 17. Jumlah Ibu Hamil Pertama kali Mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)
Ibu Hamil mendapat Tablet
Tambah Darah
Tabel 18. Frekuensi Ibu Hamil Mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)
Frekuensi Ibu Hamil mendapat Tablet
Tambah Darah
Tidak Pernah
1(satu) kali
2(dua) kali
3(tiga) kali
Tidak tahu
Total
Tabel 19. Jumlah Tablet Tambah Darah (TTD) yang diperoleh Ibu Hamil
Jumlah Ibu Hamil Mendapat
Tablet Tambah Darah
30 butir
60 butir
90 butir
Total
Tabel 20. Jumlah Tablet Tambah Darah (TTD) yang diminum Ibu Hamil
Jumlah Ibu Hamil Mendapat
Tablet Tambah Darah
Jumlah
Tablet Tambah Darah (butir)
0-30
n
Diminum
Tidak Diminum
Total
37
31-61
%
61-90
%
Tabel 21. Jumlah Ibu Hamil yang tidak dapat TTD tapi Membeli TTD sendiri
Jumlah Ibu Hamil yang Minum
Tablet Tambah Darah
Beli Sendiri
n
%
Ya
Tidak
Total
Tabel 22. Jumlah Tablet Tambah Darah (TTD) yang diminum Ibu Hamil
yang dibeli sendiri
Ibu Hamil beli TTD sendiri
Jumlah
Tablet Tambah Darah (butir)
0-30
31-61
61-90
n
%
n
%
n
%
Diminum
Tidak Diminum
Total
Puskesmas
Belisendiri
Total
Tabel 23. Alasan Ibu Tidak Minum TTD
Alasan Tidak Minum TTD
Bau Tidak Enak
Rasa Tidak enak
Kotoran Hitam
Mual
Total
Tabel 24. Persentasi Jenis Garam yang Digunakan dalam Rumah Tangga
Jenis Garam yang Dikonsumsi
di Rumah Tangga
Garam Bata
Garam curah
Garam Halus
Garam Gurih
Total
38
Mengandung
Iodium
n
%
Alasan Penggunaan
Ada
Rasa tidak
dipasar
Pahit
n
%
n
%
Murah
n
Garam Bata
Garam curah
Garam Halus
Garam Gurih
Total
Hasil Pemeriksaan
Beriodium
n
Tidak Beriodium
Garam Bata
Garam curah
Garam Halus
Garam Gurih
Total
Tabel 28. Usia Bayi diberi makan /minum selain ASI Pertama kali
Usia
< 30 hari
1 bulan
2 bulan
3 bulan
4 bulan
5 bulan
6 bulan
>6 bulan
Total
39
Tabel 29. Persentasi Bayi 6-11 bulan diberi kapsul Vitamin A 6 (enam) bulan terakhir
Konsumsi Vit A
Pada Bayi 6-11 bulan
6 bulan terakhir
Ya
Tidak
Total
Tabel 30. Persentasi Bayi 12-59 bulan diberi kapsul Vitamin A 6 (enam) bulan terakhir
Konsumsi Vit A
Pada Bayi 12-59 bulan
6 bulan terakhir
Ya
Tidak
Total
40
Lampiran 7
CONTOH
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
PENINGKATAN KAPASITAS PETUGAS DALAM PELAKSANAAN
PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) TAHUN 2014
A. Latar Belakang
Salah satu sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang
Kesehatan 2010-2014 adalah menurunkan prevalensi balita gizi kurang menjadi setinggitingginya 15% dan menurunkan prevalensi balita pendek menjadi setinggi-tingginya 32%.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan prevalensi balita gizi kurang
berhasil diturunkan dari 18,4% tahun 2007 menjadi 17,9% tahun 2010 namun sedikit
meningkat di tahun 2013 menjadi 19,6%. Prevalensi balita pendek turun dari 36,8% tahun
2007 menjadi 35,6% tahun 2010, namun sedikit meningkat di tahun 2013 menjadi 37,2%..
Untuk mendukung pencapaian RPJMN dan MDGs tersebut, dalam Rencana Aksi
Pembinaan Gizi Masyarakat telah ditetapkan 8 indikator kinerja kegiatan pembinaan gizi
masyarakat tahun 2010-2014, yaitu: (1) balita gizi buruk mendapat perawatan; (2) balita
ditimbang berat badannya; (3) bayi usia 0-6 bulan mendapat Air Susu Ibu (ASI) secara
eksklusif; (4) rumah tangga mengonsumsi garam beryodium; (5) balita 6-59 bulan mendapat
kapsul vitamin A; (6) ibu hamil mendapat 90 tablet Fe; (7) kabupaten/kota melaksanakan
surveilans gizi; dan (8) penyediaan stok cadangan (buffer stock) Makanan Pendamping Air
Susu Ibu (MP-ASI) untuk daerah bencana. Dalam mendukung tercapainya 8 indikator
tersebut terdapat beberapa indikator gizi yang dapat digunakan sebagai informasi untuk
meningkatkan sistem kewaspadaan gizi.
Riskesdas yang hasilnya menjadi salah satu dasar untuk menetapkan kebijakan berbasis
bukti hanya dilakukan antara 3-5 tahun sekali, sehingga untuk mengetahui perubahan
indikator gizi secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan, maka pelaksanaan
Pemantauan Status Gizi (PSG) menjadi sangat penting untuk memberikan gambaran
kemajuan capaian pembinaan gizi di suatu wilayah antar waktu pelaksanaan Riskesdas.
Pelaksanaan PSG merupakan bagian dari kegiatan monitoring dan evaluasi program gizi.
Data dan informasi yang dihasilkan dari kegiatan PSG dapat dijadikan bahan pengambilan
keputusan dan rencana kegiatan pembinaan gizi di suatu wilayah.
Dalam rangka meningkatkan pemahaman teknis pelaksanaan Pemantauan Status Gizi
(PSG) kepada pengelola gizi baik di Provinsi maupun di kabupaten dan kota serta
AIPGI/Poltekkes Jurusan Gizi, maka diperlukan kegiatan Peningkatan Kapasitas petugas
pelaksanan kegiatan tersebut.
B. Tujuan Umum
Meningkatkan Kemampuan Teknis Petugas (Pengelola Gizi Provinsi, Pengelola Gizi
Kabupaten dan Kota, TPG Puskesmas dan AIPGI/Poltekkes) Dalam Pelaksanaan
Pemantauan Status Gizi (PSG).
41
C. Tujuan Khusus
1. Petugas Mampu Menentukan Disain, Populasi, Sampel, Besar Sampel, Klaster, Sampel
Rumah Tangga
2. Petugas Mampu Melaksanakan Cara Pengumpulan Data
3. Petugas Mampu Melaksanakan Manajemen Data (Editing Data, Entry Data, Cleaning
Data)
4. Petugas Mampu Melaksanakan Analisis Data
5. Petugas Mampu Melaksanakan Penyusunan Laporan
D. Output
Terlaksananya Kegiatan Pemantauan Status Gizi dan tersedianya Informasi Status Gizi dari
Seluruh Kabupaten dan Kota.
E. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan disesuaikan dengan situasi dan waktu didaerah masing-masing.
F. Peserta
Peserta kegiatan peningkatan kapasitas petugas dalam pelaksanaan Pemantauan Status
Gizi (PSG) terdiri dari:
1. Dosen AIPGI/Poltekkes Jurusan Gizi
2. Pengelola Gizi Dinkes Kabupaten dan Kota
Jumlah Peserta disesuaikan dengan ketersediaan anggaran di Dinkes Provinsi dan Dinkes
Kabupaten dan Kota
G. Biaya
Biaya kegiatan ini bersumber dari Dana Dekonsentrasi Satker Direktorat Bina Gizi dan
APBD Provinsi, Kabupaten dan Kota serta Biaya Lain yang Dapat dipertanggung jawabkan.
H. Jadwal
Jadwal terlampir dan disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing. Jadwal tentatif
adalah sebagai berikut.
Waktu
07.00-08.00
08.00-08.30
08.30-11.00
11.00-13.00
13-00-14-00
14.00-16.00
16.00-17.00
Acara
Registrasi Peserta
Pembukaan dan Penjelasan Pertemuan
Sampling
Teknik Pengukuran Antropometri
Teknik Wawancara
Praktek Lapang di Puskesmas dan
Posyandu
Penanggung Jawab
Panitia
Dinkes Provinsi/Pusat
Dinkes Provinsi/Pusat
Keterangan
Dinkes Provinsi/Pusat
ISHOMA
Dinkes Provinsi/Pusat
Dinkes Provinsi
Review
Penutupan
Catatan : Peserta Kabupaten dan Kota harus membawa data desa/kelurahan dan jumlah penduduk menurut Desa dan kelurahan.
42
Lampiran 8
TEKNIK WAWANCARA
PEMANTAUAN STATUS GIZI
A. Pengertian
Wawancara (interview) adalah salah satu bentuk untuk mendapatkan informasi/data yang
dibutuhkan dari responden, yang dilakukan oleh pewawancara dengan tatap muka
B. Petugas wawancara
Interviewer (pewawancara): Orang yang mewawancarai, yang menentukan arah
pertanyaan yang diajukan
Interviewee (terwawancara): Orang yang diwawancarai
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan wawancara
1. Faktor Pewawancara
a. Ketrampilan wawancara
Menjelaskan dulu maksud dan tujuan
Memahami teknik interview yang baik
Menguasai kuesioner, mengacu Buku Pedoman
Probing untuk menggali informasi yg benar Bersikap netral
Mencatat jawaban dgn teliti, lengkap, jelas
Memposisikan diri (yang memerlukan data kita)
Penampilan sederhana, rapi
Sikap sopan, santun, rendah hati
Mampu sebagai pendengar, sebagai komunikator yang baik
b. Rasa aman
Telah melapor pada yang berwenang (Dinkes, Puskesmas, Pamong, dll)
Mempunyai surat ijin dan tugas yang lengkap
Terjamin keamanan selama bertugas
Ijin melakukan wawancara (informed consent)
2. Faktor Responden
a. Karakteristik sosial
Umur, jenis kelamin
Karakteristik demografi lain (kawin dll)
Ekonomi, pekerjaan
Pendidikan
Adanya jarak sosial
b. Kemampuan menangkap pertanyaan
Kesulitan umum dalam komunikasi
Kesulitan bahasa teknis kesehatan
Kemampuan fisik dan mental (sakit, cacat indera, dll)
Penggunaan Penerjemah
43
44
3. Prosedur wawancara:
a. Opening Interview
45
Lampiran 9
46
Minta ibu untuk membantu menanggalkan sepatu dan pakaian luar anak. Bicaralah
dengan anak perlunya untuk tetap berdiri.
Untuk menyalakan timbangan, tutup panel solar beberapa detik. Ketika
angka 0,0 tampak, timbangan sudah siap digunakan.
Minta anak untuk berdiri di tengah-tengah timbangan, kaki berdiri tepat
pada tanda jejak kaki jika ada). Ingatkan dia untuk tetap diatas timbangan
sampai angka berat badannya muncul pada layar baca.
Catat berat badannya mendekati 0,1 kg.
48
49
Jika bayi ditimbang telanjang, popok kering dapat kembali dipasang untuk menghindari
basah sementara mengukur panjang badannya.
Jika ruangan dingin dan akan ada penundaan pengukuran, jaga anak tetap hangat dalam
selimut sampai pengukuran dilakukan.
Jelaskan semua prosedur kepada ibu dan minta bantuannya selama proses pengukuran.
Mengukur Panjang
Alasi alat ukur panjang badan dengan kain tipis atau kertas lembut untuk kebersihan dan
kenyamanan bayi.
Jelaskan kepada ibu bahwa asisten pengukur akan menempatkan bayi pada papan ukur dan
kemudian memegang kepala bayi pada tempatnya sementara pengukur melakukan
pengukuran. Minta ibu untuk membantu menenangkan bayi dengan cara berdiri disamping
bayi.
Bantu ibu membaringkan anak secara telentang sampai
punggung menempel pada alas dan kepala anak paling
atas menempel pada bagian papan kepala.
Dengan cepat posisikan kepala sedemikian rupa sehingga
satu garis vertikal antara cuping telinga dengan puncak
tulang pipi tegak lurus dengan papan. (Mata anak harus
melihat lurus/langsung ke atas.)
Kecepatan adalah penting. Berdiri pada sisi papan panjang badan dimana anda dapat melihat
pita-ukur dan menggerakkan papan geser.
Periksa apakah posisi anak lurus sepanjang papan dan tidak berubah.
Punggung harus menempel papan, dan tulang belakang tidak melengkung. Minta asisten
pengukur supaya memberitahu anda apabila punggung anak melengkung atau bergerak
tidak pada posisi yang benar.
Tekan lutut anak dengan satu tangan dan geser papan kaki dengan tangan yang satunya.
Tekan lembut lutut sampai kaki lurus sejauh tidak menyakiti anak. Catatan: tidak mungkin
untuk meluruskan lutut bayi baru lahir seperti anak yang berumur lebih tua. Lutut bayi baru
lahir mudah retak dan mudah terluka, sehingga tekanlah dengan lembut.
Jika anak benar-benar sulit diukur dengan kedua kakinya, ukur dengan satu kaki pada
posisi yang sama dengan menggunakan dua kaki.
Sementara memegang/menahan lutut, tarik papan geser ke arah kaki anak. Telapak kaki
harus rata menyentuh papan geser, Jari-jari kaki mengarah ke atas. Jika jari-jari anak
menekuk, gelitik telapak kaki anak dan dorong papan geser dengan cepat ketika posisi
telapak kaki anak sudah tepat.
Baca hasil pengukuran dan catat panjangnya dalam cm sampai 0,1 cm
Ingat:
Jika seorang anak diukur panjangnya
padahal usianya 2 tahun atau lebih,
kurangi 0,7 cm dari panjang badannya
dan catat hasilnya sebagai tinggi badan
50
51
52
TIM PENYUSUN
Kontributor:
Galopong Sianturi, SKM, MPH
Dr. Marina Damajanti, MKM
Eko Prihastono, SKM, MA
Iwan Halwani, SKM, M.Si.
Iryanis, SKM, MM
Elisa, SKM
Siti Hana, SKM
Dewi Astuti, S.Gz
Dr. Laila Mahmudah
Drg. Lili Tantijati, M.Epid
Editor:
DR. Abas Basuni Jahari, M.Sc.
Ir. Doddy Izwardy, MA
DR. Idrus Jusat, MSc
Nils Aria Zulfianto, MSc
Setting Lay out:
Siswono
Kukuh Wicaksono
TIM PENYUSUN
Kontributor:
Galopong Sianturi, SKM, MPH
Dr. Marina Damajanti, MKM
Eko Prihastono, SKM, MA
Iwan Halwani, SKM, M.Si.
Iryanis, SKM, MM
Elisa, SKM
Siti Hana, SKM
Dewi Astuti, S.Gz
Dr. Laila Mahmudah
Drg. Lili Tantijati, M.Epid
Editor:
DR. Abas Basuni Jahari, M.Sc.
Ir. Doddy Izwardy, MA
Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS
DR. Idrus Jusat, MSc
Nils Aria Zulfianto, MSc
Ir. Tatang S. Falah, M.Sc.
Setting Lay out:
Siswono
Kukuh Wicaksono
53