Professional Documents
Culture Documents
1Mahasiswa
Irawandani, et al
PENDAHULUAN
Pembangunan
dengan
konsep
dan
teknologi yang tidak ramah lingkungan
menimbulkan dampak salahsatunya global
warming atau efek gas rumah kaca. Jenis
dari gas rumah kaca yang paling banyak di
atmosfer ialah karbondioksida (CO2)
sedangkan yang lainnya sangat sedikit
sekali ( KLH, 2012). Ruang terbuka hijau
adalah kawasan didominasi oleh tumbuhan
untuk fungsi perlindungan habitat tertentu,
sarana lingkungan kota, pengamanan
jaringan
prasarana,
dan
budidaya
pertanian. Selain untuk meningkatkan
kualitas atmosfer, menunjang kelestarian
air dan tanah, ruang terbuka hijau di
tengah-tengah ekosistem perkotaan juga
berfungsi untuk meningkatkan kualitas
lansekap kota (Hakim dan Utomo, 2004).
Salahsatu
kota
kecil
yang
perlu
diperhatikan adalah Pasuruan, Jawa Timur.
Peningkatan suhu dari 31.7C tahun 2010
menjadi 32.6C pada tahun 2014. Terjadi
peningkatan 0.9C selama lima tahun
terakhir. (Pusat Penelitian Perkebunan
Gula Indonesia, 2014).
Salahsatu faktor peningkatan CO2 yang
pertama adalah jumlah penduduk. Jumlah
penduduk Kota Pasuruan dari tahun ke
tahun makin meningkat dengan kepadatan
penduduk mencapai 5.502 jiwa/km2 (BPS,
2014). Jumlah penduduk mempengaruhi
alih fungsi lahan untuk memenuhi
kebutuhan
pembangunan
kota
dan
berperan dalam kenaikan suhu udara
sekitar. Tahun 2003 luas RTH Kota
pasuruan 22,54 km2, kemudian tahun 2007
menyempit menjadi 16,06 km2 dan tahun
2012 adalah 26.58% atau 9.28 km2 dari
keseluruhan wilayah.
Keberadaan ruang terbuka hijau
menjadi salahsatu penentu terbesar kualitas
udara di suatu wilayah. Makin sempit RTH
menyebabkan tidak seimbangnya antara
peningkatan
karbondioksida
dengan
jumlah pepohonan yang menyerap emisi
tersebut. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui kecukupan ruang terbuka
hijau publik berdasarkan kemampuan daya
serap CO2 dan mengetahui kesesuaian
sebaran RTH terhadap sebaran emisi CO2
di wilayah Kota Pasuruan.
Irawandani, et al
Q
(exp 0.5 H2)(exp 0.5 y2).....(2)
2Uyz
z2
y2
(Ckel X Akel)
X Q (4)
(Ctot X Atot)
Irawandani, et al
TOTAL
3017922
2043650
1734679
2684248
6961102
2653814
1348391
4602086
5433798
1812571
3370517
4311610
5119018
6363625
3667518
3988287
1565099
6362126
1824604
4618073
1574901
5570710
6495673
1779292
5090277
1046116
1311755
3598473
1764564
1693863
944628
5362392
2504690
1557721
Irawandani, et al
Sebagian besar kelurahan yang memiliki
beban emisi respirasi penduduk tertinggi
terletak di Kecamatan Purworejo dan
Panggungrejo.
Kelurahan
Purworejo
memiliki beban CO2 tertinggi yaitu
4165575.25 kg th-1 karena jumlah penduduk
yang tinggi (12008 jiwa) meskipun luas
wilayahnya 1.05 km2.
Beban emisi CO2 LPG berbanding lurus
dengan CO2 respirasi penduduk karena
CO2 LPG bergantung dari jumlah KK
(Kepala
Keluarga)(Gratimah,
2009).
Kelurahan Purworejo dan Gadingrejo
menjadi kelurahan yang memiliki beban
emisi CO2 LPG paling tinggi mencapai
1818117 kg th-1. Kelurahan yang memiliki
nilai beban emisi CO2 yang terkecil adalah
Randusari,
Mayangan,
Krampyangan,
Pekuncen, Bangilan, dan Kandangsapi
yaitu dalam kisaran 280683 451509 kg th-1.
CO2 yang dihasilkan dari kegiatan industri
terdispersi ke lima belas kelurahan Kota
Pasuruan. Kecepatan angin Kota Pasuruan
0.75 m/s ke arah barat dan menyebabkan
emisi CO2 menyebar ke wilayah bagian
barat kota hingga keluar batas kota. Emisi
CO2 yang terdispersi di wilayah Kota
Pasuruan hanya sebagian kecil dan sisanya
terdispersi ke luar wilayah kota yaitu
wilayah Kabupaten Pasuruan.
Jumlah beban CO2 kendaraan yang
tertinggi berada di Kelurahan Blandongan
dan Trajeng yaitu mencapai 4107640 kg th-1.
Selanjutnya Kelurahan Karangketug, Bugul
Lor, dan Gadingrejo yaitu dalam kisaran
nilai 100000-3000000 kg th-1. Dua puluh
delapan kelurahan lainnya berada pada
nilai 0-1000000 kg th-1. Kelurahan
Blandongan
dan
Trajeng
memiliki
akumulasi beban emisi CO2 tertinggi
namun
kondisi
keduanya
berbeda.
Blandongan hanya dilintasi dua jalan besar
(keduannya merupakan jalan arteri primer)
namun dengan kepadatan kendaraan yang
tinggi sedangkan Trajeng dilintasi satu
jalan arteri primer dan sembilan jalan
kolektor sekunder.
Beban emisi CO2 tiap kelurahan
berbeda, hal ini bergantung pada letak
kelurahan terhadap sumber emisi. Hasil
menunjukkan bahwa empat kelurahan
yaitu Blandongan, Trajeng, Purworejo, dan
Gadingrejo
adalah
wilayah
yang
terakumulasi beban emisi CO2 paling
Irawandani, et al
RTH Publik di Kota Pasuruan terdiri dari
berbagai macam bentuk dan skala.
Berdasarkan bentuk, fungsi, dan luasannya
RTH Publik diklasifikasikan menjadi RTH
Taman dan Hutan Kota, RTH jalur hijau,
dan RTH fungsi tertentu.
A. RTH Taman dan Hutan Kota
RTH taman dan hutan kota Pasuruan
diantaranya berupa Taman Skala Lokal,
Taman Skala Kota diantaranya Taman
Lingkungan, Alun-alun, Taman Kota, dan
Taman Lansia ; Hutan Kota yang meliputi
Htan Kota Sekargadung dan Hutan Kota
ex. Pasar Karangketug ; dan Sabuk Hijau
disepanjang 59 ruas jalan di Kota Pasuruan.
RTH yang memiliki daya serap CO2 hingga
5000000 kg th-1 adalah Hutan Kota
Sekargadung karena dalam area tersebut
didominasi oleh pohon trembesi dengan
nilai daya serap CO2 tertinggi. Ketujuh
belas RTH lainnya hanya memiliki daya
serap CO2 55 hingga 600000 kg th-1.
Bentuk lain dari RTH jenis taman
adalah sabuk hijau yang berperan besar
dalam menyerap emisi CO2 perkotaan
karena komponennya berupa pohon.
Kemampuan daya serap CO2 sabuk hijau
tertinggi dengan daya serap CO2 1000001000000 kg th-1 meliputi Jl. Ir. Juanda, Jl. A.
Yani, Jl. Hos Cokroaminoto, Jl.Hasyim
Asyari, Jl. Patimura, JL. Maluku, Jl. Kol.
Sugiono, Jl. Cemara, Jl. Trunojoyo di tiap
ruas jalan sedangkan yang terendah 0-1000
kg th-1 meliputi Jl. Lombok, Jl. Banda, Jl.
WR Supratman, Jl. Hang Tuah, Jl. Kartini.
Total daya serap RTH taman dan Hutan
Kota keseluruhan adalah 11692117 kg th-1.
B. RTH Jalur Hijau Jalan
Jalur hijau merupakan RTH dengan lokasi
di ruang jalan yang disesuaikan dengan
bentuk lansekap jalan. Vegetasi didominasi
tanaman semak, menyesuaikan letak jalur
hijau yang berada di tepi dan tengah badan
jalan. Jenis semak dengan tinggi dan lebar
tajuk yang kecil tidak akan menggangu
kegiatan transportasi (Riswandi, 2006).
Berdasarkan luasan yang tercatat dengan
total 5814 m2 berupa taman jalan, taman
median, dan taman pulau. Total daya serap
RTH jalur hijau jalan adalah 31997 kg th-1.
Irawandani, et al
Kemampuan daya serap tiap kelurahan
sangat tidak merata. Kemampuan daya
serap tertinggi pada kelurahan Wirogunan
mencapai hampir 6000000 kg th-1 karena
hanya Wirogunan yang memiliki hutan kota
yang dipenuhi pohon trembesi sejumlah 205
pohon. Tertinggi kedua dengan selisih nilai
sangat jauh yaitu 750000-1000000 adalah
Blandongan. Kelurahan ini memiliki Taman
TPA yang memiliki daya serap baik dan
ditambah dengan adanya sabuk hijau g
jalan arteri (Jl. Ir Juanda dan Hos
Cokroaminoto).
Total daya serap CO2 250000-500000 kg
th-1 tergolong kemampuan daya serap yang
cukup rendah yang meliputi Kelurahan
Gadingrejo, Trajeng, Bugul Lor, Tapaan,
Kebonagung, dan Bakalan. Kemampuan
daya serap CO2 keenam kelurahan tersebut
hanya didukung dari pohon-pohon sabuk
hijau di ruas jalan dan taman-taman kecil
seperti taman pulau, taman jalan yang
berupa semak. Kelurahan yang lainnya
memiliki daya serap sangat rendah yaitu 0
hingga 250000 kg th-1 karena tidak ada
RTH taman di kelurahan - kelurahan
tersebut, penyerapan CO2 hanya didukung
dari sabuk hijau yang jumlahnya sedikit.
Gambar 3 Beban CO2 yang Tidak Terserap RTH Publik Kota Pasuruan
Irawandani, et al
Tiga puluh tiga kelurahan lainnya masih
menyisakan beban emisi CO2. Beban emisi
CO2 yang belum dapat diatasi dengan RTH
Publik total sebanyak 105847200 kg th-1
yang tersebar di 33 kelurahan. Kelurahan
yang menyisakan beban emisi CO2
6000000-7000000 kg th-1 adalah Trajeng,
Gadingrejo, dan Purworejo. Delapan
Kelurahan berikutnya dengan emisi CO2
yang tidak terserap RTH 400000-6000000 kg
th-1 adalah Karanganyar, Pohjentrek, Bugul
Lor,
Bugul
Kidul,
Karangketug,
Kebonagung, dan Kebonsari. Dua puluh
tiga kelurahan lainnya memiliki beban
emisi CO2 yang tidak terserap RTH antara
1000000-4000000 kg th-1.
4. Rekomendasi Kesesuaian RTH Publik
Terhadap Emisi Karbondioksida
Hasil
analisis
dan
perhitungan
menunjukkan bahwa RTH Publik belum
cukup untuk menyerap emisi CO2 sehingga
diperlukan penambahan jumlah pohon
RTH Publik dengan lebih memperhatikan
jenis dan atau tata letak tiap kelurahan.
Rekomendasi dalam penelitian ini berupa
skenario disertai dengan kesesuaian letak
penambahan
berdasarkan
kerapatan
pohon. Perencanaan yang rekomendasikan
adalah menambah jumlah pohon dengan
jenis pohon trembesi (Samanea saman)
dengan usia pohon diatas 4 tahun di tiap
kelurahan sesuai kebutuhan sehingga tidak
ada sisa beban emisi CO2. Trembesi
memiliki daya serap CO2 tertinggi yaitu
28448 kg th-1 dan kondisi di Kota Pasuruan
trembesi belum banyak keberadaannya.
Bentuk pohon trembesi dengan tinggi
antara 8-20 meter dan tajuk yang cukup
lebar, batang berkayu besar dan keras, serta
berdaun majemuk. Penambahan pohon
dilakukan dengan jarak tanam 5m meter
sesuai dengan jarak ideal penanaman
pohon pada RTH (Purnomohadi, 1994).
Tahun mendatang beban emisi CO2
akan meningkat bila dibandingkan dengan
kondisi
Tahun
2014,
sedangkan
kemampuan daya serap RTH Publik relatif
lambat untuk mengalami peningkatan.
Kondisi tersebut dapat diminimalisir
dengan upaya mengurangi beban emisi
CO2 dari sumbernya. Penambahan pohon
trembesi untuk tiap kelurahan di Kota
Pasuruan dapat dilihat pada Tabel 4.
2460089
1556891
Jl. Mt Haryono
Jl. S Parman dan
55
Taman Berskala
Sumber : Hasil Perhitungan dan Analisis, 2014
86
Irawandani, et al
Berdasarkan seluruh hasil yang didapatkan
pada penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa total beban emisi CO2 di Kota
Pasuruan tahun 2014 tidak mampu diserap
oleh RTH Publik dan menyisakan CO2
sebesar 131371963 kg th-1. Sebaran RTH
Publik belum sesuai dengan sebaran
kelurahan yang memiliki beban emisi CO2
tinggi dan peningkatan kemampuan daya
serap CO2 RTH Publik perlu dilakukan
dengan menambah jumlah pohon dengan
pertimbangan jenis pohon berdaya serap
tinggi diprioritaskan untuk kelurahan
dengan beban emisi CO2 tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Adiastari. 2012. Kajian Mengenai Kemampuan
Ruang Terbu Hijau (RTH) Dalam
Menyerap Emisi Karbon Di Surabaya.
ITS, Surabaya
Ardiansyah. 2009. Daya Rosot Karbondioksida
Oleh Beberapa Jenis Tanaman Hutan
Kota di kampus IPB Darmaga. FMIPA Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor.
BPS Kota Pasuruan. 2012. Pasuruan Dalam
Angka. Badan Pusat Statistik, Pasuruan
__________________. 2014. Pasuruan Dalam
Angka. Badan Pusat Statistik, Pasuruan
Cooper, David dan F.C Alley. 2002. Air
Pollution Control. Waveland Press,
Unitet State of America
Dahlan, E. N. 2007. Analisis Kebutuhan Luasan
Hutan Kota Sebagai Sink Gas CO2
Antropogenik Dari Bahan BAkar
Minyak dan Gas Di Kota Bogor Dengan
Pendekatan Sistem Dinamik. Disertasi.
IPB, Bogor
Gratimah, Guti RD. 2009. Analisis Kebutuhan
Hutan Kota Sebagai Penyerap Gas CO2
Antropogenik Di Pusat Kota Medan.
Tesis. FMIPA-USU, Sumatra Utara
IPCC.
2006.
Guidelines
for
National
Greenhouse Gas Inventories. GES
Published, Japan.
2012.
Pedoman
Penyelenggaraan
Inventarisasi
Gas
Rumah
Kaca
Nasional.
Kementrian
Lingkungan
Hidup, Jakarta