Professional Documents
Culture Documents
PENYUSUN :
Adril Arsyad Hakim
Emir Taris Pasaribu
Ronald Sitohang
Hasanul Arifin
M Fidel Ganis S
Cut Aria Arina
Hidayat S
Yoan Carolina P
Maya Savira
Taufik Sungkar
Devira Zahara
Masitha Dewi Sari
T. Siti Hajar Haryuna
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014
0
PENDAHULUAN
Sesuai dengan pemetaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi FK USU,
kegiatan Clinical Sklills Lab untuk mahasiswa semester 5 dilaksanakan pada blok
Sistem Genitourinary, Sistem Gastro Intestinal dan Sistem Special Sense.
Salah satu keterampilan klinik yang menjadi kompetensi seorang dokter
sesuai dengan Standar Kompotensi Dokter Indonesia (SKDI) adalah keterampilan
klinik yang akan diajarkan pada blok Sistem Special Sense ini. Kepada mahasiswa
semester 5 akan diajarkan enam (6) jenis keterampilan klinis pada blok Sistem
Special Sense. Keterampilan klinik yang akan diajarkan pada mahasiswa adalah
keterampilan untuk melakukan :
1. History taking Penyakit Mata yang berhubungan dengan penurunan
ketajaman penglihatan.
2. Pemeriksaan Visus
3. History taking Penyakit yang berhubungan dengan THT
4. Pemeriksaan Saraf Kranialis
5. Pemeriksaan fisik telinga, hidung, rongga mulut, faring dan laring
6. Pemeriksaan fisik leher
II. TUJUAN
1.
TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti kegiatan skills lab pada blok Sistem Special Sense ini,
mahasiswa dapat terampil melakukan history taking penyakit yang berhubungan
dengan penurunan ketajaman penglihatan, pemeriksaan visus, pemeriksaan saraf
kranialis, history taking penyakit THT, pemeriksaan fisik telinga, hidung, rongga
mulut, faring dan laring dan pemeriksaan fisik leher.
2. TUJUAN KHUSUS
2.1.Mahasiswa mampu melakukan history taking penyakit yang berhubungan
dengan penurunan ketajaman penglihatan.
2.2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan visus
2.3.Mahasiswa mampu melakukan history taking penyakit yang berhubungan
penyakit THT
2.4. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan saraf kranialis
2.5.Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik telinga, hidung, rongga
mulut, faring dan laring.
2.6 Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik leher.
SL.V. SSS.1- SL 1
KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN MENGENAI PENYAKIT MATA
YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENURUNAN TAJAM
PENGLIHATAN
I. PENDAHULUAN
Pada minggu ini mahasiswa dilatih untuk melakukan keterampilan
komunikasi dokter-pasien untuk penyakit mata yang berhubungan dengan
penurunan tajam penglihatan.
Seorang dokter harus mampu mengelaborasi keterangan penderita yang paling
signifikan untuk ditetapkan sebagai keluhan utama.Ada beberapa pertanyaan yang
harus diingat pada komunikasi dokter dan pasien dalam mengelaborasi keluhan
penderita agar hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.
Pertanyaan tesebut meliputi :
- Onset
- Location(lokasi)
- Duration(durasi)
- Character(karakter)
- Aggravating/Alleviating Factors(Faktor-faktor yang memperparah atau
mengurangi gejala)
- Radiation(penyebaran)
- Timing(waktu)
Kata-kata tersebut dapat disingkat sehingga mudah dingar yaitu:OLD CARTS
atau:
- Onset
- Palliating/Provokating Factors (Faktor0faktor yang mengurangi atau
memprovokasi gejala)
- Quality(kualitas)
- Radiation(Penyebaran)
- Site(Lokasi)
- Timing(Waktu)
Kata-kata tersebut dapat disingkat menjadi OPQRST
Tujuh pertanyaan yang berkaitan dengan gejala penderita:
1.Lokasi.Dimana lokasinya?Apakah menyebar?
2.Kwalitas.Seperti apa keluhan tersebut?
3.Kwantitas atau Keparahan.Seberapa parah keluhan tersebut?
4.Waktu.Kapan keluhan mulai dirasakan?Berapa lama keluhan tersebut
berlangsung?Seberapa sering keluhan tersebut muncul?
5.Keadaan/situasi saat serangan berlangsung.Termasuk faktor lingkungan,
aktifitas,emosi,atau keadaan lain yang mungkin dapat mempengaruhi
penyakit
6.Faktor-faktor yang menyebabkan remisi atau eksaserbasi.Apakah ada
hal-hal yang membuat gejala membaik atau semakin parah
7.Manifestasi lain yang berhubungan dengan gejala.Apakah penderita
merasakan hal-hal lain yang menyertai serangan?
Keterangan
20 menit
10 menit
Narasumber
Instruktur
Mahasiswa
3
90 menit
III.TUJUAN KEGIATAN
III.1. TUJUAN UMUM
Setelah selesai latihan ini mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan
keterampilan history taking dengan menggunakan tekhnik komunikasi yang benar
pada pasien
III.2. TUJUAN KHUSUS
1. Mahasiswa mampu menemukan keluhan utama dan keluhan tambahan
2. Mahasiswa mampu menguraikan penyakit secara deskriptif dan kronologis
3. Mahasiswa mendapatkan riwayat penyakit yang berhubungan dengan
penyakit dalam keluarga
4. Mahasiswa mengetahui tentang adanya riwayat trauma, riwayat penyakit
sistemik, riwayat kelahiran, nutrisi.
5. Mahasiswa mampu menerapkan dasar tekhnik komunikasi dan berperilaku
yang sesuai dengan sosio-budaya pasien dalam hubungan dokter pasien
IV. Waktu pelaksanaan
- Setiap kegiatan skills lab dilaksanakan selama 150 menit
- Disesuaikan dengan jadwal skills lab blok spesial senses
- Tempat pelaksanaan
- Ruang skills lab FK-USU
Sarana yang diperlukan
Alat audiovisual
Materi audiovisual
Pensil/pulpen
Formulir anamnese
V. RUJUKAN
4
Ya
Tidak
8. Menanyakan riwayat :
- Nutrisi (sayur-sayuran, buah-buahan)
- Trauma (apakah pernah terjatuh, terbentur di bagian kepala)
- Kebiasaan menonton dekat, membaca sambil tiduran
9. Menuliskan / merangkum data dalam status
10.Menjelaskan kemungkinan penyebab permasalahan sesuai
informasi dan menjelaskan tindakan selanjutnya.
11. Mengucapkan salam dan terima kasih
Note : Ya
: Mahasiswa melakukan
Tidak : Mahasiswa tidak melakukan
PEMERIKSAAN VISUS
I. PENDAHULUAN
Pada skill lab ini mahasiswa diajarkan untuk melakukan pemeriksaan
tajam penglihatan (visus) agar dapat mengetahui fungsi penglihatan setiap mata
secara terpisah.
Dasar:
- Tajam penglihatan diperiksa langsung, dengan memperhatikan seri gambar
simbol dengan ukuran berbeda pada jarak tertentu terhadap pasien,dan
menentukan ukuran huruf terkecil yang dapat dikenali pasien.
- Pada pemeriksaan tajam penglihatan ditentukan huruf terkecil yang masih
dapat dilihat pada kartu baca baku (dalam hal ini kita pakai Snellen Chart)
dengan jarak 6 meter atau 20 kaki.
- Tajam penglihatan diberikan penilaian menurut ukuran baku yang ada.
- Pemeriksaan tajam penglihatan sebaiknya dilakukan pada jarak 5 atau 6
meter,karena pada jarak ini mata akan melihat benda dalam keadaan
beristirahat atau tanpa akomodasi (dalam hal ini kita ambil dengan jarak 6
meter).
- Besar huruf pada kartu Snellen berbeda sehingga setiap huruf tertentu
hanya dapat dibaca pada jarak tertentu (Kartu untuk jarak 6 meter ataupun
5 meter membentuk sudut 5 menit dengan nodal point).
- Tajam penglihatan menentukan berapa jelas pasien dapat melihat
- Pemeriksaan dilakukan tanpa dan dengan kacamata yang sedang
dipergunakan.
Alat:
- Kartu Snellen (snellen Chart)
- Gagang lensa coba
- Lensa coba
Tekhnik Pemeriksaan:
- Pasien duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter
- Dipasang gagang lensa coba
- Mata yang tidak akan diperiksa tajam penglihatan ditutup.biasanya yang
diperiksa lebih dahulu mata kanan sehingga dilakukan penutupan mata kiri
terlebih dahulu
- Pasien diminta untuk membaca huruf yang tretulis pada kartu Snellen yang
dimulai dengan membaca baris atas(huruf yang terbesar) dan bila telah
terbaca pasien diminta untuk membaca baris dibawahnya(huruf yang lebih
kecil)
- Ditentukan letak baris terakhir yang masih dapat dibaca.
Nilai / Hasil Pemeriksaan:
- Tajam penglihatan dinyatakan dnegan suatu angka pembilang/penyebut
dimana pembilang ialah jarak antara orang yang diperiksa dengan karu
Snellen,sedangkan peneyebutnya ialah jarak dimana suatu huruf
seharusnya dapat dibaca.
- Bila huruf yang terbaca tersebut:
Keterangan
20 menit
Narasumber
10 menit
Narasumber
Instruktur
Mahasiswa
90 menit
III.TUJUAN KEGIATAN
Setelah mahasiwa mengikuti skills lab ini diharapakan mampu melakukan
pemeriksaan tajam penglihatan yang merupakan pemeriksaan dasar yang
sangat berguna untuk kepentingan diagnostik dalam ilmu kesehatan mata.
10
Tidak
Note : Ya
: Mahasiswa melakukan
Tidak : Mahasiswa tidak melakukan
SL.V. SSS.2- SL 1
11
KETERAMPILAN KLINIK
KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN MENGENAI PENYAKIT-PENYAKIT
TELINGA, HIDUNG DAN TENGGOROK
I.
PENDAHULUAN
Keterampilan komunikasi Dokter-Pasien untuk penyakit-penyakit telinga,
hidung dan tenggorok.
Seorang dokter harus mampu mengelaborasi keterangan penderita yang
palingsignifikan untuk ditetapkan sebagai keluhan utama. Ada beberapa
pertanyaan yang harus diingat pada komunikasi dokter dan pasien dalam
mengelaborasi keluhan penderita agar hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.
Pertanyaan tesebut meliputi :
- Onset
- Location(lokasi)
- Duration(durasi)
- Character(karakter)
- Aggravating/Alleviating Factors(Faktor-faktor yang memperparah atau
mengurangi gejala)
- Radiation(penyebaran)
- Timing(waktu)
Kata-kata tersebut dapat disingkat sehingga mudah dingar yaitu : OLD CARTS
atau:
- Onset
- Palliating/Provokating Factors (Faktor0faktor yang mengurangi atau
memprovokasi gejala)
- Quality(kualitas)
- Radiation(Penyebaran)
- Site(Lokasi)
- Timing(Waktu)
Kata-kata tersebut dapat disingkat menjadi OPQRST
Tujuh pertanyaan yang berkaitan dengan gejala penderita:
1.Lokasi.Dimana lokasinya?Apakah menyebar?
2.Kwalitas.Seperti apa keluhan tersebut?
3.Kwantitas atau Keparahan.Seberapa parah keluhan tersebut?
4.Waktu.Kapan keluhan mulai dirasakan?Berapa lama keluhan tersebut
berlangsung?Seberapa sering keluhan tersebut muncul?
5.Keadaan/situasi saat serangan berlangsung.Termasuk faktor lingkungan,
aktifitas,emosi,atau keadaan lain yang mungkin dapat mempengaruhi penyakit
6.Faktor-faktor yang menyebabkan remisi atau eksaserbasi.Apakah ada
hal-hal yang membuat gejala membaik atau semakin parah
7.Manifestasi lain yang berhubungan dengan gejala.Apakah penderita
merasakan hal-hal lain yang menyertai serangan?
II.
TUJUAN KEGIATAN
12
10 menit
13
90 menit
IV.
Instruktur,
Coaching : Mahasiswa melakukan simulasi secara Mahasiswa
bergantian dengan dibimbing oleh instruktur. Pada
mahasiswa diberikan 5 kasus simulasi. Pasien simulasi
akan diperankan oleh sesama mahasiswa.
Mahasiswa
Self Practice : Mahasiswa melakukan anamnesis
sendiri secara bergantian masing masing 10 menit,
dengan fokus pada keluhan utama dan riwayat
perjalanan penyakit sesuai dengan formulir anamnesis.
Instruktur memberikan penilaian pada lembar
pengamatan.
WAKTU PELAKSANAAN
Setiap kegiatan skills lab dilaksanakan selama 150 menit
Disesuaikan dengan jadwal di lab blok SPECIAL SENSE
SYSTEM.
Tempat pelaksanaan
Ruang skills lab FK USU (Lt 3)
Sarana yang diperlukan :
Pensil/pulpen
Formulir anamnesis
14
V.
VI.
RUJUKAN
1. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher, Edisi Keenam, Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta, 2007
KASUS SIMULASI KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN PADA
PENYAKIT THT.
1. OTITIS MEDIA AKUT
Anak laki-laki, umur 4 tahun dibawa oleh ibu ke Puskesmas dengan
keluhan sakit pada telinga kanan sejak kemarin. Sejak 1 minggu yang lalu
anak menderita batuk, pilek.
Tugas : lakukan komunikasi dokter-pasien / keluarga pasien yang
berhubungan dengan keluhan utama pasien sesuai formulir anamnesis.
2. OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS
Seorang perempuan, umur 20 tahun datang berobat ke Poliklinik THT
dengan keluhan telinga kiri berair. Keluhan ini dialami sejak kecil dan
hilang timbul.
Tugas : lakukan komunikasi dokter-pasien yang berhubungan dengan
keluhan utama pasien sesuai formulir anamnesis.
3. RINITIS ALERGI
Seorang laki - laki, umur 25 tahun datang dengan keluhan sering pilek
pilek. Keluhan ini dialami sejak 1 tahun lalu terutama di pagi hari dan bila
terpapar debu.
Tugas : lakukan komunikasi dokter-pasien yang berhubungan dengan
keluhan utama pasien sesuai formulir anamnesis.
4. RINOSINUSITIS AKUT
Seorang laki-laki, 18 tahun datang ke praktek dokter umum dengan
keluhan hidung tersumbat sejak 1 minggu yang lalu disertai nyeri pada
kedua pipi dan kelopak mata bawah.
Tugas : lakukan komunikasi dokter-pasien yang berhubungan dengan
keluhan utama pasien sesuai formulir anamnesis.
15
5. TONSILITIS AKUT
Seorang perempuan, umur 17 tahun datang berobat ke poliklinik THT
dengan keluhan sakit menelan yang dialami sejak 3 hari lalu. Keluhan ini
disertai demam.
Tugas : lakukan komunikasi dokter-pasien yang berhubungan dengan
keluhan utama pasien sesuai formulir anamnesis.
V.
PENGAMATAN
Ya
Tidak
I. PERKENALAN
1. Memberikan salam dan mempersilahkan pasien duduk
2. Memperkenalkan diri dan menanyakan identitas pasien
3. Menanyakan keluhan utama pasien :
II. MENANYAKAN KELUHAN
TELINGA
4. Gangguan pendengaran / pekak (tuli) :
- Apakah keluhan tersebut pada satu atau kedua telinga.
- Timbul tiba-tiba atau bertambah berat secara bertahap dan sudah
berapa lama diderita
- Adakah riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma, terpajan
bising, pemakaian obat sebelumnya (bila ada ditanyakan obat apa),
menderita penyakit infeks virus seperti influensa berat
- Apakah gangguan pendengaran diderita sejak bayi
5. Suara berdenging/ berdengung (tinitus)
- Apakah keluhan pada satu sisi atau kedua telinga
- Apakah disertai gangguan pendengaran dan keluhan pusing berputar
6. Rasa pusing yang berputar (vertigo)
- Apakah disertai rasa mual, muntah, rasa penuh ditelinga, telinga
berdenging.
- Apakah keluhan berhubungan dengan perubahan posisi
- Apakah ada penyakit sistemik lainnya seperti : DM, hipertensi,
arteriosklerosis, penyakit jantung, anemia, kanker dan sifilis
7. Nyeri didalam telinga (otalgia)
- Lokasi : telinga kiri / kanan atau keduanya dan sudah berapa lama
- Apakah disertai nyeri ditempat lain seperti di geraham atas, sendi
mulut, dasar mulut, tonsil atau tulang leher
16
17
18
Lampiran 1
STATUS ANAMNESIS PENDERITA PENYAKIT THT
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN TELINGA, HIDUNG, TENGGOROK
FAKULTAS KEDOKTERAN USU RSUP. H. ADAM MALIK
MEDAN
I.
Tanggal
:..........................
No. MR
:..........................
IDENTIFIKASI
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Status Perkawinan
Bangsa / Suku
Agama
Pekerjaan
Alamat
II.
Keluhan Tambahan
19
SL.V. SSS.2- SL 2
KETERAMPILAN KLINIK
PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS
I. PENDAHULUAN
Seorang dokter harus mampu melakukan pemeriksaan nervus kranialis IXII dengan benar sehingga dapat membantu kita menentukan lokasi lesi dan jenis
penyakit. Ada beberapa persyaratan yang harus diingat dalam melakukan
pemeriksaan nervus kranialis ini. Dimana masing masing nervus kranialis
mempunyai syarat syarat tertentu.
Pada skills lab ini mahasiswa dilatih untuk melakukan keterampilan
pemeriksaan saraf kranialis (I-XII). Pemeriksaan ini meliputi, pemeriksaan
penciuman, pemeriksaan pupil (ukuran dan bentuk), pemeriksaan refleks cahaya,
pemeriksaan mimik wajah, pemeriksaan otot temporal dan masseter, pemeriksaan
sensorik wajah, pemeriksaan motorik wajah, pemeriksaan pendengaran,
pemeriksaan lidah.
NERVUS I (N. OLFAKTORIUS )
Merupakan nervus yang berfungsi sebagai sensorik khusus yaitu
penciuman (menghidu). Kerusakan saraf ini dapat menyebabkan gangguan
penciuman ataupun kehilangan penciuman.
PEMERIKSAAN PENCIUMAN
Tujuan pemeriksaan: untuk mendeteksi adanya gangguan menghidu. Selain itu,
untuk mengetahui apakah gangguan tersebut disebabkan oleh gangguan saraf atau
penyakit hidung lokal.
Alat/ bahan:
1. Meja 1 buah
2. Kursi 2 buah
3. Senter
4. Kopi
5. Teh
6. Jeruk
7. Wadah kecil untuk tempat teh, kopi atau jeruk.
Syarat pemeriksaan:
- Penderita harus compos mentis.
- Zat yang digunakan sebaiknya yang digunakan sehari hari, misalnya
kopi, teh, tembakau, jeruk. Jangan menggunakan zat yang dapat
merangsang mukosa hidung (nervus V) seperti mentol, amoniak, alkohol
dan cuka.
20
Cara pemeriksaan :
- Penderita duduk
- Periksa lubang hidung penderita (dengan menggunakan senter), apakah
ada sumbatan atau kelainan setempat, misalnya ingus atau polip. Hal ini
dapat menganggu ketajaman penciuman.
- Zat pengetes diletakkan dalam wadah.
- Penderita disuruh tutup mata
- Tiap lubang hidung diperiksa satu persatu secara bergantian, lubang
hidung yang sedang tidak diperiksa, ditutup dengan tangan.
Penilaian:
Normosmia
Hiposmia
Hiperosmia
Parosmia
Kakosmia
21
Gerakan jari tangan ini dilakukan dari semua jurusan dan masing masing
mata harus diperiksa
Bila sekiranya ada gangguan kampus penglihatan, maka pemeriksa akan
lebih dulu melihat gerakan tangan tersebut.
22
23
Cara pemeriksaan:
- Pemeriksa melakukan pemeriksaan sensorik wajah berupa raba dengan
menggunakan kapas dimulai dari daerah ophtalmica, dibandingkan kiri
dan kanan, daerah maksilaris, bandingkan kiri dan kanan, daerah
mandibularis bandingkan kiri dan kanan.
- Kemudian melakukan pemeriksaan nyeri dengan menggunakan benda
yang runcing dimulai dari daerah ophtalmica, dibandingkan kiri dan
kanan, daerah maksilaris, bandingkan kiri dan kanan, daerah mandibularis
bandingkan kiri dan kanan.
- Kemudian melakukan pemeriksaan suhu dengan menggunakan tabung
reksi yang berisi air panas dan air dingin, dimulai dari daerah ophtalmica,
dibandingkan kiri dan kanan, daerah maksilaris, bandingkan kiri dan
kanan, daerah mandibularis bandingkan kiri dan kanan.
NERVUS VII (N. FASCIALIS)
Nervus fascialis terutama merupakan saraf motorik, yang menginervasi otot
otot ekspresi wajah. Di samping itu saraf ini membawa serabut parasimpatis ke
kelenjar ludah dan air mata dan ke selaput mukosa rongga mulut dan hidung, dan
ia juga menghantar berbagai jenis sensasi, termasuk sensasi eksteroseptif, dari
daerah gendang telinga, sensasi pengecapan 2/3 bagian depan lidah, dan sensasi
visceral umum dari kelenjar ludah, mukosa hidung dan faring, dan sensasi
proprioseptif dari otot otot yang disarafinya.
Pemeriksaan nervus VII meliputi:
1. Pemeriksaan motorik wajah
2. Pemeriksaan pengecapan 2/3 depan lidah
Pada skills lab ini yang dipelajari adalah pemeriksaan dan motorik wajah
PEMERIKSAAN MOTORIK WAJAH
Syarat pemeriksaan : penderita harus compos mentis, kecuali untuk inspeksi
mimik wajah
Cara pemeriksaan:
- Perhatikan wajah penderita apakah simetris atau tidak
- Suruh penderita mengangkat alisnya dan mengerutkan dahi
- Suruh penderita memejamkan mata
- Suruh penderita menyeringai
- Suruh penderita menggembungkan pipi
24
Untuk kegiatan clinical skills lab ini pemeriksaan pendengaran yang dilatih
adalah tes Rinne, tes Weber, tes Schwabach dan tes Berbisik. Sebab tes ini mudah
dilakukan dan hasilnya dapat berguna untuk pemeriksaan pendengaran.
A. PEMERIKSAAN RINNE
Bahan dan alat yang diperlukan :
- Ruangan yang cukup tenang.
- Garpu tala 512, 1024 dan 2048 Hz.
Bila tidak memungkinkan menggunakan ketiga garpu tala itu, maka
diambil 512 Hz karena penggunaan garpu tala ini tidak terlalu
dipengaruhi suara bising disekitarnya.
Cara pemeriksaan :
1. Garpu tala 512 Hz digetarkan dengan jari pemeriksa.
2.
Tangkai garpu tala tersebut diletakkan pada prosessus mastoid telinga yang
diperiksa.
3. Setelah tidak terdengar bunyi lagi, kemudian dipindahkan ke depan
liang telinga yang diperiksa kira-kira 2 cm.
25
4. Bila masih terdengar disebut Rinne positif (+), bila tidak terdengar
disebut Rinne negatif (-)
Interpretasi :
- Rinne positif (+) terdapat pada telinga normal atau telinga dengan tuli
sensorineural.
- Rinne negatif (-) ini menunjukkan adanya tuli konduktif.
B. PEMERIKSAAN WEBER
Bahan dan alat yang diperlukan :
- Ruangan yang cukup tenang.
- Garpu tala 512, 1024 dan 2048 Hz.
Bila tidak memungkinkan menggunakan ketiga garpu tala itu, maka
diambil 512 Hz karena penggunaan garpu tala ini tidak terlalu
dipengaruhi suara bising disekitarnya.
Cara pemeriksaan :
1. Kaki garpu penala yang telah digetarkan diletakkan pada garis tengah
wajah atau kepala (di vertex, dahi dan pangkal hidung).
2. Ditanyakan pada yang diperiksa, telinga mana yang terdengar lebih
keras.
-
Interpretasi :
Apabila bunyi garpu tala terdengar lebih keras pada salah satu telinga
disebut Weber lateralisasi ke telinga tersebut. Bila tidak dapat dibedakan
ke arah telinga mana bunyi terdengar lebih keras disebut Weber tidak ada
lateralisasi.
Pada keadaan normal, penderita mendengar suara di tengah atau tidak
dapat membedakan telinga mana yang mendengar lebih keras. Bila satu
telinga menderita tuli sensorineural maka penderita akan mendengar lebih
baik pada telinga yang baik (lateralisasi ke telinga yang baik) dan jika
telinga tersebut menderita tuli konduktif maka telinga tersebut akan
mendengar bunyi lebih keras (lateralisasi ke telinga yang sakit).
C. PEMERIKSAAN SCHWABACH
Bahan dan alat yang diperlukan :
- Ruangan yang cukup tenang.
- Garpu tala 512, 1024 dan 2048 Hz.
Bila tidak memungkinkan menggunakan ketiga garpu tala itu, maka
diambil 512 Hz karena penggunaan garpu tala ini tidak terlalu
dipengaruhi suara bising disekitarnya.
- Syarat pemeriksaan : telinga pemeriksa harus normal
Cara pemeriksaan :
1. Garpu tala digetarkan.
2.
Tangkai penala diletakkan pada prosesus mastoidius penderita sampai tidak
terdengar bunyi.
26
Tes Weber
Tidak ada laterasi
Tes Schwabach
Diagnosis
Sama
dengan Normal
Pemeriksa
Negatif
Lateralisasi ke telinga Memanjang
Tuli konduktif
yang sakit
Positif
Lateralisasi ke telinga Memendek
Tuli sensori-neural
yang sehat
Catatan : Pada tuli konduktif < 30 dB, Rinne bisa masih positif.
D. PEMERIKSAAN BERBISIK
Bahan dan alat yang diperlukan :
- Ruangan yang cukup tenang.
- Ruangan cukup besar dengan panjang minimal 6 meter.
Cara pemeriksaan :
1.
Pasien berdiri pada ujung kamar dengan telinga yang akan
diperiksa menghadap pemeriksa pada jarak 6 meter. Telinga yang lainnya
ditutup dengan cara menekan tragus dengan jari pasien sehingga benar
benar tertutup.
2.
Pasien jangan melihat ke pemeriksa.
3.
Pemeriksaan selalu dimulai dengan telinga kanan, baru
telinga kiri.
4.
Pemeriksa berbisik dengan udara yang masih tersisa dalam
paru paru sesudah ekspirasi.
Interpretasi :
- Bila pasien mendengar maka dianggap pendengaran normal, bila tidak
mendengar dalam jarak 6 meter maka pemeriksa maju 1 meter dan berbisik
lagi. Dan bila tidak mendengar juga maju 1 meter lagi, dan seterusnya
sampai pasien dapat mendengar.
- Bila sampai berbisik di dekat telinga pasien, baru didengarnya maka disebut
Ad Concham, bila masih juga tak mendengar berarti tes berbisik = 0.
- Nilai normal tes berbisik 5 6 meter, artinya pasien dapat mendengar pada
jarak 5 6 meter dari pemeriksa.
- Jika pasien hanya bisa mendengar pada jarak 3 meter, disebut tes berbisik =
3 meter
27
28
Keterangan
20 menit
Narasumber
29
20 menit
90 menit
Narasumber
Instruktur
Mahasiswa
III.TUJUANKEGIATAN
Setelah mahasiwa mengikuti skills lab ini diharapakan dapat melakukan
pemeriksaan saraf kranialis yang merupakan pemeriksaan dasar yang sangat
berguna untuk kepentingan diagnostik dalam ilmu penyakit saraf.
30
YA
TIDAK
6.
33
34
Note : Ya
: Mahasiswa melakukan
Tidak : Mahasiswa tidak melakukan
35
SL.V. SSS.2- SL 3
KETERAMPILAN KLINIK
PEMERIKSAAN FISIK TELINGA, HIDUNG, RONGGA MULUT,
FARING & LARING
I. PENDAHULUAN
Keterampilan klinik pemeriksaan fisik telinga, hidung, rongga mulut,
faring danlaring untuk mengenali gejala dan tanda yang terdapat pada pasien agar
mampu menegakkan diagnosis penyakit-penyakit THT sesuai dengan kompetensi
dasar seorang Dokter.
A. PEMERIKSAAN TELINGA
A.1. Alat yang diperlukan :
- Lampu kepala
- Corong telinga
- Otoskop
A.2. Cara pemeriksaan telinga :
- Pasien duduk dengan posisi badan condong sedikit ke depan dan kepala
pasien lebih tinggi sedikit dari kepala pemeriksa.
- Pasang lampu kepala dan diarahkan ke daun telinga dan
liang telinga.
- Melihat keadaan dan bentuk daun telinga serta daerah belakang daun
telinga (retroaurikuler).
- Menarik daun telinga ke atas dan ke belakang untuk memeriksa liang
telinga. Jika kesulitan, gunakan corong telinga untuk memperluas
pandangan ke dalam liang telinga.
- Otoskop digunakan untuk memeriksa membran timpani.
- Otoskop dipegang dengan tangan kanan untuk memeriksa membran
timpani kanan dan tangan kiri untuk memeriksa membran timpani kiri,
dengan posisi jari kelingking tangan yang memegang otoskop ditekankan
pada pipi pasien yang diperiksa.
B. PEMERIKSAAN HIDUNG
B.1. Alat yang diperlukan :
- Lampu kepala
- Spekulum hidung
- Kaca nasofaring dan tangkainya
- Spatula lidah
B.2. Cara pemeriksaan hidung : .
1. Memperhatikan bentuk luar hidung.
2. Palpasi daerah tulang hidung dan sinus paranasal.
3. Pasang lampu kepala dan diarahkan ke rongga hidung.
4. Rinoskopi Anterior :
- Spekulum hidung dipegang dengan tangan kiri dalam keadaan tertutup.
- Masukkan spekulum ke dalam lubang hidung dengan hati-hati dan
dibuka setelah spekulum berada di dalam rongga hidung.
36
37
- Pegang kaca laring dengan tangan kanan lalu hangatkan dengan api
lampu spiritus
- Sebelum kaca dimasukkan, suhu kaca ditest dulu dengan menempelkan
pada kulit belakang tangan kiri pemeriksa
- Pasien diminta membuka mulut dan menjulurkan lidahnya sejauh
mungkin
- Lidah dipegang dengan tangan kiri dengan memakai kain kasa dan
ditarik keluar dengan hati-hati
- Kaca laring dimasukkan ke dalam mulut menggunakan tangan kanan
dengan arah kaca ke bawah, bersandar pada uvula dan palatum molle
- Pasien disuruh menyuarakan i...
- Nilai gerakan pita suara abduksi dan daerah subglotik dengan menyuruh
pasien untuk inspirasi dalam
E. PEMERIKSAAN KELENJAR LIMFA LEHER
Cara Pemeriksaan
- pemeriksa beridiri di belakang pasien
- pemeriksa meraba dengan kedua belah tangan seluruh daerah leher dari
atas kebawah.
- Nilai ukuran, bentuk, konsistensi dan perlekatan dengan jaringan
sekitarnya, bila terdapat pembesaran kelenjar limfa.
II. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN
Waktu
20 menit
Keterangan
Nara sumber
10 menit
Narasumber
30 menit
Instruktur,
Mahasiswa
90 menit
Self Practice :
Mahasiswa melakukan sendiri pemeriksaan fisik teling,
hidung, rongga mulut, faring dan laring secara bergantian.
Total waktu yang dibutuhkan + 90 menit (tergantung jumlah
mahasiswa)
Mahasiswa
38
39
PENGAMATAN
Ya
Tidak
40
SL.V. SSS.2- SL 4
KETERAMPILAN KLINIK
PEMERIKSAAN FISIK LEHER
Emir Taris Pasaribu
I. PENDAHULUAN
Pemeriksaan fisik leher merupakan pemeriksaan fisik standar yang harus
dapat dilakukan dengan benar oleh seorang dokter. Kelainan di leher dapat berupa
kelainan bawaan, infeksi, neoplasma dan metabolisme.
Benjolan di leher dapat disebabkan oleh :
Di bagian tengah : - goiter
- thyroglossal cyst
- submental limph nodes
- parathyroid gland
Lateral : -
lymph nodes
salivary glands
skin, sebaceous cyst or lipoma
lymphatics, cystic hygroma
carotid artery, aneurysma, tumours
pharynx, branchiogenic cleft cyst.
41
II. TUJUAN
II.1.TUJUAN UMUM
Setelah selesai latihan ini mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik
leher dan mengetahui beberapa kelainan berupa benjolan di leher bagian
depan.
II.2.TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu:
1. Menemukan pembesaran kelenjar tiroid.
2. Mengenal pembesaran kelenjar getah bening.
3. Mengenal kelainan di kulit dan bawah kulit
4. Mengetahui kelainan bawaan.
5. Dapat membuat dokumentasi / deskripsi hasil pemeriksaan.
42
10 menit
10 menit
20 menit
90 menit
PENGAMATAN
Ya
Tidak
I. PERKENALAN
1. Menyapa pasien dan memperkenalkan diri.
2. Mempersilahkan pasien duduk
3. Menanyakan nama, umur, pekerjaan, alamat.
4. Menanyakan tindakan yang akan dilakukan dan tujuan
pemeriksaan.
5. Meminta persetujuan
II. PERSIAPAN
1. penderita dalam posisi duduk.
2. pemeriksa sudah melakukan cuci tangan
3. tersedia segelas air.
III. INSPEKSI
1. penderita duduk dan posisi kepala sedikit ekstensi
2. pemeriksa berada didepan penderita.
3. Memperhatikan apakah ada perubahan warna kulit
4. Memperhatikan apakah ada ulkus, fistel, sekret dan
44
tentukan lokasi.
5. Memperhatikan apakah ada benjolan, bila ada tentukan
lokasi, jumlah dan bentuk.
6. Bila lokasi benjolan di bagian tengah, penderita disuruh
meneguk air dan perhatikan apakah benjolan bergerak
keatas.
IV. PALPASI
1. Penderita duduk dan posisi kepala sedikit ekstensi
2. Pemeriksa berada dibelakang penderita
3. Palpasi mengunakan kedua tangan, bagian volar distal
digiti 2,3 dan 4.
Tiroid :
1. Lokasi dibagian tengah leher, dibawah kartilago tiroidea
2. Bila ada benjolan, perhatikan : lokasi, jumlah , konsistensi,
permukaan, batas, pergerakan, nyeri dan ukuran (mm)
3. Penderita disuruh meneguk air dan teraba benjolan bergerak
keatas.
Kelenjar getah bening :
1. Dimulai dari, daerah sub mental, sub mandibular, rantai
yugular bagian atas, tengah , bawah, supra klavikula dan
trigonum posterior leher.
2. Bila ditemukan benjolan, perhatikan lokasi, jumlah, nyeri,
permukaan, konsistensi, konglumerasi, batas, pergerakan
dan ukuran (mm)
V. DOKUMENTASI
1. Mencatat data data yang didapat/ditemukan
2. Mencatat tanggal pemeriksaan
3. Membuat tanda tangan pemeriksa
4. Menginformasikan dan menjelaskan tindakan selanjutnya.
Note : Ya = Mahasiswa melakukan.
Tidak = Mahasiswa tidak melakukan
45