You are on page 1of 35

BAB I

LATAR BELAKANG
I.1. GAMBARAN UMUM DESA SECARA GEOGRAFIS
I.1.1. Situasi Keadaan Umum
Desa Tanjung Pasir memiliki luas 570 Ha dengan jarak tempuh 47 Km dari ibu kota
kabupaten Tangerang, dan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian dari
permukaan laut satu meter dengan suhu udara 30-37C. (Kartikawatie, 2012)
Gambar 1.1. Peta Desa Tanjung Pasir (Kartikawatie, 2012)

Sumber : google maps, 2014


Puskesmas Tegal Angus adalah salah satu puskesmas yang terletak di wilayah Teluk
Naga Kabupaten Tangerang Propinsi Banten. Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang
Propinsi Banten, mempunyai luas wilayah 4.763.198 Ha (47,613 Km), terdiri dari luas
daratan 2.170.120 Ha dan sawah 2.593.078 Ha dengan ketinggian dari permukaan laut 2-3
meter. Topografi kecamatan Teluk Naga meliputi :
1. Daerah sawah
2. Daerah pantai
3. Daratan rendah dengan ketinggian antara 2-3 meter diatas permukaan laut
1

4. Daerah tambak
Wilayah kerja puskesmas Tegal Angus berada di wilayah kecamatan Teluk Naga
dipantai utara kabupaten Tangerang dengan wilayah kerja 2.481.599 Ha (30 km) terdiri dari
luas daratan 1.085.060 Ha dan sawah 1.296.539 Ha dengan ketinggian dari permukaan laut
2-3 meter. Temperatur wilayah Puskesmas Tegal Angus cukup panas, yaitu rata-rata antara
30C - 37C.
I.1.2. Batas Wilayah
Batas batas wilayah Desa Tanjung Pasir seperti yang terlihat pada gambar adalah
sebagai berikut (Kartikawatie, 2012) :
1.

Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa

2.

Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tanjung Burung

3.

Sebelah timur berbatasan dengan Desa Muara

4.

Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tegal Angus, Lemo dan Pangkalan.
Gambar 1.2. Peta Batas Wilayah Desa Tanjung Pasir

Sumber : kartikawatie, 2012


Terdapat enam desa binaan Puskesmas :
a.

Desa Lemo

b.

Desa Tanjung Pasir

c.

Desa Tanjung Burung

d.

Desa Pangkalan
2

e.

Desa Tegal Angus

f.

Desa Muara
Desa Tanjung Pasir terdiri dari 6 Kepala Dusun, 18 Rukun Warga (RW) dan 31 Rukun

Tetangga (RT). Jarak tempuh dari pusat pemerintahan Desa Tanjung Pasir dalam
melaksanakan hubungan dan komunikasi kerja dengan pemerintah di atasnya secara
berjenjang sebagai berikut (Kartikawatie, 2012) :
1. Dengan kantor kecamatan berjarak

12 km

2. Dengan ibukota kabupaten berjarak

54 km

3. Dengan ibukota provinsi berjarak

72 km

I.2. GAMBARAN UMUM DESA SECARA DEMOGRAFI


I.2.1. Situasi Kependudukan
Jumlah penduduk Desa Tanjung Pasir sampai dengan tahun 2012 tercatat sebanyak
9.513 jiwa, terdiri dari laki-laki 4884 jiwa dan perempuan 4629 jiwa. Secara rinci klasifikasi
penduduk menurut kelompok umur sebagai berikut (Kantor Statistik Kabupaten Tangerang,
2012) :
Tabel 1.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kewarganegaraan
No.
Warga Negara
1
Warga Negara Indonesia (WNI)
2

Warga Negara Asing( WNA)

Laki laki
4884orang

Perempuan
4629orang

- orang

- orang

Sumber : (Kantor Statistik Kabupaten Tangerang, 2012)


Tabel 1.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Umur

Jumlah Penduduk
0 4 tahun
920 orang
5 14 tahun
1880 orang
15 44 tahun
5139 orang
45 64 tahun
1273 orang
>65 tahun
301 orang
Sumber : (Kantor Statistik Kabupaten Tangerang, 2012)
3

Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Tangerang pada tahun 2012 jumlah penduduk di
wilayah kerja puskesmas Tegal Angus adalah 53.831 jiwa yang tersebar di 6 desa seperti yang
tercantum di tabel bawah ini :
Tabel 1.3. Jumlah Penduduk dan Kepadatan di Wilayah Kerja
Puskesmas Tegal Angus 2012
NO

DESA

Luas

Jumlah

wilayah

penduduk rumah

(km)
1
1
2
3
4

Jumlah
tangga

Rata-rata

Kepadatan

jiwa/rumah penduduk
tangga

per km

2
Pangkalan
Tanjung

3
7.54
5.24

4
16,888
7,669

5
4,138
2,473

4.08
3.10

7
2239.79
1463.55

Burung
Tegal

2.83

9,513

2,879

3.30

3361.48

Angus
Tanjung

5.64

9,513

1,787

5.32

1686.70

5.14
3.61
30.00

3,566
6,682
53,831

496
648
12,421

7.19
10.31
4.33

693.77
1850.97
1,794

Pasir
5
Muara
6
Lemo
Jumlah

Sumber : Kantor BPS Kabupaten Tangerang 2012


Jumlah penduduk yang berubah-ubah dikarenakan adanya kelahiran, kematian dan
migrasi penduduk. Migrasi penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus cenderung
terjadi dengan cepat, mengingat letak wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus yang berbatasan
dengan provinsi DKI Jakarta dan Kota Tangerang.
Jumlah penduduk yang cukup besar dan adanya fluktuasi merupakan suatu tantangan
dalam pembangunan kesehatan karena adanya perubahan sasaran dan program pembangunan
kesehatan sekaligus menjadi faktor pendorong pembangunan karena tersedia SDM (sumber
daya manusia) yang cukup untuk menggerakkan pembangunan. Akan tetapi SDM
bidangkesehatan masih sangat kurang di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus sehingga
diharapkan Puskesmas dapat terus meningkatkan kerjasama lintas sektoral untuk
menyesuaikan program puskesmas dengan keadaan penduduk di wilayah kerjanya.
4

Klasifikasi jumlah penduduk berdasar jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas Tegal
Angus dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.4. Klasifikasi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
NO
1
2
3
4
5
6

Desa/kel

Jumlah Penduduk
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Pangkalan
8.710
8.178
16.888
Tanjung Burung
3.937
3.732
7.669
Tegal Angus
4.890
4.622
9.512
Tanjung Pasir
4.884
4.629
9.513
Muara
1.820
1.746
3.566
Lemo
3.430
3.252
6.682
JUMLAH
27.671
26.160
53.831
Sumber : Kantor BPS kabupaten Tangerang 2012

Seperti terlihat pada tabel di atas jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada
jumlah penduduk perempuan. Kondisi ini menuntut perhatian khusus karena saat ini tingkat
partisipasi terhadap program kesehatan di puskesmas lebih banyak pada perempuan baik
sebagai sasaran kesehatan seperti bumil, bulin maupun kader kesehatan. Program-program
seperti KIA-KB dan gizi identik dengan ibu-ibu padahal peran laki-laki juga dibutuhkan.
Di lain pihak, kesehatan pengembangan seperti usaha kesehatan kerja mungkin perlu
dikembangkan mengingat lebih banyak laki-laki yang bekerja bandingkan perempuan.

I.2.2. Keadaan Sosial Ekonomi


Potensi adalah sumber daya yang berada pada suatu wilayah yang dapat digali dan
dimanfaatkan atau dikembangkan. Potensi ini dibagi menjadi dua kategori yaitu
a. Potensi umum
Sumber daya material yang dapat dimanfaatkan secara bersama atau umum oleh
masyarakat.
b. Potensi khusus
Semua sumber daya material dan non material yang dimiliki secara pribadi oleh
masyarakat.
Tabel 1.5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok
5

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Mata Pencaharian Pokok


Buruh/swasta
Praktek Dokter/Bidan
Montir
Nelayan
Pedagang
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Pengemudi Becak
Pengrajin
Pengusaha
Penjahit
Petani
Peternak
Supir
TNI / POLRI
Tukang Batu

Jumlah Penduduk
65 orang
6 orang
25 orang
2.331 orang
1.213 orang
15 orang
43 orang
5 orang
8 orang
24 orang
176 orang
6 orang
30 orang
6 orang
42 orang

Sumber : (Kartikawatie, 2012)


Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus terdiri dari campuran budaya asli
Tangerang dan budaya Cina yang sudah lama menetap di daerah Tangerang dan sekitarnya.
Jumlah pemeluk agama di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus dilihat pada tabel di bawah
ini :
Tabel 1.6. Jumlah Pemeluk Agama di Wilayah Tegal Angus
No
1

Islam

Agama
45481

Jumlah Penduduk

Budha

3059

Kristen

671

Khatolik

105

Khonghucu

27

Hindu

Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus 2012


Seperti terlihat pada tabel diatas bahwa komposisi pemeluk di wilayah kerja Puskesmas
Tegal Angus di dominasi oleh pemeluk agama Islam dan Budha. Kehidupan agama di wilayah
ini berjalan dengan harmonis.
I.2.3. Keadaan Sosial Budaya
Kondisi suasana kehidupan beragama bagi masyarakat Desa Tanjung Pasir cukup baik,
rukun, tenang, tentram, saling menghormati, dan tolong menolong dalam menghadapi
6

permasalahan yang timbul ataupun dalam menghadapi musibah dalam kehidupan


bermasyarakat, sebagai contoh: musibah kematian dan sebagainya, serta kegiatan sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
Tabel 1.7. Sarana Peribadatan yang Tersedia di Desa Tanjung Pasir
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Tempat Peribadatan
Masjid
Musholla
Majelis Taklim
Gereja
Pura

Jumlah Penduduk
6 Unit
30 Unit
4 Unit
- Unit
- Unit
Sumber : (Kartikawatie, 2012)

1.2.4. Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat sangat berperan dalam membentuk sikap dan perilaku
masyarakat terhadap program kesehatan sehingga pendidikan sangat berperan dalam
pembangunan kesehatan.
Sarana pendidikan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus seperti terlihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 1.8. Sarana Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus
JUMLAH SEKOLAH
No

Nama Desa

PAUD

TK

RA

SD

MI

SMP

MTS

SMA

SMK

Pangkalan

Tanjung Burung

Tegal Angus

Tanjung Pasir

Muara

Lemo

PUSKESMAS

12

Sumber data : puskesmas tegal angus 2012


7

Perkembangan pendidikan 2 tahun terakhir (2010-2012) dan tingkat partisipasi sekolah


menunjukkan perkembangan ke arah yang lebih baik, terlihat dari jumlah siswa.
Tabel 1.9. Lembaga pendidikan
NO Lembaga

TK

SDN

MI

pendidikan

SLTP

MTS

negeri

SLTP

SMU

SMK

swasta negeri
islam

Jumlah sekolah

17

Jumlah murid

153

1.269 876

orang

orang orang

5 orang

28

Jumlah guru

16

orang orang

413

orang
-

16
orang

Tabel 1.10. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan


No
1
2
3
4
5
6
7
8

Tingkat Pendidikan
Belum Sekolah
Usia 7-45 th tidak sekolah
Tidak tamat SD/Sederajat
Tamat SD/Sederajat
Tamat SLTP/Sederajat
Tamat SLTA/Sederajat
Sarjana/D1-D3
Pasca Sarjana/S2-S3

Jumlah Penduduk
1.976 jiwa
145 jiwa
234 jiwa
3.789 jiwa
1.653 jiwa
954 jiwa
41 jiwa
-

I.2.5. Kesehatan
Upaya Pemerintah Desa Tanjung Pasir dengan instansi terkait, dalam hal ini, antara lain :
1. Peningkatan gizi keluarga Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita yang ada
di setiap posyandu, pemeriksaan kesehatan kepada ibu hamil.
8

2. Pencegahan penyakit, vaksinasi Filariasis (kaki gajah), imunisasi Polio bagi balita,
pemberian vitamin A.
3. Penyuluhan Kesehatan dan Penyakit antara lain Demam Berdarah Dengue, Flu Burung,
Chikungunya, dan sejenisnya.
4. Penanganan bagi balita yang kekurangan gizi dengan memberikan susu dan makanan
yang bernutrisi.
5. Penyuluhan kesehatan tentang bagaimana menjaga dan memelihara lingkungan dengan
membersihkan rumah masing-masing dan lingkungan sekitarnya.
6. Pemanfaatan pekarangan dengan ditanami sayur mayur dan Tanaman Obat Keluarga
(TOGA), Tabulapot dan Tabulakar.
7. Peningkatan kualitas kesehatan para LANSIA dengan diadakannya program senam
LANSIA dan POSBINDU.
I.2.6. Data Puskesmas
1. Pengkajian PHBS
Dalam rangka meningkatkan Rumah Tangga Ber-PHBS di Kabupaten Tanggerang
Dinas Kabupaten Tanggerang melalui Bidang PPK dan puskesmas melaksanakan pendataan
dan penilaian rumah tangga sehat yaitu rumah tangga yang melaksanakan 10 (sepuluh)
indicator PHBS bagi rumah tangga yang memiliki bayi atau balita dan rumah tangga yang
melaksanakan 7 (tujuh) indicator PHBS bagi rumah tangga yang tidak memiliki bayi atau
balita. Sasaran dari kegiatan ini adalah 778.228 rumah tangga di 274 desa di Kabupaten
Tanggerang. Dan berdasarkan hasil pengkajian, dari 62.371 rumah tangga yang dipantau
hanya 29.070 (46,61%) rumah tangga yang dapat dikatakan sebagai rumah tangga sehat.
Adapun hasil pengkajian selengkapnya dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 1.11 Capaian PHBS di Kabupaten Tanggerang Tahun 2013
No

Nama

Jumlah

Jumah

Jumlah

Capaian

Kecamatan

desa/kelurahan

rumah

rumah

PHBS

tangga

tangga

rumah

yang

tangga

dipantau
1.

Salembaran

15925

1050

347

33,05

22321

4398

3604

81,95

Jaya
2.

Kosambi

3.

Sindang Jaya

18944

1470

518

35,24

4.

Pagedangan

11

21.731

2.310

1.054

45,63

Panongan

26.791

1.680

689

41,01

Cikuya

16.095

1.917

1.401

73,08

Mauk

12

16.682

2.520

861

34,17

Pasir Jaya

10

23.634

840

425

50,60

Cikupa

31.565

2.100

593

28,24

10

Tegal Angus

12.421

1.260

203

16,11

11

Teluk Naga

20.322

1.470

1.050

71,43

12

Pakuhaji

17.936

1.680

520

30,95

13

Sukawali

12.419

1.260

483

38,33

14

Balaraja

16.217

1.050

723

68,86

15

Gembong

10.397

1.462

951

65,05

16

Kemiri

12.253

1.470

166

11,29

17

Curug

28.400

1.260

693

55

18

Binong

15.856

210

74

35,24

19

Cisoka

10

19.370

2.235

905

40,49

20

Kelapa dua

15.310

420

353

84,05

21

Bj. Nangka

12.920

420

338

80,48

22

Jl. Kutai

2.928

210

194

92,38

23

Jl. Emas

12.391

210

181

86,19

24

Sukadiri

15.670

1.680

1.077

64,11

25

Cisauk

6.421

944

811

85,91

26

Suradita

8.835

753

118

15,67

27

Kutabumi

67.112

1.890

403

21,32

28

Kedaung barat

26.213

1.680

1.218

71,5
10

29

Jambe

10

9.621

2.100

329

15,67

30

Rajeg

19.349

1.680

364

21,67

31

Sukatani

14,747

1.050

618

58,86

32

Kresek

13.103

1.890

734

38,84

33

Gunung kaler

36.700

1.890

634

33,54

34

Sepatan

20.934

1.680

979

58,27

35

Sukamulya

18.002

1.680

1.174

69,88

36

Mekar baru

10

10.570

1.680

105

6,25

37

Kronjo

15.976

2.100

751

35,76

38

Jayanti

16.340

1.680

988

58,81

39

Tigaraksa

8.754

1.470

767

40

Pasir nangka

20.486

744

280

37,63

41

Legok

34.884

1.050

357

34

42

Bojong kamal

6.698

1.031

460

44,62

43

Caringin

4.585

797

577

72,40

274

778.228

62.371

29.070

46,6

Jumlah

52,18

Sumber data : puskesmas tegal angus 2013


Dari table diatas terlihat bahwa jumlah rumah tangga sehat di Kabupaten
Tanggerang pada tahun 2013 adalah 46.61%, pencapaian ini tidak sesuai target yang telah
ditetapkan yaittu 65%, hal ini disebabkan karena:
Kurangnya dukungan lintas sector dan lintas program untuk mencapai PHBS yang

tinggi.
Kurangnya pembinaan PHBS Petugas Promkes, Puskemas kepada rumah tangga
yang ada di wilayahnya karena rata-rata petugas pengelola lebih dari satu

program.
Masih rendahnya kemampuan petugas dalam pengelolaan program Promkes

karena seringnya dilakukannya pergantiannya petuga Promkes.


Masih minimnya dukungan anggaran untuk pengkajian dan pembinaan PHBS di
rumah tangga.
11

Dalam rangka meningkatkan PHBS di masyarakat, telah dilakukan upaya-upaya


kemitraan dengan berbagai pihak, antara lain dengan:
1) Dua puluh Perguruan Tinggi Kesehatan yang telah membinaan 29 Desa binaan di
Kabupaten Tanggerang.
2) Perusahaan swasta seperti PT. Sinar Sayap Emas, PT. Mayora, PT. Kalbe Farma,
Bank BJB, dll.
3) Forum Kabupaten Tanggerang Sehat.
4) Saka Bakti Husada.
5) Forum Kader.
2. Kesehatan Lingkungan
Empat indicator keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk
menciptakan lingkungan sehat, yaitu presentase keluarga yang memiliki akses air bersih,
presentase rumah sehat, keluarga dengan kepemilikan sanitasi dasar, Tempat Umum dan
Pengelolaan Makanan (TUPM) yang sehat.
Beberapa upaya untuk memperkecil resiko turunnya kualitas lingkungan telah
dilaksanakan oleh berbagai instasi terkait, swasta, NGO, dll seperti pembangunan sarana
sanitasi dasar, pemantauan dan penataan lingkungan, pengukuran dan pengendalian
kualitas lingkungan, pemberdayaan masyarakat tentang sanitasi.
Pembangunan sarana sanitasi dasar bagi masyarakat yang berkaitan langsung
dengan masalah kesehatan meliputi pembangunan sarana air bersih, jamban sehat,
perumahan sehat yang ditanganin secara lintas sector. Sedangkan kegiatan yang
dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tanggerang meliputi pemberdayaan
masyarakat tentang sanitasi melalui pemicuan STBM, stimulant sarana sanitasi dasar,
pemantauan kualitas air minum dan air bersih, rehabilitasi sarana air bersih, pemantauan
sanitasi rumah sakit, pembinaan dan pemantauan sanitasi tempat-tempat umum, tempat
pengolahan makanan, tempat pengelolaan pestisida dsb. Indikator program kesehatan
lingkungan sebagai berikut :
Tabel 1.12 Hasil Pencapaian Sasaran Program Penyehatan
Lingkungan di Kabupaten Tanggerang Tahun 2011-2013
No

1.

Sasaran

Prosentasi

Tahun 2011

Tahun 2012

Tahun 2013

Target

Real

Target

Real

Target

Real

79%

73,6%

80%

62,71%

85%

71,63%

Rumah
12

Sehat
2.

Prosentasi

90%

88,5%

87%

91,5%

95%

92,3%

85%

76,9%

85%

71,13%

85%

74,97%

70%

66,2%

75%

64,69%

80%

74%

87%

60,9%

90%

76,16%

95%

78,80%

70%

71,2%

75%

69,84%

80%

67%

SAB
memenuhi
syarat
kesehata
3.

Prosentasi
Jamban
keluarga
memenuhi
syarat
kesehatan

4.

Prosentasi
TTU
memenuhi
syarat
kesehatan

5.

Angka
Bebas
Jentik
(ABJ)

6.

Prosentase
Instusi
yang
dibina
memenuhi
syarat
kesehatan
lingkungan

Sumber : Bid. P2P-PL Dinas Kesehatan Kab. Tanggerang Tahun 2013


13

Beberapa indicator meningkat dari tahun sebelumnya diantaranya prosentase


rumah sehat meningkat dari 62,7% menjadi 71,63%, prosentase jamban keluarga yang
memenuhi syarat meningkat dari 71,13% menjadi 74,97% dan prosentasi TTU yang
memenuhi syarat kesehatan dari 64,69% menjadi 74,72%. Namun demikian peningkatan
tersebut belum mencapai target pada indicator rumah sehat, prosentase sarana air bersih
yang memenuhi syarat, prosentase TTU memenuhi syarat kesehatan, ABJ, dan prosentase
Institusi yang dibina memenuhi syarat kesehatan lingkungan. Kondisi ini terjadi
kemungkinan karena adanya peningkatan jumlah keluarga yang diperiksa sedangkan
sarana yang memenuhi syarat walaupun ada peningkatan tetapi jumlahnya kecil.
Permasalahan bidang sanitasi tidak hanya masalah snitasi yang tidak memenuhi syarat
tetapi juga perilaku. Perilaku sangat menentukan apakah individu mau menggunakan
sarana yang ada atau tidak (akses terhadap sarana sanitasi) dan juga pemeliharaan sarana
yang ada serta kebutuhan akan saran sanitasi.
Upaya pemberdayaan masyrakat serta perubahan perilaku bidang sanitasi harus
lebih intensif dilakukan. Upaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan akses maupun
kepemilikan sarana sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan meliputi sarana air
bersih, jamban sehat, pengelolaan sampah, dan pengelolaan air limbah sehat. Sedangkan
untuk peningkatan kualitas sarana sanitasi perlu dilakukan bersama sector terkait. Sesuai
strategi sanitasi yangs sudah disusun untuk mengatasi masalah ditingkat individu maupun
kawasan dan komitmen terhadap memorandum program sanitasi.
3. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah rumah yang memiliki sarana sanitasi dasar meliputi
jamban/wc, sarana air bersih, tempat sampah dan sarana pembuangan air limbah, cukup
ventilasi dan pencahayaan, bebas dari serangga dan binatang penular penyakit serta ada
pemanfaatan pekarangan sebagai ruang terbuka hijau.
Hasil inspeksi sanitasi (IS) rumah pada tahun 2013 di 43 puskesmas di Kabupaten
Tanggerang didapatkan hasil sebagai berikut : rumah yang diperiksa sebanyak 161.220
rumah, rumah yang sudah memenuhi syarat kesehatan sebanyak 115.482 rumah
(71,63%). Jumlah rumah sehat meningkat 8,93% bila dibandingkan dengan hasil inspeksi
sanitasi tahun 2012, demikian juga dengan jumlah rumah yang diperiksa. Hasil inspeksin
sanitasi rumah tahun 2012 dari 143.217 rumah yang diperiksa, rumah yang sudah
memenuhi syarat kesehatan sebanyak 89.811 (62,7%). Dari hasil inspeksi sanitasi
14

permasalahan yang menyebabkan rumah tidak sehat adalah kualitas sarana sanitasi di
rumah tersebut yang tidak memenuhi syarat.
Berbagai upaya sudah dilakukan untuk meningkatan untuk kualitas rumah
menjadi rumah sehat, diantaranya melalui penyuluhan, pemicuan STBM, pemberian
stimulan untuk pembuatan sarana sanitasi, pembuatan percontohan rumah sehat bekerja
sama dengan SKPD terkait.
Melihat pencapaian tahun 2013 maka upaya penyuluhan terhadap masyarakat
tentang rumah sehat sehingga ma

snyarakat dapat meningkatkan kualitas lingkungan

rumahnya dan memiliki rumah yang sehat masih perlu ditingkatkan.


4. Penggunaan dan akses air bersih
Hasil inspeksi sanitasi oleh petugas Puskemas Tahun 2013 tentang penggunaan air
bersih pada setiap keluarga, dari 166.601 KKyang diperiksa, sebagian keluarga (92,3%)
memiliki akses air bersih dengan perincian sumur gali 18,5%, sumur pompa tahan 16%,
ledeng 8,8%, PAH (Penampungan Air Hujan) 0,1%, dan sumur bor/jetpam 49%.
Dibandingkan hasil 2012, prosentasi keluarga yang memiliki akses air bersih turun dari
97,5% menjadi 92,3%, karena jumlah yang diperiksa meningkat sedangkan jumlah
pengakses air bersih peningkatan sangat kecil.
Selain digunakan untuk mandi dan mencuci baju, berdasarkan hasil inspeksi
sanitasi yang dilakukan oleh Petugas Puskesmas, air bersih juga digunakan oleh
masyarakat untuk minum. Adapun perincian penggunaan air minum di masyarakat
adalah: 9,8% air kemasan, 20,1% air isi ulang, ledeng 8,8% (ledeng meteran 5,9%,
ledeng eceran 2,9%), pompa 43,9%, SGL (Sumur Gali) terlindung 13,3%, SGL tidak
terlindung 3,5%.
Inspeksi sanitasi air bersih adalah pemeriksaan sumber air yang digunakan untuk
keperluan mandi dan cuci. Dari data diatas terlihat bahwa sumber air yang digunakan
sudah memenuhi syarat yang masih ditingkatkan adalah pemantauan kualitas air dari
sumber air tersebut. Upaya yang sudah digunakan pemberian stimulant untuk membuat
percontohan sarana air bersih, menyediakan desinfektan air didaerah rawan diare dan
daerah yang beresiko sanitasi.
5. Keluarga dengan kepemilikan sanitasi dasar
Keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar meliputi kepemilikan jamban
keluarga, tempat sampah, dan pengelolaan air limbah keluarga. Keseluruhan hal tersebut
sangat diperlukan di dalam peningkatan kesehatan lingkungan.
15

Tabel 1.13
Persentase Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Memenuhi Syarat Kesehatan
Tahun 2011-2013
Tahun

Jaga (%)

Tempat

SPAL (%)

SAB (%)

sampah (%)
2011

76,9

81

82,5

88,5

2012

71,13

74,77

74,2

97,5

2013

87,4

77,6

83,5

92,3

Sumber : Bid. P2P-PL Dinas Kesehatan Kab. Tanggerang Tahun 2013


Dari hasil inspeksi sanitasi pada tahun 2013 terhadap166.601 keluarga
didapatkan, keluarga yang memiliki sanitasi dasar dengan rincian berikut : yang sudah
memiliki jamban sebanyak 140.605 KK (87,4%). Sedangkan pada tahun 2012 jumlah
keluarga yang memiliki jamban sehat adalah (75,89%). Disebut jamban sehat adalah
apabila terdapat tempat buang air besar di suatu tempat yang telah ditentukan atau tidak
di sembarang tempat dan memiliki pembuangan air akhir ke tempat septic tank. Di
kabupaten Tangerang berdasarkan hasil inspeksi tahun 2013 masih ditemukan masyarakat
yang buang air besar di sembarang tempat sebanyak 25% dan pembuangan akhirnya tidak
di septic tank sebanyak 12,6%.
Keluarga yang memiliki tempat sampah dari hasil inspeksi pada tahun 2013
sebesar 120.901 KK, sedangkan rumah yang memiliki tempat sampah sehat sebanyak
93.830 KK (77,6%) meningkat 2,86% dibanding tahun 2012 dimana jumlah rumah yang
memiliki tempat sampah sehat sebanyak 87.481 KK (74,77%). Indicator untuk menilai
tempat sampah sehat adalah tempat sampah organik dan anorganik dipisah dalam tempat
yang kedap air dan tertutup.
Pengelolaan air limbah dari hasil inspeksi sanitasi tahun 2013, jumlah rumah yang
memiliki pengelolaan air limbah sehat sebanyak 99.796 KK (83,5%). Kondisi ini
meningkat 9,3% bila dibandingkan tahun 2012 jumlah rumah yang memilikipengelolaan
air limbah sehat sebanyak 87.867 KK (74,2%).
Berbagai upaya yang dilakukan pada tahun 2013 untuk meningkatkan
kepemilikan maupun pemanfaatan sarana sanitasi sehat adalah melalui penyuluhan,
pemberdayaan masyarakat dibidang sanitasi melalui pemicuan Sanitasi Total Berbasis
16

Masyarakat di 30 desa dan pemberian stimulant untuk pembuatan percontohan sarana


sanitasi di wilayah binaan dan desa resiko tinggi sanitasi. Stimulan percontohan sarana
sanitasi dasar diberikan tidak hanya di tingkat rumah tangga tetapi juga di institusi
pendidikan (sekolah) sebanyak 7 sekolah berupa sarsandas sekolah (pembuatan wc
sekolah 2 pintu) dan percontohan sarana CTPS (cuci tangan pakai sabun)
6. Tempat-Tempat Umum
Tempat pengelolaan makanan tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan
pengolahan makanan yang meliputi tempat penyimpanan bahan makanan, pengolahan
makanan, penyediaan makanan dan pendistribusian makanan.
Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan
memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Pengelolaan
yang baik dan benar pada dasarnya adalah mengelola makanan berdasarkan kaidahkaidah dan prinsip-prinsip hygiene dan sanitasi makanan. Upaya penyehatan makanan
ditujukan untuk melindungi masyarakat dan konsumen terhadap penyakit penyakit yang
ditularkan melalui makanan dan mencegah keracunan makanan. Upaya tersebut pada
dasarnya menyangkut orang yang menangani makanan, tempat pengolahan makanan dan
proses pengolahannya, kendala dan permaslahan yang belum dapat ditangani adalah
masih

rendah

hygiene

dan

sanitasi

tempat

pengolahan

makanan.

Hasil pengawasan terhadap kualitas penyehatan tempat umum dan pengolahan


makanan tahun 2011-2013 menunjukan hasil sebagai beikut :
1. Jasa Boga
Pemeriksaan hygiene sanitasi jasa boga dilakukan dalam rangka
pemberian sertifikasi jasa boga dan uji petik terhadap jasa boga yang telah
memiliki sertifikat laik sehat. Hasil pemeriksaan sarana jasa boga tahun 2013
dari 45 sarana yang telah dari 45 sarana yang telah diperiksa sebanyak 28
(62,22%) memenuhi syarat. Sampai tahun 2013 perusahaan jasa boga yang
telah memiliki sertifikat laik sehat sebanyak 34 (23,44%) perusahaan dari 145
perusahaan jasa boga yang terdaftar di dinas kesehatan. Upaya yang telah
dilakukan untuk menigkatkan presentase jasa boga yang memiliki sertifikat
laik sehat adalah mengadakan kursus hygiene Sanitasi yang dilakukan secara
periodic dan membuat surat edaran bahwa semua jasa boga penyedia makanan
karyawan untuk perusahaan yang menyediakan karyawan wajib memiliki
17

sertifikat laik sehat. Uji petik pemeriksaan bakteriologi dilakukan terhadap


sampel makanan, usap dubur penjamah dan usap alat yang digunakan dalam
mengolah makanan.
2. Rumah Makan/Restoran
Hasil Pemeriksaan sarana tangga/restoran dari 100 sarana rumah
tangga/restoran yang diperiksa pada tahun 2013 didapatkan 85 orang yang
memenuhi syarat (85%). Selain itu dari 256 sarana rumah makan restoran
diperoleh 17 sarana yang memiliki sertifikat baik sehat rumah makan restoran
(6,64%).
3. Industri Rumah Tangga Pangan
Hasil Pemeriksaan sarana industry rumah tangga pangan yang dilakukan
pada tahun 2013 sebanyak 120 sarana, 97 sarana (80,83%) memenuhi syarat
dan telah tersertifikasi/memiliki izin edar untuk produk pangan yang
diproduksi. Uji petik pemeriksaan sarana industri rumah tangga pangan
dilakukan terhadap sarana industry rumah tangga pangan yang telah memiliki
Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga Pangan (SPP-IRT) dan
industry rumah tangga pangan yang ingin mendapatkan Sertifikat Produksi
Pangan Industri Rumah Tangga Pangan (SPP-IRT). Upaya yang dilakukan
untuk meningkatkan industry rumah tangga pangan yang memiliki SPP-IRT
dengan mengadakan Penyuluhan Keamanan Pangan bagi pengusaha dan
penanggungjawab produksi.
Uji petik pemeriksaan kualitas makanan hasil industry rumah tangga
pangan dilakukan pada berbahaya (formalin, boraks, rhodamin b, methanyl
yellow).
4. Depot Air Minum
Hasil pemeriksaan sarana Depot Air Minum (DAM) pada tahun 2013
dilakukan di 100 sarana, 28 sarana (28%) diantaranya Memenuhi Syarat (MS).
Masih rendahnya sarana Depot Air Minum yang memenuhi syarat karena
masih rendahnya hiegene sanitasi sarana dan hiegene sanitasi perorangan. Uji
petik pemeriksaan depot air minum meliputi pemeriksaan kualitas air minum
baik secara kimia, fisika dan bakteriologi.
Sampai tahun 2013 dari 414 sarana Depot Air Minum hanya 6 sarana yang
memiliki sertifikat sehat. Kendala masih rendahnya sarana depot air minum
18

yang memiliki sertifikat sehat adlah pengusaha sudah bisa melakukan


kegiatan operasional tanpa rekomendasi dari Dinas Kesehatan.
7. Angka Bebas Jentik
Nyamuk aedes aegypti merupakan binatang yang menularkan penyakit demam
berdarah dengue (DBD). Tempat perindukan/sarang nyamuk harus diperiksa dan
dibersihkan

secara

rutin

minimal

satu

minggu

sekali

untuk

menghambat

perkembangbiakan nyamuk. Gerakan desa bebas jentik dan penyuluhan pemberantasan


sarang nyamuk (PSN) terus dilakukan untuk memotivasi masyarakat agar melakukan
PSN terus menerus. Karena cara inilah yang paling efektif untuk memutus rantai
penularan penyakit DBD. Pencapaian Angka Bebas Jentik (ABJ) pada tahun 2013
berdasarkan hasil pemeriksaan pada 143.971 rumah/bangunan, sebanyak 113.476
rumah/bangunan (78,82%) tidak ditemukan jentik nyamuk.
Diperlukan dukungan dari semua pihak untuk

mendorong

kebiasaan

pemberantasan nyamuk secara teratur.


8. Institusi Yang Dibina
Institusi meliputi sarana pelayanan kesehatan, sarana pendidikan, sarana ibadah
dan perkantoran. Persyaratan institusi sehat diantaranya persyaratan bangunan,
ketersediaan sarana sanitasi yang memenuhi kualitas dan kuantitas serta persyaratan
kebersihan suatu institusi. Tahun 2013 dari 4.047 institusi yang ada sebanyak 2.711
(67%) institusi yang dibina memenuhi syarat kesehatan.
I.2.7. Data Puskemas Tegal Angus
1. TB Paru
Berdasarkan data puskesmas mengenai jumlah kasus TB Paru dan kematian
akibat TB Paru menurut jenis kelamin dari 6 kecamatan di Puskesmas Tegal Angus,
didapatkan kasus baru pada:
Laki-laki
: 26 orang dari 27.671 orang
Perempuan
: 21 orang dari 26.160 orang
Total
: 48 orang dari 53.831 orang
Kasus lama : (-)
a) Angka insiden per 100.000 penduduk:
Laki-laki
: 94.0
Perempuan
: 80.0
Total
: 89.1
b) Jumlah BTA (+)
Laki-laki
: 13 orang
Perempuan
: 14 orang
Total
: 27 orang
c) CDR
19

Laki-laki
: 48.15
Perempuan
: 50.0
Total
: 49.09
Sumber: Program P2ML Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012
2. Diare
Berdasarkan data puskesmas mengenai kasus diare didapatkan:
a) Jumlah perkiraan kasus:
Laki-laki
: 1.170 orang dari 27.671 orang
Perempuan
: 1.107 orang dari 26.160 orang
Total
: 2.277 orang dari 53.831 orang
b) Jumlah kasus yang di tangani
Laki laki
: 394 orang (33.7%)

Perempuan
: 553 orang (50%
Total
: 947 orang (41.6%)
Sumber: Program P2ML Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012
3. Persalinan Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan
Berdasarkan data puskesmas mengenai persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
yaitu:
a) Jumlah ibu yang bersalin
: 928 orang dari 1.025 persalinan
b) Jumlah ibu yang nifas
: 1.025 orang
Yankes
: 1.022 orang
Sumber: Program KIA Puskesmas Tegal Angus 2012
4. Kepemilikan Jamban
a) Presentasi keluarga dengan kepemilikan jamban menurut kecamatan dan
puskesmas:
1. Jumlah keluarga: 12.421
2. Jumlah keluarga yang memiliki jamban: 4.968
3. Jumlah keluarga yang diperiksa: 117
4. Jumlah keluarga yang memiliki jamban sehat: 103
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 2013
5. Tempat Sampah
a) Presentasi keluarga dengan kepemilikan tempat sampah menurut kecamatan dan
1.
2.
3.
4.

puskesmas:
Jumlah keluarga: 12.421
Jumlah keluarga yang memiliki tempat sampah: 3.106
Keluarga yng diperiksa: 117
Jumlah keluarga yang memiliki tempat sampah yang sehat : 103
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 2013

6. Air Minum

20

a) Presentasi keluarga menurut jenis sarana air bersih yang digunakan menurut
kecamatan puskesmas:
1. Jumlah keluarga : 12.421
2. Jumlah keluarga yang diperiksa: 117
b) Jenis sarana air minum
1. Kemasan: (-)
2. Ledeng: 25 keluarga
3. Air isi ulang: 89 keluarga
4. Sumur terlindung: 3 keluarga
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 2013
7. Sarana dan Akses Air Bersih
a) Presentasi keluarga menurut jenis sarana air bersih yang digunakan menurut
kecamatan dan puskesmas
1. Jumlah keluarga: 12.421
2. Jumlah keluarga yang diperiksa: 117
Jenis sarana air bersih
1. PDAM : 4 keluarga
2. SGL : 31 keluarga
3. Sumur Bor : 82 keluarga
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 2013
8. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
a) Presentasi rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat menurut kecamatan
dan puskesmas
1. Jumlah keluarga : 12.421
2. Keluarga yang diperiksa :1260
3. Jumlah yang sesuai dengan kriteria PHBS : 183
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 2013
9. Sepuluh Besar Penyakit
Berdasarkan hasil laporan bulanan penyakit (LBI) puskesmas Tegal Angus
didapatkan gambaran pola penyakit yang terjadi di Puskesmas Tegal Angus pada tahun
2012 menurut semua golongan umur seperti diagram berikut ini :
Diagram 1.1. : Data Sepuluh Besar Penyakit di Puskesmas Tegal Angus

21

Sumber: Data Surveilance Puskesmas Tegal Angus


Tabel 1.11. Sarana Pelayanan Kesehatan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Sarana Pelayanan Kesehatan


Poskesdes
Pos KB Keluarga
Posyandu
Pos Mandiri
Klinik Bersalin/ BKIA
Praktek Dokter/ Bidan
Praktek Bidan
Paraji
Keluarga Berencana

Jumlah
1 Unit
6 Unit
4 Unit
4 Unit
4 Orang
- Unit

a. Jumlah Pos/ Klinik KB : b. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) :


334 Pasang
c. Jumlah Akseptor KB

1) Pil

: 127 orang

2) IUD

: 14 orang

3) Kondom

: - orang

4) Suntik

: 190 orang

5) Implan

: 13 orang

I.2.7 Gambaran Keluarga Binaan


I.2.7.1. Gambaran Umum Keluarga Binaan
Keluarga binaan kelompok kami terdiri dari 3 keluarga, yaitu :
22

1. Keluarga Tn. Mamit


2. Keluarga Tn. Ali
3. Keluarga Tn. Atim
Keluarga binaan bertempat di Desa Tanjung Pasir, RT 05/RW 06, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang. Diagnosis komunitas, kami laksanakan dari tanggal 11
Februari sampai dengan 21 Februari 2015. Adapun lokasi pemukiman keluarga binaan
kami adalah sebagai berikut :
Keluarga Tn. Mamit
a. Data Dasar Keluarga Tn. Mamit
Keluarga binaan Tn. Mamit terdiri dari 4 anggota keluarga, yaitu keluarga Tn. Mamit
sebagai kepala keluarga, istrinya bernama Ny. Kholisoh dan dua anak lelaki An. Aldi dan By.
Ramadhan.
Tabel. 1.12. Data dasar Keluarga Tn. Mamit

No

Nama

Status

Jenis

Usia

Keluarga

Kelamin

(tahun)

Pendidikan

Pekerjaan

(L/P)
1.

Tn. Mamit

Kepala Keluarga

35

SD

Nelayan

2.

Ny. Kholisoh

Istri

25

SD

Ibu rumah
tangga

3.

An. Andi

Anak pertama

SD

4.

By. Ramadhan

Anak kedua

6 bln

Belum

sekolah

Keluarga Tn. Mamit bertempat tinggal di kampung Bangko Tinggi, RT 05/RW 06, Desa
Garapan Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Desa Tanjung Pasir,
Kabupaten Tangerang. Keluarga tersebut terdiri dari Tn. Mamit sebagai kepala keluarga dengan
seorang istri yang bernama Ny. Kholisoh dan dua orang anak lelaki bernama An. Aldi dan By.
Ramadhan.
Tn. Mamit, berusia 35 tahun, bekerja sebagai seorang nelayan di daerah Tanjung Pasir
dengan penghasilan berkisar Rp 3.000.000 - 4.000.000,00 per bulan. Pendapatan Tn. Mimit
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, seperti membeli air, makanan,
pengobatan dan lain-lain.
23

Tn. Mamit mampu membaca dan menulis karena dia sempat mengenyam pendidikan
hingga lulus Sekolah Dasar (SD). Istrinya, Ny. Kholisoh, yang berusia 25 tahun, bekerja sebagai
ibu rumah tangga. Ny. Kholisoh pernah mengenyam sampai pendidikan Sekolah Dasar (SD).
Pasangan ini menikah saat Tn. Mimit berumur 21 tahun dan Ny. Kholisoh berusia 11 tahun. Saat
hamil, Ny. Kholisoh rutin memeriksakan kandungannya di posyandu dan saat melahirkan
dibantu oleh bidan.
b.

Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Tn. Kholisoh tinggal di perumahan yang dikelilingi oleh empang. Rumah ini

milik sendiri, dengan luas tanah sekitar 50 m2 dan luas bangunan berukuran 7 m x 5 m.
Bangunan tempat tinggal tidak bertingkat, berlantaikan keramik, beratap genteng tanpa plafon,
dan dindingnya terbuat dari batu bata dengan cat warna orange yang sudah terkelupas. Ventilasi
yang ada berasal dari pintu depan dan jendela di ruang tamu dan kamar tidur yang jarang dibuka
sehingga rumah tersebut jarang dimasuki cahaya matahari dan sirkulasi udara tidak berjalan
dengan baik. Rumah ini terdiri dari satu ruang tamu, satu kamar tidur, ruang dapur, satu kamar
tidak terpakai namun tidak memiliki kamar mandi dan jamban pribadi. Keluarga ini
menggunakan kamar mandi yang terbuat dari bilik anyaman bambu yang terdiri dari ember besar
dan pancuran air yang ditampung untuk mandi, mencuci piring dan mencuci pakaian. Jika buang
air besar, mereka selalu pergi ke jamban yang berada di empang dekat rumah tetangga mereka.
Keluarga Tn. Mamit melakukan ini karena mereka berusaha menghemat penggunaan air, tidak
tersedia nya lahan pembuatan jamban dan tidak tersedia jamban yang layak. Selain digunakan
oleh anggota keluarga Tn. Mamit, jamban ini juga sering di gunakan oleh warga lain yang berada
di sekitar rumah.
Keluarga Tn. Mamit sering menggunakan air sumber air dari PDAM yang dialirkan dari
rumah RW sekitar. PDAM diabayar setiap bulan dengan iuran Rp 100.000,00 dan galon sebagai
sumber air untuk keperluan sehari-hari yang di belinya seharga Rp 4000 per galon. Dalam sehari
keluarga Tn. Ali memerlukan 1 galon untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari.
Keluarga Tn. Mamit tidak memiliki pekarangan disamping rumah, membuang limbah
rumah tangga (sampah), Tn. Mamit dan keluarga sering membuang dan mengumpulkan sampah
sebelah rumah dan jika di rasa sudah cukup banyak, sampah dibakar di lahan kosong di sebelah
rumahnya.

24

Jendela 2

Jendela 1

Ruang
tamu

Kamar 1

Pintu 1

TAMPAK
BELAKANG
Dapur

TAMPA
K
DEPAN

5
Meter
U

Kamar 2

Pintu 2

7 Meter
Man
di
Kotak Bambu
Cuci

Gambar 1.3. Denah Rumah Tn. Mamit


c. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Mamit terletak dipemukiman yang padat penduduk. Dibagian depan terdapat
jalan setapak, disamping kiri rumah terdapat empang, tempat pembuangan dan pembakaran
sampah sementara dibagian kanan terdapat rumah tetangga dan bagian belakang rumah terdapat
kuburan. Limbah cair dimasukkan plastik dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.
d. Pola Makan
Keluarga Tn. Mamit memiliki kebiasaan makan dua kali sehari. Ny. Kholisoh memasak
makanan dengan menu seadanya, contoh menu yang disajikan sehari-hari ialah nasi, tahu, tempe
dan terkadang makan ikan atau ikan asin. Menurut penuturannya Ny. Kholisoh, semua makanan
dimasak sampai matang. Ny. Kholisoh terkadang membeli makanan diluar.
e. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Anak pertama pasangan Tn. Mamit dan Ny. Kholisoh adalah dua orang anak lelaki,
bernama An. Aldi yang sekarang berusia 9 tahun, yang sekarang duduk di bangku sekolah dasar
kelas 5 SD. Proses kelahiran ditolong oleh bidan setempat bernama Krisna. Sejak lahir An. Andi
tidak dibawa ke posyandu dan tidak mendapatkan imunisasi. An. Andi tidak diberikan ASI
eksklusif. Sedangkan By. Ramadhan berusia 6 bulan, proses kelahiran ditolong oleh bidan
setempat bernama krisna. Sejak lahir by. Ramadhan belum dibawa ke posyandu dan tidak
mendapatkan imunisasi.
Saat ini Ny. Kholisoh menjalani program Keluarga Berencana (KB) berupa pil 28 hari di
bidan.
f. Kebiasaan Berobat
25

Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya memilih obat warung dulu
bila tak ada perbaikan baru berobat ke klinik Tegal Angus ke bidan Iik dan bidan Krisna. Pasien
memakai jamkesmas dan bila diminta bayaran hanya membayar Rp. 3000.
g. Riwayat Penyakit
Keluarga Tn. Mamit jarang berobat ke Puskesmas karena menurutnya keluarganya jarang
ada yang sakit dan lebih memilih membeli obat warung. Penyakit yang sering diderita anggota
keluarga Tn. Mamit adalah sakit pilek dan gatal pada kaki terutama Tn. Mamit.
h. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari
Dikeluarga Tn. Mamit tidak ada yang merokok. Keluarga Tn. Mamit mengaku mencuci
tangan sebelum makan dan jika tangan tampak kotor dengan menggunakan sabun. Kebiasaan
berolahraga tidak ada.
Keluarga Tn. Ali
a. Data Dasar Keluarga Tn. Ali
Keluarga binaan Tn. Ali terdiri dari 8 anggota keluarga, yaitu keluarga Tn. Ali sebagai
kepala keluarga, istrinya bernama Ny. Naswah, 3 orang anak dan 3 orang menantu .

Tabel. 1.12. Data dasar Keluarga Tn. Ali

No

Nama

Status

Jenis

Usia

Keluarga

Kelamin

(tahun)

Pendidikan

Pekerjaan

(L/P)
1.

Tn. Ali

Kepala Keluarga

55

SD

Pegawai
konveksi

2.

Ny. Naswah

Istri

50

SD

Ibu rumah
tangga

3.

Tn. Gunawan

Anak pertama

25

SD

Nelayan

4.

Tn. Nasrudin

Anak kedua

22

SD

Nelayan

5.

Ny. Kholisoh

Anak ketiga

Pr

20

SD

Ibu rumah
tangga

6.

Ny. Nesa

Anak keempat

Pr

19

SD

Ibu rumah
26

tangga
7.

Ny. Lindah

Anak kelima

Pr

18

SD

Ibu rumah
tangga

Keluarga Tn. Ali bertempat tinggal di kampung Bangko Tinggi RT05/RW06, desa
Garapan Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Keluarga tersebut terdiri
dari Tn. Ali sebagai kepala keluarga dengan seorang istri yang bernama Ny. Naswah, dua orang
anak lelaki dan 3 orang anak perempuan.
Tn. Ali, berusia 55 tahun, bekerja sebagai seorang nelayan di daerah Tanjung Pasir
dengan penghasilan berkisar Rp 200.000-400.000,00 per bulan. Pendapatan Tn. Ali digunakan
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, seperti membeli air, makanan, pengobatan dan
lain-lain.
Tn. Ali mampu membaca dan menulis karena dia sempat mengenyam pendidikan hingga
lulus Sekolah Dasar (SD). Istrinya, Ny. Naswah, yang berusia 50 tahun, bekerja sebagai ibu
rumah tangga. Ny. Naswah tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah. Pasangan ini menikah
saat Tn. Ali berumur 30 tahun dan Ny. Naswah berusia 24 tahun. Saat hamil, Ny. Naswah tidak
pernah memeriksakan kandungannya dan saat melahirkan dibantu oleh dukun beranak.
Namun untuk ketiga anaknya pada saat hamil mereka rutin memeriksakan kehamilannya
ke bidan desa terdekat dan saat melahirkan juga dibantu oleh bidan desa.
b.

Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Tn. Ali tinggal di perumahan padat penduduk yang dikelilingi oleh empang.

Rumah ini milik sendiri, dengan luas tanah sekitar 200 m2 dan luas bangunan berukuran 9 m x 6
m. Luas tanah dibagi dua rumah yaitu untuk dirinya sendiri dan untuk anak perempuannya.
Bangunan tempat tinggal tidak bertingkat, berlantaikan keramik, beratap genteng dengan plafon
terbuat dari terpal plastik, dan dindingnya terbuat dari batu bata. Ventilasi yang ada berasal dari
pintu depan dan jendela yang jarang dibuka sehingga rumah tersebut jarang dimasuki cahaya
matahari dan sirkulasi udara tidak berjalan dengan baik. Rumah ini terdiri dari satu ruang tamu,
tiga kamar tidur, tidak memiliki ruang dapur dan tidak memiliki kamar mandi maupun jamban.
Keluarga ini menggunakan dapur bersatu dengan ruang tengah sehingga jika memasak asap yang
berasal dari masakan tersebut terkumpul di dalam rumahnya. Kamar mandi terletak diluar rumah
digunakan secara bersama-sama dengan anaknya yang terbuat dari bilik bambu terdiri dari bak
mandi untuk mandi, mencuci piring dan mencuci pakaian. Jika buang air besar, mereka selalu
27

pergi ke jamban yang berada di empang belakang rumah tetangganya. Keluarga Tn. Ali
melakukan ini karena mereka tidak memiliki lahan lebih untuk membuat kamar mandi dan
jamban sendiri serta tidak memiliki uang untuk membangunnya, terkadang untuk kebutuhan
sehari-hari mereka saja sulit. Selain digunakan oleh anggota keluarga Tn. Ali, jamban ini juga
sering digunakan oleh warga lain yang berada di sekitar rumah.
Keluarga Tn. Ali sering menggunakan sumber air dari PDAM yang dialirkan dari rumah
RW sekitar. PDAM diabayar setiap bulan dengan iuran Rp 100.000,00. Mereka juga
menggunakan air dirigen sebagai sumber air jika air dari PDAM kering yang dibelinya seharga
Rp 1000 per derigen. Dalam sehari kelurga Tn. Ali memerlukan 10 dirigen untuk memenuhi
kebutuhan air bersih sehari-hari.
Keluarga Tn. Ali memiliki pekarangan disamping rumah. Dalam membuang limbah
rumah tangga (sampah), Tn. Ali dan keluarga sering membuang dan mengumpulkan sampah di
dapur dan jika di rasa sudah cukup banyak, sampah dibakar di belakang rumah.
TAMPAK
BELAKANG

Dapur

Mandi Cuci

Pintu 2

Kamar 3
Ruang Tengah
Kamar 2

Ruang
tamu
Jendela 1

6
Meter

Kamar 1
Pintu 1

Jendela 2

TAMPAK DEPAN

Gambar 1.4. Denah Ruman Tn. Ali


c. Lingkungan Pemukiman
9 Meter
Rumah Tn. Ali terletak dipemukiman
yang padat penduduk. Dibagian depan terdapat
jalan setapak, bagian belakang terdapat empang, tempat pembuangan dan pembakaran sampah
dan dibagian kanan terdapat pekarangan sementara dibagian kiri terdapa tanah kosong yang
dipenuhi sampah. Limbah cair dialirkan ke jalan.
28

d. Pola Makan
Keluarga Tn. Ali memiliki kebiasaan makan dua kali sehari. Ny. Naswah memasak
makanan dengan menu seadanya, contoh menu yang disajikan sehari-hari ialah nasi, tahu,
tempe dan terkadang makan ikan. Menurut penuturannya Ny. Naswah, semua makanan dimasak
sampai matang. Ny. Naswah tidak membeli makanan diluar.
e. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Proses kelahiran Ny. Naswah ditolong oleh dukun beranak, tidak pernah memeriksakan
kehamilan di bidan ataupun puskesmas karena dulu jarak antara rumah dan fasilitas
kesehatannya jauh. Semua anaknya dahulu jarang dibawa ke posyandu sehingga tidak
mendapatkan imunisasi yang lengkap.
Ketiga anaknya Ny, Naswah dalam proses kelahirannya ditolong oleh bidan desa didekat
rumahnya dan juga rutin memeriksakan kehamilannya di bidan maupun posyandu. Ny. Naswah
memiliki 6 orang cucu, paling besar berusia 6 tahun. Keenam orang cucunya sudah mendapatkan
imunisasi namun Ny. Naswah tidak mengerti dan mengetahui imunisasi apa saja yang sudah
diberikan.
Saat ini Ny. Naswah tidak menjalani program Keluarga Berencana (KB) namun untuk
ketiga anaknya menjalani program KB berupa suntik tiga bulan sekali di bidan.
f. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya berobat ke puskesmas.
Biasanya ada juga bidan keliling yang mendatangi pemukiman Tn. Ali untuk mengobati anggota
warga yang sakit. Namun jika ada anggota kelurga yang sakit, Tn.Ali lebih memilih untuk
membeli obat di warung.
i. Riwayat Penyakit
Keluarga Tn. Ali lebih memilih membeli obat warung apabila hanya batuk pilek biasa dan
baru berobat ke Puskesmas jika sudah berlangsung lebih karena menurutnya keluarganya
jarang ada yang sakit dan lebih memilih membeli obat warung. Penyakit yang sering diderita
anggota keluarga Tn. Ali adalah batuk lama lebih dari 3 bulan yang dialami oleh anak ketiga,
Ny.Naswah menderita nyeri dan bengkak pada sendi lutut kaki kiri dan Suami dari Ny. Nesa
(anak ketiga Ny.Naswah) menderita penyakit Asma sejak kecil.
29

j. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari


Tn. Ali memiliki kebiasaan merokok setiap hari, sehari bisa menghabiskan rokok
sebanyak 1 bungkus rokok super. Selain Tn. Ali, menantunya juga memiliki kebiasaan yang
sama dengan Tn. Ali yang bisa menghabiskan rokok sebanyak 1 bungkus rokok. Tn. Ali sering
merokok di dalam maupun di luar rumah. Keluarga Tn. Ali mengaku mencuci tangan sebelum
makan dan jika tangan tampak kotor dengan menggunakan sabun. Kebiasaan berolahraga tidak
ada. Walaupun mereka sudah mengetahui bahaya dari merokok bagi dirinya, keluarga maupun
lingkungan sekitarnya, mereka tetap melakukan kebiasaan tersebut.
Keluarga Tn. Atim
a.

Data Dasar Keluarga Tn. Atim


Keluarga binaan terdiri dari lima anggota keluarga, yaitu keluarga Tn. Atim, istrinya Ny. Isi

dan kelima anaknya.


Tabel 1.13. Data dasar Keluarga Tn. Atim
No

Nama

Status

Jenis

Usia

Keluarga

Kelamin

(tahun)

Pendidikan

Pekerjaan

(L/P)
1.

Tn. Atim

Kepala

55

SD

Keluarga
2.

Ny. Isi

Istri

Nelayan
Empang

50

SD

Ibu rumah
tangga

3.

Ny. Tinah

Anak pertama

35

SD

Ibu rumah
tangga

4.

Ny. Ani

Anak kedua

30

SD

Ibu rumah
tangga

5.

Tn. Udin

Anak ketiga

25

SD

Buruh

6.

Ny. Tia

Anak keempat

20

SD

Ibu rumah
tangga

7.

Ny. Lia

Anak kelima

18

SD

Ibu rumah
30

tangga
Keluarga binaan terdiri dari tujuh anggota keluarga. Keluarga Tn. Atim bertempat tinggal
di kampung Bangko Tinggi RT05/RW06, desa Garapan Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang. Keluarga tersebut terdiri dari Tn. Atim sebagai kepala keluarga dengan
seorang istri yang bernama Ny. Isi, 5 orang anak perempuan bernama Ny. Tinah, Ny. Ani, Tn.
Udin, Ny. Tia dan Ny. Lia, 5 orang menantu laki laki dan 1 orang cucu perempuan bernama An.
Nabila dan 1 orang cucu laki-laki.
Tn.Atim, berusia 55 tahun, bekerja sebagai seorang nelayan di daerah tanjung pasir
dengan penghasilan berkisar antara Rp 1.200.000,- Rp 1.500.000,- per bulan. Pendapatan Tn.
Atim digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, seperti membeli bahan makanan
sehari hari dan lain-lain.
Tn. Atim mampu membaca dan menulis karena dia sempat mengenyam pendidikan
hingga SD. Istrinya, Ny.Isi, yang berusia 50 tahun, bekerja sebagai ibu rumah tangga dan
memiliki usaha kecil-kecilan dengan membuka warung bahan-bahan keperluan sehari-hari
dengan bantuan pinjaman dari koperasi. Ny. Isi sempat mengenyam pendidikan SD, sehingga
Ny. Isi dapat membaca dan menulis. Anak pertama pasangan Tn.Atim dan Ny.Isi adalah seorang
anak perempuan, bernama Ny. Tinah yang berusia 35 tahun, sudah menikah dengan Tn. Sapri
yang berusia 35 tahun bekerja sebagai buruh dengan penghasilan berkisar antara Rp. 1.000.000, 1.200.000,-. Anak kedua Tn. Atim dan Ny. Isi sudah menikah dengan Tn. Marsad yang berusia
34 tahun yang bekerja sebagai buruh dengan penghasilan Rp. 1.700.000,-. Anak ketiga pasangan
Tn. Atim dan Ny. Isi bernama Tn. Udin yang berusia 25 tahun yang bekerja sebagai buruh
dengan penghasilan Rp. 1.800.000,-. Anak keempat Tn. Atim dan Ny. Isi sudah menikah dengan
Tn. Ujang yang berusia 28 tahun yang bekerja sebagai buruh dengan penghasilan Rp.
1.800.000,-. Anak kelima Tn. Atim dan Ny. Isi sudah menikah dengan Tn. Ahmad yang berusia
22 tahun yang bekerja sebagai nelayan dengan penghasilan Rp. 1.000.000,-. Tn. Atim dan Ny.
Isi mempunyai cucu perempuan bernama An. Nabila yang berusia 6 tahun yang pada saat ini
belum bersekolah dan 1 orang cucu laki-laki bernama An. Rafi yang berusia 8 bulan.
b.

Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Tn. Atim tinggal di perumahan yang padat penduduk dikelilingi oleh empang.

Rumah ini milik sendiri, dengan luas tanah sekitar 70 m2 dan luas bangunan berukuran 7 m x 5
31

m. Bangunan tempat tinggal tidak bertingkat, berlantaikan keramik, beratap genteng, tidak
memiliki plafon dan dindingnya terbuat dari batu bata. Ventilasi yang ada hanya berasal dari
pintu depan sehingga rumah tersebut jarang dimasuki cahaya matahari dan sirkulasi udara tidak
berjalan dengan baik. Rumah ini terdiri dari satu ruang tamu, tiga kamar tidur, 1 ruang dapur dan
1 kamar mandi tanpa disertai jamban pribadi yang berada di bagian belakang rumah. Keluarga
ini menggunakan kamar mandi yang terdiri dari bak penampungan air hanya untuk mandi,
mencuci piring dan mencuci pakaian. Jika buang air besar, mereka selalu pergi ke jamban yang
berada di empang dekat rumahnya. Selain digunakan oleh anggota keluarga Tn. Atim, Jamban ini
juga sering digunakan oleh warga lain yang berada di sekitar rumah.
Keluarga Tn. Atim sering menggunakan air dari PDAM dan dirigen sebagai sumber air
untuk keperluan sehari-hari. Dalam sehari kelurga Tn. Atim memerlukan 8 dirigen untuk
memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari.
Keluarga Tn. Atim tidak memiliki pekarangan. Dalam membuang limbah rumah tangga (
sampah), Tn. Atim dan keluarga sering membuang dan mengumpulkan sampah di dapur dan jika
di rasa sudah cukup banyak, sampah dibakar di belakang rumah.

Mand
i Cuci
Kamar
3

TAMPAK
BELAKAN

Kamar
2

Kamar
1

Warun
g
Jendela 1

TAMPA
K
Jendela 1 DEPAN

Pintu 1

Ruang Tamu
Dap
ur

5
Meter
U

7 Meter

Gambar 1.5. Denah rumah Tn. Atim


c. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Atim terletak dipemukiman yang padat penduduk. Dibagian depan terdapat
jalan setapak, bagian belakang terdapat rumah tetangga, samping kanan terdapat empang, tempat
32

pembuangan dan pembakaran sampah dan terdapat pekarangan dibagian kiri. Limbah cair
dialirkan ke jalan.
d. Pola Makan
Keluarga Tn. Atim memiliki kebiasaan makan dua kali sehari. Ny. Isi memasak makanan
dengan menu seadanya, contoh menu yang disajikan sehari-hari ialah nasi, ikan, sayur mayor,
tahu dan tempe. Menurut penuturannya Ny. Isi, semua makanan dimasak sampai matang. Ny. Isi
tidak pernah membeli makanan diluar.
e. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Saat hamil, Ny. Isi jarang memeriksakan kandungannya di bidan dan saat melahirkan
kelima anaknya dibantu oleh dukun. Kelima anak pasangan Tn. Atim dan Ny. Isi diimunisasi dan
rutin dibawakan ke posyandu. Ny. Isi tidak ingat sampai kapan ia memberikan ASI pada
anaknya. Saat ini Ny. Isi sudah menopause. Ny.Isi sempat menggunakan KB suntik 3 bulan
sekali hingga tahun 2013.
f. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya berobat ke puskesmas.
Biasanya ada juga bidan keliling yang mendatangi pemukiman Tn. Atim untuk mengobati
anggota warga yang sakit. Namun jika ada anggota kelurga yang sakit, Tn. Atim lebih memilih
untuk datang langsung ke Puskesmas.
g.

Riwayat Penyakit
Keluarga Tn. Atim sering berobat ke Puskesmas karena menurutnya kesehatan

keluarganya sangat penting. Penyakit yang sering diderita anggota keluarga Tn. Atim adalah
sakit kepala, flu dan maag. Namun akhir-akhir ini cucu pertama mengalami sesak nafas disertai
suara mengi, sesak biasanya muncul lebih berat pada malam hari ditambah dengan udara dingin
sejak 3 minggu yang lalu. Sudah dibawa berobat ke Puskesmas 4x namun tidak ada perubahan
yang berarti. Riwayat asma di keluarga tidak ada, riwayat alergi pada keluarga tidak ada.
h.

Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari


Tn. Atim memiliki kebiasaan merokok setiap hari, sehari bisa 1-2 bungkus rokok filter.

Selain Tn. Atim, semua menantunya juga memiliki kebiasaan yang sama dengan Tn. Atim dan
33

Tn. Atim sering merokok di dalam maupun luar rumah. Keluarga Tn. Atim mengaku mencuci
tangan sebelum makan dan jika tangan tampak kotor dengan menggunakan sabun. Kebiasaan
berolahraga tidak ada.
I.3 Penentuan Area Masalah
I.3.1 Rumusan Area Masalah
Pada saat kunjungan ke kampung Bangko Tinggi RT05/RW06, desa Garapan Tanjung
Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang dianalisa data Puskesmas Tegal Angus,
mencakup angka kesakitan dan angka kematian. Kemudian dilakukan analisa data dari
Puskesmas Tegal Angus yang berhubungan dengan sepuluh penyakit terbesar pada daerah
Tanjung Pasir. untuk menentukan prioritas masalah dengan metode Delphi. Setelah mendapatkan
data sekunder dari puskesmas selanjutnya diidentifikasi langsung pada 3 keluarga binaan dan
setelah melakukan identifikasi ke beberapa rumah keluarga binaan di kampung Bangko Tinggi
RT05/RW06, desa Garapan Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga,

Kabupaten Tangerang,

didapatkan area permasalahan, diantaranya adalah:


Area Masalah Non-Disease
1. Kurangnya kesadaran dalam pemakaian dan perawatan jamban yang bersih
2. Ketidaksediaan jamban keluarga
3. Kurangnya sarana sanitasi lingkungan (bak tempat sampah, tempat sampah dalam
rumah)
4. Kurangnya pengetahuan ventilasi udara pada keluarga binaan
5. Kurangnya pengetahuan akan pentingnya sirkulasi udara dan pencahayaan yang
cukup untuk rumah sehat
6. Kurangnya kesadaran dalam bahaya merokok bagi dirinya, keluarga dan lingkungan
sekitar
7. Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya imunisasi pada balita dan anak-anak

Area Masalah Disease


1.
Terjadinya kejadian ISPA berulang pada keluarga binaan
2.
Terjadinya kejadian gatal-gatal pada daerah ekstremitas ketika terjadi banjir pada
keluarga binaan
Dari observasi yang telah dilakukan ke beberapa rumah keluarga binaan di kampung

Bangko Tinggi RT05/RW06, desa Garapan Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, didapatkan area permasalahan yang sama pada keluarga binaan dan diputuskan untuk
mengangkat permasalahan tentang Kurangnya kesadaran dalam pemakaian dan perawatan
jamban yang bersih dengan alasan berdasarkan hasil dari presurvey yang telah dilakukan
34

sebelumnya didapatkan area masalah mengenai perilaku dan kurangnya kesadaran dari
masyarakat untuk membuat dan memakai jamban keluarga serta merawat jamban keluarga
maupun jamban umum.

35

You might also like