Professional Documents
Culture Documents
kriteria, merupakan produk yang menggunakan pengawet yang sesuai, baik untuk
proses pembuatan maupun penggunaan oleh konsumen. Penentuan produk yang
tidak memenuhi kriteria, merupakan produk yang tidak menggunakan pengawet
yang sesuai.
2. Pengujian Logam Berat
Metode Analisis untuk pengujian logam berat berupa Metode Analisis Penetapan Kadar
Logam Berat (Arsen, Kadmium, Timbal, dan Merkuri) dalam Kosmetika. Prinsipnya
contoh didigesti dengan cara digesti basah atau digesti kering atau digesti gelombang
mikro bertekanan tinggi (High Pressure Microwave Digestion) dan ditetapkan kadar
logam berat seperti arsen (As), cadmium (Cd), timbal (Pb) dan merkuri (Hg)
menggunakan Graphite Furnace Atomic Absorption Spectrophotometer (GF-AAS) dan
Flow Injection Analysis System-Atomic Absorption Spectrophotometer (FIAS-AAS).
3. Pengujian Beberapa Bahan yang Dilarang Digunakan dalam Kosmetika
Metode Analisis untuk pengujian beberapa bahan yang dilarang digunakan dalam
Kosmetika berupa Metode Analisis untuk:
a. Identifikasi asam retinoat dalam kosmetika secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
Secara KCKT Asam retinoat diidentifikasi secara kromatografi cair fase balik
dengan deteksi ultra violet.
b. Identifikasi bahan pewarna yang dilarang dalam kosmetika secara Kromatografi
Lapis Tipis (KLT) dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
Metode ini menguraikan prosedur untuk identifikasi bahan pewarna yang dilarang
dalam kosmetika, yaitu tertera pada tabel dibawah ini:
Identifikasi secara KLT dengan cara bahan pewarna yang dilarang dalam
kosmetika diekstraksi terlebih dahulu kemudian diidentifikasi secara KLT.
Dibawah ini tabel mengenai batas deteksi:
Identifikasi secara KCKT dengan cara bahan pewarna yang dilarang dalam
kosmetika diidentifikasi secara kromatografi cair fase balik dengan deteksi
cahaya tampak. Dibawah ini tabel mengenai batas deteksi:
senyawa lain yang murni dan stabil sehingga dapat diketahui berat tetapnya. Berat
unsure atau gugus yang dianalisis selanjutnya dihitung dari rumus senyawa serta
berat atom penyusunnya. Supaya analisis gravimetri berhasil, maka persyaratan
berikut harus dipenuhi, yakni:
Proses pemisahan analit yang dituju harus berlangsung secara sempurna
sehingga banyaknya analit yang tidak terendapkan secara analitis tidak
terdeteksi
Zat yang akan ditimbang harus murni atau mendekati murni dan mempunyai
susunan yang pasti. Jika syarat ini tidak terpenuhi maka akan menimbulkan
Metode Volumetri
Volumetri atau titrimetri merupakan suatu metode analisis kuantitatif
didasarkan pada pengukuran volume titran yang bereaksi sempurna dengan analit.
Titran merupakan zat yang digunakan untuk mentitrasi. Analit adalah zat yang
akan ditentukan konsentrasi/kadarnya. Penggolongan volumetri :
Berdasarkan reaksi kimia (reaksi asam-basa, reaksi redoks, reaksi
3.
instumen
seperti
4.
Metode Kromatografi
Metode analisis ini (kromatografi) merupakan teknik pemisahan yang
menggunakan fase diam (stationary phase) dan fase gerak, (mobile phase) dapat
dimanfaatkan untuk analisis baik analisis kualitatif, kuantitatif maupun preparative.
Kromatografi dapat dibedakan atas berbagai macam tergantung pada
pengelompokannya. Berdasarkan pada mekanisme pemisahannya, kromatografi
dibedakan menjadi: (a) kromatografi adsorbsi; (b) kromatografi partisi; (c)
kromatografi pasangan ion; (d) kromatografi penukar ion; (e) kromatografi ekslusi
ukuran; dan (f) kromatografi afinita.
Berdasarkan pada alat yang digunakan, kromatografi dapat dibagi atas: (a)
kromatografi kertas; (b) kromatografi lapis tipis, yang keduanya sering disebut
kromatografi planar; (c) kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT); dan (d)
kromatografi gas (KG) (Gandjar, 2007).
Tahap pertama
Pada interval waktu tertentu dan pada akhir periode inkubasi, amati isi
semua wadah akan adanya pertumbuhan mikroba seperti kekeruhan dan/atau
pertumbuhan pada permukaan. Jika tidak terjadi pertumbuhan, maka bahan uji
memenuhi syarat. Jika ditemukan pertumbuhan mikroba, tetapi peninjauan dalam
pemantauan fasilitas pengujian sterilitas, bahan yang digunakan, prosedur
pengujian, dan kontrol negatif menunjukkan tidak memadai atau teknik aseptik
yang salah digunakan dalam pengujian, tahap pertama dinyatakan tidak absah dan
dapat diulang. Jika pertumbuhan mikroba teramati tetapi tidak terbukti uji tahap
pertama tidak absah, lakukan tahap kedua.
Tahap kedua
Jumlah spesimen uji yang diseleksi minimum dua kali jumlah tahap
pertama. Volume minimum tiap spesimen yang diuji, media, dan periode inkubasi
sama seperti yang tertera pada tahap pertama. Jika tidak ditemukan pertumbuhan
mikroba, bahan yang diuji memenuhi syarat. Jika ditemukan pertumbuhan, hasil
yang diperoleh membuktikan bahwa bahan uji tidak memenuhi sayarat. Jika dapat
dibuktikan bahwa uji pada tahap kedua tidak absah karena kesalahan atau teknik
aseptik tidak memadai, maka tahap kedua dapat diulang.
Untuk produk parenteral, sediaan obat mata, termasuk larutan lensa kontak, dan
produk-produk yang diberikan pada luka terbuka atau untuk proses irigasi rongga
tubuh. Uji sterilitas perlu dilakukan :
Syarat steril : Sterility Assurance Level dengan probabilitas sama atau lebih baik dari
10-6, artinya dalam satu juta sediaan steril hanya boleh maksimum 1 yang tidak steril.
Analisis sterilitas adalah berdasarkan tidak adanya pertumbuhan mikroba pada media
Fluid Thioglycollate (FTM) dan Soyabean Casein Digest (SCD) pada 30-35 oC
(bakteri) dan 20-25oC (fungi) selama 7 dan 14 hari.
Sterilisasi dapat dicapai dengan penggunaan panas basah atau panas kering,
dengan radiasi pengionan (tapi tidak dengan radiasi ultraviolet kecuali proses ini
divalidasi secara menyeluruh), dengan etilen oksida (atau gas lain yang sesuai) atau
dengan filtrasi yang dilanjutkan dengan pengisian secara aseptik ke dalam wadah akhir
yang steril. Semua proses sterilisasi hendaklah divalidasi. Perhatian khusus hendaklah
diberikan bila metode sterilisasi yang digunakan tidak sesuai dengan standar farmakope
atau standar nasional lain, atau bila digunakan untuk produk yang bukan merupakan
larutan sederhana dalam air atau minyak.
untuk produk yang disterilisasi akhir, dan melalui media fill untuk produk yang
diproses secara aseptik. Catatan pengolahan bets dan, dalam hal proses aseptik, catatan
mutu lingkungan, hendaklah diperiksa sejalan dengan hasil uji sterilitas. Prosedur
pengujian sterilitas hendaklah divalidasi untuk produk yang berkaitan. Metode
farmakope harus digunakan untuk validasi dan kinerja pengujian sterilitas. Untuk
produk injeksi, Air untuk Injeksi, produk antara dan produk jadi hendaklah dipantau
terhadap endotoksin dengan menggunakan metode farmakope yang diakui dan
tervalidasi untuk tiap jenis produk. Untuk larutan infus-volume-besar, pemantauan air
atau produk antara hendaklah selalu dilakukan sebagai pengujian tambahan terhadap
pengujian yang dipersyaratkan dalam monografi produk jadi yang disetujui. Bila
terdapat kegagalan uji sampel, penyebab kegagalan hendaklah diinvestigasi dan
DAPUS
BPOM RI Petunjuk Operasional Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik Aneks
1 Pembuatan Produk Steril Edisi 2013 (POPP-Aneks 1-Ped-04/CPOB/2013).
Gandjar, IG., Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar.Yogyakarta