You are on page 1of 50

PENDAHULUAN

A. GAMBARAN UMUM
Pedoman keuangan ini adalah salah satu pedoman pelaksanaan yang dibuat oleh
DPPEK KOWINA Jawa Barat untuk pelaksanaan setiap hal yang berkaitan dengan
dana (keuangan) dalam program BMM.

Dengan pedoman ini diharapkan dapat terbangun suatu sistem pengelolaan keuangan
dalam BMM yang profesional dan seragam sehingga memudahkan untuk dilakukan
pembinaan dan pemeriksaan (audit).

Dalam pedoman ini terdapat dua bagian sistem pengelolaan keuangan, yaitu ;
1. Keuangan nirlaba untuk Baitul Maal sebagai pengelola dana sosial (seperti
zakat, infaq shodaqoh).
2. Keuangan laba untuk Baitul Mu’awanah sebagai pengelola dana pembiayaan
usaha.

Masing-masing bagian terdiri dari lima pedoman, yaitu :


1. Laporan
2. Kebijakan akuntansi
3. Pengelolaan dan.
4. Prosedur operasional keuangan.
5. Contoh format.

Sistem akuntansi yang dipergunakan mengikuti PSAK syari’ah.

B. TUJUAN
1. Menyeragamkan sistem pengelolaan keuangan.
2. Membina pengelola BMM dalam kemampuan akuntansi.
3. Menjaga akuntabilitas publik program.
4. Menjamin auditabilitas kebijakan yang ada.

C. SISTEMATIKA
Pedoman keuangan ini disusun dengan sitematika sebagai berikut :
1. Bagian Pendahuluan
2. Bagian I Pedoman Akuntansi Baitul Maal.
3. Bagian II Pedoman Akuntansi Baitul Mu’aawanah
4. Bagian Penutup
5. Lampiran.

D. MASA BERLAKU
Pedoman ini berlaku sejak ditetapkan namun dalam pelaksanaannya terbagi menjadi :
1. Pemberlakuan menyeluruh untuk DPPEK
2. Pemberlakuan bertahap untuk BMM sesuai dengan kondisinya masing-
masing menurut penilaian DPPEK yang didasarkan kepada kemampuan
pengelola dalam menyusun laporan akuntansi.
BAB I LAPORAN

1.1. PENDAHULUAN
Sistem laporan dari Baitul Maal disusun dengan memperhatikan motivasi dan
kebutuhan pemakai laporan. Dengan demikian setiap laporan disusun secara berbeda
untuk setiap pemakai. Perbedaan tersebut secara garis besar terbagi menjadi laporan
internal dan laporan eksternal.

Untuk kebutuhan laporan tersebut dalam pedoman ini disajikan dengan dua bentuk,
yaitu :
1. Laporan Akuntansi Keuangan.
Laporan ini dibuat untuk kebutuhan pemakaian pihak eksternal.

2. Laporan Akuntansi Manajemen.


Laporan ini dibuat untuk kebutuhan pemakaian pihak internal.

1.2. LAPORAN AKUNTANSI KEUANGAN


Laporan akuntansi keuangan (selanjutnya disebut laporan keuangan) digunakan untuk
pertanggungjawaban pihak manajemen kepada pihak eksternal. Laporan disusun
berdasarkan data historis yang diolah secara intracomtable. Penyusunan laporan
tersebut mengikuti standar untuk organisasi nirlaba.

Laporan keuangan Baitul Maal terdiri dari :.


1. Laporan Posisi Keuangan.
2. Laporan Aktivitas.
3. Laporan Arus Kas.
4. Laporan Sisa Dana.

1.2.1. Laporan Posisi Keuangan.


Laporan posisi keuangan merupakan laporan yang menggambarkan posisi atau
keadaan keuangan Baitul Maal pada tanggal tertentu. Laporan ini disajikan menurut
pos aktiva dan pasiva.
1.2.2. Laporan Aktivitas
Laporan aktivitas merupakan laporan yang menggambarkan penerimaan dan
pengeluaran selama periode tertentu.

1.2.3. Laporan Arus Kas.


Laporan arus kas menggambarkan sumber dan jumlah penerimaan serta pengeluaran
kas dan setara kas dalam periode tertentu.

Laporan ini terdiri dari :


1. Arus kas untuk operasional.
Arus kas ini menggambarkan penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas
untuk aktivitas sehari-hari dalam pengelolaan Baitul Maal dalam periode
tertentu. Termasuk dalam aktivitas ini di antaranya adalah biaya sekretariat,
administrasi, transportasi dan tunjangan kesejahteraan pengelola.

2. Arus kas untuk investasi.


Arus kas ini menggambarkan penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas
untuk pembelian berbagai aktiva tetap yang menjadi kebutuhan Baitul Maal.
Demikian pula dalam keadaan tertentu dapat dilakukan investasi usaha
sebagai upaya untuk penyediaan dana abadi Baitul Maal.

3. Arus kas untuk pendistribusian.


Arus kas ini menggambarkan penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas
untuk aktivitas distribusi atau pemberian dana sosial. Termasuk di antaranya
adalah distribusi zakat, tunjangan kesehatan, tunjangan pendidikan dan
tunjangan konsumtif bagi mustahiq.

1.2.4. Laporan Sisa Dana.


Laporan Sisa Dana berisi jumlah dana yang diterima dari donatur (grantor) tertentu,
angggaran untuk setiap pos, jumlah yang telah dipergunakan serta sisa dana yang
belum dipergunakan pada tanggal lapoan.

1.3. LAPORAN AKUNTANSI MANAJEMEN


Laporan akuntansi manajemen (selanjutnya disebut laporan manajemen) disajikan
untuk pihak internal dari program. Dalam hal ini pihak internal adalah BMM, DPPEK
dan KOWINA Jawa Barat. Laporan ini disajikan untuk kepentingan manajerial.
Laporan ini tidak diwajibkan untuk diaudit.
Laporan manajemen terdiri dari ;
1. Laporan mingguan.
2. Laporan bulanan.
3. Laporan tiga bulanan.
4. Laporan tahunan.

1.3.1. Laporan mingguan


Laporan ini dibuat oleh manager Baitul Maal pada setiap akhir minggu untuk
disampaikan kepada manager umum. Laporan ini cukup berisi laporan aktivitas.

Untuk BMM tertentu yang menurut pertimbangan DPPEK memerlukan penangan


khusus dapat diberlakukan kewajiban laporan mingguan dari BMM kepada DPPEK.

1.3.2. Laporan bulanan.


Laporan ini dibuat oleh BMM (ditandatangani manager umum) setiap akhir bulan
untuk disampaikan kepada DPPEK. Laporan ini harus sudah diterima DPPEK satu
minggu sejak tutup bulan yang bersangkutan.

Laporan bulanan berisi :


1. Laporan aktifitas.
2. Laporan arus kas.
3. Data statistik bulanan.

1.3.3. Laporan tiga bulanan.


Laporan ini harus sudah diterima DPPEK satu minggu sejak tutup tiga bulan yang
bersangkutan.

Laporan tiga bulanan berisi :


1. Laporan aktifitas.
2. Laporan arus kas.
3. Laporan sisa dana.
4. Data statistik tiga bulanan.
1.3.4. Laporan tahunan.
Laporan ini harus sudah diterima DPPEK dua minggu sejak tutup tahun.

Laporan tahunan berisi :


1. Laporan posisi keuangan.
2. Laporan aktifitas.
3. Laporan arus kas.
4. Laporan sisa dana.
5. Data statistik tahunan.
6. Rencana anggaran tahun depan.
BAB II KEBIJAKAN AKUNTANSI

2.1. PENDAHULUAN
Kebijakan akuntansi adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan sehingga diperoleh
kesamaan pengertian antara penyusun laporan akuntansi dan pemakai laporan
akuntansi. Kebijakan akutansi ini mengikuti PSAK No. 45 tentang pelaporan
Keuangan Organisasi Nirlaba.

2.2. PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN


Laporan keuangan disajikan berdasarkan konsep biaya historis. Transaksi dicatat
berdasarkan dasar akrual. Seluruh pencatatan dan pelaporan dilakukan dalam mata
uang rupiah.

Laporan arus kas disusun berdasarkan metode langsung yang dibagi ke dalam arus
kas berdasarkan kegiatan operasional, investasi dan pendistribusian.

2.3. AKUNTANSI DANA


Untuk memastikan pembatasan atau ketentuan pendanaan yang tersedia bagi Baitul
Maal, asumsi Baitul Maal disusun mengikuti prinsip-prinsip dari akuntansi dana.
Prosedur ini dilakukan di mana dana-dana yang ada diklasifikasikan secara akuntansi
dan dilaporkan berdasarkan sifat-sifat dana dan tujuan penggunaannya.

2.4. PERIODE AKUNTANSI


Periode akuntansi adalah satu tahu menurut tahun kalender nasional (1Januari sampai
dengan 31 Desember). Untuk periode pertama dilakukan dari sejak berdiri sampai
dengan akhir tahun yang terdekat.

2.5. KAS DAN SETARA KAS


Semua investasi yang tidak dibatasi yang kurang dari tiga bulan diklasifikasikan ke
dalam kas dan setara kas.
2.6. AKTIVA TETAP
Aktiva tetap dicatat sebesar harga perolehannya. Penyusutan dihitung berdasarkan
metode garis lurus berdasarkan estimasi usia produktif aktiva tanpa nilai sisa.

Estimasi usia produktif aktiva tetap ditetapkan sebagai berikut :

JENIS AKTIVA TETAP USIA PRODUKTIF


Tanah dan hak atas tanah 20 tahun
Bangunan 20 tahun
Kendaraan 8 tahun
Komputer dan peralatannya 4 tahun
Furniture (mebelair) 4 tahun
Alat elektronik 4 tahun
Litelatur 2 tahun

Biaya-biaya pemeliharaan dan perbaikan aktiva tetap dibebankan pada saat terjadi.
Perbaikan dan atau penambahan yang signifikan dikapitalisasi. Aktiva tetap yang
tidak atau pembuangan (disposal) aktiva tetap, nilai terbawa dan akumulasi
depresiasinya dikurangkan dari total akumulasi. Keuntungan dan kerugian dari
transaksi ini dicatat pada periode berjalan.

2.7. AKTIVA TITIPAN


Aktiva titipan diungkapkan secara terpisah.

2.8. TRANSAKSI SEWA GUNA USAHA


Ditinjau dari sudut penyewa guna usaha, transaksi sewa guna usaha dikelompokkan
atas capital lease dan operating lease. Transaksi sewa guna usaha akan
dikelompokkan sebagai capitak lease apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Adanya hak opsi untuk membeli aktiva tersebut pada akhir masa sewa guna
usaha dengan harga yang telah disetujui pada saat dimulainya perjanjian sewa
guna usaha.
2. Seluruh pembayaran berkala ditambah dengan nilai sisa sama dengan harga
perolehan barang modal serta bunganya sebagai keuntungan perusahaan sewa
guna usaha.
3. Masa sewa guna usaha minimal dua tahun.

Kalau salah satu kriteria tersebut di atas tidak terpenuhi, maka sewa guna usaha
tersebut dikelompokkan sebagai operating lease.

2.8.1. Capital lease.


1. Pada saat transaksi dicatat sebagai aktiva tetap sewa guna usaha. Kewajiban
sewa guna usaha sebesar bilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha
ditambah nilai sisa yang harus dibayar oleh penyewa guna usaha pada akhir
masa sewa guna usaha.
2. Setiap pembayaran sewa guna usaha dialokasikan dan dicatat sebagai
angsuran pokok kewajiban sewa guna usaha dan beban bungan berdasarkan
tingkat bunga yang ditetapkan.
3. Aktiva sewa guna usaha disusutkan sesuai dengan metode dan tarif
penyusutan aktiva tetap.
4. Jika aktiva yang disewa guna usaha dibeli sebelum berakhirnya masa sewa
guna usaha, maka perbedaan antara pembayaran yang dilakukan dengan sisa
kewajiban dibebankan atau dikreditkan pada tahun berjalan.
5. Dalam hal dilakukan penjuakan dan penyewaan kembali, maka transaksi
penjualan diperlakukan sebagai dua transaksi yang terpisah, yaitu transaksi
penjualan dan transaksi sewa guna usaha. Selisih antara harga jual dan nilai
tercatat aktiva yang dijual harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau
kerugian yang ditangguhkan. Amortisasi atas keuntungan atau kerugian yang
ditangguhkan harus dilakukan secara proporsional dengan biaya amortisasi
aktiva yang disewa guna usaha apa lease back merupakan capital leaseatau
secara proporsional dengan biaya sewa apabila leaseback merupakan operaing
lease.

2.8.2. Operating lease.


Pembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan merupakan biaya sewa yang
diakui berdasarkan metode garis lurus selama masa sewa guna usaha, meskipun
pembayaran sewa guna usaha dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap
periode.

2.9. PENGAKUAN PENDAPATAN


Pendapatan dari sumbangan diakui sebagai pendapatan pada saat diterima. Namun
jumlah komitmen dari pendapatan yang diberikan secara bertahap, diungkapkan da-
lam laporan keuangan.

2.10. PENGAKUAN BEBAN


Semua beban dicatat pada saat transaksi terjadi. Pembayaran yang dilakukan terhadap
program yang belum pasti diketahui jumlahnya dicatat sebagai uang muka.

2.11. CAPITAL DAN REVENUE EXPENDITURE


Pengeluaran untuk aktiva tetap yang bersifat jangka panjang (memiliki masa manfaat
lebih dari satu tahun) dan nilainya sama atau lebih dari Rp. 200.000,00 untuk setiap
transaksi diperlakukan sebagai capital expenditure dan dicatat sebagai aktiva tetap
sesuai dengan klasifikasi aktiva yang bersangkutan dan disusutkan.

Pengeluaran untuk aktiva tetap yang memiliki masa manfaat kurang dari setahun dan
nilainya kurang dari Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) untuk setiap transaksi
diperlakukan sebagai revenue expenditure dan dibebankan untuk tahun yang berjalan.
Untuk keperluan pengendalian perlu dibuat Daftar Aktiva Tetap (dicatat secara
extracomtable.

Pembelian buku dan bahan litelatur lainnya, walaupun kurang dari jumlah nilai di
atas, dipandang sebagau aktiva tetap yang disusutkan selama dua tahun.

2.12. BIAYA PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN


Pengeluaran untuk pemeliharaan atau perbaikan suatu aktiva tetap akan dikapitalisir
menambah nilai aktiva tetap yang bersangkutan, jika menambah masa manfaat aktiva
tetap tersebut dan jumlahnya cukup material.

Jika pengeluaran untuk pemeliharaan atau perbaikan aktiva tetap tidak menambah
masa manfaat aktiva tetap yang bersangkutan namun jumlahnya cukup material,
maka pengeluaran tersebut dicatat sebagai beban pemeliharaan dan perbaikan yang
ditangguhkan.

Di luar kriteria tersebut di atas akan dicatat sebagai beban pemeliharaan dan
perbaikan aktiva tetap yang bersangkutan.

2.13. BIAYA PENDIDIKAN DAN LATIHAN


Seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk keperluan pendidikan dan latihan dibeban-
kan pada tahun berjalan.
2.14. TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING.
Transaksi yang terjadi dalam tahun berjalan berkenaan denganmata uang asing,
dicatat dengan kurs tukar pada saat transaksi terjadi. Aktiva moneter dan kewajiban
dalam mata uang asing pada saat tanggal pelaporan disesuaikan mengikuti kurs
tengah konversi Bank Indonesia.

Untuk tujuan analisis atau permintaan dari donatur (grantor) laporan keuangan dapat
dikonversi ke dalam mata uang asing.

2.15. AKTIVA BERSIH


Aktiva bersih dicatat menurut sifatnya, yaitu tergantung ada tidaknya dengan
ketentuan yang menyertai perolehan dana atau aktiva tersebut. Aktiva bersih
dikategorikan sebagai berikut :
1. Aktiva bersih tidak terikat
2. Aktiva bersih terikat temporer
3. Aktiva bersih terikat permanen.
4. Aktiva bersih terikat total.

2.15.1. Aktiva bersih tidak terikat.


Aktiva bersih tidak terikat merupakan aktiva bersih yang penggunaannya bebas
sesuai dengan kebijakan BMM dengan mengindahkan syari’at, hukum dan etika. Di
antaranya, aktiva bersih tidak terikat berasal dari ;
1. Sumbangan yang tidak mengikat (infaq, sodaqoh, hibah dan sejenisnya).
2. Investasi.
3. Konversi dari aktiva tidak terikat.

2.15.2. Aktiva bersih terikat temporer.


Aktiva bersih terikat temporer merupakan aktiva bersih yang ketentuan
penggunaannya dari donatur atau grantor atau oleh syari’at dibatasi dalam masa
tertentu. Aktiva bersih terikat temporer berasal dari :
1. Sumbangan yang pembatasan penggunaannya ditentukan hanya untuk waktu
tertentu.
2. Konversi aktiva terikat permanen.
3. Hasil investasi dari aktiva terikat yang ditentukan trikat temporer.
2.15.3. Aktiva bersih terikat permanen.
Aktiva bersih terikat permanen adalah aktiva bersih yang ketentuan penggunaannya
dari donatur, grantor atau syari’at dibatasi namun untuk masa yang tidak dibatasi.
Aktiva bersih terikat permanen berasal dari :
1. Sumbangan yang penggunaannya dibatasi namun untuk waktu yang tidak
terbatas.
2. Zakat Maal.
3. Waqaf.

2.15.4. Aktiva bersih terikat total.


Aktiva bersih terikat total adalah aktiva bersih yang ketentuan penggunaannya serta
waktunya dibatasi oleh donatur, grantor atau syaria’at. Aktiva bersih terikat total
didapat dari :
1. Sumbangan yang penggunaan dan waktunya dibatasi.
2. Zakat fitrah.
3. Kurban.
BAB III PENGELOLAAN DANA

3.1. JENIS DANA


Jenis dana yang diperoleh Baitul Maal terdiri dari :
1. Dana tidak terikat ; dana yang pengunaan dan waktunya tidak terbatas.
2. Dana terikat temporer ; dana yang penggunaannya tidak terbatas, namun
waktu pengunaannya dibatasi, baik oleh donatur, grantor maupun syari’at.
3. Dana terikat permanen ; dana yang pengunaannya dibatasi oleh donatur,
grantor ataupun oleh syari’at, namun waktu penggunaannya tidak terbatas.
4. Dana terikat total ; dana yang penggunaan dan waktunya dibatasi oleh
donatur, grantor ataupun syari’at.

3.2. PERUNTUKKAN
Setiap dana yang ada di Baitul Maal harus mempunyai peruntukkan yang jelas.
Peruntukan tersebut disusun sesuai dengan jenis dana. Peruntukan ditetapkan oleh
kebijakan manajemen, donatur atau grantor, syari’at.

3.2.1. Kebijakan manajemen.


Dana yang peruntukkannya ditetapkan oleh kebijakan manajemen adalah dana tidak
terikat. Dana ini dapat dipergunakan sebagai dana operasional, investasi maupun
penggajian (tunjangan bagi pegawai).

Dalam penetuan peruntukkan tersebut, manajemen memperhatikan data statistik,


program kerja dan rencana anggaran tahunan.

3.2.2. Donatur atau grantor.


Dana yang berasal dari donatur atau grantor tertentu yang tidak terkait dengan aturan
syari’at disusun peruntukkannya sesuai dengan ketentuan yang disepakati dengan
donatur atau grantor tersebut. Ketentuan tersebut harus dilakukan dengan dokumen
tertulis.
3.2.3. Syari’at.
Dana yang berkaitan dengan aturan syari’at, seperti zakat dan kurban diperuntukkan
sesuai dengan ketentuan syari’at dengan memperhatikan panduan operasional dalam
pedoman umum BMM.

Dari dana zakat dapat dipergunakan sebagai dana gaji (tunjungan pegawai) dengan
statusnya sebagai amilin.

3.3. PERUBAHAN
Perubahan peruntukkan dana oleh donatur atau grantor dapat terjadi karena dua cara :
1. Habis masa waktu peruntukkannya.
2. Perubahan ketentuan peruntukkan.
Perubahan ketentuan peruntukkan karena kebijakan atau keinginan donatur
atau grantor dapat dilakukan apabila tidak mengganggu atau merusak
program yang sedang berjalan sesuai dengan peruntukkan sebelumnya.

Perubahan peruntukkan harus dilakukan dengan sebuah dokumen tertulis.

3.4. PEMAKAIAN DANA TERIKAT UNTUK TUJUAN LAIN


Pada prinsipnya penggunaan dan terikat tidak diperkenankan untuk tujuan selain
ketentuan peruntukkannya. Namun dalam keadaan tertentu penggunaan untuk tujuan
lain tersebut dapat dilakukan dengan persetujuan donatur atau grantor dengan
memperhatikan ketentuan tentang aturan perubahan peruntukkan.

3.5. PROSEDUR PENGELOLAAN


1. Setiap dana yang diperoleh dimasukkan ke dalam rekening tersendiri sesuai
dengan jenisnya.
2. Untuk setiap dana terikat yang diperoleh dari donatur atau grantor tertentu
dimasukkan dalam rekening tersendiri.
3. Dana terikat yang umum dimasukkan dalam rekening umum sesuai dengan
jenis keterikatannya.
4. Untuk setiap rekening yang berbeda harus dilakukan pencatatan dan
pembukuan yang berbeda.
5. Penggunaan dana harus dilakukan sesuai dengan peruntukkan yang telah
ditetapkan.
6. Kebijakan manajemen untuk peruntukkannya sebagai dana pos tertentu hanya
berkaitan dengan nilai anggarannya saja. Adapun praktek penggunaannya di
lapangan disesuaikan dengan kondisi lapangan selama tidak keluar dari
kebijakan anggaran yang telah ditetapkan manajemen.
7. Untuk aktiva tetap yang diperoleh diupayakan mendapatkan status yang tidak
terikat, kecuali apabila dikehendaki oleh donatur atau grantor.
8. Laporan akuntansi yang dibuat harus dapat diakses dan diberitahukan kepada
donatur, grantor serta masyarakat umum.
9. Konversi ke mata uang asing dapat dilakukan apabila ada permintaan dari
donatur atau grantor untuk dana laporan dana yang diberikannya.
10. Prinsip-prinsip pencatatan dilakukan agar proses penyimpanan dan
penggunaan dapat diaudit.
BAB IV PROSEDUR KEUANGAN

5.1. PROSEDUR AKUNTANSI OPERASIONAL


5.1.1. Pendahuluan
1. Pelaporan keuangan akuntansi dilakukan untuk mencapai standar kewajaran
dari laporan keuangan atas transaksi-transaksi yang sah.
2. Transaksi pengeluaran dianggap sah apabila :
• Setiap pengeluaran harus berdasarkan pada anggaran yang telah
ditetapkan.
• Telah diotorisasi secara memadai.
• Merupakan transaksi yang legal atau atas praktek yang sehat.
• Merupakan bukti yang valid dan dapat dipercaya.
3. Pencatatan dilakukan mengikuti prinsip-prinsip akuntansi yang diatur dalam
standar akuntansi Indonesia. Pencatatan dianggap wajar apabila total
kesalahan pencatatan transaksi tidak melebihi batas materialitas. Kewajaran
atas laporan keuangan hanya dapat ditentukan oleh opini auditor.
4. Setiap pengeluaran di atas jumlah Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah) harus
melalui bank.
5. Penerimaan kas dalam jumlah melebihi Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah
harus disetor ke bank maksimal dalam satu hari kerja.
6. Pemberlakuan prosedur dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kondisi
menurut kebijakan DPPEK yang dipertanggungjawabkan kepada KOWINA.

5.1.2. Proses akuntansi


Secara umum proses akuntansi dilakukan sebagai berikut :
1. Transaksi dicatat dalam formulir yang disediakan.
2. Dicatat ke dalam buku tambahan.
3. Dimasukkan ke dalam komputer.
4. Secara periodik dicetak jurnal transaksi dan dikoreksi.
5. Setelah data tersebut valid, data diposting ke dalam general ledger.
6. Dicetak laporan.
Apabila penggunaan komputer akuntansi tidak memungkinkan, maka pencatatan
dilakukan dengan menggunakan tangan kemudian untuk laporan dibuat dengan
pengetikan manual.

5.1.3. Prosedur umum.


Prosedur umum yang berlaku adalah :
1. Setiap transaksi harus diperiksa oleh yang berwenang dan ditandatangani.
2. Transaksi yang telah disetujui, diisi kode rekeningnya oleh staf akuntansi dan
diperiksa dan ditandatangani oleh manager keuangan.
3. Transaksi dimasukkan ke dalam komputer dan buku tambahan yang
relevan.Staf akuntansi mencocokkan buku besar dengan buku tambahan untuk
rekening yang sesuai.
4. Setiap periode laporan staf akuntansi mencetak laporan yang dibutuhkan
dalam periode tersebut untuk diperiksa.
5. Setelah mendapatkan pengesahan (tandatangan dari yang berwenang), maka
laporan disampaikan kepada pihak atasannya.
• Laporan Baitul Maal ditandatangani manager Baitul Maal.
• Laporan BMM ditandangani Manager Umum.

5.1.4. Ketentuan otoritas kas dan bank


Otoritas setiap penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas ditetapkan sebagai
berikut :

NILAI TRANSAKSI OTORITAS


…………………s.d. Rp. 500.000,00 Kasir
Rp. 500.000,00 s.d. Rp. 2.000.000,00 Kabag I Adm Keuangan
Rp. 2.000.000,00 s.d. Rp. 5.000.000,00 Manager IV
Rp. 5.000.000,00 s.d. Rp. 10.000.000,00 Manager Umum
Rp. 10.000.000,00 s.d. …………………. DPPEK

5.1.5. Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran


Prosedur penerimaan dan pengeluaran yang berlaku adalah :
1. Setiap peneriman atau pengeluaran harus dibuatkan bukti penerimaan atau
pengeluaran sesuai dengan jenisnya (bank atau kas).
2. Bukti penerimaan atau pengeluaran harus dibuat dengan nomor urut.
3. Bukti penerimaan atau pengeluaran harus dilengkapi dengan bukti transaksi
asli.
4. Bukti penerimaan atau pengeluaran yang salah harus dicap “BATAL” dan
difile bersama dengan bukti penerimaan atau pengeluaran lainnya.
5. Bukti penerimaan dan pengeluaran harus diotorisasi sesuai dengan ketentuan
otorisasi.
6. bukti penerimaan dan pengeluaran dicatat pada buku penerimaan atau
pengeluaran sesuai jenisnya (bank atau kas).
7. Bukti penerimaan atau pengeluaran yang telah dicatat difile berdasarkan
nomor urut dalam file tersendiri.

5.1.6. Prosedur Pengisian kembali Kas Kecil.


Prosedur pengisian kembali kas kecil yang berlaku adalah :
1. Jika posisi kas telah mencapai jumlah kurang dari Rp. 500.000,00 (lima ratus
ribu rupiah) staf keuangan mempersiapkan bukti pengisian kembali kas kecil
satu rangkap dan mempersiapkan bukti pengeluaran bank untuk pengisian
kembali kas kecil.
2. Kasir menyerahkan pengisian kembali kas kecil kepada manager administrasi
keuangan beserta bukti pengeluaran bank untuk meminta persetujuan.
3. Manager administrasi keuangan memeriksa pengeluaran kas dan
menandatangani bukti pengeluaran bank.
4. Kasir mengambil uang di bank dan mencatatnya dalam buku kas.

5.1.7. Prosedur Akuntansi Umum


Prosedur akuntansi umum adalah prosedur yang tidak berkaitan dengan kas, bank
atau setara kas lainnya. Bukti yang dipakai pada transaksi ini adalah bukti umum.
Prosedur yang berlaku adalah sebagai berikut :
1. Setiap transaksi non kas dan bank yang terjadi harus dibuatkan bukti umum
(general voucher).
2. Bukti umum dibuat dengan nomor urut.
3. Bukti umum yang dibuat harus dilengkapi dengan bukti-bukti pendukung.
4. Setiap transaksi dengan bukti umum harus diotorisasi oleh Manager
Administrasi Keuangan.
5. Bukti umum yang telah dibuat, difile berdasarkan nomor urut dalam file
tersendiri.
5.1.8. Prosedur Filling.
Setelah proses transaksi, harus dilakukan filling atau penyimpinan dokumen dalam
file tersendiri untuk setiap jenis dokumen. Dokumen ini harus disimpan dalam tempat
yang aman dan terpelihara paling sedikit dalam waktu lima tahun. Untuk itu filling
dilakukan dengan prosedur :
1. Setiap jenis dokumen difile dalam folder tersendiri dan jangan dicampur
dengan lainnya.
2. Dokumen disusun berurut berdasarkan nomor urut transaksi. Jika sebagian
dokumen tidak mempunyai nomor, pengurutan dapat dilakukan dengan
berdasarkan tanggal atau abjad.
3. Bukti yang digunakan untuk transaksi yang menghasilkan dokumen tersebut
disimpan bersamaan sebagai lampiran dokumen tersebut.
4. Folder tempat file disimpan diberi nama dengan identifikasi :
• Nama dokumen.
• Waktu dokumen (bulan dan tahun) atau rentang nomor urut dokumen.
5. Dokumen yang mememrlukan penelusuran tersendiri harus dibuatkan
salinannya dan disimpan dalam file tersendiri.

5.2. PROSEDUR OPERASIONAL KEUANGAN


5.2.1. Prosedur Perjalanan Dinas.
Yang dimaksud perjalanan dinas adalah perjalanan untuk urusan Baitul Maal yang
dilakukan untuk wilayah di luar kota dengan jarak minimal 15 km dari batas kota.
1. Permohonan
Permintaan dana bagi perjalanan dinis dibuat dengan bukti uang muka.

2. Persetujuan uang muka.


Bukti uang muka harus disetujui manager baitul maal.

3. Bukti asli.
Bukti asli dari setiap transaksi yang tidak dibiayai secara lump sum, harus
disertakan dan diserahkan ke bagian administrasi keuangan bersamaan dengan
waktu pertanggungjawaban uang muka.

4. Pertanggungjawaban.
Uang muka perjalanan dinas harus dipertanggungjawabkan paling lambat
tujuh hari setelah perjalanan dinas berakhir. Pertanggung jawaban dibuat
berupa laporan uang muka yang diserta bukti transaksi (bon).
5. Sisa uang muka.
Sisa uang muka harus dikembalikan ke Baitul Maal saat pertanggungjawaban.

6. Biaya yang dapat ditanggung Baitul Maal.


Baitul Maal dapat menangung biaya-biaya perjalanan dinas sebagai berikut :
• Biaya registrasi atau pendaftaran seminar/lokakarya/pelatihan dan
sejenisnya.
• Biaya tiket perjalanan pulang pergi sebesar jenis angkutan yang
disetujui.
• Biaya dari dan ke Baitul Maal --- terminal/statsiun/bandara --- lokasi
acara, dengan rincian 2 X Rp. 15.000,00 dan 2 X Rp. 20.000,00.
• Biaya penginapan sebesar yang tercantum dalam kuitansi tempat
penginapan termasuk PPN dan pajak lainnya.
• Biaya akomodasi per hari per orang sebesar maksimal Rp. 100.000,00

7. Biaya yang tidak dapat ditanggung Baitul Maal.


Baitul Maal tidak dapat menanggung biaya-biaya sebagai berikut :
• Biaya jamuan lokasi acara, walaupun dengan bukti asli.
• Pembelian dengan mini-bar di hotel.
• Pembelian berbagai suovenir, atau perangkat akomodasi hotel.
• Biaya photo yang digunakan untuk kepentingan pribadi.
• Laundry

8. Jenis angkutan yang diizinkan.


Jenis angkutan yang diijinkan adalah sebagai berikut :
• Untuk perjalanan dalam pulau, maksimal menggunakan kereta api kelas
bisnis. Untuk perjalanan yang tidak dapat menggunakan kereta api,
dapat menggunakan tiket bis dengan kelas eksekutif, atau menggunakan
kendaraan yang disewa.
• Untuk perjalanan ke luar pulau, maksimal menggunakan pesawat terbang
dengan kelas ekonomi.
• Untuk perjalanan yang hanya memungkinkan satu kendaraan tertentu,
maka dipergunakan kendaraan tersebut.

9. Biaya dan tingkat penginapan yang diizinkan.


Hotel dan biaya yang diijinkan untuk didanai Baitul Maal adalah maksimal
hotel bintang tiga.
Baitul Maal tidak mengganti biaya-biaya yang telah ditanggung oleh
penyelenggara.

5.2.2. Biaya/Seminar/Lokakarya/Pelatihan /Sejenis


1. Permohonan
Permintaan dana untuk seminar/lokakarya/pelatihan dan sejenisnya harus
dibuat dengan bukti uang muka

2. Persetujuan
Bukti uang muka harus disetujui oleh Manager Baitul Maal

3. Bukti Asli
Bukti asli dari setiap transaksi yang tidak dibiayai secara lump-sum, harus
disertakan dan diserahkan ke bagian administrasi keuangan bersamaan
dengan waktu pertanggungjawaban uang muka.

4. Pertanggungjawaban
Uang muka untuk harus dipertanggungjawabkan paling lambat dalam waktu
tujuh hari setelah seminar/lokakarya/pelatihan selesai. Pertanggungjawaban
ini dilakukan dengan membuat laporan uang muka yang disertai dengan bukti
transaksi (seperti bon dan kuitansi).

5. Sisa uang muka


Sisa uang muka yang ada harus dikembalikan ke kas Baitul Maal bersamaan
dengan dengan pertanggungjawaban uang muka.

6. Biaya yang dapat ditanggung Baitul Maal


Baitul Maal dapat menanggung biaya-biaya sebagai berikut :
• Biaya perjalanan dinas seperti tercantum dalam kebijakan perjalanan dinas,
termasuk transportasi dan akomodasi.
• Biaya registrasi sesuai dengan tarif seminar/lokakarya/pelatihan dan
sejenisnya atau sebesar kuitansi asli.
• Biaya akomodasi per hari maksimal sebesar Rp. 100.000,-

7. Biaya yang tidak dapat ditanggung Baitul Maal


Baitul Maal tidak dapat menanggung biaya-biaya sebagai berikut :
• Biaya jamuan di lokasi acara, walaupun dengan bukti asli.
• Pembelian dengan mini-bar di hotel
• Pembelian berbagai souvenir, atau perangkat akomodasi hotel.
• Biaya photo yang digunakan untuk kepentingan pribadi.
• Laundry
Baitul Maal tidak menanggung biaya-biaya yang telah disediakan oleh
penyelenggara.

8. Jenis angkutan yang diijinkan


Jenis angkutan yang diijinkan adalah sebagai berikut :
• Untuk acara di dalam kota, baitul maal menanggung biaya transportasi
lokal berupa biaya angkutan kota pulang pergi dari baitul maal ke lokasi
acara.
• Untuk acara di luar kota, diatur seperti dalam kebijakan perjalanan dinas

9. Penginapan.
Jenis penginapam yang diijinkan adalah sebagai berikut :
• Untuk acara di dalam kota, Baitul Maal tidak menanggung biaya akomodasi
hotel.
• Untuk acara di luar kota, diatur seperti dalam kebijakan perjalanan dinas.

5.2.3. Transportasi Lokal


1. Penggunaan
Permintaan dana bagi transportasi lokal hanya disediakan untuk keperluan
Baitul Maal yang tidak termasuk untuk berangkat kerja atau pulang kerja.

2. Permohonan
Permintaan dana bagi transportasi lokal harus dibuat dengan bukti transportasi
lokal.

3. Persetujuan
Bukti transportasi lokal harus disetujui manajer yang bersangkutan dan
manajer administrasi keuangan.

4. Penggunaan Taksi
Penggunaan taksi dapat dilakukan jika dalam kondisi mendesak dengan seijin
manajer yang bersangkutan.

5.2.4. Allowence Makan Siang dan Lembur


1. Makan siang.
• Makan siang hanya disediakan untuk staff dan karyawan baitul maal atau
pihak lain yang berkerja untuk kepentingan baitul maal yang dalam
perjanjiannya ditanggung oleh baitul maal.
• Batas maksimum makan siang adalah Rp. 5.000,00 (lima ribu rupiah) untuk
setiap porsi.
• Jatah makan siang tidak dapat diuangkan.

2. Lembur.
• Makan malam untuk lembur hanya disediakan untuk staff dan karyawan
baitul maal atau pihak lain yang bekerja untuk kepentingan baitul maal
sampai melebihi pukul 20.00.
• Batas maksimum makan malam adalah Rp. 5.000,00 (lima ribu rupiah)
untuk setiap porsi.
• Jatah makan malam tidak dapat diuangkan.

5.2.4. Pengadaan Aktiva Tetap


1. Pengertian
Aktiva tetap adalah barang tidak bergerak yang usia ekonomisnya
diprediksikan lebih dari satu tahun.

2. Permohonan
Permohonan untuk pengadaan aktiva tetap dilakukan oleh bagian yang
memerlukan.

Permohonan dilakukan dengan membuat surat permintaan pembelian yang


ditandatangani oleh kepala bagian yang memerlukan.

3. Persetujuan
Persetujuan untuk pengadaan aktiva tetap dilakukan oleh :

JUMLAH TRANSAKSI OTORITAS


………s.d. Rp. 500.000,00 Kabag
Rp. 500.000 s.d. Rp. Rp. 1.000.000,00 Manager Baitul Maal
Rp. 1.000.000, s.d. Rp. 5.000.000,00 Manager Umum
Rp. 5.000.000, < ……………………. DPPEK

4. Penawaran harga
Setiap pembelian aktiva tetap dilakukan dengan jumlah minimal penawaran
oleh supplier sebagai berikut :

NILAI MINIMUM PENAWARAN


…………….. s.d. Rp. 1.000.000,00 Satu penawaran (beli langsung)
Rp. 1.000.000 s.d. Rp. 5.000.000,00 Dua penawaran
Rp. 5.000.000,00 < ……………… Tiga penawaran

5. Penentuan supplier
Pembelian dilakukan pada supplier yang menawarkan harga paling rendah
dengan kualitas yang setara. Saat dibutuhkan kualitas yang lebih, pembelian
dapat dilakukan pada supplier yang menawarkan harga lebih tinggi dengan
kualitas lebih baik.

6. Order pembelian
Setiap pembelian harus dilengkapi dengan order pembelian. Order pembelian
ditandatangani oleh manager administrasi keuangan.

7. Bukti asli pembelian.


Jika telah dilakukan pembayaran, setiap pembelian harus dilengkapi dengan
bukti asli faktur barang yang telah disahkan (dicap) oleh supplier.

8. Penjualan kembali dan disposal.


Penjualan kembali dan disposal aktiva tetap hanya dapat dilakukan dengan
persetujuan oleh pemegang persetujuan pembelian.

5.2.5. Pengadaan Jasa.


1. Pengertian
Pengadaan jasa adalah pengadaan terhadap kebutuhab yang tidak berupa
barang secara langsung, seperti cetakan, sofware, perbaikan bangunan, iklan.

2. Prosedur
Prosedur pengadaan jasa mengikuti prosedur pengadaan aktiva tetap.

5.2.6. Pengadaan Kebutuhan Lain.


1. Pengertian.
Kebutuhan lain adalah segala kebutuhan baitul maal yang tdiak termasuk
aktiva tetap maupun jasa. Termasuk di dalamnya ATK dankeperluan rumah
tangga.
2. Prosedur
Prosedur pengadaan kebutuhan lain dilakukan dengan mengikuti ketentuan
prosedur pengadaan aktiva tetap, kecuali untuk kebutuhan rutin sehari-hari
dapat dilakukan tanpa membuat order pembelian.

5.2.7. Tunjangan
1. Ketentuan jam kerja.
Setiap karyawan dan staff minimal bekerja dalam waktu 35 jam seminggu
pada jam kerja, yaitu antara pkl. 08.00 s.d. 16.00.
Setiap kelebihan jam kerja dihitung sebagai lembur.
Kerja yang dilakukan di luar jam kerja namun tidak mencapai jumlah 35 jam
per minggu tidak nilai sebagai lembur.

2. Ketentuan tunjangan umum


Ketentuan tunjangan dibuat berdasarkan kebijakan rapat manager dengan
ketentuan umum :
• Staff diusahakan mendapatkan tunjangan dari 30 % keuntungan Baitul
Mu’awanah atau dana program yang disetujui oleh donatur/grantor/rapat
manager.
• Karyawan dapat diberikan tunjangan dari dana program yang disetujui
donatur/grantor/rapat manager atau status sebagai amil zakat, yaitu tidak
melebihi sepertiga dana zakat yang masuk.

3. Ketentuan tunjangan lembur.


• Dokumen yang digunakan.
Untuk melakukan lembur digunakan keterangan lembur yang ditandatangai
oleh manager baitul maal.

• Tunjangan
Tunjangan lembur dihitung berdasarkan waktu efektif lembur yang
dihitung senilai Rp. 2.000,00 (dua ribu rupiah) setiap jamnya.
BAB I LAPORAN

1.1. PENDAHULUAN
Sistem laporan dari Baitul Mu’aawanah disusun dengan memperhatikan motivasi dan
kebutuhan pemakai laporan. Dengan demikian setiap laporan disusun secara berbeda
untuk setiap pemakai. Perbedaan tersebut secara garis besar terbagi menjadi laporan
internal dan laporan eksternal.

Untuk kebutuhan laporan tersebut dalam pedoman ini disajikan dengan dua bentuk,
yaitu :
1. Laporan Akuntansi Keuangan.
Laporan ini dibuat untuk kebutuhan pemakaian pihak eksternal.

2. Laporan Akuntansi Manajemen.


Laporan ini dibuat untuk kebutuhan pemakaian pihak internal.

1.2. LAPORAN AKUNTANSI KEUANGAN


Laporan akuntansi keuangan (selanjutnya disebut laporan keuangan) digunakan untuk
pertanggungjawaban pihak manajemen kepada pihak eksternal. Laporan disusun
berdasarkan data historis yang diolah secara intracomtable. Penyusunan laporan
tersebut mengikuti standar untuk organisasi nirlaba.

Laporan keuangan Baitul Mu’aawanah terdiri dari :.


1. Laporan Neraca.
2. Laporan Rugi Laba.
3. Laporan Arus Kas.

1.2.1. Laporan Neraca.


Laporan neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi atau keadaan
kekayaan Baitul Mu’aawanah pada tanggal tertentu. Laporan ini disajikan menurut
pos aktiva dan pasiva.
1.2.2. Laporan Rugi Laba
Laporan rugi laba merupakan laporan yang menggambarkan keuntungan atau
kerugian yang dialami Baitul Mu’aawanah dalam waktu tertentu.

1.2.3. Laporan Arus Kas.


Laporan arus kas menggambarkan sumber dan jumlah penerimaan serta pengeluaran
kas dan setara kas dalam periode tertentu.

Laporan ini terdiri dari :


1. Arus kas untuk operasional.
Arus kas ini menggambarkan penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas
untuk aktivitas sehari-hari dalam pengelolaan Baitul Mu’aawanah dalam
periode tertentu. Termasuk dalam aktivitas ini di antaranya adalah biaya
sekretariat, administrasi, transportasi dan tunjangan kesejahteraan pengelola.

2. Arus kas untuk investasi.


Arus kas ini menggambarkan penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas
untuk pembelian berbagai aktiva tetap yang menjadi kebutuhan Baitul
Mu’aawanah. Demikian pula dapat dilakukan investasi usaha sebagai
kemitraan usaha Baitul Mu’aawanah.

3. Arus kas untuk pembiayaan.


Arus kas ini menggambarkan penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas
untuk aktivitas pembiayaan. Termasuk di dalamnya adalah arus kas untuk
bagi hasil.

4. Arus kas untuk tabungan.


Arus kas ini menggambarkan penerimaan dan pengeluaran yang merupakan
tabungan nasabah, baik menabung maupunmengambil tabungan.

1.3. LAPORAN AKUNTANSI MANAJEMEN


Laporan akuntansi manajemen (selanjutnya disebut laporan manajemen) disajikan
untuk pihak internal dari program. Dalam hal ini pihak internal adalah BMM, DPPEK
dan KOWINA Jawa Barat. Laporan ini disajikan untuk kepentingan manajerial.
Laporan ini tidak diwajibkan untuk diaudit.

Laporan manajemen terdiri dari :


1. Laporan mingguan.
2. Laporan bulanan.
3. Laporan tiga bulanan.
4. Laporan tahunan.

1.3.1. Laporan mingguan


Laporan ini dibuat oleh manager Baitul Mu’aawanah pada setiap akhir minggu untuk
disampaikan kepada manager umum. Laporan ini cukup berisi laporan arus kas.

Untuk BMM tertentu yang menurut pertimbangan DPPEK memerlukan penangan


khusus dapat diberlakukan kewajiban laporan mingguan dari BMM kepada DPPEK.

1.3.2. Laporan bulanan.


Laporan ini dibuat oleh BMM (ditandatangani manager umum) setiap akhir bulan
untuk disampaikan kepada DPPEK. Laporan ini harus sudah diterima DPPEK satu
minggu sejak tutup bulan yang bersangkutan.

Laporan bulanan berisi :


1. Laporan rugi laba.
2. Laporan arus kas.
3. Data statistik bulanan.

1.3.3. Laporan tiga bulanan.


Laporan ini harus sudah diterima DPPEK satu minggu sejak tutup tiga bulan yang
bersangkutan.

Laporan tiga bulanan berisi :


1. Laporan rugi laba.
2. Laporan arus kas.
3. Laporan neraca.
4. Data statistik tiga bulanan.

1.3.4. Laporan tahunan.


Laporan ini harus sudah diterima DPPEK dua minggu sejak tutup tahun.

Laporan tahunan berisi :


1. Laporan neraca.
2. Laporan rugi laba.
3. Laporan arus kas.
4. Data statistik tahunan.
5. Rencana anggaran tahun depan.
BAB II KEBIJAKAN AKUNTANSI

2.1. PENDAHULUAN
Kebijakan akuntansi adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan sehingga diperoleh
kesamaan pengertian antara penyusun laporan akuntansi dan pemakai laporan
akuntansi. Kebijakan akutansi ini mengikuti PSAK Syari’ah.

2.2. PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN


Laporan keuangan disajikan berdasarkan konsep biaya historis. Transaksi dicatat
berdasarkan dasar akrual. Seluruh pencatatan dan pelaporan dilakukan dalam mata
uang rupiah.

Laporan arus kas disusun berdasarkan metode langsung yang dibagi ke dalam arus
kas berdasarkan kegiatan operasional, investasi dan pendistribusian.

2.3. AKUNTANSI DANA


Untuk memastikan pembatasan atau ketentuan pendanaan yang tersedia bagi Baitul
Mu’aawanah, asumsi Baitul Mu’aawanah disusun mengikuti prinsip-prinsip dari
akuntansi usaha.

2.4. PERIODE AKUNTANSI


Periode akuntansi adalah satu tahu menurut tahun kalender nasional (1Januari sampai
dengan 31 Desember). Untuk periode pertama dilakukan dari sejak berdiri sampai
dengan akhir tahun yang terdekat.

2.5. KAS DAN SETARA KAS


Semua investasi yang tidak dibatasi yang kurang dari tiga bulan diklasifikasikan ke
dalam kas dan setara kas.
2.6. AKTIVA TETAP
Aktiva tetap dicatat sebesar harga perolehannya. Penyusutan dihitung berdasarkan
metode garis lurus berdasarkan estimasi usia produktif aktiva tanpa nilai sisa.

Estimasi usia produktif aktiva tetap ditetapkan sebagai berikut :

JENIS AKTIVA TETAP USIA PRODUKTIF


Tanah dan hak atas tanah 20 tahun
Bangunan 20 tahun
Kendaraan 8 tahun
Komputer dan peralatannya 4 tahun
Furniture (mebelair) 4 tahun
Alat elektronik 4 tahun
Litelatur 2 tahun

Biaya-biaya pemeliharaan dan perbaikan aktiva tetap dibebankan pada saat terjadi.
Perbaikan dan atau penambahan yang signifikan dikapitalisasi. Aktiva tetap yang
tidak atau pembuangan (disposal) aktiva tetap, nilai terbawa dan akumulasi
depresiasinya dikurangkan dari total akumulasi. Keuntungan dan kerugian dari
transaksi ini dicatat pada periode berjalan.

2.7. AKTIVA TITIPAN


Aktiva titipan diungkapkan secara terpisah.

2.8. TRANSAKSI SEWA GUNA USAHA


Ditinjau dari sudut penyewa guna usaha, transaksi sewa guna usaha dikelompokkan
atas capital lease dan operating lease. Transaksi sewa guna usaha akan
dikelompokkan sebagai capitak lease apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Adanya hak opsi untuk membeli aktiva tersebut pada akhir masa sewa guna
usaha dengan harga yang telah disetujui pada saat dimulainya perjanjian sewa
guna usaha.
2. Seluruh pembayaran berkala ditambah dengan nilai sisa sama dengan harga
perolehan barang modal serta bunganya sebagai keuntungan perusahaan sewa
guna usaha.
3. masa sewa guna usaha minimal dua tahun.

Kalau salah satu kriteria tersebut di atas tidak terpenuhi, maka sewa guna usaha
tersebut dikelompokkan sebagai operating lease.

2.8.1. Capital lease.


1. Pada saat transaksi dicatat sebagai aktiva tetap sewa guna usaha. Kewajiban
sewa guna usaha sebesar bilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha
ditambah nilai sisa yang harus dibayar oleh penyewa guna usaha pada akhir
masa sewa guna usaha.
2. Setiap pembayaran sewa guna usaha dialokasikan dan dicatat sebagai
angsuran pokok kewajiban sewa guna usaha dan beban bungan berdasarkan
tingkat bunga yang ditetapkan.
3. Aktiva sewa guna usaha disusutkan sesuai dengan metode dan tarif
penyusutan aktiva tetap.
4. Jika aktiva yang disewa guna usaha dibeli sebelum berakhirnya masa sewa
guna usaha, maka perbedaan antara pembayaran yang dilakukan dengan sisa
kewajiban dibebankan atau dikreditkan pada tahun berjalan.
5. Dalam hal dilakukan penjuakan dan penyewaan kembali, maka transaksi
penjualan diperlakukan sebagai dua transaksi yang terpisah, yaitu transaksi
penjualan dan transaksi sewa guna usaha. Selisih antara harga jual dan nilai
tercatat aktiva yang dijual harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau
kerugian yang ditangguhkan. Amortisasi atas keuntungan atau kerugian yang
ditangguhkan harus dilakukan secara proporsional dengan biaya amortisasi
aktiva yang disewa guna usaha apa lease back merupakan capital leaseatau
secara proporsional dengan biaya sewa apabila leaseback merupakan operaing
lease.

2.8.2. Operating lease.


Pembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan merupakan biaya sewa yang
diakui berdasarkan metode garis lurus selama masa sewa guna usaha, meskipun
pembayaran sewa guna usaha dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap
periode.

2.9. PENGAKUAN PENDAPATAN


Pendapatan diakui sebagai pendapatan pada saat diterima. Jumlah komitmen dari
pendapatan yang diberikan secara bertahap, diungkapkan dalam laporan keuangan.
2.10. PENGAKUAN BEBAN
Semua beban dicatat pada saat transaksi terjadi. Pembayaran yang dilakukan terhadap
kegiatan yang belum pasti diketahui jumlahnya dicatat sebagai uang muka.

2.11. CAPITAL DAN REVENUE EXPENDITURE


Pengeluaran untuk aktiva tetap yang bersifat jangka panjang (memiliki masa manfaat
lebih dari satu tahun) dan nilainya sama atau lebih dari Rp. 200.000,00 untuk setiap
transaksi diperlakukan sebagai capital expenditure dan dicatat sebagai aktiva tetap
sesuai dengan klasifikasi aktiva yang bersangkutan dan disusutkan.

Pengeluaran untuk aktiva tetap yang memiliki masa manfaat kurang dari setahun dan
nilainya kurang dari Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) untuk setiap transaksi
diperlakukan sebagai revenue expenditure dan dibebankan untuk tahun yang berjalan.
Untuk keperluan pengendalian perlu dibuat Daftar Aktiva Tetap (dicatat secara
extracomtable.

Pembelian buku dan bahan litelatur lainnya, walaupun kurang dari jumlah nilai di
atas, dipandang sebagau aktiva tetap yang disusutkan selama dua tahun.

2.12. BIAYA PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN


Pengeluaran untuk pemeliharaan atau perbaikan suatu aktiva tetap akan dikapitalisir
menambah nilai aktiva tetap yang bersangkutan, jika menambah masa manfaat aktiva
tetap tersebut dan jumlahnya cukup material.

Jika pengeluaran untuk pemeliharaan atau perbaikan aktiva tetap tidak menambah
masa manfaat aktiva tetap yang bersangkutan namun jumlahnya cukup material,
maka pengeluaran tersebut dicatat sebagai beban pemeliharaan dan perbaikan yang
ditangguhkan.

Di luar kriteria tersebut di atas akan dicatat sebagai beban pemeliharaan dan
perbaikan aktiva tetap yang bersangkutan.

2.13. BIAYA PENDIDIKAN DAN LATIHAN


Seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk keperluan pendidikan dan latihan
dibebankan pada tahun berjalan.
2.14. TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING.
Transaksi yang terjadi dalam tahun berjalan berkenaan denganmata uang asing,
dicatat dengan kurs tukar pada saat transaksi terjadi. Aktiva moneter dan kewajiban
dalam mata uang asing pada saat tanggal pelaporan disesuaikan mengikuti kurs
tengah konversi Bank Indonesia.

Untuk tujuan analisis atau permintaan dari investor atau kreditur, laporan keuangan
dapat dikonversi ke dalam mata uang asing.

2.15. AKTIVA BERSIH


Aktiva bersih dicatat menurut sifatnya, yaitu tergantung ada tidaknya dengan
ketentuan yang menyertai perolehan dana atau aktiva tersebut. Aktiva bersih
dikategorikan sebagai berikut :
1. Aktiva bersih tidak terikat
2. Aktiva bersih terikat temporer
3. Aktiva bersih terikat permanen.
4. Aktiva bersih terikat total.

2.15.1. Aktiva bersih tidak terikat.


Aktiva bersih tidak terikat merupakan aktiva bersih yang penggunaannya bebas
sesuai dengan kebijakan BMM dengan mengindahkan syari’at, hukum dan etika. Di
antaranya, aktiva bersih tidak terikat berasal dari ;
1. Tabungan.
2. Keuntungan BMM.
3. Konversi dari aktiva tidak terikat.

2.15.2. Aktiva bersih terikat temporer.


Aktiva bersih terikat temporer merupakan aktiva bersih yang ketentuan
penggunaannya dari investor dalam masa tertentu. Aktiva bersih terikat temporer
berasal dari :
1. Tabungan berjangka.
2. Konversi aktiva terikat permanen.
3. Hasil investasi dari aktiva terikat yang ditentukan terikat temporer.
2.15.3. Aktiva bersih terikat permanen.
Aktiva bersih terikat permanen adalah aktiva bersih yang ketentuan penggunaannya
dari investor dibatasi namun untuk masa yang tidak dibatasi. Aktiva bersih terikat
permanen berasal dari investasi tetap.

2.15.4. Aktiva bersih terikat total.


Aktiva bersih terikat total adalah aktiva bersih yang ketentuan penggunaannya serta
waktunya dibatasi oleh investor atau kreditur. Aktiva bersih terikat total didapat dari :
1. Investasi berjangka.
2. Pinjaman.
BAB III PENGELOLAAN DANA

3.1. JENIS DANA


Jenis dana yang diperoleh Baitul Mu’aawanah terdiri dari :
1. Dana tidak terikat ; dana yang pengunaan dan waktunya tidak terbatas.
2. Dana terikat temporer ; dana yang penggunaannya tidak terbatas, namun
waktu pengunaannya dibatasi oleh investor.
3. Dana terikat permanen ; dana yang pengunaannya dibatasi oleh investor,
namun waktu penggunaannya tidak terbatas.
4. Dana terikat total ; dana yang penggunaan dan waktunya dibatasi oleh
investor atau kreditur.

3.2. PERUNTUKKAN
Setiap dana yang ada di Baitul Mu’aawanah harus mempunyai peruntukkan yang
jelas. Peruntukan tersebut disusun sesuai dengan jenis dana. Peruntukan ditetapkan
oleh kebijakan manajemen dan investor atau kesepakatan denan kreditur.

3.2.1. Kebijakan manajemen.


Dana yang peruntukkannya ditetapkan oleh kebijakan manajemen adalah dana tidak
terikat. Dana ini dapat dipergunakan sebagai dana operasional, investasi maupun
penggajian (tunjangan bagi pegawai).

Dalam penetuan peruntukkan tersebut, manajemen memperhatikan data statistik,


program kerja dan rencana anggaran tahunan.

3.2.2. Investor.
Dana yang berasal dari investor tertentu disusun peruntukkannya sesuai dengan
ketentuan yang disepakati dengan investor tersebut. Ketentuan tersebut harus
dilakukan dengan dokumen tertulis.
3.2.3. Kreditur.
Dana yang berkaitan dengan kreditur diperuntukkan sesuai dengan ketentuan dalam
kesepakatan pinjam meminjam dengan memperhatikan panduan operasional dalam
pedoman umum BMM.

3.3. PERUBAHAN
Perubahan peruntukkan dana oleh investor dapat terjadi karena dua cara :
1. Habis masa waktu peruntukkannya.
2. Perubahan ketentuan peruntukkan.
Perubahan ketentuan peruntukkan karena kebijakan atau keinginan investor
dapat dilakukan apabila tidak mengganggu atau merusak program yang
sedang berjalan sesuai dengan peruntukkan sebelumnya.

Perubahan peruntukkan harus dilakukan dengan sebuah dokumen tertulis.

3.4. PEMAKAIAN DANA TERIKAT UNTUK TUJUAN LAIN


Pada prinsipnya penggunaan dan terikat tidak diperkenankan untuk tujuan selain
ketentuan peruntukkannya. Namun dalam keadaan tertentu penggunaan untuk tujuan
lain tersebut dapat dilakukan dengan persetujuan investor atau kreditur dengan
memperhatikan ketentuan tentang aturan perubahan peruntukkan.

3.5. PROSEDUR PENGELOLAAN


1. Setiap dana yang diperoleh dimasukkan ke dalam rekening tersendiri sesuai
dengan jenisnya.
2. Untuk setiap dana terikat yang diperoleh dari investor atau kreditur tertentu
dimasukkan dalam rekening tersendiri.
3. Dana terikat yang umum dimasukkan dalam rekening umum sesuai dengan
jenis keterikatannya.
4. Untuk setiap rekening yang berbeda harus dilakukan pencatatan dan
pembukuan yang berbeda.
5. Penggunaan dana harus dilakukan sesuai dengan peruntukkan yang telah
ditetapkan.
6. Kebijakan manajemen untuk peruntukkannya sebagai dana pos tertentu hanya
berkaitan dengan nilai anggarannya saja. Adapun praktek penggunaannya di
lapangan disesuaikan dengan kondisi lapangan selama tidak keluar dari
kebijakan anggaran yang telah ditetapkan manajemen.
7. Untuk aktiva tetap yang diperoleh diupayakan mendapatkan status yang tidak
terikat, kecuali apabila dikehendaki oleh investor atau kreditur.
8. Laporan akuntansi yang dibuat harus dapat diakses dan diberitahukan kepada
investor, ke\reditur dan nasabah.
9. Konversi ke mata uang asing dapat dilakukan apabila ada permintaan dari
investor atau kreditur untuk dana laporan dana yang diberikannya.
10. Prinsip-prinsip pencatatan dilakukan agar proses penyimpanan dan
penggunaan dapat diaudit.
BAB IV PROSEDUR KEUANGAN

5.1. PROSEDUR AKUNTANSI OPERASIONAL


5.1.1. Pendahuluan
1. Pelaporan keuangan akuntansi dilakukan untuk mencapai standar kewajaran
dari laporan keuangan atas transaksi-transaksi yang sah.
2. Transaksi pengeluaran dianggap sah apabila :
3. Setiap pengeluaran harus berdasarkan pada anggaran yang telah ditetapkan.
4. Telah diotorisasi secara memadai.
5. Merupakan transaksi yang legal atau atas praktek yang sehat.
6. Merupakan bukti yang valid dan dapat dipercaya.
7. Pencatatan dilakukan mengikuti prinsip-prinsip akuntansi yang diatur dalam
standar akuntansi Indonesia. Pencatatan dianggap wajar apabila total
kesalahan pencatatan transaksi tidak melebihi batas materialitas. Kewajaran
atas laporan keuangan hanya dapat ditentukan oleh opini auditor.
8. Setiap pengeluaran di atas jumlah Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah) harus
melalui bank.
9. Penerimaan kas dalam jumlah melebihi Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah
harus disetor ke bank maksimal dalam satu hari kerja.
10. Pemberlakuan prosedur dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kondisi
menurut kebijakan DPPEK yang dipertanggungjawabkan kepada KOWINA.

5.1.2. Proses akuntansi


Secara umum proses akuntansi dilakukan sebagai berikut :
1. Transaksi dicatat dalam formulir yang disediakan.
2. Dicatat ke dalam buku tambahan.
3. Dimasukkan ke dalam komputer.
4. Secara periodik dicetak jurnal transaksi dan dikoreksi.
5. Setelah data tersebut valid, data diposting ke dalam general ledger.
6. Dicetak laporan.

Apabila penggunaan komputer akuntansi tidak memungkinkan, maka pencatatan


dilakukan dengan menggunakan tangan kemudian untuk laporan dibuat dengan pe-
ngetikan manual.

5.1.3. Prosedur umum.


Prosedur umum yang berlaku adalah :
1. Setiap transaksi harus diperiksa oleh yang berwenang dan ditandatangani.
2. Transaksi yang telah disetujui, diisi kode rekeningnya oleh staf akuntansi dan
diperiksa dan ditandatangani oleh manager keuangan.
3. Transaksi dimasukkan ke dalam komputer dan buku tambahan yang
relevan.Staf akuntansi mencocokkan buku besar dengan buku tambahan untuk
rekening yang sesuai.
4. Setiap periode laporan staf akuntansi mencetak laporan yang dibutuhkan
dalam periode tersebut untuk diperiksa.
5. Setelah mendapatkan pengesahan (tandatangan dari yang berwenang), maka
laporan disampaikan kepada pihak atasannya.
• Laporan Baitul Mu’aawanah ditandatangani manager Baitul
Mu’aawanah.
• Laporan BMM ditandangani Manager Umum.

5.1.4. Ketentuan otoritas kas dan bank


Otoritas setiap penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas ditetapkan sebagai
berikut :

NILAI TRANSAKSI OTORITAS


…………………s.d. Rp. 500.000,00 Kasir
Rp. 500.000,00 s.d. Rp. 2.000.000,00 Kabag II Adm Keuangan
Rp. 2.000.000,00 s.d. Rp. 5.000.000,00 Manager IV
Rp. 5.000.000,00 s.d. Rp. 10.000.000,00 Manager Umum
Rp. 10.000.000,00 s.d. …………………. DPPEK

5.1.5. Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran


Prosedur penerimaan dan pengeluaran yang berlaku adalah :
1. Setiap peneriman atau pengeluaran harus dibuatkan bukti penerimaan atau
pengeluaran sesuai dengan jenisnya (bank atau kas).
2. Bukti penerimaan atau pengeluaran harus dibuat dengan nomor urut.
3. Bukti penerimaan atau pengeluaran harus dilengkapi dengan bukti transaksi
asli.
4. Bukti penerimaan atau pengeluaran yang salah harus dicap “BATAL” dan
difile bersama dengan bukti penerimaan atau pengeluaran lainnya.
5. Bukti penerimaan dan pengeluaran harus diotorisasi sesuai dengan ketentuan
otorisasi.
6. bukti penerimaan dan pengeluaran dicatat pada buku penerimaan atau
pengeluaran sesuai jenisnya (bank atau kas).
7. Bukti penerimaan atau pengeluaran yang telah dicatat difile berdasarkan
nomor urut dalam file tersendiri.

5.1.6. Prosedur Pengisian kembali Kas Kecil.


Prosedur pengisian kembali kas kecil yang berlaku adalah :
1. Jika posisi kas telah mencapai jumlah kurang dari Rp. 500.000,00 (lima ratus
ribu rupiah) staf keuangan mempersiapkan bukti pengisian kembali kas kecil
satu rangkap dan mempersiapkan bukti pengeluaran bank untuk pengisian
kembali kas kecil.
2. Kasir menyerahkan pengisian kembali kas kecil kepada manager administrasi
keuangan beserta bukti pengeluaran bank untuk meminta persetujuan.
3. Manager administrasi keuangan memeriksa pengeluaran kas dan
menandatangani bukti pengeluaran bank.
4. Kasir mengambil uang di bank dan mencatatnya dalam buku kas.

5.1.7. Prosedur Akuntansi Umum


Prosedur akuntansi umum adalah prosedur yang tidak berkaitan dengan kas, bank
atau setara kas lainnya. Bukti yang dipakai pada transaksi ini adalah bukti umum.
Prosedur yang berlaku adalah sebagai berikut :
1. Setiap transaksi non kas dan bank yang terjadi harus dibuatkan bukti umum
(general voucher).
2. Bukti umum dibuat dengan nomor urut.
3. Bukti umum yang dibuat harus dilengkapi dengan bukti-bukti pendukung.
4. Setiap transaksi dengan bukti umum harus diotorisasi oleh Manager
Administrasi Keuangan.
5. Bukti umum yang telah dibuat, difile berdasarkan nomor urut dalam file
tersendiri.
5.1.8. Prosedur Filling.
Setelah proses transaksi, harus dilakukan filling atau penyimpinan dokumen dalam
file tersendiri untuk setiap jenis dokumen. Dokumen ini harus disimpan dalam tempat
yang aman dan terpelihara paling sedikit dalam waktu lima tahun. Untuk itu filling
dilakukan dengan prosedur :
1. Setiap jenis dokumen difile dalam folder tersendiri dan jangan dicampur
dengan lainnya.
2. Dokumen disusun berurut berdasarkan nomor urut transaksi. Jika sebagian
dokumen tidak mempunyai nomor, pengurutan dapat dilakukan dengan
berdasarkan tanggal atau abjad.
3. Bukti yang digunakan untuk transaksi yang menghasilkan dokumen tersebut
disimpan bersamaan sebagai lampiran dokumen tersebut.
4. Folder tempat file disimpan diberi nama dengan identifikasi :
• Nama dokumen.
• Waktu dokumen (bulan dan tahun) atau rentang nomor urut dokumen.
5. Dokumen yang mememrlukan penelusuran tersendiri harus dibuatkan
salinannya dan disimpan dalam file tersendiri.

5.2. PROSEDUR OPERASIONAL KEUANGAN


5.2.1. Prosedur Perjalanan Dinas.
Yang dimaksud perjalanan dinas adalah perjalanan untuk urusan Baitul Mu’aawanah
yang dilakukan untuk wilayah di luar kota dengan jarak minimal 15 km dari batas
kota.
1. Permohonan
Permintaan dana bagi perjalanan dinis dibuat dengan bukti uang muka.

2. Persetujuan uang muka.


Bukti uang muka harus disetujui manager Baitul Mu’aawanah.

3. Bukti asli.
Bukti asli dari setiap transaksi yang tidak dibiayai secara lump sum, harus
disertakan dan diserahkan ke bagian administrasi keuangan bersamaan dengan
waktu pertanggungjawaban uang muka.

4. Pertanggungjawaban.
Uang muka perjalanan dinas harus dipertanggungjawabkan paling lambat
tujuh hari setelah perjalanan dinas berakhir. Pertanggung jawaban dibuat
berupa laporan uang muka yang diserta bukti transaksi (bon).
5. Sisa uang muka.
Sisa uang muka harus dikembalikan ke Baitul Mu’aawanah saat
pertanggungjawaban.

6. Biaya yang dapat ditanggung Baitul Mu’aawanah.


Baitul Mu’aawanah dapat menangung biaya-biaya perjalanan dinas sebagai
berikut :
• Biaya registrasi atau pendaftaran seminar/lokakarya/pelatihan dan
sejenisnya.
• Biaya tiket perjalanan pulang pergi sebesar jenis angkutan yang
disetujui.
• Biaya dari dan ke Baitul Maal --- terminal/statsiun/bandara --- lokasi
acara, dengan rincian 2 X Rp. 15.000,00 dan 2 X Rp. 20.000,00.
• Biaya penginapan sebesar yang tercantum dalam kuitansi tempat
penginapan termasuk PPN dan pajak lainnya.
• Biaya akomodasi per hari per orang sebesar maksimal Rp. 100.000,00

7. Biaya yang tidak dapat ditanggung Baitul Mu’aawanah.


Baitul Mu’aawanah tidak dapat menanggung biaya-biaya sebagai berikut :
• Biaya jamuan lokasi acara, walaupun dengan bukti asli.
• Pembelian dengan mini-bar di hotel.
• Pembelian berbagai suovenir, atau perangkat akomodasi hotel.
• Biaya photo yang digunakan untuk kepentingan pribadi.
• Laundry

8. Jenis angkutan yang diizinkan.


Jenis angkutan yang diijinkan adalah sebagai berikut :
• Untuk perjalanan dalam pulau, maksimal menggunakan kereta api kelas
bisnis. Untuk perjalanan yang tidak dapat menggunakan kereta api,
dapat menggunakan tiket bis dengan kelas eksekutif, atau menggunakan
kendaraan yang disewa.
• Untuk perjalanan ke luar pulau, maksimal menggunakan pesawat terbang
dengan kelas ekonomi.
• Untuk perjalanan yang hanya memungkinkan satu kendaraan tertentu,
maka dipergunakan kendaraan tersebut.

9. Biaya dan tingkat penginapan yang diizinkan.


Hotel dan biaya yang diijinkan untuk didanai Baitul Mu’aawanah adalah
maksimal hotel bintang tiga.

Baitul Mu’awanah tidak mengganti biaya-biaya yang telah ditanggung oleh


penyelenggara.

5.2.2. Biaya/Seminar/Lokakarya/Pelatihan /Sejenis


1. Permohonan
Permintaan dana untuk seminar/lokakarya/pelatihan dan sejenisnya harus
dibuat dengan bukti uang muka

2. Persetujuan
Bukti uang muka harus disetujui oleh Manager Baitul Mu’aawanah

3. Bukti Asli
Bukti asli dari setiap transaksi yang tidak dibiayai secara lump-sum, harus
disertakan dan diserahkan ke bagian administrasi keuangan bersamaan
dengan waktu pertanggungjawaban uang muka.

4. Pertanggungjawaban
Uang muka untuk harus dipertanggungjawabkan paling lambat dalam waktu
tujuh hari setelah seminar/lokakarya/pelatihan selesai. Pertanggungjawaban
ini dilakukan dengan membuat laporan uang muka yang disertai dengan bukti
transaksi (seperti bon dan kuitansi).

5. Sisa uang muka


Sisa uang muka yang ada harus dikembalikan ke kas Baitul Mu’aawanah
bersamaan dengan dengan pertanggungjawaban uang muka.

6. Biaya yang dapat ditanggung Baitul Mu’aawanah


Baitul Mu’aawanah dapat menanggung biaya-biaya sebagai berikut :
• Biaya perjalanan dinas seperti tercantum dalam kebijakan perjalanan dinas,
termasuk transportasi dan akomodasi.
• Biaya registrasi sesuai dengan tarif seminar/lokakarya/pelatihan dan
sejenisnya atau sebesar kuitansi asli.
• Biaya akomodasi per hari maksimal sebesar Rp. 100.000,-

7. Biaya yang tidak dapat ditanggung Baitul Mu’aawanah


Baitul Mu’aawanah tidak dapat menanggung biaya-biaya sebagai berikut :
• Biaya jamuan di lokasi acara, walaupun dengan bukti asli.
• Pembelian dengan mini-bar di hotel
• Pembelian berbagai souvenir, atau perangkat akomodasi hotel.
• Biaya photo yang digunakan untuk kepentingan pribadi.
• Laundry
• Baitul Mu’aawanah tidak menanggung biaya-biaya yang telah disediakan
oleh penyelenggara.

8. Jenis angkutan yang diijinkan


Jenis angkutan yang diijinkan adalah sebagai berikut :
• Untuk acara di dalam kota, Baitul Mu’aawanah menanggung biaya
transportasi lokal berupa biaya angkutan kota pulang pergi dari Baitul
Mu’aawanah ke lokasi acara.
• Untuk acara di luar kota, diatur seperti dalam kebijakan perjalanan dinas

9. Penginapan.
Jenis penginapam yang diijinkan adalah sebagai berikut :
• Untuk acara di dalam kota, Baitul Mu’aawanah tidak menanggung biaya
akomodasi hotel.
• Untuk acara di luar kota, diatur seperti dalam kebijakan perjalanan dinas.

5.2.3. Transportasi Lokal


1. Penggunaan
Permintaan dana bagi transportasi lokal hanya disediakan untuk keperluan
Baitul Mu’aawanah yang tidak termasuk untuk berangkat kerja atau pulang
kerja.

2. Permohonan
Permintaan dana bagi transportasi lokal harus dibuat dengan bukti transportasi
lokal.

3. Persetujuan
Bukti transportasi lokal harus disetujui manajer yang bersangkutan dan
manajer administrasi keuangan.

4. Penggunaan Taksi
Penggunaan taksi dapat dilakukan jika dalam kondisi mendesak dengan seijin
manajer yang bersangkutan.
5.2.4. Allowence Makan Siang dan Lembur
1. Makan siang.
• Makan siang hanya disediakan untuk staff dan karyawan Baitul
Mu’aawanah atau pihak lain yang berkerja untuk kepentingan Baitul
Mu’aawanah yang dalam perjanjiannya ditanggung oleh Baitul
Mu’aawanah.
• Batas maksimum makan siang adalah Rp. 5.000,00 (lima ribu rupiah) untuk
setiap porsi.
• Jatah makan siang tidak dapat diuangkan.

2. Lembur.
• Makan malam untuk lembur hanya disediakan untuk staff dan karyawan
Baitul Mu’aawanah atau pihak lain yang bekerja untuk kepentingan Baitul
mu’aawanah sampai melebihi pukul 20.00.
• Batas maksimum makan malam adalah Rp. 5.000,00 (lima ribu rupiah)
untuk setiap porsi.
• Jatah makan malam tidak dapat diuangkan.

5.2.4. Pengadaan Aktiva Tetap


1. Pengertian
Aktiva tetap adalah barang tidak bergerak yang usia ekonomisnya
diprediksikan lebih dari satu tahun.

2. Permohonan
Permohonan untuk pengadaan aktiva tetap dilakukan oleh bagian yang
memerlukan.

Permohonan dilakukan dengan membuat surat permintaan pembelian yang


ditandatangani oleh kepala bagian yang memerlukan.

3. Persetujuan
Persetujuan untuk pengadaan aktiva tetap dilakukan oleh :
JUMLAH TRANSAKSI OTORITAS
………s.d. Rp. 500.000,00 Kabag
Rp. 500.000 s.d. Rp. Rp. 1.000.000,00 Manager Baitul Maal
Rp. 1.000.000, s.d. Rp. 5.000.000,00 Manager Umum
Rp. 5.000.000, < ……………………. DPPEK
4. Penawaran harga
Setiap pembelian aktiva tetap dilakukan dengan jumlah minimal penawaran
oleh supplier sebagai berikut :
NILAI MINIMUM PENAWARAN
…………….. s.d. Rp. 1.000.000,00 Satu penawaran (beli langsung)
Rp. 1.000.000 s.d. Rp. 5.000.000,00 Dua penawaran
Rp. 5.000.000,00 < ……………… Tiga penawaran

5. Penentuan supplier
Pembelian dilakukan pada supplier yang menawarkan harga paling rendah
dengan kualitas yang setara. Saat dibutuhkan kualitas yang lebih, pembelian
dapat dilakukan pada supplier yang menawarkan harga lebih tinggi dengan
kualitas lebih baik.

6. Order pembelian
Setiap pembelian harus dilengkapi dengan order pembelian. Order pembelian
ditandatangani oleh manager administrasi keuangan.

7. Bukti asli pembelian.


Jika telah dilakukan pembayaran, setiap pembelian harus dilengkapi dengan
bukti asli faktur barang yang telah disahkan (dicap) oleh supplier.

8. Penjualan kembali dan disposal.


Penjualan kembali dan disposal aktiva tetap hanya dapat dilakukan dengan
persetujuan oleh pemegang persetujuan pembelian.

5.2.5. Pengadaan Jasa.


1. Pengertian
Pengadaan jasa adalah pengadaan terhadap kebutuhab yang tidak berupa
barang secara langsung, seperti cetakan, sofware, perbaikan bangunan, iklan.

2. Prosedur
Prosedur pengadaan jasa mengikuti prosedur pengadaan aktiva tetap.

5.2.6. Pengadaan Kebutuhan Lain.


1. Pengertian.
Kebutuhan lain adalah segala kebutuhan Baitul Mu’aawaanah yang tidak
termasuk aktiva tetap maupun jasa. Termasuk di dalamnya ATK dan keperluan
rumah tangga.

2. Prosedur
Prosedur pengadaan kebutuhan lain dilakukan dengan mengikuti ketentuan
prosedur pengadaan aktiva tetap, kecuali untuk kebutuhan rutin sehari-hari
dapat dilakukan tanpa membuat order pembelian.

5.2.7. Tunjangan
1. Ketentuan jam kerja.
Setiap karyawan dan staff minimal bekerja dalam waktu 35 jam seminggu
pada jam kerja, yaitu antara pkl. 08.00 s.d. 16.00.
Setiap kelebihan jam kerja dihitung sebagai lembur.
Kerja yang dilakukan di luar jam kerja namun tidak mencapai jumlah 35 jam
per minggu tidak nilai sebagai lembur.

2. Ketentuan tunjangan umum


Ketentuan tunjangan dibuat berdasarkan kebijakan rapat manager dengan
ketentuan umum :
• Staff diusahakan mendapatkan tunjangan dari 30 % keuntungan Baitul
Mu’awanah atau dana program yang disetujui oleh investor/kreditur/rapat
manager.
• Karyawan dapat diberikan tunjangan dari dana program yang disetujui
investor/kreditur/rapat manager.

3. Ketentuan tunjangan lembur.


• Dokumen yang digunakan.
Untuk melakukan lembur digunakan keterangan lembur yang ditandatangai
oleh manager baitul maal.

• Tunjangan
Tunjangan lembur dihitung berdasarkan waktu efektif lembur yang
dihitung senilai Rp. 2.000,00 (dua ribu rupiah) setiap jamnya.
PENUTUP

Pedoman akuntansi adalah prosedur penjaga dan pengembang dari BMM. Tanpa
pedoman akuntansi akan terjadi kesimpang siuran pengelolaan keuangan yang pada
akhirnya akan mempersulitka pengelolaan, pengembangan serta pemelihraan
akuntabilitas publik dari BMM.

Keberhasilan penerapan pedoman akuntansi menjadi tolok ukur keberhasilan program


BMM. Keberhasilan tersebut membutuhkan disiplin, kesungguhan dan upaya
maksimal dari seluruh komponen yang terlibat untuk mentaati pedoman akuntansi ini.

Hanya kepada Allah do’a dipanjatkan. Semoga semua komponen yang terlibat dalam
pelaksanaan pedoman akunansi ini mendapat hidayah, taufik dan inayah sehingga
dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik disertai penuh keikhlasan.

Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin. Wa al-shalaatu wa al-salaamu ‘alaa sayyidina


Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi aj’maiin.

Rabbanaa taqabbal minna innaka anta al-sami’u al ‘alim, wa tub ‘alaina innaka anta
al-tawwabu al-rahiim.

Allahumma iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin ihdina al-shiratha al mustaqim


shiratha al-ladziina an’amta ‘alaihim ghairil maghdhubi ‘alaihim wala al-dhaallin.

Rabbanaa aatinaa fi al-dunya hasanah wa fi al-aakhirati hasanah wa qinaa adzaaba al-


naar.

Wa shallallaahu ‘alaa sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa


sallam. Wal hamdu lillahi rabbi al-aalamiin.
KATA PENGANTAR

Segala puji milik Allah SWT, tuhan seru sekalian alam, pemberi segala
nikmat, karunia dan berkah. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah
Muhammad s.a.w., keluarganya, sahabatnya serta umatnya yang senantiasa berupaya
untuk mengikuti tuntunannya.

Pedoman akuntansi ini adalah petunjuk pelaksanaaan prosedur akuntansi yang


dilaksankan oleh Baitul Maal wal Mu’aawaanah (BMM) yang dikembangkan oleh
KOWINA Jawa Barat. Pedoman ini merupakan upaya untuk mengontrol dan
mengembangkan BMM tersebut dengan tetap memelihara akuntabilitas publik.

Tim penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam melakukan kajian dan penyusunan pedoman ini. Secara khusus
disampaikan kepada Lembaga Perekonomian Nahdlatul ‘Ulama Jawa Barat, Ketua
Iqbal Abieza Mahardika Foundation – sdr. Muhammad Wahyudin – serta sahabat-
sahabat anggota GP Ansor yang telah terlibat dalam studi lapangan.

Tim penyusun berdo’a kepada Allah SWT agara memberikan berkah dan
kemanfaatan dari pedoman ini, sehingga menjadi amal shalih yang menjadi landasan
untuk amar ma’ruf nahyi munkar.

Kepada seluruh pembaca, pengguna dan penerima manfaat dimohon keikhlasannya


untuk memberikan masukan, saran, kritik serata ide-ide lainnya untuk perbaikan dari
pedoman ini.

Allohummar zuqnaa ‘ilman naafi’an wa ‘amalan maqbulan wa rizwan halalan


thayyiban waasi’an nishaaban birahmatika ya Arhama al-rahimiin. Amin Ya mujiba
al-saailin.

Tim Penyusun
DPPEK KOWINA JAWA BARAT

You might also like