Professional Documents
Culture Documents
berkaitan
berkaitan dengan operasi bentuk aljabar serta kemampuan siswa yang rendah
dalam menyederhanakan masalah operasi bentuk aljabar. Selain aljabar, geometri
juga dianggap sulit oleh sebagian besar siswa. Pada dasarnya geometri menempati
peluang yang lebih besar untuk dipahami siswa dibandingkan dengan cabang
matematika yang lain karena ide-ide geometri sudah dikenal siswa sebelum
mereka masuk sekolah, seperti garis, bidang, dan ruang, namun bukti-bukti di
lapangan menunjukkan hasil belajar geometri masih rendah dan perlu ditingkatkan
(Abdussakir, 2009). Soedjadi (Bariyah, 2010) mengungkapkan bahwa masih
banyak siswa yang mengalami kesulitan dan adanya kesalahan konsep pada
pembelajaran geometri.
Guru perlu mengetahui kesulitan siswa dalam mempelajari materi tertentu,
salah satunya materi persamaan garis lurus. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Tanjungsari (2012) dalam mengdiagnosis kesulitan belajar
Matematika SMP pada materi persamaan garis lurus, kesulitan siswa meliputi: (1)
kesulitan dalam kemampuan menerjemahkan (linguistic knowledge) ditunjukkan
dengan kesalahan dalam penafsiran bahasa soal; (2) kesulitan dalam
menggunakan prinsip, ditunjukkan siswa tidak memahami variabel, kurangnya
penguasaan aljabar dan kurangnya kemampuan memahami (schematic knowledge)
yang ditunjukkan dengan kesalahan mengubah bentuk persamaankesulitan
menerapkan prinsip dan kesalahan operasi bilangan; (3) kesulitan dalam
menggunakan konsep ditunjukkan dengan ketidakmampuan untuk mengingat
konsep, ketidakmampuan mendeduksi informasi konsep dan kurangnya
kemampuan memahami (schematic knowledge) yang ditunjukkan dengan kurang
lengkap menuliskan rumus; dan (4) kesulitan dalam kemampuan algoritma
meliputi kurangnya kemampuan perencanaan (strategy knowledge) dan dalam
kemampuan penyelesaian (algorithmic knowledge) ditunjukkan dengan tidak
mengerjakan soal, belum selesai, dan kurangnya ketelitian mengerjakan.
Dari penelitian yang dilakukan Tanjungsari terlihat kesulitan siswa dilihat
dari segi aljabar. Pada pembelajaran persamaan garis lurus di SMP dipelajari
grafik persamaan garis lurus, kemiringan persamaan garis lurus dan persamaan
garis lurus. Ditinjau dari isi materi, persamaan garis lurus juga memuat geometri.
Bisa dikatakan bahwa persamaan garis lurus merupakan bagian dari aljabar dan
geometri. Siswa bisa kesulitan memahami persamaan garis lurus bukan hanya dari
segi aljabar tapi juga dari segi geometri
Suryadi (2010) mengemukakan bahwa proses berpikir guru dalam konteks
pembelajaran terjadi pada 3 fase yaitu sebelum pembelajaran, pada saat
pembelajaran berlangsung, dan setelah pembelajaran. Kecenderungan proses
berpikir sebelum pembelajaran yang lebih berorientasi pada penjabaran tujuan
berdampak pada proses penyiapan bahan ajar serta minimnya antisipasi terutama
yang bersifat didaktis. Penyiapan bahan ajar pada umumnya hanya didasarkan
pada model sajian yang tersedia dalam buku-buku acuan tanpa melalui proses
rekontekstualisasi dan repersonalisasi. Padahal, sajian materi matematika dalam
buku acuan, baik berupa uraian konsep, pembuktian, atau penyelesaian contoh
masalah, sebenarnya merupakan sintesis dari suatu proses panjang yang berakhir
pada proses dekontekstualisasi dan depersonalisasi. Selain itu, proses belajar
matematika yang cenderung diarahkan pada berpikir imitatif, berdampak pada
kurangnya antisipasi didaktis yang tercermin pada persiapan yang dilakukan guru.
Rencana pembelajaran biasanya kurang mempertimbangkan keragaman respon
siswa atau situasi didaktis yang dikembangkan sehingga rangkaian situasi didaktis
yang dikembangkan berikutnya kemungkinan besar tidak lagi sesuai dengan
lintasan belajar (learning trajectory) masing-masing siswa. Lebih jauh, proses
belajar matematika yang idealnya dikembangkan mengarah pada proses redekontekstualisasi dan re-depersonalisasi belum menjadi pertimbangan utama
bagi para guru di lapangan.
. Persamaan garis lurus perlu dipelajari secara utuh agar tidak ada
kesalahan konsep ataupun bagian yang hilang dari konsep yang dipelajari. Dengan
demikian, perlu adanya suatu proses perencanaan pembelajaran yang disusun
sebagai rancangan pembelajaran berdasarkan kepada kesulitan siswa disebut
dengan desain didaktis. Desain didaktis ini disusun berdasarkan learning obstacle
yang ditemukan pada siswa. Dengan harapan bahwa desain didaktis ini dapat
mengatasi hambatan-hambatan belajar siswa dalam memahami materi persamaan
garis lurus. Sehingga, dapat terbentuk pemahaman yang utuh pada proses berpikir
siswa dan dapat mengaplikasikan konsep yang dipelajari.