Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Di Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 64.25 % yang terdiri dari
54,89% dismenore primer dan 9,36 % dismenore sekunder. Bagi sebagian wanita,
menstruasi dapat membuat rasa cemas karena disertai rasa nyeri ketika
menstruasi tiba. Salah satu faktor penyebab dari dismenorea adalah status gizi.
Berdasarkan studi pendahuluan dari 20 remaja putri di SMA NU AL-MARUF
KUDUS, didapatkan 15 remaja putri yang mengalami nyeri haid saat menstruasi
dan 2 remaja putri diantaranya dengan status gizinya normal, dan 13 remaja
putri status gizi kurang, sedangkan 5 remaja putri yang tidak mengalami nyeri
haid dengan status gizi kurang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
Hubungan status gizi dengan kejadian dismenorea remaja putri kelas X di SMA
ISLAM Al-Hikmah Jepara.
Metode dalam penelitian ini adalah analitik dengan Pendekatan Cross
sectional Populasi sebanyak 201 responden. Sampel dalam penelitian ini adalah
remaja putri kelas X di SMA NU Al-Maruf Kudus sebanyak 134 responden
dengan teknik Proportionet Stratified Random Sampling. Data dikumpulkan
dengan metode observasi untuk menentukan status gizi melalui penimbangan
berat badan dan pengukuran tinggi badan, sedangkan kejadian dismenorea
dengan metode angket melalui kuesioner. Data diolah secara editing, coding,
scoring, tabulating dan entry data. Dan dianalisa secara univariat dan bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan uji statistik Exact Fisher
dengan menggunakan program SPSS 12 for windows diperoleh p value : 0,687
dan nilai hasil uji Exact Fisher pada : 0,05 yang menunjukkan exact Sig(2sided) = 0,687 ( p value > 0,05). Sehingga p value > 0,05 menunjukkan Ho
diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan antara status gizi dengan
kejadian dismenorea remaja putri di SMA Islam Al-Hilmah Jepara.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu remaja putri yang diketahui
sebagian besar responden dengan status gizi normal mengalami dismenorea
primer sebanyak 69 responden (68,4%) sedangkan sebagian kecil status gizi
gemuk juga mengalami kejadian dismenorea primer yaitu sebanyak 2 responden
(1,9%).
Saran bagi remaja putri supaya dapat menjadi sumber informasi yang
memberikan tambahan ilmu pengetahuan tentang dismenorea pada remaja putri
dan status gizi bagi perkembangan dan pertumbuhan remaja.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan
manusia yang sering disebut sebagai masa pubertas yaitu masa peralihan
dari anak-anak ke masa dewasa. Pada tahap ini remaja akan mengalami
suatu perubahan fisik, emosional dan sosial sebagai ciri dalam masa
pubertas, dan dari berbagai ciri pubertas tersebut , menstruasi merupakan
perbedaan yang mendasar antara pubertas pria dan pubertas wanita (
Panuju dan Umami, 2005; h.4).
Menurut WHO usia remaja merupakan suatu periode transisi dalam
upaya menemukan jati diri dan kedewasaan biologis serta psikologi. Usia
tersebut merupakan periode kritis sehingga perlu dibina dan dibimbing
dengan benar. Remaja yang dimaksud adalah mereka yang berusia antara
10 19 tahun. Menurut hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
tahun 1994 jumlah penduduk usia 10 19 tahun mencakup 22,9 % dari
jumlah penduduk Indonesia (Dinkes, 2001).
Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya
merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang
remaja putri sedang menginjak dewasa, dan sebagai tanda sudah mampu
hamil. Namun perlu diingat bahwa jiwa remaja masih belum stabil dan
belum mampu mandiri secara ekonomi maupun sosial. Usia remaja putri
saat mengalami menarche bervariasi, yaitu antara usia 10- 16 tahun, tetapi
rata- rata pada usia 12 13 tahun keadaan tersebut sudah terjadi. Statistik
menunjukan bahwa usia menstruasi dipengaruhi faktor keturunan, keadaan
gizi dan kesehatan umum ( sarwono, 2006).
Jika seorang anak perempuan kedatangan menstruasi pertama
untuk pertama kali, hal ini bisa menjadi saat yang mengecewakan baginya.
Anak-anak perempuan yang tidak mengenal tubuh dan proses reproduksi
mereka, bisa mengira bahwa menstruasi merupakan bukti adanya penyakit
atau hukuman akan tingkah laku yang buruk. Anak-anak perempuan yang
tidak diajari untuk menganggap menstruasi sebagai fungsi tubuh normal
akan merasa malu dan merasa kotor saat menstruasi pertama mereka.
Bahkan, saat menstruasi akhirnya dikenalinya sebagai proses yang normal,
perasaan kotor bisa tinggal sampai masa dewasanya. Akan tetapi, dalam
tahun-tahun belakangan ini, pendidikan anatomi dan fisiologi yang lebih
baik telah menjadikan anak-anak perempuan menerima kedatangan
menstruasi. (Maulana, 2009; h.122-123).
B.
C.
D.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Konsep Dasar Remaja
a. Pengertian
Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika
dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang ditentukan pada
keadaan remaja saat ini. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi
perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja itu
sendiri. Remaja yang sehat merupakan remaja yang produktif dan
kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. Oleh karena itu,
pemahaman terhadap tumbuh kembang remaja menjadi sangat penting
untuk menilai keadaan remaja.
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak- anak ke
masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Menurut
beberapa ahli, selain istilah pubertas digunakan juga istilah adolesens.
Para ahli merumuskan bahwa istilah pubertas digunakan untuk
menyatakan perubahan biologis baik bentuk maupun fisiologis yang
terjadi dengan cepat dari masa anak-anak ke masa dewasa, terutama
perubahan alat reproduksi. Sedangkan istilah adolesens lebih ditekan
pada perubahan psikologi atau kematangan yang menyertai masa
pubertas (Soetjiningsih, 2004) (Poltekes Depkes, 2011; h.1).
Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi tentang remaja lebih
konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan 3 kriteria yaitu
biologis, psikologis dan sosial ekonomi. Remaja adalah suatu masa
dimana:
1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan
tanda-tanda seksual sekundernya sampai ia mencapai kematangan
seksual.
2) Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola
identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
3) Terjadi peralihan ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh
kepada yang relatif mandiri
(Sarwono, 2010; h. 11-12).
Ditinjau dari kesehatan WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun
sebagai batasan usia remaja. Selanjutnya WHO menyatakan walaupun
definisi di atas didasarkan pada usia kesuburan wanita, batasan tersebut
berlaku juga untuk remaja pria dan WHO membagi kurun usia tersebut
dalam 2 bagian yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20
tahun (Sarwono, 2010; h.12).
Sementara itu definisi remaja untuk masyarakat Indonesia adalah
menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah dengan
pertimbangan sebagai berikut:
1) Usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda
seksual sekunder mulai tampak (kriteria fisik).
terbagi atas : masa remaja awal (10 13 tahun), masa remaja tengah
(14 16 tahun ), masa remaja akhir (17 19 tahun ) (Poltekes Depkes,
2010; h.1).
2. Statuz Gizi
Ilmu gizi merupakan (Nutrition Science) adalah ilmu yang
mempelajari segala sesuatu tentang makanan yang berhubungan dengan
kesehatan masyarakat. Di satu sisi ilmu gizi berkaitan dengan makanan
dan di sisi lain berkaitan dengan tubuh manusia.
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi kurang, baik dan
lebih (Almatsier, 2001).
Status gizi merupakan bagian penting dari kesehatan seseorang. Gizi
yang kurang akan mempengaruhi pertumbuhan, fungsi organ tubuh juga
akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini berdampak
pada gangguan haid termasuk dismenorea, tetapi akan membaik bila
asupan nutrisinya baik.
Rumus Indeks Massa Tubuh =
kecoklatan, ganti pembalut 2-5 perhari, dan hal tersebut terjadi akibat
penurunan kadar progesteron (Hestiantoro, 2008).
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dimana darah
berasal dari endometrium. Menstruasi terjadi sekitar 14 hari sesudah
ovulasi pada siklus 28 hari. Lama menstruasi adalah lima hari (rentang
tiga sampai enam hari) ( Yuni Kusmiyati, 2009; h.29).
Pada umumnya remaja putri mengetahui tentang menstruasi dan
gangguan yang menyertainya dari ibunya, tapi tidak semua ibu
memberikan informasi yang memadai kepada putrinya bahkan
sebagian tidak membicarakan secara terbuka sampai putrinya
mengalami menstruasi. Sehingga hal ini menimbulkan kecemasan
pada anak, bahkan sering tumbuh keyakinan bahwa menstruasi itu
sesuatu yang tidak menyenangkan atau serius ( Panuju dan Umami,
2005).
4. Konsep Dasar Dismenorea
a. Pengertian
Dismenorea merupakan gangguan fisik yang berupa nyeri (kram
perut). Dismenorea merupakan nyeri sebelum, sewaktu, dan sesudah
haid. Gangguan ini biasanya mulai terjadi pada 24 jam sebelum
terjadinya perdarahan menstruasi dan dapat terasa 24 36 jam. Kram
tersebut terutama dirasakan di daerah perut bagian bawah menjalar ke
punggung atau permukaan dalam paha. Pada kasus dysmenorea berat
nyeri kram dapat disertai dengan muntah dan diare (Andira, 2010; h.
39-40).
Dismenorea atau dasar dari nyeri haid pada wanita merupakan
suatu gejala dan bukan suatu penyakit yang diakibatkan oleh
hiperkontraktilitas uterus yang disebabkan oleh Prostaglandin.
Prostaglandin hanya dapat menimbulkan rasa nyeri, itu terjadi bila
mana kadar progesteron dalam darah rendah (Sarwono, 2006).
b. Klasifikasi Dismenorea
1) Dismenorea primer (spasmodik) : terjadi sejak pertama haid,
biasanya tanpa ada kelainan alat kandungannya. Biasanya dimulai
pada saat seorang wanita berumur 2 3 tahun setelah menarche
dan mencapai puncaknya pada usia 15 25 tahun (Andira, 2010; h.
40).
2) Dismenorea sekunder : terjadi kemudian, dan biasanya disertai
adanya kelainan. Dismenorea ini sangat jarang terjadi. Biasanya
terjadi pada wanita yang berusia sebelum 25 tahun dan dapat
terjadi pada 25 % wanita yang mengalami dismenorea (Andira,
2010; 40-41).
c. Penyebab dismenorea
1) Penyebab dismenorea primer
Peningkatan kontraksi rahim yang dirangsang oleh prostaglandin
(salah satu hormon di dalam tubuh yang menyebabkan terjadinya
kontraksi pembuluh pembuluh darah dan penurunan aliran darah
sehingga menyebabkan terjadinya proses iskhemia dan necrosis
pada sel sel dan jaringan. Nyeri semakin hebat ketika bekuan
atau potongan jaringan dari lapisan rahim melewati serviks / leher
rahim terutama bila salurannya sempit (Andira, 2010; h.40).
2) Penyebab dismenorea sekunder
a) Endometriosis ( yaitu pertumbuhan jaringan dan dinding rahim
pada daerah di luar rahim seperti tuba fallopi atau ovarium )
b) Penyakit peradangan rongga dalam daerah kemaluan
c) Peradangan tuba fallopi
d) Perlengketan abnormal antara organ dalam perut
e) Pemakaian IUD
(Andira, 2010; h. 41)
d. Gejala dan Tanda Dismenorea
Gejala dan tanda dismenorea ini adalah : nyeri pada perut bagian
bawah yang menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri
dirasakan sebagai kram yang hilang dan timbul atau sebagai nyeri
tumpul yang terus menerus ada (Mirza, 2009; h. 126)
Nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi serta
mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan
menghilang.sering disertai dengan sakit kepala, mual, sembelit, diare,
dan sering berkemih. Kadang kadang sampai terjadi muntah.
(Andira, 2010; h. 126).
1) Klasifikasi Gejala Dismenorea
a) Dismenorea Primer
Rasa nyeri murni karena proses kontraksi rahim tanpa disertai
penyakit dasar. Dismenorea primer biasanya nyeri haid yang
terjadi sejak menarche dan tidak terdapat kelainan pada alat
kandungan. Cirinya terjadi beberapa waktu atau 6-12 bulan
sejak menstruasi pertama (menarche). Rasa nyeri timbul
sebelum menstruasi, atau di awal menstruasi, dan berlangsung
beberapa jam atau beberapa kemudian. Dismenorea primer ini
kadang dapat disertai mual, muntah, sakit kepala, atau diare.
b) Dismenorea Sekunder
Rasa nyeri tersebut disebabkan proses menstruasi dan produksi
prostaglandin secara alami. Ciri yang khas pada dismenorea
sekunder yaitu nyeri menstruasi tidak berkurang pada hari-hari
menstruasi selanjutnya.
(Proverawati dan Misaroh, 2009 ; h.85-87).
e. Penatalaksanaan dismenorea
Untuk mengurangi rasa nyeri saat menstruasi :
1) Obat anti peradangan seperti asam mefenamat. Obat ini sangat
efektif jika diminum 2 hari sebslum menstruasi dan dilanjutkan
sampai hari ke 1 2 menstruasi
2) Terapi bahan alami dan pola hidup sehat :
a) Asupan gizi seimbang
b) Istirahat yang cukup
c) Relaksasi (yoga) dapat menanggulangi sakit
10
11
A. Kerangka Teori
Berdasarkan Tinjauan Pustaka Pada Pembahasan Di Atas Maka
Tersusunlah Kerangka Teori Sebagai Berikut :
Faktor faktor yang
mempengaruhi
kejadian dismenorea:
- Kejiwaan
Status
Gizi
IMT :
a. Kurus
- Konstitusi
b. Normal
- Endokrin
c. Gemuk
Kejadian dimenorea :
a. Dismenorea
sekunder
b. Dismenorea primer
- Aktifitas
- Status Gizi
12
A.
Hipotesa
Hipotesa adalah jawaban sementara dari penelitian yang akan di
buktikan kebenarannya, (Notoatmodjo, 2002). Hipotesa dalam penelitian ini
yang digunakan adalah Hipotesa Alternatif (Ha).
Adapun Hipotesa dalam penelitian ini adalah tidak ada hubungan
antara Status Gizi Dengan Kejadian Dismenorea Remaja Putri Kelas X Di
Sma Islam Al-Hikmah Jepara.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini termasuk kompetensi bidan kesembilan. Dalam penelitian ini
peneliti meneliti hubungan status gizi dengan kejadian dimenorea remaja
putri kelas X di SMA Islam Al-Hikmah Jepara yang dilaksanakan pada
bulan Juni 2011
B. Rancangan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian Analitik, dengan pendekatan
cross sectional.
Cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi
antara faktor faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi
atau pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010; h.37-38)
C.
13
No
1.
14
2.
Kejadia
n
Dismen
orea
No
Variabel
1. Sikap ibu
dengan
AKDR
Nyeri atau
kram pada
perut bagian
bawah yang
dirasakan
pada saat
menstruasi.
DO
Tanggapan
atau reaksi
responden
terhadap
AKDR
Kuesioner
Nominal
Hasil Ukur
Pengkategorian
Skala Likert.
Skor maksimal : 70
- Sikap mendukung
Untuk pertanyaan
Skor > 35
favourable :
- Sikap tidak
- Skor 5 bila sangat
mendukung
setuju
Skor < 35
- Skor 4 bila setuju
- Skor 3 bila tidak tahu
- Skor 2 bila tidak setuju
- Dan skor 1 bila sangat
tidak setuju
Untuk pertanyaan
Unfavourable
- Skor 5 bila sangat tidak
setuju
- Skor 4 bila tidak setuju
- Skor 3 bila tidak tahu
- Skor 2 bila setuju
- Skor 1 bila sangat setuju,
(Nursalam, 2003)
15
Skala
Ordinal
3.
Pemilihan
AKDR
Menentukan
- Jika jawaban A nilai : 1 - Memilih : kode 1
pilihan pada
- Jika jawaban B nilai : 0
Tidak memilih :
alat
kode 2
kontrasepsi
dalam rahim
dari beberapa
metode
kontrasepsi
yang ada
D. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
1. Alat Penelitian
Kuesioner adalah suatu pengumpulan data dengan cara memberi
formulir kepada responden dan responden sendiri yang mengisi,
(Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini insrumen yang digunakan
untuk pengumpulan data penelitian adalah kuesioner yang berisi
pertanyaan yang berkaitan dengan kejadian dismenorea remaja putri serta
status gizi dengan pengaruh Berat Badan dan Tinggi Badan..
2. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan olah peneliti dalam penelitian ini
adalah :
a. Data primer
Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari
objek-objek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi
(Riwidikdo, 2009; h. 12).
Data primer yang diambil dalam penelitian ini yaitu data
tentang BB dan TB yang dipengaruhi kejadian dismenorea dan di
ambil langsung dari remaja putri kelas X di SMA Islam Al-Hikmah
Jepara.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung
dari objek penelitian (Riwidikdo, 2009; h. 12).
Data sekunder yang diambil dalam penelitian yaitu data yang
di ambil dari Kepala Sekolah SMA Islam Al-Hikmah Jepara..
c. Cara pengumpulan data
Data penelitian ini dikumpulkan dengan metode observasi
untuk menentukan status gizi melalui penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan, sedangkan untuk kejadian dismenorea
dengan metode angket melalui kuiseoner.
E. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
Pengolahan Data, dilakukan secara Editing, coding,
Skoring, dan
Tabulating. Dalam penelitian ini dilakukan analisa data secara bivarian
dengan uji Chi Square untuk hubungan status gizi dengan kejadian
dismenorea dengan pengolahan Program SPSS for windows 12. Jika uji Chi
Square tidak memenuhi syarat ( nilai harapan < 5 dan tidak boleh 20% )
maka harus menggunakan uji Exact Fisher (Saryono, 2009; h.102).
BAB IV
16
Ordinal
Status Gizi
Frekuensi
Persentase (%)
Kurus
61
(45,5%)
Normal
71
(53,0%)
Gemuk
2
(1,5%)
Total
134
(100%)
Sumber : Pengolahan data SPSS
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar status gizi responden
normal yaitu sebanyak 71 (53,0%) dan paling sedikit status gizi responden
gemuk yaitu sebanyak 2 responden (1,5%).
2. dismenorea
Tabel. 4.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kejadian
Dismenorea pada Remaja Putri Kelas X di SMA Islam Al-Hikmah Jepara
Tahun 2011.
No.
1.
2.
Kejadian dismenorea
Frekuensi
Persentase (%)
Dismenorea Primer
129
(96,3%)
Dismenorea Sekunder
5
(3,7%)
Total
134
(100%)
Sumber : Pengolahan data SPSS
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami
kejadian dismenorea primer yaitu sebanyak 129 responden (96,3%).
3. Hubungan status gizi dengan kejadian dismenorea remaja putri.
Tabel 4.3 Hubungan Antara Status Gizi dengan Kejadian
Dismenorea Remaja Putri Kelas X di SMA Islam AlHikmah Jepara Tahun 2011.
Kejadian Dismenorea
Total
P
Dismenorea
Dismenorea
Status Gizi
Value
Primer
Sekunder
Frekuensi (%) Frekuensi (%) Frekuensi (%)
Kurus
58 (58,7%)
3 (2,3%)
61 (45,5%)
0,687
Normal
69 (68,4%)
2 (2,6%)
71 (53,0%)
Gemuk
2 (1,9%)
0 (0,0%)
2 (1,5%)
Total
129 (96,3%)
5 (3,7%)
134 (100%)
Sumber : Pengolahan data SPSS
Pada tabel 4.3 diatas diketahui bahwa sebagian besar
responden dengan status gizi normal mengalami dismenorea
primer sebanyak 69 responden (68,4%) sedangkan sebagian kecil
gizi gemuk juga mengalami kejadian dismenorea primer yaitu
sebanyak 2 responden (1,9%).
17
B.
Pembahasan
1. Status gizi pada remaja putri
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
responden status gizinya normal yaitu sebanyak 71 responden (53,0%).
Hal ini disebabkan karena asupan makanan yang baik, pola makan
yang teratur, aktivitas yang tinggi (kegiatan ekstrakurikuler). Menurut
(Poltekkes Depkes, 2010) hal ini disebabkan pada masa remaja bukan
lagi seorang anak dan juga bukan seorang dewasa. Masa ini merupakan
masa strategis karena memberi waktu kepada remaja untuk
membentuk gaya hidup dan menentukan pola perilaku, nilai-nilai, dan
sifat-sifat yang sesuai dengan yang diinginkan.
Menurut Almatsier (2001) status gizi yang normal ini
dikarenakan pola makan yang teratur dan asupan gizinya seimbang dan
sesuai yang dibutuhkan oleh tubuh.
Dan responden yang status gizinya gemuk yaitu sebanyak 2
responden (1,5%). Hal ini disebabkan karena keturunan kegemukan
dari orang tua, keluarga, kebiasaan anak ngemil yang mengandung
karbohidrat, jarang beraktivitas.
Menurut Almatsier (2001) Status gizi gemuk dikarenakan pola
makan yang tidak teratur, sering ngemil, dan asupan gizi yang
berlebihan.
Hasil penelitian sesuai dengan survei yang dilakukan Anastasia
venny yustiana (2009) di SLTPN 21 dan SLTP PL Bintang Laut
Surakarta, di dapat bahwa siswi kelas 1 dengan perincian 16 siswi gizi
kurang, 20 siswi gizi normal, dan 4 siswi gizi lebih. Hasil penelitian ini
menunjukkan sebagian besar gizi normal.
2. Kejadian dismenorea pada remaja putri
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
responden mengalami kejadian dismenorea primer yaitu sebanyak 129
responden (96,3%). Hal ini disebabkan karena terjadinya dismenorea
primer pada responden di sebabkan karena status gizi dan pola makan
yang tidak teratur dan kurangnya olahraga atau malas sehingga
mengakibatkan terjadinya dismenorea (Proverawati dan Misaroh,
2009; h.82-83)
18
19
20
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Amalia.The Book of Puberty. Jakarta: Atria ; 2010. h. 49.
2. Andira, Dita. Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: APLUS
BOOK ; 2010. h. 39-40, h. 40, h. 40-41, h. 41.
3. Almatsier, Sunita. Prinsip dasar ilmu gizi . Jakarta : Gramedia Pustaka ;
2001http://kitinszone.blogspot.com/2010/07/faktor-faktor-yangberhubungan-dengan_21.html
4. Joseph, Nugroho. Ginekologi &Obtetri (Obsgyn). Yogyakarta: Nuha
Medika; 2010; h. 29.
5. Kusmiyati, Yuni. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta : Fitramaya ; 2009.
6. Maulana, Mirza. Seluk Beluk Reproduksi dan Kehamilan. Yogyakarta :
Garailmu ; 2009. h. 16, h.122-123, h.123, h.126
7. Notoatmadjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
; 2002.
8. Notoatmadjo,S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta ;
2010 . h. 105, h. 176, h. 177.
9. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika ; 2008.
10. Paath, Erna Francin. Gizi dalam kesehatan reproduksi . Jakarta : EGC ;
2004 . h. 70, h. 70-71.
11. Panuju, panut. Psikologi Remaja .yogyakarta : Tiara wacana yogya ; 2005
. h. 4, h. 17-18.
12. Poltekkes. Kesehatan Remaja. Jakarta: Salemba medika; 2010. h. 1, h. 13,
h.66-67.
13. Riwidikdo, Handoko. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cindekia;
2009. h. 12.
14. Provewati, Atikah . Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna .
Yogyakarta : Nuha Medika ; 2009 . h. 82-83, h.84-85, h. 85-87, h. 86, h.
87.
15. Sarwono. Ilmu Kebidanan . Jakarta : Yayasan bina pustaka ; 2006 . h. 230.
16. Sarwono. Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Pers ; 2010. h. 11-12, h.
18-19
17. Saryono . Sindrom Premenstruasi. Yogyakarta : Nuha Medik ; 2009. h. 99,
h. 100.
18. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung :
Alfabeta; 2008. h. 2, h. 62, h.82.
19. Waryana. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama; 2010. h. 11-12
22