Professional Documents
Culture Documents
Nama
NPM
260110130136
Nilai
TTD
I.
Tujuan
Mengamati dua kelompok bakteri, yaitu bakteri tahan asam dan bakteri tak
Pewarnaan tahan asam adalah tipe pewarnaan differensial lebih dari satu
pewarna untuk membedakan suatu mikroorganisme dengan kandungan
dinding sel peptidoglikan serta disusun lebih dari 60% lipid kompleks yang
tahan terhadap dekolorisasi dengan alkohol asam.
4. Impermeabilitas Dinding Sel Bakteri Tahan Asam
Bakteri tahan asam adalah jenis bakteri yang tidak dapat diwarnai dengan
pewarnaan anilin biasa kecuali dengan menggunakan fenol dan dengan
pemanasan. Bakteri ini memilki dinding sel berlilin karena mengandung sejumlah
besar materi lipoidal oleh karena itu bakteri ini hanya dapat diwarnai dengan
pewarnaan BTA (Acid-Fast Stain). Dinding sel hidrofobik dan impermeabel
terhadap pewarnaan dan bahan kimia lain pada cairan atau larutan encer. Ketika
proses pewarnaan, bakteri tahan asam ini melawan dekolorisasi dengan asam
sehingga bakteri tersebut disebut bakteri tahan asam (Ball, 1997).
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang langsing, lurus atau berbentuk
filamen. Bakteri ini bersifat aerobik, tidak membentuk spora, non motil, tahan
asam, dan merupakan bakteri gram positif. Namun, ketika Mycobacteria diberi
warna oleh pewarnaan gram, maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan
dengan asam. Oleh karena itu, maka mycobacteria disebut sebagai Basil Tahan
Asam atau BTA. Beberapa mikroorganisme lain yang juga memiliki sifat tahan
asam, yaitu spesies Nicardia, Rhodococcus, Legionella micdadei, dan protozoa
Isospora dan Cryptosporidium. Pada dinding sel
mycobacteria,
lemak
kokoid dan filamentous tampak bervariasi dari satu spesies ke spesies lain. Segera
setelah diwarnai dengan pencelupan dasar mereka tidak dapat didekolorisasi oleh
alkohol, tanpa memperhatikan pengobatan dengan iodine. Basil tuberkel secara
umum dapat diwarnai dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen. Media untuk membiakan
mikobakteria adalah media nonselektif dan media selektif. Media selektif berisi
antibiotik untuk mencegah pertumbuhan kontaminan bakteri dan fungi yang
berlebihan. Ada tiga formulasi umum yang dapat digunakan untuk kedua media
nonselektif dan selektif, yaitu media agar semisintetik (middlebrook 7H10 dan
7H11), media telur inspisasi (Lowenstein-jensen), media kaldu (broth media)
(Jawetz et al., 2001).
Mikobakteria merupakan aerobik obligat yang memperoleh energi dari
oksidasi
Neelsen, yaitu dengan menggunakan zat warna carbol fuchsin 0,3 %, asam
alkohol 3 %, dan methylen blue 0,3%. Pada pemberian warna pertama, yaitu
carbol fuchsin, BTA bersifat mempertahankannya. Carbol fuchsin merupakan
fuksin basa yang dilarutkan dalam larutan fenol 5 %. Larutan ini memberikan
warna merah pada sediaan dahak. Fenol digunakan sebagai pelarut untuk
membantu pemasukan zat warna ke dalam sel bakteri sewaktu proses pemanasan.
Fungsi pemanasan untuk melebarkan pori-pori lemak BTA sehingga carbol
fuchsin dapat masuk sewaktu BTA dicuci dengan larutan pemucat, yaitu asam
alkohol, maka zat warna pertama tidak mudah dilunturkan. Bakteri kemudian
dicuci dengan air mengalir untuk menutup pori- pori dan menghentikan
pemucatan. BTA akan terlihat berwarna merah, sedangkan bakteri yang tidak
tahan asam akan melarutkan carbol fuchsin dengan cepat sehingga sel bakteri
tidak berwarna. Setelah penambahan zat warna kedua yaitu methylen blue, bakteri
tidak tahan asam akan berwarna biru (Lay, 1994).
IV. Alat dan Bahan
Alat
1. Bak pewarna
2. Cawan petri
3. Kaca obyek
4. Kapas
5. kertas saring
6. Mikroskop majemuk
7. Ose
8. pembakar spirtus
Bahan
1. Suspensi bakteri saprofit.
2. Zat warna karbol fuksin dan biru metilen.
3. Asam alkohol (3% HCL dalam alkohol 95%).
4. Alkohol 70% dan air suling dalam botol semprot.
5. minyak celup.
Gambar Alat
1. Bak Pewarna
2. kaca obyek
3. Kapas
4. Kertas Saring
5. Mikroskop Majemuk
6. Ose
7. Pembakar Spiritus
V. Prosedur
Pertama-tama disediakan alat dan bahan. Diambil kaca obyek yang bersih
dengan menggosok permukaan dengan kapas dan alkohol hingga kesat,
kemudian dibuat olesan dari suspensi bakteri secara aseptis didekat api.
Kemudian ditandai daerah olesan dengan spidol di permukaan bawah preparat.
Olesan bakteri digenangi dengan pewama karbol fuksin selama 5 menit,
sambil dipanaskan di atas penangas air. Namun tidak terlalu panas, mendidih
atau kering. Setelah itu, zat wama yang berlebih dibuang, lalu dibilas dengan
air suling. Dibilas kembali dengan zat pemucat alkohol-asam selama 15 detik
atau sampai latar belakang olesan berwarna merah muda pucat. Digenangi
olesan dengan pewarna tandingan biru metilen selama 2 menit, dibuang zat
warna yang berlebih, dan dibilas dengan air suling, lalu dikeringkan dengan
kertas saring. Diteteskan sedikit minyak imersi pada preparat, lalu diperiksa di
bawah mikroskop. Hasil kemudian digambarkan.
VI. Data Pengamatan
VII.
Pembahasan
saat itu. Collection sputum: sputum yang keluar dan ditampung selama 24 jam
Sputum yang telah diperoleh dapat disimpan dalam lemari es selama satu minggu.
Mikobakteria kaya akan lipid, bahan dari lilin dan fosfatida. Lapisan lilin pada
dinding sel ini menyebabkan bakteri ini tahan terhadap keadaan di luar tubuh induk
semang. Bakteri dapat tahan berbulan-bulan di luar tubuh induk semang, jika
terbungkus eksudat, tinja, dalam cairan atau dalam jaringan organ tubuh yang
membusuk. Dalam sel, lipid secara meluas berikatan dengan protein dan polisakarida.
Muramil dipeptida (dari peptidoglikan) yang diperkaya dengan asam mikolat dapat
menyebabkan nekrosis kaseosa. Lipid pada beberapa perluasan bertanggung jawab
terhadap kecepatan asam, yang terganggu pada integritas dinding sel dan kehadiran
lipid tertentu. Kecepatan asam juga hilang setelah sonikasi sel mikobakteria
Setelah penambahan zat warna kedua yaitu methylen blue, bakteri tidak tahan
asam akan berwarna biru. Sehingga apabila terdapat bakteri lain dalam sampel
akan terlihat di mikroskop dengan perbedaan warna.
Hasil pengamatan menunjukkan adanya bakteri tahan asam, namun tidak
adanya bakteri pembanding tidak tahan asam. Hal ini dapat terjadi karena suspensi
bakteri yang digunakan merupakan suspensi tungga yang hanya berisi bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Namun pada pengamatan juga warna yang terlihat
adalah hijau kecoklatan yang seharusnya bewarna merah. Hal ini mungkin terjadi
apabila pewarna yang digunakan bukan pewarna karbol fuksin sehingga tidak
memantulkan warna merah seperti warna karbol fuksin.
VIII.
Kesimpulan
Dua kelompok bakteri, yaitu bakteri tahan asam dan bakteri tak tahan
asam, dengan menggunakan prosedur pewarnaan tahan asam pewarnaan (ZiehlNeelsen) dapat diamati serta setiap langkah dan reaksi-reaksi kimia yang terjadi
dalam prosedur tersebut dapat diamati.
IX.
DAFTAR PUSTAKA
Ball, A.S. 1997. Bacterial Cell Culture : Essential Data. John Wiley & Sons,
New York.
Dwidjoseputro. 2005.Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta:PT Gramedia
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Jawetz M; Adelbergs. 2005. Mikrobiologi Kedokteran edisi 23. Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran ECG.
Lay. 1994. Mikrobiologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Thomas Dormandy (1999). The White Death: A History of Tuberculosis. Tersedia
online di http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1044719/
PEWARNAAN SPORA
Senin, 10 Maret 2015
Kelompok I
Senin, Pukul 13.00 16.00 WIB
Nama
NPM
260110130136
Nilai
TTD
X. Tujuan
Mengamati endospora bakteri dengan menggunakan prosedur pewarnaan
spora (pewarnaan Klein). Memahami setiap langkah dan reaksi-reaksi kimia yang
terjadi daam prosedur tersebut.
XI. Prinsip
6. Pewarnaan Spora
(Pelczar,1986)
Bentuk spora ada yang bulat, ada pula yang bulat panjang, hal ini bergantung pada
spesies. Endospora ada yang lebih kecil dan ada pula yang lebih besar daripada
diameter sel induk (Dwidjoseputro, 2001).
Letak endospora di dalam sel serta ukurannya selama pembentukannya
tidaklah sama bagi semua spesies. Sebagai contoh, beberapa spora adalah sentral
yaitu dibentuk di tengah-tengah sel, yang lain terminal yaitu dibentuk di ujung;
dan yang lain lagi subterminal yaitu di dekat ujung (Pelczar,1986).
Pada umumnya sporulasi itu mudah terjadi, jika keadaan medium memburuk,
zat-zat yang timbul sebagai pertukaran zat bertimbun-timbun dan faktor-faktor
luar lainnya merugikan. Tetapi pada beberapa spesies mampu membentuk spora
meskipun tidak terganggu oleh faktor luar. Sporulasi dapat dicegah, jika selalu
diadakan pemindahan piaraan ke medium yang baru. Beberapa spesies bakteri
dapat kehilangan kemampuannya untuk membentuk spora. Spora dapat tumbuh
lagi menjadi bakteri biasa apabila keaadaan di luar menguntungkan. Mula-mula
air meresap ke dalam spora, kemudian spora mengembang dan kulit spora
menjadi retak karenanya. Keretakan ini dapat terjadi pada salah satu ujung, tetapi
juga dapat terjadi pada tengah-tengah atau dekat tengah-tengah spora. Hal ini
merupakan ciri khas bagi beberapa spesies Bacillus. Jika kulit spora pecah di
tengah-tengah, maka masing-masing pecahan akan merupakan suatu tutup pada
kedua ujung bakteri. (Dwidjoseputro, 2001).
Spora
dibentuk
oleh
jenis
bakteri
tertentu
terutama
genus bacillus dan costridium. Pada umumnya spora terdapat pada endospora
dengan letak dan ukuran yang berbeda. Spora pada bakteri dibentuk pada
kondisi secara kimiawi dan kondisi kimiawi yang kurang menguntungkan
misalnya nutrisi, sinar panas dan kering. Macam-macam metode yang digunakan
untuk melihat spora, yaitu Schaefferfulton, Bartolomew- Mitter, Klein dan
Donner. Pewarnaan spora dapat digunakan untuk membantu identifikasi bakteri.
Letak spora ada tiga macam, yaitu sentral ( letak spora berada ditengah- tengah
sel), terminal ( letak spora ada diujung sel) dan sub terminal ( letak spora diantara
ujung-ujung dan ditngah-tengah terminal) ( Dwidjoseputro, 2001).
Proses pewarnaan endospora dilakukan setelah fiksasi dan setelah dibuat
apusan preparat. Kemudian preparat diberikan malakit hujau yang berfungsi
sebagai pewarna primer yang digunakan untuk melumuri fiksasi panas. Preparat
diuapkan diatas air mendidih dengan tujuan untuk memperbesar pori-pori bakteri
agar pada saat pewarnaan dapat menembus dinding endospora dan dijaga jangan
sampai pewarna kering. Kemudian dicuci dengan air dialirkan dari atas, yang
bertujuanuntuk menghilangkan malacite green dari seluruh bagian sel endospora.
Pewarnaan safranin bertujuan untuk counterstein yang digunakan untuk melumuri
bagian warna dari sel yang lain dari pada endospora. Hasil uji bakteri Bacillus
spmenghasilkan bakteri gram positif. Prinsip pewarnaan spora didasarkan pada
penggunaan zat warna malachite green dan safranin dimana pada hasil pewarnaan
akan menghasilkan warna hijau pada spora dan warna merah pada sel vegatitifnya
(Lay, 1994).
XIII.
Alat
1. Bak pewarna
2. Cawan petri
3. Kaca obyek
4. Kapas
5. kertas saring
6. Mikroskop majemuk
7. Ose
8. pembakar spirtus
Bahan
1. Biakan bakteri Bacillus subtilis.
2. NaCl fisiologis.
3. Zat warna karbol fiuksin dan biru metilen.
4.
H2S04 1%
XIV. Prosedur
Pertama-tama disiapkan alat dan bahan. Dibuat suspensi bakteri yang
terdiri dari biakan bakteri dan NaCl fisiologis di tabung reaksi. ditambahkan
korbol fuksin sebanyak 1:1 ke dalam suspensi tersebut. Dipanaskan campuran
tersebut dalam pemanas air bersuhu 800C selama 10 menit. Kemudian disediakan
kaca obyek yang telah dibersihkan dengan alkohol hingga kesat dan dibuat olesan
dari campuran tersebut, setelah itu ditandai dengan spidol di permukaan bawah
preparat. Digenangi olesan dengan H2S04 1% selama 2 detik, lalu cuci dengan air
suling. Kemudian digenangi lagi olesan dengan pewarna tandingan biru metilen
selama 5 menit, dibuang zat warna yang berlebih, dan dibilas dengan air suling,
lalu dikeringkan dengan kertas saring. Diteteskan sedikit minyak imersi pada
preparat, lalu diperiksa di bawah mikroskop. Kemudian hasilnya diamati dan
digambarkan.
XV.
Data Pengamatan
XVI. Pembahasan
pada praktikum kali ini dilakukan pewarnaan spora pada bakteri
Bacillus subtilis. Spora bakteri adalah bentuk bekteri yang sedang dalam
usaha mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar. Spora bakteri
mempunyai fungsi yang sama seperti kista amoeba, sebab bakteri dalam
bentuk spora dan amoeba dalam bentuk kista merupakan suatu fase dimana
kedua mikroorganisme itu berubah bentuk untuk melindungi diri terhadap
faktor luar yang tidak menguntungkan
Bacillus memiliki bentuk batang Gram positif pada kultur muda, motil
(reaksi nonmotil kadang terjadi), membentuk spora yang biasanya tahan
panas, aerob
Penambahan
pewarna
tandingan
metilen
blue
mengakibatkan
Selain metode Klein, juga dapat dilakukan metode pewarnaan Wirtz dengan
pewarna Malachite green. Malachite green merupakan pewarna yang kuat yang
dapat berpenetrasi ke dalam endospora. Semua spora bakteri mengandung asam
dupikolinat, yang mana subtansi ini tidak dapat ditemui pada sel vegetatif bakteri,
atau dapat dikatakan, senyawa ini khas dimiliki oleh spora. Dalam proses
pewarnaan, sifat senyawa inilah (asam dupikolinat) yang kemudian dimanfaatkan
untuk diwarnai menggunakan pewarna tertentu, dalam hal ini larutan hijau
malakit. Sedangkan menurut Pelczar (1986), selain subtansi di atas, dalam spora
bakteri juga terdapat kompleks Ca2+ dan asam dipikolinan peptidoglikan
XVII. Kesimpulan
Endospora bakteri dapat diamati dengan menggunakan prosedur pewarnaan
spora (pewarnaan Klein) dan setiap langkah dan reaksi-reaksi kimia yang terjadi
daam prosedur tersebut dapat dipahami
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro. 2001.Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta:PT Gramedia.
Gupte. 1990. Mikrobiologi Dasar.Jakarta : Penerbit Bina Rupa Aksara.
Karmana.2007.Biologi.Jakarta:PT Grafindo Media Pratama.
Lay. 1994. Mikrobiologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Margareth F. W. 1989. Mikrobiologi Dasar Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Pelezar chan. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press: Jakarta.