You are on page 1of 8

Pustakawan Menulis1

Arif Surachman2

Pengantar
Indonesia bersama Negara anggota ASEAN saat ini menghadapi apa yang dinamakan dengan
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Dimana hal ini menyebabkan adanya arus bebas dari
tenaga kerja dari berbagai negara ke dan dari Indonesia. Hal ini tentu juga secara langsung dan tidak
langsung juga akan berpengaruh pada persaingan yang semakin terbuka di berbagai sektor industri.
Perpustakaan sebagai lembaga yang mempunyai tanggung jawab seperti yang dinyatakan dalam
Undang-undang Perpustakaan yakni mencerdaskan kehidupan bangsa, tentu harus mempersiapkan
diri agar ke depan mampu memberikan yang terbaik bagi masyarakat dalam menyongsong era
persaingan bebas. Perpustakaan harus mampu menjadi bagian dari kawah candradimuka bagi
generasi-generasi muda untuk menghadapi berbagai tantangan yang sudah ada di depan mata.
Untuk mewujudkannya, perpustakaan perlu memiliki berbagai sumber daya yang secara kualitas
akan memberikan kontribusi bagi perpustakaan dalam meningkatkan peran tersebut. Sumber daya
manusia dalam hal ini adalah pustakawan akan menjadi kunci penting bagi perpustakaan.
Pustakawan yang baik akan selalu dapat melihat tantangan ke depan dan tugas yang
semakin besar terkait bagaimana perpustakaan menjalankan tugas dan fungsinya di masyarakat.
Pustakawan perlu untuk selalu meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuannya dalam
bidang kepustakawanan maupun bidang-bidang berkaitan. Salah satu cara agar pustakawan selalu
melakukan upgrading pengetahuan dan ketrampilan serta informasinya adalah dengan cara
menulis. Menulis akan memaksa pustakawan mengeluarkan segala pemikiran serta secara tidak
langsung akan mengikuti perkembangan yang terjadi di dunia kepustakawanan, dalam hal ini akan
berupaya memperkaya pengetahuan, informasi dan ketrampilannya. Untuk itulah, penulis melihat
bahwa kemampuan pustakawan dalam menulis menjadi hal yang sangat penting dan krusial pada
saat ini.
Tulisan ini berusaha membantu pustakawan dalam mempelajari kisi-kisi yang harus
diperhatikan dalam kaitannya kegiatan menulis bagi pustakawan. Penjabaran didasarkan beberapa
1

Makalah disampaikan dalam Rakor Pustakawan Se-Kalimantan Timur, Badan Perpustakaan Provinsi
Kalimantan Timur, Samarinda, 21-22 September 2015.
2

Pustakawan di Universitas Gadjah Mada

sumber yang relevan dan juga berdasarkan pengalaman yang selama ini penulis alami selama
menjadi pustakawan dan proses menulis.
Mengapa Pustakawan Harus Menulis?
Saat ini menulis belum menjadi sesuatu yang dirasa penting bagi sebagian pustakawan.
Beberapa pustakawan masih menganggap bahwa tugas utama pustakawan bukanlah menulis. Di sisi
lain juga ada sebagian pustakawan yang merasa bahwa menulis adalah pekerjaan yang berat dan
membutuhkan banyak waktu untuk memulainya. Pendapat tersebut tidak sepenuhnya salah, akan
tetapi juga tidak sepenuhnya benar. Karena memang apabila kita melihat kembali kepada Kepmen
PAN tentang jabatan fungsional pustakawan ada banyak sekali tugas pokok dan fungsi pustakawan
berdasarkan jenjangnya. Namun demikian hampir di seluruh jenjang jabatan terdapat tupoksi dalam
menghasilkan karya tulis dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan tulis menulis. Hal ini jelas
menjadi signal bahwa kemampuan dalam menulis merupakan sesuatu yang harus dimiliki oleh
pustakawan. Artinya pustakawan memang dituntut untuk MENULIS sebagai bagian dari sebuah
kewajiban Profesi. Selain itu, menulis menjadi satu bukti kompetensi pustakawan dan juga bukti
upaya penguatan profesi pustakawan di mata masyarakat.
Kemudian terkait dengan tupoksi dalam jabatan pustakawan tertentu, kegiatan menulis juga
akan dapat meningkatkan poin kinerja pustakawan berupa angka kredit. Bagi sebuah profesi, angka
kredit adalah salah satu bentuk upaya pengembangan karir, dan menulis merupakan satu jalan yang
dapat memuluskan hal tersebut. Menulis juga akan memberikan keuntungan lain berupa materi
misal uang atau penghasilan sampingan apabila kegiatan menulis kita mampu menembus media
yang memberikan imbalan kepada penulisnya. Selain itu keuntungan material juga bisa didapatkan
seperti yang penulis alami yakni dengan mengirimkan tulisan kita ke sebuah konferensi atau
congress (call for paper) maka kita mempunyai kesempatan mengikuti konferensi dan mendatangi
berbagai daerah.
Menulis dapat pula menjadi satu bentuk aktualisasi diri pustakawan di masyarakat, bukti
kepakaran dalam bidang tertentu, bahkan mendapatkan penghargaan dari masyarakat melalui
berbagai hal. Menulis bagi pustakawan juga akan mencerminkan jiwa profesi pustakawan yang
mempunyai tugas mendesiminasikan informasi dan pengetahuan untuk orang lain. Alasan lain yang
cukup mendasar adalah apabila kita ingat istilah gajah mati meninggalkan gading, maka tulisan
merupakan satu bentuk peninggalan pustakawan yang akan selalu dikenang walaupun telah tiada.
Artinya ada satu catatan sejarah yang tercatat dalam dunia kepustakawanan yang bisa kita
tinggalkan untuk generasi mendatang.
2

Hal lain yang menjadi dasar mengapa pustakawan perlu menulis adalah kegiatan menulis akan menyebabkan
pustakawan akan selalu memperbaharui pengetahuan dan informasi yang dimilikinya. Efeknya kompetensi dan
pengetahuan pustakawan akan meningkat seiring seringnya kegiatan menulis yang dilakukan. Pada sumbersumber yang pernah penulis baca, kegiatan menulis akan meningkatkan pengetahuan dan kecerdasan
seseorang. Jadi sungguh sangat beralasan bahwa PUSTAKAWAN MENULIS adalah suatu keharusan! (Arif
Surachman, dalam Rakor Pustakawan Se-Kalimantan Timur, Badan Perpustakaan Provinsi Kalimantan Timur,
Samarinda, 21-22 September 2015).

Kendala-kendala Menulis
Kesadaran akan pentingnya menulis bagi sebagian pustakawan sebetulnya sudah ada. Hanya
ada beberapa kendala yang sering menjadi semacam penghalang bagi pustakawan dalam menulis,
diantaranya seperti:

Kurangnya Motivasi atau Kemauan untuk Menulis


Tidak Percaya Diri
Ketakutan menghadapi tantangan besar
Tidak tahu harus memulai dari mana
Dihinggapi rasa malas atau tidak punya mood menulis
Merasa tidak punya waktu untuk menulis
Tidak mempunyai pengetahuan yang cukup dengan apa yang akan ditulis
Tidak dapat merangkai kata atau tata bahasa dengan baik
Tidak terbiasa mengungkapkan gagasan atau pikiran
Merasa tidak paham dengan teknik penulisan
Kemampuan untuk mengumpulkan data dan teori pendukung

Kendala-kendala tersebut hampir dialami oleh sebagian besar penulis tidak hanya oleh
pustakawan. Untuk itu perlu ada alternatif solusi yang mengurai kendala-kendala yang ada tersebut.
Putra, Bramma Aji (2012) dalam bukunya Menembus Koran Berani Menulis Artikel menyebutkan
bahwa untuk menyebutkan bahwa penulis atau calon penulis harus dapat mengendalikan mood
untuk mengatasi rasa malas. Hal itu bisa dilakukan dengan mulai melakukan pengondisian psikologis
dimana dapat menciptakan mood. Misal sebagian orang akan merasa nyaman bekerja apabila di
ruangan yang sepi, tenang, tanpa gangguan. Tapi ada juga yang sebagian orang merasa nyaman dan
idenya keluar apabila dalam suasana santai misal sambil mendengarkan musik dan lain-lain. Untuk
itu langkah awal adalah kenali diri sendiri untuk menguasai rasa malas dan tidak memiliki mood
menulis.
Langkah lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala di atas adalah dengan
mengamati waktu-waktu dimana pustakawan merasa dirinya paling produktif. Misal apakah pagi
hari, malam hari atau sore hari. Keberhasilan kita dalam mengatur waktu yang baik akan menjadi
kunci kita untuk memulai menulis dan produktif dalam menulis.
3

Keterpaksaan, keharusan dan kewajiban juga dapat menjadi satu jalan bagi pustakawan
untuk menulis. Artinya perlu ada upaya dorongan yang mewajibkan bagi pustakawan untuk
menghasilkan tulisan. Hal ini bisa dilakukan melalui lomba tulisan kepustakawanan, kewajiban untuk
mengirim artikel ke media publikasi pustakawan yang dimiliki, dan lain-lain. Sedangkan
ketidakpercayaan diri, ketakutan untuk memulai, perasaan tidak mempunyai cukup pengetahuan
dan ketrampilan dalam penulisan dapat diantisipasi dengan banyak melakukan latihan menulis
melalui blog pribadi, catatan harian, dan sejenisnya. Selain itu membiasakan diri untuk membaca
berbagai artikel dalam bidang kepustakawanan juga akan banyak membantu pustakawan dalam
memahami pola penulisan yang biasa dilakukan oleh pustakawan atau penulis bidang
kepustakawanan.
Komitmen, kemauan dan usaha akan menjadi kunci bagi pustakawan dalam mengatasi
kendala-kendala yang dihadapi dalam menulis. Tanpa komitmen, kemauan dan usaha untuk
memulai mustahil bagi pustakawan untuk menghasilkan satu buah tulisan. Jadi setelah mampu
mengatasi kendala-kendala itu, maka mari saatnya mulai MENULIS!
Mengenal Jenis Karya Tulis
Secara umum kita mengenal setidaknya ada 2 jenis tulisan atau karya tulis yakni fiksi dan
non fiksi. Fiksi sendiri merujuk kepada berbagai karya tulis yang merupakan tulisan karangan atau
imajinatif dari seseorang. Biasanya berupa cerita seperti novel, cerpen, cerbung, cersil, puisi, drama
dan sejenisnya. Namun walaupun karya itu berupa karya imajinatif, tidak sedikit fiksi yang dalam
penulisannya memerlukan riset terlebih dahulu. Seorang Andrea Hirata, ketika bertemu dengan
penulis bercerita bagaimana novel karya yang dihasilkannya juga diawali sebuah riset untuk lebih
mendukung latar belakang cerita sesuai dengan aslinya. Misalkan ketika bercerita tentang suasana
kota termasuk arsitek gedung-gedung yang ada di dalamnya, Andrea Hirata harus mampu
menggambarkannya seperti halnya keadaan nyata.
Tulisan non fiksi adalah tulisan yang didasarkan pada fakta, informasi, dan data penelitan,
serta untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan informasi. Tulisan non fiksi tidak
mengandalkan pada daya imajinatif penulisnya akan tetapi mengandalkan bahan-bahan yang berupa
data atau hasil-hasil penelitian. Format atau gaya penulisan dari tulisan non fiksi ada bermacammacam tergantung pada tujuan penulisan. Beberapa tulisan yang dikategorikan non fiksi diantaranya
adalah artikel (ilmiah dan popular), makalah, berita, laporan penelitian, esai, working paper dan
sejenisnya. Putra, R. Masri Sareb (2010) dalam bukunya principles of creative writing menyatakan
bahwa tulisan non fiksi bisa distrategikan penulisannya, asal semua bahan dan data sudah siap.
Tulisan jenis non fiksi inilah sebenarnya yang diharapkan dapat ditulis oleh para pustakawan.
4

Selain dua jenis tulisan di atas, terdapat satu lagi jenis tulisan yang menggabungkan antara
daya imajinatif dan juga data atau fakta yakni yang disebut dengan faksi. Contoh dari tulisan jenis ini
adalah biografi atau otobiografi. Seringkali kita jumpai dengan latar belakang data dan fakta, biografi
atau otobiografi ditulis dengan gaya imajinatif.
Memulai Penulisan
Setelah mengetahui jenis karya tulis, sekarang kita akan mencermati langkah-langkah dalam
memulai sebuah penulisan. Kaitannya dengan pustakawan menulis, maka konteks tahapan penulisan
adalah untuk penulisan karya tulis ilmiah populer dan populer.
1. Tahapan kegiatan menulis
Kegiatan menulis karya tulis ilmiah popular dan populer setidaknya terbagi ke dalam 3
tahapan, yakni tahap pra penulisan, tahap pembuatan draft tulisan, dan tahap finalisasi tulisan.
A. Pra Penulisan
Tahapan pra penulisan ini dimulai dengan menentukan ide, topik, atau gagasan tulisan. Ide atau
gagasan penulisan merupakan langkah awal untuk menentukan arah tulisan kita. Ide atau
gagasan ini dapat diperoleh dari membaca Koran, majalah, artikel, atau naskah hasil penelitian
sebelumnya. Selain itu gagasan atau ide tulisan akan muncul apabila kita pandai mengamati
keadaan dan situasi yang menjadi trend di bidang kepustakawanan. Pengalaman dalam
melakukan pekerjaan di bidang perpustakaan juga menjadi entry point yang baik dalam
menentukan ide atau gagasan tulisan. Bahkan dapat dikatakan bahwa pekerjaan kita sehari-hari
adalah lumbung ide yang bisa menjadi bahan awal tulisan kita. Diskusi dengan teman atau
rekanan sering dapat menjadi alternatif bagi penulis untuk memulai sebuah ide penulisan. Ideide segar yang sebelumnya kita tidak ketahui dapat kita tangkap dari diskusi-diskusi yang
dilakukan dengan sesame teman seprofesi.
Ide atau topik tulisan juga seringkali kita dapatkan dari apa yang sudah ditentukan oleh pihak
lain, misal institusi penyelenggara seminar, konferensi atau kongres, dan dari pengelola media
publikasi atau redaksi. Ide atau topik yang telah ditentukan seharusnya akan mempermudah
pustakawan dalam memilih ide/topik yang sesuai dan mengembangkannya sesuai dengan
angle/fokus yang kita inginkan.
Apabila diperlukan, buatlah catatan-catatan ringkas terkait topik atau ide-ide yang menarik di
pikiran kita. Catatan ini akan mempermudah kita memilih mana yang paling mungkin untuk kita
wujudkan sebagai tulisan dan mana yang tidak. Salah satu tips yang dapat diberikan terkait
5

penentuan ide atau topik ini adalah pilihlah topik atau ide yang kita merasa cukup nyaman
untuk mengembangkannya sebagai sebuah tulisan.
Hal lain yang bisa dilakukan adalah melakukan pemetaan ide/gagasan dengan menggunakan
konsep mindmapping atau pemetaan pikiran. Artinya ide awal yang sudah ditentukan kemudian
dikembangkan pemetaan ide-ide turunannya yang akan mempermudah dalam penentuan angle
tulisan dan juga alur penulisan nantinya. Tuliskan saja semua hal yang terkait dengan topik yang
akan kita tulis.
Tahap selanjutnya setelah menentukan ide adalah menentukan fokus/angle tulisan. Fokus
tulisan disini maksudnya adalah dari titik mana kita akan membahas atau mengurai ide yang ada.
Jangan sampai tulisan melebar kemana-mana sehingga kurang fokus. Angle ini akan membantu
orang dalam melihat arah tulisan kita. Namun demikian ada beberapa hal yang harus dipikirkan
dalam penentuan ide/ topik maupun angle/fokus tulisan yakni: penguasaan materi,
kecukupan/ketersediaan bahan, kemenarikan materi, kemanfaatan atau relevansi, dan
keterbaruan/up-to-date/actual.
Tahap pra penulisan selanjutnya adalah mengumpulkan data, teori dan bahan-bahan yang
relevan. Kita harus dapat menentukan dan juga memetakan kira-kira data, teori pendukung dan
bahan seperti apa yang dibutuhkan dalam tulisan kita. Data dapat diperoleh melalui internet,
data institusi, lembaga penyedia statistic, membuat surve ringan, mengambil data orang, dan
sumber data lain. Untuk mendukung teori, kita dapat mengumpulkan daftar referensi yang
sesuai baik berupa buku, jurnal, hasil penelitian, artikel orang lain maupun sumber pengetahuan
lain baik offline maupun online. Apabila semua bahan tersebut telah dapat disiapkan, maka
secara umum sebenarnya kita sudah dapat MULAI MENULIS.
B. Pembuatan Draft
Tidak ada proses instan dalam menulis, semuanya memerlukan proses. Setiap tulisan yang baik
selalu diawali dari sebuah draft tulisan. Untuk itu langkah awal yang harus dilakukan pustakawan
setelah tahapan pra penulisan dilakukan adalah membuat draft awal berupa kerangka tulisan.
Hasil dari pemetaan topik maupun fokus yang sudah dilakukan di tahapan pra penulisan dapat
dikembangkan kembali dan dimasukkan ke dalam struktur kerangka tulisan. Pada tahap awal
kita hanya butuh untuk menyusun poin-poin yang sudah tercantum dalam pemetaan ke dalam
sebuah kerangka tulisan yang baku. Untuk tulisan ilmiah populer setidaknya kerangka tulisan
menyangkut judul, abstrak, pendahuluan, bagian inti, penutup dan daftar pustaka. Sedangkan

untuk tulisan ilmiah setidaknya kerangka tulisan terdiri dari judul, abstrak, pendahuluan,
metode, hasil penelitian, pembahasan, kesimpulan dan saran, serta daftar pustaka.
Setelah draft awal berupa kerangka tulisan terbentuk, mulailah mengembangkan tiap bagian
kerangka dengan paragraf. Tuliskan saja apa yang ada dipikiran dan masukan ke dalam setiap
bagian sebagai susunan kalimat atau paragraf. Untuk pengembangan paragraf inilah, kita akan
menggunakan teori, data, informasi serta bahan-bahan yang relevan. Artinya kita akan membuat
kalimat atau paragraph dengan menggunakan data pendukung atau bahan yang kita miliki. Pada
tahapan ini kita tidak perlu terpatok pada urutan kerangka tulisan, masukan dan tulis saja
terlebih dahulu mana yang memungkinkan untuk kita tulis. Bisa saja kita menuliskan terlebih
dahulu pendahuluan, akan tetapi bisa jadi kita justru menulis terlebih dahulu bagian intinya,
atau mungkin kita mulai dengan daftar pustaka. Hasil dari kegiatan dalam tahapan ini adalah
draft kasar dari tulisan kita.
C. Finalisasi Penulisan
Tahap yang sangat krusial dalam membuat tulisan adalah tahap finalisasi tulisan. Draft kasar
tulisan yang kita buat sebelumnya seringkali antara satu dengan yang lainnya masih tidak
tersambung secara baik. Bahkan mungkin ada bagian-bagian tertentu yang melompat-lompat
atau tidak berkaitan satu dengan lainnya. Untuk itu, maka pada tahap awal proses finalisasi yang
perlu dilakukan adalah membaca ulang kembali draft kasar dan melakukan review serta
perbaikan sehingga alur antara satu bagian dengan bagian lain dapat terhubung atau terkoneksi
dengan baik. Pada tahap ini fokus yang perlu dilakukan adalah membuat tulisan enak untuk
dibaca karena secara sistematis dan alur bisa dipahami oleh calon pembaca.
Apabila hasil revew dan perbaikan alur tulisan sudah selesai, maka tahap selanjutnya adalah
melihat kembali tata bahasa dan kesalahan ketik (typo) pada draft tulisan yang telah diperbaiki
pada tahap awal. Apabila diperlukan, mintalah orang lain untuk membaca kembali tulisan
tersebut sehingga akan ditemukan berbagai kesalahan tata bahasa dan penulisan yang mungkin
terjadi. Lakukan revisi segera pada berbagai kesalahan tata bahasa dan penulisan.
Langkah terakhir dari finalisasi tulisan adalah penyuntingan akhir. Mintalah kembali orang lain
untuk membaca tulisan kita, minta tanggapan mengenai apakah pesan dalam tulisan bisa
tertangkap dengan baik. Lakukan pembenahan seperlunya sebelum melakukan penyuntingan
terakhir berupa tata letak, jenis huruf, penetapan margin dan spasi, penulisan keterangan
gambar atau tabel, dan penulisan referensi atau daftar pustaka. Sesudah tahap penyuntingan ini

selesai, maka siaplah naskah kita untuk dibagikan ke orang lain baik melalui publikasi ke media
massa maupun media lain seperti dalam forum-forum kepustakawanan.
2. Etika Penulisan
Ada hal penting yang harus diperhatikan dalam proses menulis, yakni masalah etika
penulisan, anti plagiarism, dan sitasi atau kutipan. Pustakawan selaku penulis wajib untuk memenuhi
ketentuan etika penulisan yang berlaku terutama apabila menyangkut bentuk penghargaan
terhadap hak intelektual penulis lain. Pustakawan ketika membuat karya tulis harus menghindari
tindakan plagiat atau mencontek karya tulis orang lain tanpa memberikan kredit atau apresiasi
terhadap penulis aslinya. Untuk itu pengetahuan dasar terkait kutipan atau sitasi juga perlu
dipelajari oleh pustakawan. Paling tidak hal ini akan mengurangi resiko disebut sebagai plagiator
karya tulis orang lain.
Penutup
Kegiatan menulis bagi pustakawan memang bukan merupakan pekerjaan mudah, akan
tetapi juga bukanlah hal yang sulit.

Kuncinya ada pada kemauan dan keberanian untuk

mengungkapkan pikiran dan gagasan. Kemauan dan keberanian akan menjadi modal besar bagi
seorang pustakawan untuk mulai menulis. Keterbatasan akan pengetahuan dan kemampuan akan
dapat diatasi apabila pustakawan mempunyai keberanian dan kemauan. Pustakawan mempunyai
keuntungan dan kekuatan akan adanya sumber daya pengetahuan dan informasi yang ada di
perpustakaan. Sebagai pusat pengetahuan dan informasi, perpustakaan tentu saja akan
menyediakan akses tak terbatas bagi pustakawan untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dalam
rangka melakukan kegiatan penulisan. Jadi. PUSTAKAWAN MENULIS? PASTI BISA!
Daftar Pustaka
Putra, Bramma Aji. (2012) . Menembus Koran: Berani Menulis Artikel. Yogyakarta: Easymedia.
Putra, R. Masri Sareb. (2010). Principles of Creative Writing. Jakarta: Indeks.

You might also like