Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan
paska persalinan terjadi empat jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena itulah penting sekali
untuk memantau ibu secara ketat, segera setelah setiap tahapan atau kala persalinan diselesaikan,
khususnya pada saat setelah persalinan. Pemantauan ini berupa konsultasi paska persalinan di
ruangan maupun pemeriksaan-pemeriksaan yang diperlukan. Jika tanda-tanda vital dan tonus
uterus masih dalam batas normal selama dua jam pertama pasca persalinan, mungkin ibu tidak
akan mengalami perdarahan paska persalinan. Penting sekali untuk tetap berada di samping ibu
dan bayinya selama dua jam pertama pasca persalinan.
Tekanan darah dan denyut nadi harus diukur tiap 15 menit sekali, selama beberapa jam
pertama setelah pelahiran, atau lebih sering bila ada indikasi tertentu. Pemijatan uterus untuk
memastikan uterus menjadi keras juga diperlukan. Pemantauan suhu tubuh, perdarahan harus
diawasi. Tidak dianjurkan menggunakan kain pembebat perut selama dua jam pertama pasca
persalinan atau hingga ibu sudah stabil. Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu
sedikit naik antara 37,2-37,8 0C oleh karena resorbsi benda-benda dalam rahim dan mulainya
laktasi. Dalam hal ini disebut demam resorbsi, hal ini adalah normal.
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genitalia dalam
masa nifas. Demam nifas adalah demam dalam masa nifas oleh sebab apapun. Mobilitas
puereuralis adalah kenaikan suhu badan sampai 38 0C atau lebih selama 2 hari.
Dalam 10 hari pertama postpatum. Kecuali pada hari pertama. Suhu diukur 4x sehari secara oral
(dari mulu
t). Beberapa faktor predisposisi:
1. Kurang gizi atau nutrisi
2. Anemia
3. Higiene
4. Kelelahan
5. Proses persalinan bermasalah:
a. Partus lama atau macet
b. Korioamnionitis
c. Persalinan traumatic
d. Kurang baiknya pencegahan infeksi
e. Manipulasi yang berlebihan
f. Dapat berlanjut keinfeksi dalam masa nifas
Bermacam-macam jalan masuk kuman kedalam alat kandungan, seperti eksogen (kuman
datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dari dalam tubuh), dan endogen (dari
jalan lahir sendiri):
1. Streptococcus Haemoliticus Aerobik
2. Staphylococcus aureus
3. Escherichia coli
Infeksi diklasifikasikan menjadi Infeksi terbatas lokasinya pada perineum, vulva, serviks,
dan endometrium dan Infeksi yang menyebar ketempat lain melaui: pembuluh darah vena,
pembuluh limfe dan endometrium (Rustam Muchtar, 1998).
Tomboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan
pembekuan darah. Tomboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat
kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen; dilatasi vena
ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan keopala janin gelana kehamilan dan
persalinan; dan aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan
membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah (Adele Pillitteri, 2007).
Sebagian besar kejadian dan kesakitan yang disebabkan oleh tromboflebitis seperti pada
kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan paska persalinan terjadi empat jam setelah
kelahiran bayi. Karena itu penting sekali memantau tromboflebitis secara ketat, khusunya
kejadian saat persalinan dilakukan.Jika sudah ada tanda-tanda yang menyerupai tromboflebitis
segera periksa apakah memang gejala tromboflebitis atau hanya gejala radang biasa.
Kita harus dapat membedakan gejala antara tromboflebitis dengan flebotrombosis
ataupun radang biasa.Oleh karena itu, kita harus tahu sebenarnya gejala dari keduanya agar
dapat membedakannya sehingga kita dapat tanggap dalam menanganinya,agar jangan sampai ke
tahap yang lebih parah.
Selama kehamilan kejadiannya relatif rendah,risiko tromboflebitis vena kaki atau pelvis
meningkat setelah kehamilan atau operasi.
Insiden tromboflebitis superfisial sekitar 1dalam 600 pasien-pasien antepartum dan 1 dalam 95
bagi pasien-pasien postpartum.Insiden tromboflebitis profunda berkisar 1 dalam 1900 pasien
antepartum dan 1 dalam 700 pasien postpartum.
Faktor-faktor yang mempermudah trombosis vena(tromboflebitis) antar lain, stasis
(perlambatan aliran darah),luka pada dinding pembuluh darah (iritasi lokal dan infeksi),dan
perubahan fisika atau kimia pada konstituen darah.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan tromboflebitis?
Apa saja klasifikasi dari tromboflebitis?
Apa saja manifestasi dari tromboflebitis?
Bagaimana penatalaksanaan untuk kasus tromboflebitis?
Apa saja komplikasi dari tromboflebitis?
C.
1.
2.
3.
4.
5.
Tujuan
Untuk mengetahui apa itu trombroflebitis
Untuk mengetahui apa sja klasifikasi dari tromboflebitis
Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis dari tromboflebitis
Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan untuk kasus tromboflebitis
Untuk mengetahui bagaimana komplikasi dari tromboflebitis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian
Tromboflebitis merupakan trombosis yang diawali dengan peradangan.
Definisi Tromboflebitis secara umum
Tromboflebitis adalah kondisi dimana terbentuk bekuan dalam vena sekunder akibat
inflamasi/trauma dinding vena atau karena obstruksi vena sebagian.
Definisi Tromboflebitis menurut Adele Pillitteri, 2007
Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan
pembekuan darah. Tomboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat
kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen; dilatasi vena
ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan kepala janin kerena kehamilan dan
persalinan; dan aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan
membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah.
Definisi Tromboflebitis menurut Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, 2002
Tromboflebitis adalah perluasan atau invasi mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran
darah di sepanjang vena dan cabang-cabangnya
Jadi, Tromboflebitis adalah radang vena yang berhubungan dengan pembentukan trombus.
Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan
pembekuan darah. Tromboflebitis cebderung terjadi pada periode pasca partum pada saat
kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen .
B.
Klasifikasi
1. Tromboflebitis Femoralis
Yaitu suatu tromboflebitis yang mengenai satu atau kedua vena femoralis. Hal ini disebabkan
oleh adanya trombosis atau embosis yang disebabkan karena adanya perubahan atau kerusakan
pada intima pembuluh darah, perubahan pada susunan darah, laju peredaran darah, atau karena
pengaruh infeksi atau venaseksi.
2.
Tromboflebitis Pelvik
Mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum, yaitu vena ovarika, vena uterina dan
vena hipogastrika. Vena yang paling sering terkena adalah vena ovarika dektra karena infeksi
pada tempat implantasi plasenta terletak di bagian atas uterus. Perluasan infeksi dari vena
ovarika sinistra ialah ke vena renalis, sedang perluasan infeksi dari vena ovarika dekstra ialah ke
vena kava inferior.Perluasan infeksi dari vena uterina ialah ke vena iliaka komunis.
Bakteri yang biasanya berkaitan dengan tromboflebitis streptokokus anaerob dan
bakteriodes
C.
Etiologi
Secara umum etiologi tromboflebitis adalah sebagai berikut:
Pembedahan obstetric
4.
Kelahiran
5.
Obesitas
6.
Imobilisasi
7.
Trauma vaskula
8.
Varises
9.
Multiparietas
Patofisiologi
Patofisiologi Tromboflebitis
Terjadinya thrombus :
a.
Risiko tertinggi untuk flebitis dimiliki kateter yang terbuat dari polivinil klorida atau polietilen.
Faktor-faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter, lokasi dan lama kanulasi. (Kanula yang
dimasukkan ada daerah lekukan sering menghasilkan flebitis mekanis. Ukuran kanula harus
(3)
b.
c.
f.
Manifestasi klinis
Penderita-penderita umumnya mengeluh spontan terjadinya nyeri di daerah vena (nyeri
yang terlokalisasi), yang nyeri tekan, kulit di sekitarnya kemerahan (timbul dengan cepat diatas
vena) dan terasa hangat sampai panas. Juga dinyatakan adanya oedema atau pembengkakan agak
luas, nyeri bila terjadi atau menggerakkan lengan, juga pada gerakan-gerakan otot tertentu. Pada
perabaan, selain nyeri tekan, diraba pula pengerasan dari jalur vena tersebut, pada tempat-tempat
dimana terdapat katup vena, kadang-kadang diraba fluktuasi, sebagai tanda adanya hambatan
aliran vena dan menggembungnya vena di daerah katup. Fluktuasi ini dapat pula terjadi karena
pembentukan abses. Febris dapat terjadi pada penderita-penderita ini, tetapi biasanya pada orang
1.
a.
f.
berikut:
Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih panas
5)
Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya terdapat pada
paha bagian atas, teatapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki kemudian
6)
F. Penatalaksanaan
1. Pelvio tromboflebitis
a. Lakukan pencegahan terhadap endometritis dan tromboflebitis dengan menggunakan teknik
aseptik yang baik
b. Rawat inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan mencegah terjadinya
c.
emboli pulmonum
Terapi medik: pemberian antibiotika, heparin terdapat tanda-tanda atau dugaan adanya emboli
d.
pulmonum
Terapi operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli septik terus
berlangsung sampai mencapai paru-paru; meskipun sedang dilakukan hipernisasi, siapkan untuk
menjalani pembedahan.
2. Tromboflebitis femoralis
a. Terapi medik : Pemberian analgesik dan antibiotik.
b. Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan menurunkan
kemungkinan pembentukan pembekuan darah. Jauhkan tekanan dari daerah untuk mengurangi
c.
d.
memberikan alas pada penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yaang kuat pada betis.
Sediakan stocking pendukung kepada Pasien pasca partum yang memiliki varises vena untuk
terhambat.
j. Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena.
k. Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan pengukuran tersebut
dalam beberapa hari kemudian untuk melihat adanya peningkatan atau penurunan ukuran.
l.
Dapatkan laporan mengenai lokea dan timbang berat pembalut perineal untuk mengkaji
2.
3.
4.
Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonograf Doppler
Tehnik dopler memungkinkan penilaian kualitatif terhadap kemampuan katub pada vena
profunda,vena penghubung dan vena yang mengalami pervorasi
Pemeriksaan hematokrit
Mengidentifikasi Hemokonsentrasi
Pemeriksaan Koagulasi
Menunjukkan hiperkoagulabilitas
Biakan darah
Pemeriksaan Baik aerob maupun anaerob dapat membantu. Organisme yang penting untuk di
antisipasi meliputi Streptokokus aerob dan anaerob. Staphilokokus aureus ,Eschercia coli dan
5.
Bakteriodes
Pemindai ultrasuond dupleks
dengan tehnik ini obstruksi vena dan refleks katub dapat dideteksi dan dilokalisasi dan dapat
6.
H.
Dianogsa Banding
1. Tromboflebitis pelvica
Diagnosa banding dari tromboflebitis pelvica antara lain adalah:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
2.
apendiktis akut
kista ovarium yang terpuntir
hematoma
ligamentum lantum
abses pelvis
Infeksi traktus urinarius
infeksi luka.
Tromboflebitis femoralis
Diagnosa banding dari tromboflebitis femoralis antara lain adalah:
a)
b)
c)
d)
e)
I.
Selulitis
vena varikosa
trauma dengan hematoma subfasial
limfangitis
artritis
Komplikasi
1. Tromboflebitis pelvica
Komplikasi potensial dari tromboflebitis pelvica antara lain adalah:
emboli paru septik
septikemia
emfisema
2. Tromboflebitis femoralis
Komplikasi potensial dari tromboflebitis femoralis yang paling serius adalah emboli paru.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Tromboflebitis adalah radang vena yang berhubungan dengan pembentukan trombus.
Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan
pembekuan darah. Tromboflebitis cebderung terjadi pada periode pasca partum pada saat
kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen .
2. Klasifikasi
a. Tromboflebitis Femoralis
b. Tromboflebitis Pelvik
3. Manifestasi klinis :
Pelvio tromboflebitis
a. Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping, timbul pada hari
ke-2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
b. Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:
1) Menggigil berulang kali, menggil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit) dengan interval
hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari pada waktu menggigil penderita hampir tidak
panas.
2) Suhu badan naik turun secara tajam (36oC menjadi 40oC) yang diikuti penurunan suhu dalam 1
3)
c.
d.
1)
leukopenia).
2) Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulainya menggigil, kultur
darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob.
3) Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang paling banyak terkena
4)
a.
Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu mendadak
b.
naik kira-kira pada hari ke-10-20 yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.
Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan memberikan tanda-tanda sebagai
berikut:
1)
Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih panas
6)
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F. Gary. dkk. 2006. Obstetri Williams. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Djojosugito, Ahmad. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka.
FKUI. 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Prawirrohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka.
www. Docstoc. com/ docs/ 85267770/ Tromboflebitis-Pasca-Partum. Diakses pada tanggal 16
April 2013, pukul 15.00 WIB.
Goodshoot. Word press. Com/2011/ 06/ 18/ Makalah-Trombosis/ Diakses pada tanggal 16 April
2013, pukul 15.10 WIB.
Disusun Oleh :
Lina Fathma
(121150)
Penulis
menyadari
sepenuhnya
bahwa
pengkajian
makalah
ini
masih
banyak
kekurangannya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
perbaikan di waktu yang akan datang.
Demikian, Terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alatalat kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari.
Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang disebabkan oleh
masuknya kuman-kuman ke dalam alat genetalia pada waktu persalinan. Masa nifas merupakan
masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50%
dari kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan, diantaranya
disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas.
Selama ini perdarahan pascasalin merupakan penyebab kematian ibu, terutama setelah 2 jam
pertama yang kemungkinannya sangat tinggi, namun dengan meningkatnya persediaan darah dan
rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu.
Infeksi pada masa nifas diantaranya yaitu Tromboflebitis dan Endometrisis. Tromboflebitis yaitu
penjalaran infeksi melalui vena sering terjadi dan merupakan penyebab terpenting dari kematian
karena infeksi peurperalis, infeksi puerperalis yaitu infeksi nifas yang mencakup semua
peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman kuman ke dalam alat genetalia wanita
pada waktu persalinan dan nifas. Tromboflebitis yaitu suatu peradangan yang disebabkan oleh
infeksi atau cedera vena. Radang vena golongan 1 disebut Pelviotromboflebitis atau
tromboflebitis pelvis dan infeksi vena 2 disebut tromboflebitis femoralis.
Sedangkan infeksi nifas Endometritis yaitu peradangan yang terjadi pada endometrium pada
lapisan sebelah dalam. Sama-sama kita ketahui bahwa peradangan endometrium pada masa nifas
diindonesia masih tinggi karena kurangnya ketelitian dan kecermatan dalam penanganan
mengenai hal ini baik dalam masa kehamilan maupun persalinan.
Masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga personal higiene,
kurangnya pengetahuan tentang dampak jangka pendek dan jangka panjang endometritis bagi ibu
menjadi salah faktor atau dasar bagi penulis untuk membahas tentang infeksi nifas mengenai
B.
1.
2.
3.
endometritis.
RUMUSAN MASALAH
Mengetahui pengertian tromboflebitis dan Endometritis
Mengetahui kalsifikasi tromboflebitis dan Endometritis
Mengetahui penyebab tromboflebitis dan Endometritis
C. TUJUAN PENULISAN
1. TUJUAN UMUM
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Masa nifas.
b. Untuk memperoleh pengalaman terhadap penatalaksanaan pada ibu post partum dengan
tromboflebitis dan endometritis
2.
a.
b.
c.
d.
e.
TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari troboflebitis dan endometritis
Mahasiswa dapat mengetahui beberapa penyebab dari tromboflebitis dan endometritis
Mahasiswa dapat menegetahui tentang penatalaksanaan dari tromboflebitis dan endometritis
Mahasiswa dapat mengetahui tentang tanda dan gejala dari tromboflebitis dan endometritis
Mahasiswa dapat mengetahui penanganan terhadap tromboflebitis dan endometritis
D. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi mahasiswa
Agar sebagai bidan nantinya bisa mengaplikasikan ilmu tersebut atau menerapkannya dalam
memberikan asuhan kebidanan pada pasien tromboplebitis dengan baik dan benar.
2. Bagi pembaca
Sebagai bahan bacaan dan referensi.
3. Bagi kesehatan
Sebagai acuan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya pada pasien tromboflebitis.
BAB II
PEMBAHASAN
I. TROMBOFLEBITIS
A. Definisi
Perluasan infeksi nifas yang paling sering ialah perluasan atau invasi mikroorganisme
patogen yang mengikuti aliran darah di sepanjang vena dan cabang-cabangnya sehingga terjadi
tromboflebitis (YBP-SP, 2002).
Tromboflebitis adalah suatu peradangan pada vena. Istilah trombosis vena lebih sering
diartikan sebagai suatu keadaan penggumpalan darah yang terbentuk di dalam pembuluh darah,
sedangkan tromboflebitis diartikan sebagai inflamasi yang menyertai terhadap adanya suatu
penjendalan. Plebotrombosis adalah trombus yang merupakan faktor yang mempermudah
terjadinya inflamasi (DepKes RI, 1990).
Tromboflebitis adalah peradangan dinding vena dan biasanya disertai pembentukan bekuan
darah (thrombus). Ketika pertama kali terjadi bekuan pada vena akibat statis atau
hiperkoagulabilitas, tanpa disertai peradangan maka proses ini dinamakan flebotrombosis.
(Smeltzer, 2001).
Tomboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan
pembekuan darah. Tomboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat
kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen; dilatasi vena
ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan keopala janin gelana kehamilan dan
persalinan; dan aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan
membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah (Adele Pillitteri, 2007).
Tromboflebitis berarti bahwa gumpalan darah telah terbentuk dalam vena dekat dengan
kulit. Mungkin juga ada infeksi pada pembuluh darah. Tromboflebitis biasanya terdapat di vena
kaki atau lengan. Dengan hati-hati, masalah ini harus diselesaikan sampai dalam waktu 2 sampai
3 minggu. Tromboflebitis paling sering mempengaruhi vena superfisial di kaki, tetapi dapat juga
mempengaruhi vena superfisial di paha. Sering kali, tromboflebitis terjadi pada orang dengan
varises, namun kebanyakan orang dengan varises tidak mengembangkan tromboflebitis.
Tromboflebitis melibatkan reaksi inflamasi akut yang menyebabkan trombus untuk tetap
pada dinding pembuluh darah dan mengurangi kemungkinan thrombus hilang. Tidak seperti
dalam vena, vena superfisial tidak memiliki otot-otot sekitarnya untuk menekan dan mengusir
trombus. Karena ini, tromboflebitis superfisialis jarang menyebabkan emboli. Tromboflebitis
yang berulang kali terjadi di vena yang normal disebut bermigrasi radang pembuluh darah atau
migrasi tromboflebitis. Ini mungkin menunjukkan kelainan yang mendasari serius, seperti kanker
dari organ internal.
Tromboflebitis dapat disebabkan oleh infeksi atau cedera vena. Penyebab lainnya mungkin
tidak bergerak cukup cepat setelah pembedahan atau beristirahat di tempat tidur untuk waktu
yang lama, mungkin mengenakan gips, merokok, minum pil KB, obat-obatan mungkin melukai
dinding pembuluh darah dan menyebabkan tromboflebitis. Penyebab lainnya mungkin varises,
kehamilan, atau iritasi dari infus di pembuluh darah/ menggunakan intravena (IV) line, atau
setelah trauma pada vena. Ini melibatkan respons peradangan berhubungan dengan gumpalan di
pembuluh darah.
Resiko yang menyebabkan kecenderungan peningkatan pembekuan darah, infeksi, atau
saat terakhir kehamilan, varises, dan kimia atau iritasi lainnya dari daerah. Berkepanjangan
duduk, berdiri, atau imobilisasi meningkatkan risiko. Dangkal tromboflebitis mungkin kadangkadang dikaitkan dengan kanker perut (seperti karsinoma pankreas), deep vein thrombosis,
thromboangiitis obliterans, dan (jarang) dengan embolus paru.
Sakit dan pembengkakan lokal berkembang dengan cepat, kulit di atas vena menjadi
merah, dan hangat dan sangat keras. Karena darah di vena yang beku, pembuluh darah terasa
seperti tali yang keras di bawah kulit, tidak lembut seperti normal atau varises vena. Paling
sering, tromboflebitis berkurang dengan sendirinya. Dengan analgesik, seperti aspirin atau yang
lain non-steroid anti-inflamasi (NSAID), biasanya membantu mengurangi rasa sakit. Meskipun
umumnya peradangan reda dalam hitungan hari, beberapa minggu dapat dilalui sebelum
gumpalan dan kelembutan mereda sepenuhnya.
Untuk memberikan bantuan awal, dokter
mungkin
menyuntikkan
bius
lokal,
menghilangkan trombus, dan kemudian diperban kompresi, dipakai selama beberapa hari.
Flebitis Superfisialis (Tromboflebitis) adalah peradangan dan pembekuan darah di dalam suatu
vena superfisial (vena permukaan). Tromflebitis superficialis (jempol kaki).
B. Klasifikasi
1. Tromboflebitis dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Pelvio tromboflebitis atau tromboflebitis pelvis
Pelvio tromboflebitis mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum, yaitu vena
ovarika, vena uterina dan vena hipograstika. Vena yang paling sering terkena ialah vena ovarika
dekstra karena infeksi pada tempat implantasi plasenta yang terletak dibagian atas uterus; proses
biasanya unilateral. Perluasan infeksi dari vena ovarika sinistra ialah ke vena renalis, sedangkan
perluasan infeksi dari vena ovarika dekstra ialah ke vena kava inferior. Peritonium selaput yang
menutupi vena ovarika dekstra dapat mengalami inflamasi dan dapat menyebabkan perisalpingo-
ooforitis dan periapendistits. Perluasan infeksi dari vena uterina ialah ke vena iliaka komunis.
Biasanya terjadi sekitar hari ke-14 atau ke-15 pasca partum.
b.
C. Etiologi
Faktor penyebab terjadinya infeksi tromboflebitis antara lain :
a. Pasca bedah, perluasan infeksi endometrium.
b. Mempunyai varises pada vena
Pada vena yang sebelumnya terdapat venaektasia atau varises, maka terdapatnya turbulensi
darah pada kantong-kantong vena di sekitar klep (katup) vena merangsang terjadinya thrombosis
primer tanpa disertai reaksi radang primer, yang kemudian karena faktor lokal, daerah yang ada
trombusnya tersebut mendapat radang. Menipisnya dinding vena karena adanya varises
sebelumnya, mempercepat proses keradangan. Dalam keadaan ini, maka dua factor utama :
kelainan dinding vena dan melambatnya aliran darah, menjadi sebab penting dari terjadinya
tromboplebitis.
c. Obesitas
Bila keadaan dehidrasi berat, koagulasi intravascular yang meluas ataupun infeksi sistemik
dapat menimbulkan rangsangan untuk pathogenesis ini.
d. Pernah mengalami tromboflebitis
e. Berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi stir up untuk waktu yang
f.
lama
Trauma
Beberapa sebab khusus karena rangsangan langsung pada vena dapat menimbulkan keadaan
ini. Umumnya pemberian infus (di lengan atau di tungkai) dalam jangka waktu lebih dari 2 hari
pada tempat yang sama atau pemberian obat yang iritan secara intra vena.
g. Adanya malignitas (karsinoma), yang terjadi pada salah satu segmen vena. Tumor-tumor intra
abdominal, umumnya yang memberikan hambatan aliran vena dari ekstremitas bawah, hingga
h.
II.
ENDOMETRITIS
A. Definisi
Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya disebabkan oleh infeksi
bakteri pada jaringan. (Taber, B., 1994).
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim). (Manuaba, I.B. G.,
1998).- Endometritis adalah suatu infeksi yag terjadi di endometrium, merupakan
komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72 jam setelah melahirkan.
Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya disebabkan oleh infeksi
bakteri pada jaringan ( Ben-zion Tuber, 1994 ).
Endometritis adalah infeksi pada endometrium atau yang disebut lapisan dalam dari rahim.
( Prof.dr.Ida Bagus, ).
Endometritis adalah infeksi atau desidua endometrium, dengan ekstensi ke miometrium dan
jaringan parametrial. Endometritis dibagi menjadi kebidanan dan nonobstetric endometritis.
Penyakit radang panggul (PID) adalah sebuah Common nonobstetric pendahulunya dalam
populasi. Endometritis dapat juga terjadi karena kelanjutan dari kelahiran yang tidak normal,
seperti abortus, retensi sekundinarum, kelahiran premature, kelahiran kembar, keahiran yang
sukar (distokia), perlukaan yang disebabkan oleh alat-alat yang dipergunakan untuk pertolongan
pada kelahiran yang sukar.
Endometrium adalah lapisan epitel yang melapisi rongga Rahim. Permukaannya terdiri atau
selapis sel kolumnor yang bersilia dengan kelenjar sekresimukosa Rahim yang berbentukinva
ginasi ke dalam stroma selular. (Sarwono,2008)
Endometritis merupakan suatu peradangan pada endometrium yang disebabkan oleh infeksi
bakteri pada jaringan.
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim) yang dapat terjadi
sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam
rahim.
B. Klasifikasi
Menurut Wiknjosastro (2002),
1. Endometritis akuta
Terutama terjadi pada masa post partum / post abortum. Pada endometritis post partum
regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9, sehingga endometritis post partum pada
umumnya terjadi sebelum hari ke-9. Endometritis post abortum terutama terjadi pada abortus
provokatus.
Pada endometritis akuta, endometrium mengalami edema dan hiperemi, dan pada
pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi leukosit berinti polimorf yang
banyak, serta perdarahan-perdarahan interstisial. Sebab yang paling penting ialah infeksi gonorea
dan infeksi pada abortus dan partus.
Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan radang menjalar ke atas dan menyebabkan
endometritis akut. Infeksi gonorea akan dibahas secara khusus.
Pada abortus septik dan sepsis puerperalis infeksi cepat meluas ke miometrium dan melalui
pembuluh-pembuluh darah limfe dapat menjalar ke parametrium, ketuban dan ovarium, dan ke
peritoneum sekitarnya. Gejala-gejala endometritis akut dalam hal ini diselubungi oleh gejalagejala penyakit dalam keseluruhannya. Penderita panas tinggi, kelihatan sakit keras, keluar
leukorea yang bernanah, dan uterus serta daerah sekitarnya nyeri pada perabaan.
Sebab lain endometritis akut ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus di luar partus atau
abortus, seperti kerokan, memasukan radium ke dalam uterus, memasukan IUD (intra uterine
device) ke dalam uterus, dan sebagainya.
Tergantung dari virulensi kuman yang dimasukkan dalam uterus, apakah endometritis akut
tetap berbatas pada endometrium, atau menjalar ke jaringan di sekitarnya.
Endometritis akut yang disebabkan oleh kuman-kuman yang tidak seberapa patogen pada
umumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan sendiri, dibantu dengan pelepasan lapisan
fungsional dari endometrium pada waktu haid. Dalam pengobatan endometritis akuta yang
paling penting adalah berusaha mencegah, agar infeksi tidak menjalar.
Gejalanya :
a. Demam
b. Lochea berbau : pada endometritis post abortum kadang-kadang keluar lochea yang purulent.
c. Lochea lama berdarah malahan terjadi metrorrhagi.
d. Kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau parametrium tidak nyeri.
2. Endometritis kronika
Radang ini jarang dijumpai , namun biasanya terjadi pada wanita yang masih menstruasi.
Dimana radang dapat terjadi pada lapisan basalis yang tidak terbuang pada waktu menstruasi.
Endometritis kronik primaria dapat terjadi sesudah menopauase, dimana radang tetap tinggal dan
meluas sampai ke bagian endometrium lain. Endometritis kronik ditandai oleh adanya sel-sel
plasma pada stroma. Penyebab yang paling umum adalah Penyakit Radang Panggul (PID), TBC,
dan klamidia. Pasien yang menderita endometritis kronis sebelumnya mereka telah memiliki
riwayat kanker leher rahim atau kanker endrometrium. Gejala endometritis kronis berupa noda
darah yang kotor dan keluhan sakit perut bagian bawah, leukorea serta kelainan haid seperti
menorhagia dan metrorhagia. Pengobatan tergantung dari penyebabnya.
Endometritis kronis ditemukan:
a. Pada tuberkulosis.
b. Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus.
c. Jika terdapat korpus alineum di kavum uteri.
d. Pada polip uterus dengan infeksi.
e. Pada tumor ganas uterus.
f. Pada salpingo oofaritis dan selulitis pelvik.
Endometritis tuberkulosa terdapat pada hampir setengah kasus-kasus TB genital. Pada
pemeriksaan mikroskopik ditemukan tuberkel pada tengah-tengah endometrium yang meradang
menahun.
Pada abortus inkomplitus dengan sisa-sisa tertinggal dalam uterus terdapat desidua dan
vili korealis di tengah-tengah radang menahun endometrium.
Pada partus dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam uterus, terdapat peradangan dan
organisasi dari jaringan tersebut disertai gumpalan darah, dan terbentuklah apa yang dinamakan
polip plasenta.
Endometritis kronika yang lain umumnya akibat ineksi terus-menerus karena adanya
benda asing atau polip/tumor dengan infeksi di dalam kavum uteri.
Gejalanya :
a. Flour albus yang keluar dari ostium.
b. Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi.
3. Tipe Endometritis
a. Endometritis post partum (radang dinding rahim sesudah melahirkan)
b. Endometritis sinsitial (peradangan dinding rahim akibat tumor jinak disertai sel sintitial dan
trofoblas yang banyak)
c. Endometritis tuberkulosa (peradangan pada dinding rahim endometrium dan tuba fallopi,
biasanya akibat Mycobacterium tuberculosis.)
C. Etiologi
Endometritis sering ditemukan pada wanita setelah seksio sesarea terutama bila sebelumnya
ada riwayat koriomnionitis, partus lama, pecah ketuban yang lama. Penyebab lainnya dari
endometritis adalah adanya tanda jaringan plasenta yang tertahan setelah abortus dan melahirkan.
(Taber, B. 1994).
Menurut Varney, H. (2001), hal-hal yang dapat menyebabkan infeksi pada wanita adalah:
1. Waktu persalinan lama, terutama disertai pecahnya ketuban.
2. Pecahnya ketuban berlangsung lama.
3. Adanya pemeriksaan vagina selama persalinan dan disertai pecahnya ketuban.
4. Teknik aseptik tidak dipatuhi.
5. Manipulasi intrauterus (pengangkatan plasenta secara manual).
6. Trauma jaringan yang luas/luka terbuka.
7. Kelahiran secara bedah.
8. Retensi fragmen plasenta/membran amnion.
Macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan seperti eksogen (kuman datang dari
luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen (dari jalan lahir
sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob yang
sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman yang sering
menyebabkan infeksi antara lain adalah :
A. Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya eksogen
(ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong, infeksi
tenggorokan orang lain).
B. Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi
di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat. Kuman ini biasanya
menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
C. Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas pada
perineum, vulva, dan endometrium. Kuman inimerupakan sebab penting dari infeksi traktus
urinarius.
D. Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini
lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah
sakit.
Miroorganisme yang menyebabkan endometritis diantaranya Campylobacter foetus,
Brucella sp., Vibrio sp., dan trikomoniasis foetus. Endometritis juga dapat diakibatkan oleh
bakteri
Eschericia coli
dan
1.
Peningkatan demam secara persisten hingga 40 derajat celcius. Tergantung pada keparahan
infeksi.
2. Takikardia
3. Menggigil dengan infeksi berat
4. Nyeri tekan uteri menyebar secara lateral
5. Nyeri panggul dengan pemeriksaan bimanual
6. Subinvolusi
7. Lokhia sedikit, tidak berbau atau berbau tidak sedap, lokhia seropurulenta
8. Hitung sel darah putih mungkin meningkat di luar leukositisis puerperium fisiologis
9. Perdarahan pervaginam
10. Shock sepsis maupun hemoragik
11. Abdomen distensi atau pembengkakan.
12. Abnormal pendarahan vagina
13. Discomfort dengan buang air besar (sembelit mungkin terjadi)
14. Terjadi ketidaknyamanan, kegelisahan, atau perasaan sakit (malaise)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya disebabkan oleh
infeksi bakteri pada jaringan, dan juga suatu infeksi yang terjadi di endometrium, merupakan
komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72 jam setelah melahirkan. Endometritis
sering ditemukan pada wanita setelah seksio sesarea terutama bila sebelumnya ada riwayat
koriomnionitis, partus lama, pecah ketuban yang lama.Infeksi endometrium, atau decidua,
biasanya hasil dari infeksi naik dari saluran kelamin yang lebih rendah. Dari perspektif patologis.
Penyebab-penyebab lainnya endometritis adalah jaringan plasenta yang tertahan setelah abortus
atau melahirkan. Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas Insersio
plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium.
Sedangkan Tromboflebitis adalah peradangan dinding vena dan biasanya disertai
pembentukan bekuan darah (thrombus). Ketika pertama kali terjadi bekuan pada vena akibat
statis atau hiperkoagulabilitas, tanpa disertai peradangan maka proses ini dinamakan
flebotrombosis.
B.
SARAN
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori Medis
1.
Pengertian Tromboflebitis
Tromboflebitis adalah invasi/perluasan
mikroorganisme
patogen
yang
1.
Klasifikasi
Tromboflebitis dibagi menjadi 2, yaitu:
Pelvio tromboflebitis
Pelvio tromboflebitis mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum,
yaitu vena ovarika, vena uterina dan vena hipograstika. Vena yang paling sering
terkena ialah vena overika dekstra karena infeksi pada tempat implantasi plasenta
terletak dibagian atas uterus, proses biasanya unilateral. Perluasan infeksi dari vena
ovarika dekstra, mengalami inflamasi dan akan menyebabkan perisalpingo-ooforitis
dan peridiapendisitis. Perluasan infeksi dari vena uterna ialah ke vena iliaka
komunis. Biasanya terjadi sekitar hari ke-14 atau ke-15 pasca partum.
Gejala
a.
Nyeri terdapat pada perut bagian bawah atau perut bagian samping, timbul pada
b.
c.
d.
e.
f.
g.
a.
b.
c.
Komplikasi
Komplikais pada paru-paru infark, abses, pneumonia
Komplikasi pada ginjal sinistra, yaitu nyeri mendadak yang diikuti dengan
proteinuria dan hematuria
Komplikasi pada mata, persendian dan jaringan subkutan
(Cunningham : 2005).
a.
Penanganan
Rawat inap: penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakitnya dan
b.
c.
2.
Tromboflebitis femoralis
Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena pada tungkai misalnya pada
vena femoralis, vena poplitea dan vena safena.
Edema pada salah satu tungkai kebanyakan disebabkan oleh suatu trombosis
yaitu suatu pembekuan darah balik dengan kemungkinan timbulnya komplikasi
emboli paru-paru yang biasanya mengakibatkan kematian. (Cunningham :2005)
Penilaian klinik
o Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih panas
dibandingkan dengan kaki yang lain
o Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha
bagian atas
o Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha
o Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, dan
nyeri
o Edema kadang-kadang terjadi selalu atau setelah nyeri, pada umumnya terdapat
pada paha bagian atas tetapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan
kaki kemudian meluas dari bawah keatas
o Nyeri pada betis
o Pada trombosis vena femoralis, vena dapat teraba didaerah lipat paha
o Oedema pada tungkai dapat dibuktikan dengan mengukur lingkaran dari betis dan
dibandingkan dengan tungkai sebelah lain yang normal.
Penanganan
a.
Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan
menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan darah.
b.
Pastikan klien untuk tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung kaki lebih
dari 1 jam, dan pastikan untuk memberikan alas pada penyokong kaki guna
c.
d.
vena untuk meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi stasis.
Instruksikan kepada klien untuk memakai stocking pendukung sebelum bangun
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
bercak ekimosis, pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan episiotomi.
Yakinkan klien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada masa
n.
o.
menyusui karena obat ini tidak akan berada didalam air susu.
Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin.
Jelaskan pada klien mengenai pemberian heparin yang harus dilakukan melalui
p.
klien
bahwa
untuk
kehamilan
selanjutnya
ia
harus
Patogenesis
Berdasarkan Triad of Virchow, terdapat 3 faktor yang berperan dalam
patogenesis terjadinya trombosis pada arteri atau vena yaitu kelainan dinding
pembuluh darah, perubahan aliran darah dan perubahan daya beku darah.
Trombosis vena adalah suatu deposit intra vaskuler yang terdiri dari fibrin,
sel darah merah dan beberapa komponen trombosit dan lekosit.
Patogenesis terjadinya trombosis vena adalah sebagai berikut :
1. Stasis vena.
Statis Vena
Aliran darah pada vena cendrung lambat, bahkan dapat terjadi statis terutama pada
daerah-daerah yang mengalami immobilisasi dalam waktu yang cukup lama.
Statis vena merupakan predis posisi untuk terjadinya trombosis lokal karena
dapat menimbulkan gangguan mekanisme pembersih terhadap aktifitas faktor
pembekuan darah sehingga memudahkan terbentuknya trombin.
2.
vena, melalui :
a. Trauma langsung yang mengakibatkan faktor pembekuan.
b. Aktifitasi sel endotel oleh cytokines yang dilepaskan sebagai akibat kerusakan
jaringan dan proses peradangan.
Permukaan vena yang menghadap ke lumen dilapisi oleh sel endotel. Endotel
yang utuh bersifat non-trombo genetik karena sel endotel menghasilkan beberapa
substansi seperti prostaglandin (PG12), proteoglikan, aktifator plasminogen dan
trombo-modulin, yang dapat mencegah terbentuknya trombin.
Apabila endotel mengalami kerusakan, maka jaringan sub endotel akan
terpapar. Keadaan ini akan menyebabkan sistem pembekuan darah di aktifkan dan
trombosir akan melekat pada jaringan sub endotel terutama serat kolagen,
membran basalis dan mikro-fibril. Trombosit yang melekat ini akan melepaskan
adenosin difosfat dan tromboksan A2 yang akan merangsang trombosit lain yang
masih beredar untuk berubah bentuk dan saling melekat. Kerusakan sel endotel
sendiri juga akan mengaktifkan sistem pembekuan darah.
3.
4.
Riwayat :
1)
Sudah lansia
Obese
Paritasnya tinggi
Mungkin ada riwayat vena varikosa. Tromboflebitis juga dapat terjadi pada vena
anggota gerak bagian atas yang sebelumnya digunakan untuk infuse intravena.
2)
5.
a.
f.
dilokalisasi dan dapat dilihat diagram vena-vena penghubung yang tidak kompeten
Venograf
Bahan kontras disuntikkan ke dalam sistem vena untuk memberikan
gambaran pada vena-vena di ekstrimitas bawah dan pelvis.
B.
proses
pemikiran
penatalaksanaan
manajemen
kebidanan.
(Muslihatun,2010)
PENGKAJIAN
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap
dari semua sumber berkaitan dengan kondisi klien. Pengkajian data wanita hamil
terdiri atas anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.(Hani dkk,
I.
2010)
Data Subyektif
Data Subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien.
Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai
kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan
diagnosis. Pada pasien yang bisu, di bagian data di belakang huruf S, diberi tanda
huruf
tuna wicara. Data subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan
disusun.
(Muslihatun, 2010)
1. Biodata
1) Biodata Ibu
a. Nama Ibu
Nama ibu dikaji untuk mengenal atau memanggil pasien agar tidak keliru dengan
pasien lain dan untuk membina hubungan antara
kesehatan dan menyulitkan atau mengahbiskan waktu yang lama untuk merujuk ke
fasilitas kesehatan yang baik jika terjadi kegawatdaruratan (Wiknjosastro,2002)
Biodata Suami
Nama
Dikaji untuk mengenal suami klien (Ibrahim,1996)
b. Umur
Untuk mengetahui umur suami karena hal ini dapat berkaitan dengan kesiapan
2)
a.
c.
(Manuaba, 2001)
d. Pekerjaan
Pekerjaan dikaji untuk kesejahteraan keluarga khhususnya bidang ekonomi, dan
jenis pekerjaan suami untuk mengetahui seberapa besar peran suami bisa
mendamping ibu (Ibrahim, 1996).
e. Agama
Untuk mengetahui agama suami sama dengan ibu atau tidak, karena jika berbeda
f.
g.
yang cukup untuk menyusui. Selain itu BBL dapat tertular penyakit bila dirawat dan
disusui ibu (Wiknjosastro,1999)
2) Asma Bronkiale
Pengaruh asma ibu tergantung sering dan beratnya serangan, karena ibu akan
kekurangan
sehingga
ibu
dapat
mengalami
sesak
napas
yang
dapat
menyebabkan penurunan produksi ASI, perdarahan, dan prose involusi uteri akan
terganggu (Manuaba, 2001)
b. Sistem Kardiovaskular
1) Penyakit Jantung
Penyakit jantung dapat menyebabkan kolaps setelah anak lahir karena darah tibatiba kembali ke sirkulasi tubuh sehingga kerja jantung bertambah dan terjadi
2)
jantung. (wiknjosastro,1995)
c. Penyakit Darah
1) Varises
Yaitu suatu pelebaran pembuluh vena yang membuat pembuluh dasar membesar
2)
dan terlihat secara kasat mata. Umumnya terjadi pada bagian lipatan betis.
Trombus
Yaitu, tersumbatnya pembuluh darah karena benda yang tidak bergerak.
d. Sistem Digestivus
Sistem digestivus dikaji karena asupan ibu yang kurang dapat menyebabkan
gangguan pada system pencernaan yang dapat menghambat proses pemulihan ibu
nifas. Selain itu, pada chorian cornia dapat menjadi besar dan usus dapat masuk
sehingga timbul gejala plerus. ( Wiknjosastro, 1995 )
e. Sistem Urogenital
Sistem urogenital dikaji karena dapat terjadi infeksi yang dapat mempengaruhi
kondisi pemulihan pada masa nifas, seperti infeksi plemunefritis pada masa nifas
f.
Dikaji untuk mengetahui apakah keadaan obstetri ibu termasuk fisiologi atau
a.
1)
patologis.
Riwayat Haid
Menarche
Menarche dikaji untuk mengetahui tingkat fertilitas ibu, faktor keturunan, kesehatan
2)
3)
6)
b.
1)
2)
3)
( Manuaba, 2001 : 57 ).
Flour Albus : ..(ada/tidak, berbau/tidak,gatal/tidak )
Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas masa lalu
Dikaji untuk mengetahui adanya masalah pada kehamilan, persalinan dan nifas
yang lalu karena masalah tersebut dapat terjadi kembali pada nifas ini.
Tahun melahirkan
Riwayat kehamilan yang lalu (umur kehamilan saat melahirkan dan riwayat ANC)
Riwayat persalinan (tempat persalinan, penolong persalinan, jenis kelamin bayi
yang dilahirkan, berat badan dan panjang badan bayi, jenis persalinannya, dan
4)
5)
c.
1)
2)
3)
penyulit persalinan)
Riwayat nifas yang lalu ada penyulit atau tidak
Keadaan anak sekarang (hidup/mati, sehat/sakit, lama menyusui, dan usia anak
yang dilahirkan saat ini)
Riwayat Kehamilan Sekarang
Untuk mengetahui bagaimana
keadaan
saat
kehamilan
ibu
karena
dapat
4)
5)
d.
e.
f.
g.
1) Makan
Terakhir makan, tanggal.......jam.......
Porsi........
Jenis..........
2) Minum
Tanggal........jam.........
Porsi...........
Jenis.............
b) Pola eliminasi
Perlu dikaji untuk mengetahui adakah gangguan dalam defekasi dan miksi pada
pasien selama nifas. Miksi harus dilakukan segera mungkin setelah melahirkan (6
jam postpartum), sedangkan defekasi harus dilakukan 3-4 hari postpartum. Ibu
terkadang merasa sulit untuk buang air kecil karena pengaruh oedema kandung
kemih yang terjadi selama bersalin dan ibu juga sulit untuk buang air besar karena
perasaan takut ibu untuk buang air besar. (Yanti, 2010).
Buang air kecil :
Tanggal...... pukul.... frekuensi...... warna.......
Keluhan:
Buang Air besar :
Tanggal...... pukul..... frekuensi........ warna........ konsistensi (lembek atau keras)
Keluhan:..
c) Pola aktifitas
Perlu dikaji apakah ibu melakukan pekerjaan berat yang menyebabkan ibu
kelelahan sehingga tidak mempunyai tenaga dan untuk menyesuaikan asupan
nutrisi yang harus diterima. Bidan memberitahukan pada ibu untuk melakukan
mobilisasi dini agar pengeluaran lokhea lancar dan membantu mempercepat
pemulihan dari fungsi alat genetalia dan urinaria. (Manuaba, 2001)
d) Pola istirahat
Dikaji karena istirahat diperlukan bagi ibu untuk memperoleh kesegaran dan dapat
menyusun tenaga baru. Ibu yang kurang istirahat akan mempengaruhi produksi ASI,
memperlambat involusi uteri, kelelahan, dan depresi postpartum (Saifudin, 2002 )
e) Pola personal Hygiene
Dikaji karena diperlukan kebersihan untuk mencegah penyebaran infeksi. Bila ada
darah,lendir atau air ketuban segera dibersihkan dan juga menginformasikan
kepada ibu nifas untuk mengganti pembalut minimal 3 kali dalam sehari karena
lebih dari 6 jam mikroorganisme akan berkembang biak dan mudah menyebabkan
infeksi pada ibu nifas (Saifudin, 2002 )
f) Pola seksual
Dikaji karena ibu perlu diberitahu pada ibu bahwa hubungan seksual aman
dilakukan apabila pengeluaran darah sudah berhenti dan ibu sudah tidak
i.
dari keluarga, penerimaan ibu, harapan ibu dan pelayanan kesehatan dan
j.
pola
kehidupan sehari-hari terutama gizi keluarga. Bila ibu nifas kekurangan gizi akan
mempengaruhi produksi ASI serta menghambat kesehatan ibu selama nifas (Yanti,
l.
2010).
Data spiritual
Dikaji tentang agama pasien dan suami sehubungan dengan tindakan yang akan
dilakukan selama masa nifas apakah ada hal-hal yang dilakukan bertentangan
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum
Dikaji untuk mengetahui bagaimana keadaan ibu dilihat secara umum baik
buruknya. Keadaan umum nifas fisiologi adalah baik dengan kesadaran compos
mentis. (Hamilton, 1995: 282)
b. Tanda Vital
a. Tekanan darah :.....................................mmhg
Untuk mengetahui bagaimana keadaan tekanan darah klien, apakah mengalami
hipertensi atau hipotensi. Pada beberapa kasus ditentukan adanya hipertensi
postpartum yang akan menghilang dengan sendirinya dalam kurang lebih 2 bulan. (
Varney, 2001 : 10) Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya
tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan
dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post
partum merupakan tanda terjadinya preeklamsia post partum.
b. Nadi :...............x/menit
Untuk mengetahui apakah denyut nadi klien dalam keadaan normal atau tidak. Nadi
berkisar antara 60-80 x/menit dan cenderung lebih labil bila dibandingkan dengan
suhu tubuh. (Varney,2001)
c. Suhu :....................0C
Untuk mengetahui keadaan ibu setelah melahirkan. Suhu meningkat 0,5 oC dari
normal, tetapi suhu yang mencapai > 38 oC setelah 12 jam postpartum mengarah
pada tanda-tanda infeksi (Wiknjosastro,1999 ).
d. RR
: ..........................kali/menit
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan klien, apakah stabil karena saat bersalin
nafas ibu cenderung meningkat frekuensinya (Varney,2001).
c. Berat badan
:..............................kg
Untuk mengetahui berapa penurunan berat badan klien setelah melahirkan. Ratarata berat badan ibu akan kembali seperti sebelum hamil dalam waktu 6 minggu.
(Pillitery, 1999 )
2. Status Present
Dikaji untuk mengetahui keadaan ibu setelah persalinan mulai dari kepala sampai
kaki. Pada ibu nifas fisiologis akan dipegaruhi dan diperoleh hasil pemeriksaan
dalam keadaannya normal.
a. Kepala
1. Mata
Keadaan konjungtiva merah muda / tidak, sklera ikterik / tidak, simetris / tidak. Jika
konjungtiva pucat kemungkinan ibu mengalami anemia.
2. Hidung
Terdapat massa, edema mukosa, secret / tidak, bagaimana fungsinya.
Hidung termasuk dalam saluran pernafasan sehingga jika terdapat gangguan pada
hidung dikhawatirkan akan terjadi gangguan pernafasan.
3. Muka
Edema didaerah muka ada/tidak, kulit wajah tampak
kemerahan/pucat.
a. Mamae
Dikaji keadaan mamae setiap akan menyusui dan waktu perawatan mamae dan
pengeluaran ASI (Ibrahim, 1996 )
b. Perut abdomen
Untuk mengetahui kontraksi uterus lemah/baik, dan tinggi fundus uteri sesuai
dengan hari nifas atau tidak (Mochtar,1998)
Involusi
TFU
BBL
Setinggi pusat
Bayi Lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
Bertambah kecil
8 minggu
Bertambah normal
c. Vulva/vagina
Untuk mengetahui apakah ada luka perineum, adakah heating, apakah terdapat
tanda-tanda infeksi dan bagaimana pengeluaran pervaginamnya, apakah lochea
sesuai dengan hari nifas. Pengkajian lochea meliputi warna, jumlah, bau, dan
konsistensi. Sedang banyaknya lochea yang dikeluarkan tidak sama bagi semua ibu
tapi selalu lebih banyak dari darah menstruasi dan jumlahnya berkurang sampai
tidak keluar sama sekali. Dalam keadaan normal lochea berbau anyir tetpi tidak
busuk. (Ibrahim,1996)
d. Ekstremitas
Untuk mengetahui ada tidaknya tanda hommans, oedema maupun varises. Adanya
human menunjukkan infeksi thrombflebitis pada ibu nifas.
4.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan bila ada indikasi, dengan specimen kultur dan
sensitifitas urin (kultur sensitifitas), Hb dan hematokrit untuk menegakkan diagnose
partum.
III. ASSESMENT
Analisis / Assessment, merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi
(kesimpulan)dari data subjektif dan objektif. Karena keadaan pasien yang setiap
saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data
subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat
dinamis. Hal ini juga menuntut bidan untuk sering melakukan analisis data yang
dinamis tersebut dalam rangka mengikuti perkembangan pasien dan analisis yang
tepat dan akurat mengikuti perkembangan data pasien yang akan menjamin cepat
diketahuinya perubahan dalam pasien, dapat terus diikuti dan diambil keputusan /
tindakan yang tepat. Analisis data adalah melakukan intepretasi data yang telah
dikumpulkan, mencakup : diagnosis / masalah kebidanan, diagnosis / masalah
potensial serta perlu antisipasi diagnosis/ masalah potensial dan tindakan segera.
(Muslihatun, 2010)
Pada tahap ini ditegakan diagnose kebidanan berdasarkan data yang didapat dari
klien, yaitu jumlah para, abortus, usia klien dan keadaan ibu. Selain itu juga
berdasarkan data obstetric yang menunjang diagnose, apakah nifas berjalan normal
atau terdapat keadaan patologi.
Analisa menggambarkan dokumentasi hasil analisa dan interpretasi data subjektif
dan objektif dalam suatu identifikasi diagnosa atau masalah antisipasi diagnosa
atau masalah potensial yang perlu tindakan segera oleh dokter atau bidan,
kolaborasi. Assesment ditulis
tindakan harus disetujui oleh pasien, kecuali bila tindakan tidak dilaksanakan akan
membahayakan keselamatan pasien. Sebanyak mungkin pasien harus dilibatkan
dalam proses implementasi ini. Bila kondisi pasien berubah, analisis juga berubah,
maka rencana asuhan maupun implementasinya pun kemungkinan besar akan ikut
berubah atau terus disesuaikan.
Dalam Planning ini juga harus mencantumkan Evaluation / evaluasi, yaitu
tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai efektivitas asuhan /
hasil pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi analisis hasil yang telah dicapai dan
merupakan fokus ketepatan nilai tindakan / asuhan. Jika criteria tujuan tidak
tercapai, proses evaluasi ini dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan
alternative sehingga tercapai tujuan yang diharapkan. Untuk mendokumentasikan
proses evaluasi ini, diperlukan sebuah catatan perkembangan, dengan tetap
mengacu pada metode SOAP. (Muslihatun, 2010)
TINJAUAN KASUS
Identitas Pasien
Nama
: Ny. S
Umur
: 30 Tahun
Agama
: Islam
Alamat
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: IRT
Suku
: Jawa
Alamat
: Tn. T
Umur
: 36 Tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswata
Suku
: Jawa
I.
DATA SUBJEKTIF
1. ALASAN DATANG :
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kesehatannya setelah 4 hari melahirkan.
2. KELUHAN UTAMA
Ibu melahirkan 4 hari yang lalu (1 Maret 2014) mengeluh badannya terasa panas,
3.
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
4.
a.
RIWAYAT OBSTETRI
Riwayat Haid
Menarche
:13 tahun
Siklus
:28 hari,teratur
yaknya
c.
d.
: 1 minggu
sebelum menstruasi
Hari 1 - 3, ganti pembalut 3x/hari, penuh
Hari 4 - 5, ganti pembalut 2x/hari, penuh
Hari 6 7, ganti pembalut 1x/hari, bercak-bercak
b.
Leukorea
Persalinan
Nifas
Ank
Ke-
Pylt
Penolon
g
Jenis
UK
BBL/PB
L/P
ASI
Pylit
Dukun
Norma
l
Ckp
bln
2900
Dukun
Norma
l
Ckp
bln
2850
Bidan
Norma
l
Ckp
bln
3000/51
Kala I
Jenis persalinan
: Spontan
Melahirkan Bayi Ke
:3
:
Lamanya 7 jam 40 menit, jumlah perdarahan 0 cc Blood Slym
Kala II
keluar saat pembukaan lengkap, ketuban pecah spontan, air ketuban jernih.
:
Lamanya 30 menit persalinan spontan pervaginam, bayi lahir
normal APGAR SCORE 8/9 , jenis kelamian laki-laki, BB 3000 gram, PB 51 cm, tidak
ada lilitan tali pusat, tidak ada robekan jalan lahir, jumlah perdarahan +/- 100 cc.
Kala III
:
Lamanya 15 menit, plasenta lahir spontan, kotiledon 18
buah, tebal 2,5 cm, diameter 18 cm, panjang 45 cm, insersio sentralis dan selaput
lengkap berat plasenta 500gr, kontraksi uterus baik, jumlah perdarahan +/- 100 cc.
Kala IV
200cc, keadaan umum ibu tampak letih, TD 110/70 mmHg, RR 20x/ menit, TEMP
e.
5.
RIWAYAT PERKAWINAN
Ibu mengatakan perkawinan dengan suaminya adalah sah, menikah satu kali lama
pernikahan 1 tahun, usia ibu saat menikah 23 tahun dan suami 29 tahun, Ibu
sayur, tempe/ikan, buah. Ibu minum 8-12 gelas / hari dan minum susu.2 gelas / hari
h melahirkan :
Ibu mengtakan tidak begitu nafsu makan, dua kali
sehari dengan porsi 1 piring nasi, sayur, tempe, ikan, telur, buah. Ibu telah banyak
sehari
h melahirkan : BAB; Ibu mengatakan sudah BAB 1x/hari. BAK : 4x/hari tidak ada keluhan.
c. Pola Istirahat
m melahirkan
betisnya, sehingga hanya tidur 5-6 jam / hari, tidur siang jam.
d. Pola Aktifitas
m melahirkan
:
Ibu mengatakan melakukan tugas rumah
cuci rambut 2 hari sekali, ganti pembalut 3x sehari, cuci tangan sesudah BAK dan
f.
g.
8.
a.
b.
bersama suaminya.
Data Ekonomi
Penghasilan utama dalam keluarga adalah suami yaitu berkisar 1 2 juta/ bulan. Ibu
mengatakan penghasilan suami cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan
juga biaya persalinan nanti.
d.
Data Spiritual
Dalam praktik keagamaan yang berhubungan dengan masa nifas :
1) Ibu menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya yaitu islam
2) Ibu tidak pernah melakukan hubungan seksual selama masa nifas sehingga resiko
infeksi saat nifas dapat dikurangi.
3)
Dalam pelayanan kesehatan ibu dapat menerima segala bentuk pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh nakes pria maupun wanita, boleh menerima
berkenan diperiksa alat genitalianya jika diperlukan.
Data Budaya
Dalam keluarga ibu tidak ada adat yang dapat mengganggu selama masa nifas.
9. DATA PENGETAHUAN :
Ibu mengatakan belum mengetahui tanda-tanda infeksi saat masa nifas.
e.
II.
1.
a.
b.
2.
a.
DATA OBYEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum
Kesadaran
BB sebelum hamil
BB selama hamil
BB setelah melahirkan
TB
LILA
Tanda-tanda vital
TD
Nadi
Temperatur
Pernafasan
Status Present
Kepala
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
110/70 nnHg
80x / menit
37,5 oC
22x / menit
b.
Mata
c.
Hidung
d.
Telinga
e.
f.
Leher
g.
Dada
h.
Payudara
Abdomen
Genitalia
Bokong
l.
Anus
m. Ekstrimitas atas
ketuban.
: Tidak terdapat hemoroid
: Jari-jari lengkap pergerakan baik tidak ada
n.
Ekstrimitas bawah
Status obstetric
a.
Muka
b.
Mamae
c.
Abdomen
Vulva
e.
Ekstremitas
III.
ASSESMENT
Ny. S usia 30 tahun P3A0 4 hari postpartum dengan Tromboflebitis femoralis.
Diagnosa dan masalah potensial : terjadinya emboli Pulmonum
Tindakan segera dan kolaborasi dengan dokter bila diperlukan
IV.
PELAKSANAAN
Tanggal : 5 Maret 2014
Jam : 17.15
1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu saaat ini yaitu mengalami
tromboflebitis femoralis sehingga kaki ibu bengkak dan tegang dan terasa nyeri,
suhu tubuh 37,5 C
Hasil : Ibu mengerti tentang keadaannya saat ini bahwa ibu mengalami infeksi pada
kaki kirinya.
2.
3.
4.
Menjelaskan pada ibu untuk tidak berada pada posisi litotomi dan tidak
menggantung kaki lebih dari 1 jam dan memberi alas penyokong kaki guna
mencegah adanya tekanan yang kuat pada betis.
Hasil : Ibu mengerti tentang penjelasan yang telah disampaikan dan bersedia untuk
mempraktekkan anjuran yang telah disampaikan.
5.
a.
b.
Menjelaskan dan mengajarkan pada ibu tentang cara mengurangi nyeri yaitu:
tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena
menyediakan stoking pendukung untuk meningkatkan sirkulasi vena dan
membantu mencegah kondisi statis
c.
d.
6.
7.
8.
9.
Merujuk ibu secepat mungkin dan mendampingi ibu saat merujuk dengan
BAKSOKUDA (Bidan, Alat (infuse set, cairan infus, kassa), Keluarga, Surat
(dokumentasi), Obat ( Kendaraan, Uang, Donor darah).
Hasil : Ibu sudah dirujuk.
1.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
1.
2.
3.
a.
b.
c.
d.
4.
5.
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari ke-7 tanggal 8 Maret 2014
S
:
Ibu mengatakan nyeri kaki dan betis agak berkurang
Ibu mengatakan demam berkurang
Ibu mengatakan bisa melakukan ambulasi dini
O
:
Keadaan umum baik
TD : 110 / 70 mmHg
PR : 20X/menit
Nadi : 80x/menit
Temp : 37oC
TFU 3 jari atas sympisis
Lokhea sanguelenta 10cc, luka heating tidak ada
Asi sudah keluar
Eliminasi : BAB 1x sehari, BAK 3-4x sehari
Kaki dan betis tidak tegang lagi
Bengkak pada kaki berkurang
Warna pada kaki merah muda
A
:
Diagnosa
: Tromboflebitis masih dalam tahap penyembuhan
Dasar : Nyeri berkurang pada kaki
Masalah
: Untuk sementara tidak ada
Kebutuhan :
Penyuluhan tentang nutrisi ibu nifas
Penyuluhan tentang mengurangi nyeri
P
:
Mengobservasi keadaan umum
Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan-makanan yang bergizi
untuk ibu nifas
Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan anjuran-anjuran yang diberikan:
Melakukan ambulasi dini
Mengangkat / meninggikan bagian kaki yang terkena
Melakukan kompres pada kaki
Memakai stocking
Melibatkan keluarga dalam kegiatan-kegiatan ibu
Memberi terapi amoksilin 500 mg 3x1
vitamin C 15 mg 3x1
B Comp 10 mg 3x1
Parasetamol 500 mg (bila demam)
2.
O
:
Keadaan umum baik
2.
3.
4.
5.
TD : 110 / 70 mmHg
PR : 20X/menit
Nadi : 80x/menit
Temp : 36oC
TFU tidak teraba diatas sympisis
Pengeluaran pervaginam lokhea alba
Asi sudah keluar lacar
Eliminasi : BAB 1x sehari, BAK 3-4x sehari
A
:
Diagnosa
: Tromboflebitis teratasi
Dasar : Ibu bisa berjalam dengan lancar
P
1.
2.
:
Menganjurkan ibu untuk tetap melaksanakan apa yang dianjurkan seperti yang
sudah dijelaskan
Pemberian terapi dihentikan
3.
2.
3.
4.
5.
O
:
Keadaan umum baik
TD : 110 / 70 mmHg
PR : 20X/menit
Nadi : 80x/menit
Temp : 36oC
TFU tidak teraba dan tidak terasa nyeri
Pengeluaran pervaginam lokhea alba
Asi sudah keluar lancer
Eliminasi : BAB 1x sehari, BAK 3-4x sehari
A
:
Diagnosa
Masalah
P
a.
b.
c.
d.
e.
: Tromboflebitis teratasi
:Untuk sementara tidak ada
:
Menjelaskan tentang keadaan ibu saat ini
Mengajurkan pada ibu untuk mengkonsunsi makanan yang bergizi
Melepas infuse
Memulangkan pasien
Menganjurkan ibu untuk segera periksa bila ada masalah
BAB III
PEMBAHASAN
PENGKAJIAN
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap
dari semua sumber berkaitan dengan kondisi klien ( Hani, dkk, 2010 : 86 )
IDENTITAS PASIEN
1.
Nama
Nama dikaji untuk mengenal/memanggil klien agar tidak keliru dengan pasien lain
dan untuk membina hubungan antara bidan dan pasien agar lebih akrab.
(Wiknjosastro, 2002).
Dalam kasus diketahui nama klien Ny. S sehingga bidan dapat mengenal klien, saat
memanggil klien tidak keliru dengan klien lain dan saat memberi asuhan tidak keliru
2.
tua.
3. Pendidikan
Pendidikan dikaji untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu. Semakin tinggi
tingkat pendidikan semakin baik pula tingkat pengetahuan dan semakin mudah
menerima informasi. (Pusdiknakes, 2003).
Dalam kasus pendidikan Ny. S adalah SMA sehingga dapat diketahui tingkat
pendidikan Ny. S baik sehingga dalam memberikan asuhan bidan bisa lebih mudah
saat memberikan konseling kepada ibu dan ibu bisa lebih mudah untuk meneria
4.
Dalam kasus, Ny. S bekerja sebagai ibu rumah tangga sehingga dapat diketahui
bahwa Ny.S tidak memiliki pendapatan pribadi melainkan suami yang bekerja dan
mencukupi kebutuhan keluarga. Ibu juga tidak bekerja dengan berat dan tidak
berisiko sehingga dimungkinkan pekerjaan tidak mempengaruhi proses nifas Ny. S .
5. Agama
Agama dikaji untuk mengetahui agama yang dianut sehingga berguna dalam
pemberian support mental, memudahkan bidan melakukan pendekatan dalam
melakukan asuhan kebidanan dan untuk mengetahui adanya penyulit terhadap
kebiasaan yang dijalankan yang berpengaruh terhadap kesehatan ibu. (Manuaba,
2001).
Dalam kasus, Ny. S beragama Islam dan bidan juga beragama islam sehingga
pemberian support dapat dengan pendekatan islamiah yang memudahkan bidan
untuk asuhan kebidanan. Dari praktik agama Ny. S tidak ada yang membahayakan
6.
7.
daerah
terpencil
sehingga
diketahui
keterjangkauan
terhadap
tenaga
DATA SUBYEKTIF
Alasan Datang
Tinjauan Teori
Alasan datang dikaji untuk mengetahui alasan yang mendasari pasien datang
melakukan pemeriksaan. (Wiknjosastro, 2002)
Kasus
Ny. S mengatakan ingin memeriksakan
melahirkan.Pembahasan
kesehatannya
setelah
hari
2.
-
Pembahasan
Alasan yang dikatakan Ny. S
ke bidan / nakes
( Cuninham, 2001 )
Kasus
Ny.S mengeluh badannya terasa panas, nyeri pada betis, kaki kiri bengkak dan
dengan kaki yang lain, nyeri pada betis, bengkak sehingga keluhan yang dirasakan
oleh Ny. S sesuai dengan diagnosanya.
3. Riwayat Kesehatan
Tinjauan Teori
Digunakan sebagai penanda akan adanya penyulit masa nifas yang yang akan
-
tidak ada gangguan yang dapat mempengaruhi pemulihan ibu selama masa nifas.
4. Riwayat Obstetri
a. Riwayat haid
Yang perlu dikaji adalah umur menarche, siklus, lamanya, banyaknya, sifat, warna,
nyeri haid, leukhore. Hal ini dikaji untuk mengetahui kesehatan reproduksi ibu dan
untuk
-
mengetahui
apakah
riwayat
obstetric
ibu
termasuk
kondisi
fisiologis/patologis.
Kasus
Ibu menarche 13 tahun, siklus 28 hari , teratur, lama 7 hari, banyaknya hari 1-3
ganti 3x ( penuh ), hari 4-5 ganti 2x ( penuh ), hari 6-7 ganti ( bercak ) , warna
darah : merah tua, nyeri haid : tidak ada, leukhore : 1 minggu sebelum menstruasi.
Pembahasan
Dari kasus didapatkan bahwa riwayat haid Ny.S tidak ada gangguan
b. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
Dikaji untuk mengetahui adanya masalah pada kehamilan, persalinan dan nifas
-
yang lalu karena masalah tersebut dapat terjadi kembali pada nifas ini.
Kasus
Kehamilan
Persalinan
Nifas
Ank
Ke-/Ta
hun
Pylt
Penolon
g
Jenis
UK
BBL/PB
L/P
ASI
Pylit
1/2000
Dukun
Norma
l
Ckp
bln
2900
2/2003
Dukun
Norma
l
Ckp
bln
2850
Pembahasan :
Dari kasus tersebut diketahui riwayat kmehamilan, bersalin dan nifas yang lalu
dirawat oleh dukun dan selama masa tersebut ibu tidak mengalami penyulit.
c. Riwayat kehamilan sekarang
Tinjauan Teori
Untuk mengetahui bagaimana keadaan saat kehamilan ibu karena
-
dapat
tidak
kehamilannya.
d. Riwayat persalinan
Tinjauan Teori
Kasus
Ibu partus pada tanggal 1 Maret 2014 pukul 19.00 WIB ditolong oleh Bidan
Jenis persalinan
: Spontan
Melahirkan Bayi Ke
:3
Plasenta : Lengkap, selaput dan jumlah kotiledon lengkap18 buah, tebal 2,5 cm,
diameter 18 cm, panjang 45 cm, insersio sentralis dan selaput lengkap berat
plasenta 500gr,
Pembahasan :
Dari kasus diketahui proses persalinan ibu tidak ada penyulit dan berjalan normal.
e. Riwayat Nifas Sekarang
Tinjauan Teori
Dikaji untuk mengetahui nifas yang ke berapa, sudah mendapat apa, keluhan yang
dirasakan sejak kapan, mengapa dan bagaimana, keadaan ibu apakah kolostrum
sudah keluar, pengeluaran cairan dari jalan lahir (warna,jumlah, bau, konsistensi),
keadaan bayi mengenai rawat gabung dan menyusui.
Kasus :
Keadaan ibu : Lochea sanguinolenta, ibu sudah bisa menyusui bayinya, ASI sudah
keluar lancar.
Keadaan Bayi : bayi sudah bisa minum ASI, BAB 1x/hari, bayi sudah mendapat
imunisasi Hb0.
Pembahasan :
Dari kasus tersebut pada pada masa nifas ibu tidak ditemui masalah, bayi sudah
5.
-
bisa menyusu dan ibu sudah bisa menyususi bayinya dengan lancar.
Riwayat Perkawinan
Tinjauan Teori
Untuk mengkaji pengaruh status perkawinan terhadap masalah kesehatan yang
dialami, mengetahui lamanya pernikahan, jumlah pernikahan dan jumlah anak yang
6.
-
lagi.
Pembahasan
Ibu sudah mengetahui KB apayang akan digunakan setelah bersalin nanti.
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Pola nutrisi
Tinjauan Teori
Dikaji untuk mengetahui pola makan minum yang dikonsumsi oleh ibu sebelum
-
hamil dan selama hamil karena status gizi berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
-
sel kembali. Hal ini belum terlaksana pada pola nutrisi Ny.S, variasi makanan dan
porsi makan Ny. S menurun sehingga pemenuhan kebutuhan nutrisinya belum
b.
-
kamar mandi sendiri dan aktivitas sehari-hari sebagai ibu rumah tangga.
Pembahasan
Ny.S aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga sehingga tidak mengganggumasa
d.
-
nifasnya.
Pola istirahat
Tinjauan Teori
Dikaji karena istirahat diperlukan bagi ibu untuk memperoleh kesegaran dan dapat
menyusun tenaga baru. Ibu yang kurang istirahat akan mempengaruhi produksi ASI,
betisnya, sehingga hanya tidur 5-6 jam / hari, tidur siang jam.
Pembahasan
Ny.S istrahat malam nya terganggu karena rasa nyeri pada betisnya sehingga
e.
-
Dikaji karena diperlukan kebersihan untuk mencegah penyebaran infeksi. Bila ada
darah,lendir atau air ketuban segera dibersihkan dan juga menginformasikan
kepada ibu nifas untuk mengganti pembalut minimal 3 kali dalam sehari karena
lebih dari 6 jam mikroorganisme akan berkembang biak dan mudah menyebabkan
-
Dan juga untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan ibu (Saifudin, 2002). Dikaji
tentang agama pasien dan suami sehubungan dengan tindakan yang akan
dilakukan selama masa nifas apakah ada hal-hal yang dilakukan bertentangan
-
Pembahasan
Dari sisi psikologis, ( ibu, suami, dan keluarga ) tidak ada masalah,. Dalam hal
keagamaan juga tidak ada aktivitas yang membahaykan masa nifasnya. Riwayat
psikososial dan spiritual ibu tidak ada masalah sehingga kemungkinan besar tidak
ada gangguan kehamilan karena factor psikologis dan spiritual.
9.
Data Pengetahuan
Tinjauan Teori
Ditanyakan pengetahuan ibu yang berkaitan dengan masa nifas karena dengan
adanya pengetahuan pasien maka akan lebih mudah diajak memecahkan masalah
yang mungkin akan terjadi, seperti pengetahuan ibu tentang perawatan nifas dan
perawatan payudara selama ibu menyusui sehingga bidan mempunyai sasaran
yang tepat saat memberikan konseling. (Saifudin, 2002).
Kasus
Ibu mengatakan belum mengetahui tanda-tanda infeksi saat masa nifas
- Pembahasan
Bidan dapat melakukan konseling mengenai tanda bahaya pada nifas, terutama
-
tanda-tanda infeksi.
I.
DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan umum
- Tinjauan Teori
Menurut Pusdiknakes (2003 : 63) jika tekanan darah >140/90 mmHg dicurigai gejala
pre-eklampsi postpartum. Suhu meningkat 0,5oC dari normal, tetapi suhu yang
mencapai > 38oC setelah 12 jam postpartum mengarah pada tanda-tanda infeksi
(Wiknjosastro,1999 ). Nadi berkisar antara 60-80 x/menit dan cenderung lebih labil
bila dibandingkan dengan suhu tubuh. (Varney,2001) Untuk mengetahui frekuensi
pernafasan klien, apakah stabil karena saat bersalin nafas ibu cenderung meningkat
frekuensinya (Varney,2001). Rata-rata berat badan ibu akan kembali seperti
sebelum hamil dalam waktu 6 minggu. (Pillitery, 1999 )
-
Kasus
Dalam kasus Ny.S
Keadaan Umum
: Ibu tampak letih
Kesadaran
: Composmentis
BB selama hamil
: 64 Kg
BB setelah melahirkan
: 58 Kg
TB
: 157 Cm
LILA
: 24 cm
TD
: 110/70 nnHg
Nadi
: 80x / menit
Temperatur
: 37,5 oC
Pernafasan
: 22x / menit
Pembahasan
Dalam kasus, tekanan darah Ny.S 110/70 mmHg sehingga tidak berpotensi terjadi
pre-eklampsi yang dapat mengganggu proses nifasnya. Selain itu suhu tubuh Ny.S
37,5C dan termasuk suhu tubuh tidak normal yang menandakan ibu mengalami
infeksi. Nadi Ny.S 80x/menit termasuk normal. Frekuensi pernapasan Ny.S 22x/menit
menunjukkan keadaan yang tidak normal karena ibu merasakan nyeri pada kakinya.
dan tiroid.
Kasus
Dalam kasus Ny.S terdapat kelainan pada ekstrimitas bawah
kaki kiri bengkak dan kemerahan,
dan
papilla
II.
ASSESMENT
- Tinjauan Teori
Assesment
merupakan
pendokumentasian
hasil
ananlisis
PELAKSANAAN
dan
hasil
ibu
sudah
dirujuk.
Pelaksanaan
yang
terakhir
yaitu
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetri dan Ginecologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2002. Buku
Acuan Nasioanl Pelayanan Kesehatan Material dan Neonatal. Jakarta : YBP SP.
Bari, Saifuddin Abdul dkk. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatol. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirotarjo.
______. 2002. Ilmu Kebidanan . Jakarta : Yayasan Bina Puataka Sarwono Prawiroharjo.
Hanifa, Prawirodiharjo. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono.
Pillitteri, Adele. 2007. Perawatan Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi
dan KB, Jakarta : EGC.
Mochtar, rustam. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, obstetri Patologi. Jakarta :
EGC.
Saifudin, A.B. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta
: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo.
Taber, Ben Zion. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta :
EGC.
Varney, H., Kriebs J.M, Carolyn, L.G. 2007. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Edisi bahasa
Indonesia. Editor : Esty Wahyuningsih, et.al. Edisi 4. Jakarta : EGC.
WHO. 2002. Safe Motherhood, Modul Sepsis Puerperalis : Materi Pendidikan Untuk
Kebidanan. Jakarta : EGC
Tromboflebitis
Diposkan oleh Dini Real on Senin, 26 Maret 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan paska
persalinan terjadi empat jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena itulah penting sekali untuk
memantau ibu secara ketat, segera setelah setiap tahapan atau kala persalinan diselesaikan,
khususnya pada saat setelah persalinan. Pemantauan ini berupa konsultasi paska persalinan di
ruangan maupun pemeriksaan-pemeriksaan yang diperlukan. Jika tanda-tanda vital dan tonus
uterus masih dalam batas normal selama dua jam pertama pasca persalinan, mungkin ibu tidak
akan mengalami perdarahan paska persalinan. Penting sekali untuk tetap berada di samping ibu
dan bayinya selama dua jam pertama pasca persalinan.
Tekanan darah dan denyut nadi harus diukur tiap 15 menit sekali, selama beberapa jam pertama
setelah pelahiran, atau lebih sering bila ada indikasi tertentu. Pemijatan uterus untuk memastikan
uterus menjadi keras juga diperlukan. Pemantauan suhu tubuh, perdarahan harus diawasi. Tidak
dianjurkan menggunakan kain pembebat perut selama dua jam pertama pasca persalinan atau
hingga ibu sudah stabil. Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit naik
antara 37,2-37,8 0C oleh karena resorbsi benda-benda dalam rahim dan mulainya laktasi. Dalam
hal ini disebut demam resorbsi, hal ini adalah normal.
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genitalia dalam masa
nifas. Demam nifas adalah demam dalam masa nifas oleh sebab apapun. Mobilitas puereuralis
adalah kenaikan suhu badan sampai 38 0C atau lebih selama 2 hari.
Dalam 10 hari pertama postpatum. Kecuali pada hari pertama. Suhu diukur 4x sehari secara oral
(dari mulut). Beberapa faktor predisposisi:
1. Kurang gizi atau nutrisi
2. Anemia
3. Higiene
4. Kelelahan
5. Proses persalinan bermasalah:
a. Partus lama atau macet
b. Korioamnionitis
c. Persalinan traumatik
d. Kurang baiknya pencegahan infeksi
e. Manipulasi yang berlebihan
f. Dapat berlanjut keinfeksi dalam masa nifas
Bermacam-macam jalan masuk kuman kedalam alat kandungan, seperti eksogen (kuman datang
dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dari dalam tubuh), dan endogen (dari jalan
lahir sendiri):
1. Streptococcus Haemoliticus Aerobik
2. Staphylococcus aureus
3. Escherichia coli
Infeksi diklasifikasikan menjadi Infeksi terbatas lokasinya pada perineum, vulva, serviks, dan
endometrium dan Infeksi yang menyebar ketempat lain melaui: pembuluh darah vena, pembuluh
limfe dan endometrium (Rustam Muchtar, 1998).
Tomboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan
pembekuan darah. Tomboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat
kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen; dilatasi vena
ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan keopala janin gelana kehamilan dan
persalinan; dan aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan
membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah (Adele Pillitteri, 2007).
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari tromboflebitis
2. Untuk mengetahui jenis dari tromboflebitis
3. Untuk mengetahui etiologi dari tromboflebitis
4. Untuk mengetahui faktor predisposisi dari tromboflebitis
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari tromboflebitis
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari tromboflebitis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Tomboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan
pembekuan darah. Tomboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat
a. Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan
menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan darah.
b. Pastikan klien untuk tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung kaki lebih dari 1 jam,
dan pastikan untuk memberikan alas pada penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yaang
kuat pada betis.
c. Sediakan stocking pendukung kepada klien pasca patrum yang memiliki varises vena untuk
meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi stasis.
d. Instruksikan kepada klien untuk memakai stocking pendukung sebelum bangun pagi dan
melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya.
e. Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.
f. Berikan alat pemanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah sesuai instruksi, pastikan
bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak menekan kaki klien sehingga aliran darah tidak
terhambat.
g. Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena.
h. Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan pengukuran tersebut
dalam beberapa hari kemudian untuk melihat adanya peningkatan atau penurunan ukuran.
i. Kaji adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan pada gusi, bercak
ekimosis, pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan episiotomi.
j. Jelaskan kepada klien bahwa untuk kehamilan selanjutnya ia harus memberitahukan tenaga
kesehatan yang dia hadapi untuk memastikan bahwa pencegahan trombofrebitis yang tepat telah
dilakukan.
k. Beritahu klien bahwa perlu dilakukan rujukan untuk menentukan diagnosis pasti dan untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut.(Adele Pillitteri, 2007)
3. Rawat Inap
penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakitnya dan mencegah terjadinya emboli
pulmonal.
4. Therapi Medik
pemberian antibiotika atau pemberian heparin jika terdapat tanda-tanda atau dugaan adanya
emboli pulmonal
5. Therapi Operati
peningkatan vena cava inferior dan vena ovarika jika emboli septik terus berlangsung sampai
mencapai paru-paru meskipun sedang dilakukan heparisasi
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tomboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan
pembekuan darah. Trombosis bisa terdapat pada vena-vena kaki juga pada vena-vena panggul.
Trombosis pada vena-vena yang dekat pada permukaan biasanya disertai peradangan, sehingga
merupakan tromboflebitis. Tromboflebitis disebabkan karena Perluasan infeksi endometrium,
Mempunyai varises pada vena, Obesitas, Pernah mengalami tramboflebitis, Berusia 30 tahun
lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi litotomi untuk waktu yang lama, Memiliki
insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga.(Adele Pillitteri, 2007).
B. SARAN
1. Bagi Ibu Nifas
Bagi ibu nifas, disaran agar rajin melakukan mobilisasi agar terhindar dari tromboflebitis.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan, agar lebih memperhatikan pasien post partum sehingga
terhindar dari komplikasi post partum seperti tromboflebitis.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Utama
Prawiroharjo, Sarwono.2008.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
__________________.2002.Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
Pillitteri, Adele.2007.Perawan Kesehatan Ibu dan Anak.Jakarta;EGC
Mochtar,Rustam.1998.Sinopsis Obstetri.Jakarta:EGC
Internet
http://lenteraimpian.wordpress.com/2010/02/25/tromboflebitis/, 27-Januari-2012
http://bidangesot.wordpress.com/2010/12/13/tromboflebitis/, 27-Januari-2012
http://www.4shared.com/document/o3CHPX4l/tromboflebitis_superficial.html, 27-Januari-2012
http://www.4shared.com/office/kAPRN7p1/12_TROMBOFLEBITIS_2010.html, 27-Januari2012
THROMBOPHLEBITIS
A.
PENGERTIAN
Tromboflebitis adalah invasi/perluasan mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran
darah disepanjang vena dan cabang-cabangnya. Tromboflebitis didahului dengan trombosis,
dapat terjadi pada kehamilan tetapi lebih sering ditemukan pada masa nifas.(Wiknjosastro:
2002).
B.
PENYEBAB
Pada masa hamil dan khususnya persalinan saat terlepasnya plasenta kadar fibrinogen
yang memegang peranan penting dalam pembekuan darah meningkat sehingga memudahkan
timbulnya pembekuan.(Wiknjosastro: 2002).
C.
FAKTOR PREDISPOSISI
usia lanjut
multi paritas
varices
infeksi nifas
Trombosis bisa terdapat pada vena-vena kaki juga pada vena-vena panggul. Trombosis
pada vena-vena yang dekat pada permukaan biasanya disertai peradangan, sehingga
merupakan tromboflebitis. Adanya septikhema, dapat dibuktikan dengan jalan pembiakan
kuman-kuman dari darah (Cunningham Gary: 2005).
D.
1.
KLASIFIKASI
Pelvio tromboflebitis
Pelvio tromboflebitis mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum yaitu vena
ovarika, vena uterina dan vena hipogastika. Vena yang paling sering terkena adalah vena
ovarika dextra perluasan infeksi dari vena ovarika sinistra ke vena renalis, sedangkan perluasan
infeksi dari vena ovarika dextra adalah ke vena cava inferior.(Cunningham Gary;2005)
Gejala
Nyeri terdapat pada perut bagian bawah atau perut bagian samping, timbul pada hari ke 2-3
masa nifas dengan atau tanpa panas
Menggigil berulang kali, menggigil terjadi sangat berat (30-40 menit) dengan
interval hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari. Pada waktu
menggigil penderita hampir tidak panas.
Gambaran darah
Terdapat leukositosis
Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulai menggigil, kultur
darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob.
Pada pemeriksaan dalam hampir tidak ditemukan apa-apa karena yang paling banyak
terkena adalah vena ovarika(www.google.com)
Komplikasi
Komplikasi pada ginjal sinistra, yaitu nyeri mendadak yang diikuti dengan proteinuria dan
hematuria
Komplikasi pada mata, persendian dan jaringan subkutan (Cunningham Gary: 2005).
Penanganan
Rawat inap, penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakitnya dan mencegah
terjadinya emboli pulmonal.
Therapi medik, pemberian antibiotika atau pemberian heparin jika terdapat tanda-tanda atau
dugaan adanya emboli pulmonal
Therapi operati , peningkatan vena cava inferior dan vena ovarika jika emboli septik terus
berlangsung sampai mencapai paru-paru meskipun sedang dilakukan heparisasi.(Wiknjosastro:
2002).
2.
Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris 7-10 hari kemudian suhu mendadak baik
kira-kira pada hari ke 10-20 yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.
Pada salah satu kaki yang terkena, akan memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih
panas dibandingkan dengan kaki yang lain
Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada
paha bagian atas
Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang,
dan nyeri
Edema kadang-kadang terjadi selalu atau setelah nyeri, pada umumnya terdapat
pada paha bagian atas tetapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan
pergelangan kaki kemudian meluas dari bawah keatas
Pada trombosis vena femoralis, vena dapat teraba didaerah lipat paha
Oedema pada tungkai dapat dibuktikan dengan mengukur lingkaran dari betis
dan dibandingkan dengan tungkai sebelah lain yang normal.
Penanganan
Perawatan
Setelah mobilisasi kaki hendaknya tetap dibalut elastik atau memakai kaos kaki
yang panjang elastik selama mungkin
Sumber: :
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/07/thrombophlebitis.html#ixzz3ni61pnFJ