You are on page 1of 6

Vaksinasi

Vaksinasi disebut juga imunisasi adalah pemberian vaksin ke dalam tubuh seseorang
untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit tersebut. Kata vaksinasi berasal dari bahasa
Latin vacca yang berarti sapi - diistilahkan demikian karena vaksin pertama berasal dari virus
yang menginfeksi sapi ( cacar sapi ).
Vaksinasi Adalah merupakan suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan
paparan dengan antigen yang berasal dari mokroorganisme patogen.Antigen yang diberikan
telah dibuat demikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit namun mampu mengaktivasi
limfosit menghasilkan antibody dan sel memori yang menirukan infeksi alamiah yang tidak
menimbulkan sakit namun cukup memberikan kekebalan dengan tujuan memberikan infeksi
ringan yang tidak berbahaya namun cukup untuk menyiapkan respon imun.
Ke-lima jenis vaksinasi dasar yang wajib diperoleh adalah:
1. Vaksinasi BCG adalah Vaksinasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif
terhadap penyakit tuberculosis (TBC), yaitu penyakit paru-paru yang sangat menular
yang dilakukan sekali pada bayi sekali pada bayi usia 0-11 bulan
2. Vaksinasi DPT yaitu merupakan Vaksinasi dengan memberikan vaksin mengandung
racun kuman yang telah dihilangkan racunnya akan tetapi masih dapat merangsang
pembentukan zat anti(toxoid) untuk mencegah terjadinya penyakit difteri,pertusis,dan
tetanus,yang diberikan 3 kali pada bayi usia 2-11 bulan dengan interval minimal 4
minggu.
3. Vaksinasi polio adalah Vaksinasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan
terhadap penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada kaki,
yang diberikan 4 kali pada bayi 0-11 bulan dengan interval minimal 4 minggu
4. Vaksinasi hepatitis B, adalah Vaksinasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan
aktif terhadap penyakit hepatitis B yaitu penyakit yang dapat merusak hati, yang
diberikan 3 kali pada bayi usia 1-11 bulan, dengan interval minimal 4 minggu
cakupan imunisasi lengkap pada anak, yang merupakan gabungan dari tiap jenis
imunisasi yang didapatkan oleh seorang anak. Sejak tahun 2004 hepatitis-B disatukan
dengan pemberian DPT menjadi DPT-HB. (Proverati 2010).
5. Vaksinasi campak adalah Vaksinasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan
kekebalan aktif terhadap penyakit campak karena penyakit ini sangat menular, yang
diberikan 1 kali pada bayi usia 9-11 bulan

Dosis, Cara pemberian, Jumlah pemberian, Intervensi Dan waktu Pemberian


imunisasi
Cara
pemberian
Intracutan di
daerah
musculus
Deltoideus

Jumlah
pemberian

Interval

Waktu
pemberian

1 kali

0-11 bulan

0,5 cc

Intra muscular

3 kali

4 minggu

2-11 bulan

Polio

2 tetes

Diteteskan ke
mulut

4 kali

4 minggu

0-11 bulan

Hepatitis B

0,5 cc

Intra muscular
pada paha
bagian luar

3 kali

4 minggu

0-11 bulan

0,5 cc

Subkutan,
biasanya di
lengan kiri
atas

1 kali

4 minggu

9-11 bulan

Vaksin

Dosis

BCG

0,05 cc

DPT

Campak

A. Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa
disebut juga batuk darah. Penyakit ini menyebar melalui pernafasan lewat bersin atau batuk.
Gejala awal penyakit adalah lemah badan, penurunan berat badan, demam, dan keluar
keringat pada malam hari. Gejala selanjutnya adalah batuk terus-menerus, nyeri dada dan
mungkin batuk darah. Gejala lain tergantung pada organ yang diserang. Komplikasi
tuberkulosis dapat menyebabkan kelemahan dan kematian (Depkes, 2009, hlm.13).
B. Difteri
Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
Diphtheriae. Penyebarannya adalah melalui kontak fisik dan pernafasan. Daya tular penyakit
ini tinggi. Gejala awal penyakit adalah : gelisah, aktifitas menurun, radang tenggorokan,
hilang nafsu makan dan demam ringan. Dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebiru-biruan
pada tenggorokan dan tonsil. Komplikasi difteri berupa gangguan pernafasan yang berakibat
kematian (Depkes, 2009, hlm.12).
Penyakit ini pertama kali diperkenalkan oleh Hyppocrates pada abad ke-5 SM
dan epidemi pertama dikenal pada abad ke-6 oleh Aetius. Seorang anak dapat terinfeksi
difteria pada nasofaringnya dan kuman tersebut kemudian akan memproduksi toksin yang
menghambat sintesis protein seluler dan menyebabkan destruksi jaringan setempat dan
terjadilah suatu selaput/membran yang dapat menyumbat jalan nafas. Toksin yang terbentuk
pada membran tersebut kemudian diabsorbsi ke dalam aliran darah dan dibawa ke seluruh

tubuh. Penyebaran toksin ini berakibat komplikasi berupa miokarditis dan neuritis, serta
trombositopenia dan proteinuria (Tumbelaka, A.R & Hadinegoro, S.R, 2008, hlm.143).
C. Pertusis
Pertusis disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari adalah penyakit pada saluran
pernafasan yang disebabkan oleh Bordetella Pertussis. Penyebaran pertusis adalah melalui
percikan ludah yang keluar dari batuk atau bersin. Gejala penyakit adalah pilek, mata merah,
bersin, demam, dan batuk ringan yang lama-kelamaan batuk menjadi parah dan menimbulkan
batuk menggigil yang cepat dan keras. Komplikasi pertusis adalah Pneumania Bacterialis
yang dapat menyebabkan kematian (Depkes, 2009, hlm.12).
Sebelum ditemukan vaksinnya, pertusis merupakan penyakit tersering yang
menyerang anak dan merupakan penyebab kematian (diperkirakan sekitar 300.000 kematian
terjadi setiap tahun). Pertusis merupakan penyakit yang bersifat toxin-mediated toxin yang
dihasilkan melekat pada bulu getar saluran nafas atas akan melumpuhkan bulu getar tersebut
sehingga menyebabkan gangguan aliran sekret saluran pernafasan, berpotensi menyebabkan
sumbatan jalan nafas dan pneumonia (Tumbelaka, A.R & Hadinegoro, S.R, 2008, hlm.144).
D. Tetanus
Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium Tetani yang
menghasilkan neurotoksin. Penyakit ini tidak menyebar dari orang ke orang, tetapi melalui
kotoran yang masuk kedalam luka yang dalam. Gejala awal penyakit adalah kaku otot pada
rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat, dan demam.
Pada bayi terdapat juga gejala berhenti menetek antara 3 sampai dengan 28 hari setelah lahir.
Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku (Depkes, 2009, hlm.13).
Tetanus dapat ditemukan pada anak-anak, juga dijumpai kasus tetanus neonatal
yang bersifat fatal. Komplikasi tetanus yang sering terjadi antara lain laringospasme, infeksi
nosokomial dan pneumonia ostostatik (Tumbelaka, A.R & Hadinegoro, S.R, 2008, hlm.147).
E. Campak
Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Myxovirus viridae measles.
Disebarkan melalui udara (percikan ludah) sewaktu bersin atau batuk dari penderita. Gejala
awal penyakit adalah demam, bercak kemerahan, batuk, pilek, konjunctivitis (mata merah)
selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta
kaki. Komplikasi campak adalah diare hebat, peradangan pada telinga, dan infeksi saluran
nafas (pneumonia). Prioritas utama untuk penanggulangan penyakit campak adalah
melaksanakan program imunisasi lebih efektif (Depkes, 2009, hlm.13).

F. Hepatitis B

Hepatitis B adalah penyakit kuning yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang
merusak hati. Penularan penyakit secara horizontal yaitu dari darah dan produknya melalui

suntikan yang tidak aman melalui tranfusi darah dan melalui hubungan seksual. Sedangkan
penularan secara vertikal yaitu dari ibu ke bayi selama proses persalinan. Gejalanya adalah
merasa lemah, gangguan perut, dan gejala lain seperti flu. Warna urin menjadi kuning, tinja
menjadi pucat. Warna kuning bisa terlihat pula pada mata ataupun kulit. Komplikasi hepatitis
B adalah bisa menjadi hepatitis kronis dan menimbulkan pengerasan hati (Cirrhosis Hepatis),
kanker hati (Hepato Cellular Carsinoma), dan menimbulkan kematian (Depkes, 2009,
hlm.14).
Infeksi virus hepatitis B menyebabkan sedikitnya satu juta kematian/tahun. Saat
ini terdapat 350 juta penderita kronis dengan 4 juta kasus baru/tahun. Infeksi pada anak
umumnya asimtomatis tetapi 80-95% akan menjadi kronis dan dalam 10-20 tahun akan
menjadi sirosis dan atau karsinoma hepatoseluler. Oleh karena itu, kebijakan utama tata
laksana virus hepatitis B adalah memotong jalur transmisi sedini mungkin. Vaksinasi
universal bayi baru lahir merupakan upaya yang paling efektif dalam menurunkan prevalens
virus hepatitis B dan karsinoma hepatoseluler (Pujiarto, P.S & Hidayat, B, 2008, hlm.135).
I.

Imunisasi aktif dan pasif

Imunisasi bisa didapatkan melalui cara aktif dan pasif:


A. Imunisasi aktif dapat timbul ketika seseorang bersinggungan dengan mikroba. Sistem
kekebalan akan membentuk antibodi dan perlindungan/perlawanan lainnya terhadap
mikroba. Lain kali, tanggapan imunitas terhadap mikroba ini dapat sangat efisien; ini
adalah kasus dimana banyak anak- anak terinfeksi walaupun hanya sekali, tetapi
kemudian kebal.
Imunisasi aktif buatan adalah dimana mikroba, atau bagian darinya, diinjeksikan
kepada seseorang sebelum ia dapat melakukannya secara alami. Jika keseluruhan mikroba
digunakan, they are pre-treated. Pentingnya imunisasi adalah begitu besar, sehingga the
American Centers for Disease Control and Prevention menamainya sebagai salah satu dari
the "Ten Great Public Health Achievements in the 20th Century".
Vaksin hidup yang telah dilemahkan telah berkurang sifat penyakitnya.
Keefektifannya tergantung dari kemampuan sistem kekebalan untuk mereplikasi dan
memberikan tanggapan seperti terjadi infeksi alamiah. Biasanya sudah efektif diberikan satu
injeksi saja ( a single dose).
Contoh vaksin hidup yang telah dilemahkan meliputi tampek , gondongan, rubella ,
atau kombinasi ketiganya dalam satu vaksin sebagai vaksin MMR, demam kuning (yellow
fever), cacar air (varicella), rotavirus , dan vaksin influenza.
B. Imunisasi pasif adalah elemen-elemen pra- sintesa dari sistem kekebalan yang
dipindahkan kepada seseorang, sehingga tubuhnya tidak perlu membuatnya sendiri
elemen-elemen tersebut. Akhir-akhir ini, antibodi dapat digunakan untuk imunisasi
pasif. Metode imunisasi ini bekerja sangat cepat, tetapi juga berakhir cepat,
karenaantibodi akan pecah dengan sendirinya, dan jika tak ada sel-sel B untuk
membuat lebih banyak antibodi, maka mereka akan hilang.

Imunisasi pasif terdapat secara fisiologi, ketika antibodi-antibodi dipindahkan dari ibu
ke janin selama kehamilan, untuk melindungi janin sebelum dan sementara waktu sesudah
kelahiran.
Imunisasi pasif buatan umumnya diberikan melalui injeksi dan digunakan jika ada
wabah penyakit tertentu atau penanganan darurat keracunan, seperti pada tetanus. Antibodiantibodi ini dapat dibuat menggunakan binatang, dinamai "terapi serum", meskipun ada
kemungkinan besar terjadinya syok anafilaksis, karena sistem kekebalan yang melawan
serum binatang tersebut. Jadi, antibodi manusia dihasilkan secara in vitro melalui kultur sel
dan digunakan menggantikan antibodi dari binatang, jika tersedia. Di kota- kota besar di
Indonesia selalu tersedia vaksin rabies untuk mereka yang ingin mendapatkan kekebalan
terhadap rabies dan serum anti- rabies bagi mereka yang dikhawatirkan sudah terjangkit
rabies, karena misalnya habis digigit anjing atau monyet.
II.

Manfaat Imunisasi

Manfaat untuk anak

Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau
kematian.

Manfaat untuk keluarga

Menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan bila anak sakit. Mendorong


keluarga kecil apabila si orang tua yakin bahwa anak-anak akan menjalani masa anak- anak
dengan aman.

Manfaat untuk orang tua

Yang disebut orang tua adalah mereka yang berusia di atas 55 tahun dimana
kekebalan tubuhnya mulai menurun. Jadwal vaksinasi dewasa dapat dimajukan, misalnya
menjadi 40 tahun, jika orang tua tersebut menderita diabetes (kencing manis) atau penyakit
lainnya yang menyebabkan kekebalan tubuhnya menurun.

Manfaat untuk negara

Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal sehat
untuk melanjutkan pembangunan negara.

Manfaat untuk orang sekitar

Di lingkungan yang mayoritas telah diimunisasi, maka mereka yang belum


diimunisasi biasanya juga terhindar dari penyakit yang sehubungan dengan imunisasi
tersebut, karena memang di lingkungan tersebut tidak ada orang yang terjangkit penyakit
tersebut. Oleh karena itu eradikasi atau menghilangkan sesuatu penyakit dari lingkungan
tersebut, misalnya Polio dilakuakan tidak perlu mencapai 100 persen, jika yang diimunisasi
telah mencapai 90 persen, maka telah dianggap berhasil.

III.

Cara Imunisasi

imunisasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, ada yang diberikan secara suntikan ke otot
(intra muscular atau im), lapisan bawah kulit (sub cutant atau sc) maupun ada yang diberikan
melalui tetesan cairan ke mulut (misalnya vaksin polio dan kolera).

Soal-soal.
1. Berikut ini merupakan vaksinasi yang wajib diperoleh.
1)
BCG
3) Polio
2)
Campak
4) Hepatitis B
2. Berapakah dosis pemberian imunisasi polio?
a.
2 tetes
c. 0,5 cc
e. 0.005cc
b.
0,05 cc
d. 5cc
3. Cara pemberian vaksin DPT, yaitu
a.
subkutan
d. intrakutan
b.
diteteskan ke mulut
e. intravena
c.
intramuskular
4. Vaksinasi DPT merupakan pemberian vaksin untuk pencegahan penyakit
dibawah ini, kecuali
a. Pertusis
c. Tifoid
b. Difteri
d. Tetanus
5. Sejak tahun 2004 hepatitis-B disatukan dengan pemberian DPT menjadi
DPT-HB. Berapa kali dan berapa minggu kah interval pemberian vaksin
ini?
a. 2 kali dan 2 minggu
d. 4 kali dan 4 minggu
b. 3 kali dan 4 minggu
e. 3 kali dan 3 minggu
c. 4 kali dan 3 minggu
1.
2.
3.
4.
5.

E (slide 3)
A (slide 4)
C (slide 4)
C (slide 3)
B (slide 3)

You might also like