Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
Kelompok II
I Putu Krisnantara Wijana P
Yuni Muftihatin
1108505017
1108505023
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2014
I. Tujuan
Untuk mengetahui metode apa saja yang dapat digunakan untuk uji
penapisan atau screening test pada pemeriksaan senyawa narkotika dan
psikotropika pada sampel biologis.
II.
DASAR TEORI
II.1 Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Menkes RI, 2009). Narkotika
dibagi menjadi tiga golongan yaitu:
1. Golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya, daya adiktif sangat
tinggi menyebabkan ketergantungan. Tidak dapat digunakan untuk
kepentingan apapun, kecuali untuk kepentingan penelitian ilmu
pengetahuan dan dilarang diproduksi atau digunakan untuk pengobatan.
Contohnya adalah ganja dan heroin.
2. Golongan II adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat tetapi
bermanfaat dalam bidang pengobatan dan penelitian ilmu pengetahuan.
Contohnya adalah petidin dan turunannya.
3. Golongan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan dan
banyak dimanfaatkan dalam bidang pengobatan dan penelitian ilmu
pengetahuan. Contohnya adalah kodein dan turunannya.
(Priyanto, 2008).
II.2 Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis yang bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku
(Menkes RI, 2009). Psikotropika dibagi menjadi empat golongan yaitu:
1. Golongan I adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat
untuk menyebabkan ketergantungan, belum diketahui manfaatnya untuk
pengobatan,
dan
sedang
diteliti
khasiatnya
seperti
esktasi
mengkonsumsi
NAPZA dalam
jangka
waktu
lama
atau
hanya
Urin adalah produk sisa dalam bentuk cair, warnanya bervariasi dari kuning
sampai bening.Pada umumnya urin bersifat asam.Pada urin normal tidak boleh
terdapat glukosa, albumin, darah, nanah, atau aseton. Adanya zatzat tersebut
dalam urin menunjukkan adanya penyakit, trauma, atau infeksi. Zatzat sisa yang
dikeluarkan dalam urin antara lain, urea, kreatinin, asam urat dan berbagai jenis
garam (Hegner dan Caldwell, 2003). Urin merupakan salah satu sampel analisis
yang ideal dan tidak bersifat invasif seperti halnya pada prosedur pengambilan
sampel darah. Konsentrasi obat di dalam darah hanya dapat menggambarkan
persen obat pada waktu tertentu dan tidak mampu untuk ditetapkan pada jangka
waktu lama.Pada sampel urin, senyawa obat dimungkinkan untuk dideteksi pada
jangka waktu tertentu dan memberikan konsentrasi yang lebih tinggi
dibandingkan konsentrasi di dalam darah (Lum dan Mushlin, 2004). Selain itu,
terdapat beberapa kelebihan sampel urin dibandingkan sampel cairan biologis lain
khususnya darah, yaitu tidak invansif serta cara pengumpulan sampel yang
mudah, tersedia dalam jumlah yang cukup, kandungan senyawa obat serta
analitnya umumnya stabil pada sampel urin, memberikan konsentrasi obat yang
lebih tinggi dibandingkan sampel biologis lainnya, dapat dideteksi dalam jangka
waktu yang cukup lama serta dapat mendeteksi metabolit yang dihasilkan oleh
obat yang dikonsumsi. Analisis sampel urin lebih mudah karena tidak adanya
kandungan protein serta material selular yang dapat mengganggu proses analisis
serta tersedia berbagai jenis reagen dan sistem analisis yang dapat diaplikasikan
untuk sampel ini (Lum dan Mushlin, 2004; Saito et al., 2011).
Spesimen urin untuk kepentingan uji metabolisme biasanya dikumpulkan
pada pagi hari, malam hari atau dapat dilakukan kapan saja sepanjang hari.Sangat
penting untuk dilakukan pencatatan terhadap waktu pengambilan urin karena
dapat digunakan dalam penentuan laju produksi urin. Urin segar berwarna kuning
atau kuning-hijau, namun pada penyimpanan sebagai larutan yang bersifat asam
warna urin akan berubah menjadi kuning-coklat akibat terjadinya oksidasi dari
urobilinogen menjadi urobilin. Sampel urin tahan selama beberapa minggu jika
disimpan pada suhu 280C. Namun, apabila dibekukan (-200C), sampel urin yang
diasamkan akan tahan sampai jangka waktu yang panjang tetapi sebelumnya
dilakukan sentrifugasi terlebih dahulu (Flanagan et al., 2007).
b. Plasma Darah
Darah merupakan sampel yang paling baik untuk identifikasi senyawa obat
atau zat aktif lainnya baik untuk tujuan kualitatif ataupun kuantitatif.Sampel darah
harus diambil oleh petugas yang terampil untuk memastikan kebenaran sampel
tersebut.Plasma darah adalah cairan berwarna kuning yang dalam reaksi bersifat
sedikit alkali. Komposisi dari plasma darah adalah air, protein (albumin, globulin,
fibrinogen dan protrombin), ionion (Na, K, Ca, Mg, Cl, HCO 3), nutrien (glukosa,
asam amino dan asam lemah), hormon dan nitrogen(Pearce, 2006).Plasma lebih
sering digunakan daripada serum pada analisis obat, karena dapat disentrifugasi
dengan segera, sedangkan pembentukan serum membutuhkan lebih banyak waktu
(Smyth, 1992).Plasma biasanya digunakan untuk analisis klinis ataupun deteksi
kandungan analit tertentu karena kandungan komponen darahnya lebih sedikit
dibandingkan darah utuh yang memiliki matriks biologi yang sangat komplek,
sehingga lebih menguntungkan untuk analisis dan meminimalisir kegagalan
ataupun kesalahan dalam analisis (Pearce, 2006).
c. Saliva
Saliva pada manusia merupakan cairan di dalam mulut yang memiliki
berbagai fungsi baik untuk mengkonsumsi makanan, melindungi mukosa mulut,
serta homeostasis. Dalam cairan saliva terdapat beberapa jenis protein yang dapat
bereaksi secara spesifik seperti imonuglobulin, ataupun secara tidak spesifik
seperti enzim lisosim, enzim peroksidase, laktoferin, histatin dan protein lainnya.
Saliva dapat dengan mudah dikumpulkan sebagai sampel biologis. Penggunaan
saliva sebagai sampel biologis masih terbatas dibandingkan penggunaan sampel
plasma. Saliva dapat dianalisis dengan berbagai metode meliputi kolorimetri,
spektrofotometri, SPE, HPLC, CE serta immunoassay. Umumnya tersedia reagen
yang dimanfaatkan dalam analisis sampel saliva, akan tetapi penggunaan beberapa
kit yang tersedia dibutuhkan modifikasi dan beberapa perubahan untuk
penyesuaian dengan sampel ini. Pada beberapa kasus dilaporkan bahwa analisis
dengan saliva memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan menggunakan
(BNN,2008).
Dalam
deteksi
penyalahgunaan
narkotika
dan
3. Meckes Test
Uji ini dapat digunakan untuk skrining senyawa kodein, diazepam,
metkatinon, flunitrazepam, fenilakton, oksikodon, alkaloid opiate yaitu
morfin dan heroin. Reagent yang dibutuhkan adalah 1% asam selenous
(H2SeO3) dalam asam sulfat. Sampel sebanyak 1-2 mg atau 1-2 tetes
ditambahkan dengan 1 tetes reagent. Warna yang terbentuk jika sampel
positif kodein, diazepam, metkatinon, flunitrazepam, fenilakton dan
oksikodon adalah warna ungu. Jika sampel positif alkaloid opiate seperti
morfin dan kodein akan terbentuk warna hijau. Reagent akan
mengoksidasi opiate sehingga terbentuk ortho-quinon dari apomorfin yang
berwarna hijau, begitu pula pada heroin seperti pada gambar 3 (JaVed et
al., 2012).
mengandung
N,N-dimetilamfetamin,
amfetamin,
positif opium.
Terbentuknya warna merah muda sampai violet menunjukkan
sampel positif metadon.
11
12
imunologi
yang
menghasilkan
kompleks
antara
dua
senyawa
13
terdapat senyawa obat maka antibodi akan berikatan pada obat dan enzim
berlabel obat akan bereaksi dengan substrat. Enzim dan substrat yang
digunakan yaitu glukosa-6-fosfat dehidrogenase dan glukosa-6-fosfat dengan
koenzim NAD+. Reaksi enzim dengan substrat akan melepaskan ion hidrogen
kemudian ion hidrogen akan bereaksi dengan NAD+ menghasilkan NADH.
NADH inilah yang akan memberikan respon pada detektor karena NADH
mampu menyerap sinar pada panjang gelombang 340 nm. Jumlah absorbansi
akan berbanding lurus dengan jumlah NADH yang juga berbanding lurus
dengan jumlah obat dalam sampel. Metode EMIT banyak digunakan karena
kemudahan operasionalnya, automatisasi instrumen, dan kecepatan dalam
pengerjaannya(Pouliopoulos, 2007).
metode
immunoassay
heterogen
yang
alat
dan
bahan
karena
berhubungan
dnegan
radioaktif
(Pouliopoulos, 2007).
3. Fluorescence Polarization Immunoassay (FPIA)
Berbagai macam metode immunoassay berbasis fluoresensi telah
dikembangkan
untuk
diagnostik
klinik
dan
toksikologi.
14
Kadar cut-off
(ng/mL)
Sampel urin
Amfetamin/Metamfetamin
Barbiturat
200
Benzodiazepin
200
Canabinoid
50, 100
Kokain
300
harus
Metadon
300
ditampung
Propoksifen
300
dalam
tempat
Opiat
300, 2000
yang
kering
dan
bersih.
yang
digunakan
untuk
pengujian
16
Sampel urin dapat disimpan pada suhu 20 80C selama 48 jam sebelum
dilakukan pengujian. Apabila akan dilakukan pengujian jangka panjang,
sampel urin dapat disimpan pada suhu -200C. Jika sampel urin dalam keadaan
beku harus dicairkan dan diaduk terlebih dahulu sebelum pengujian (Anonim,
2012).
17
Positif
Terdapat satu garis pada area kontrol (C) dan tidak terdapat garis pada
test line region (T). Tidak adanya garis yang muncul pada test line
region (T) menunjukkan bahwa dalam sampel urin terdapat obat
obatan tersebut.
Tidak Valid
Tidak munculnya garis pada area kontrol (C) dikarenakan tidak
cukupnya volume sampel urin atau prosedur pengujian yang tidak
dilakukan tidak sesuai.
(Anonim, 2012).
Pada uji skrining, hasil yang diperoleh tidak sepenuhnya benar, karena
terdapat kemungkinan hasil yang didapat merupakan positif palsu akibat
adanya reaksi silang (Wirasuta, 2008). Reakti silang (cross reactivity) adalah
gangguan yang paling umum dalam immunoassay, tapi kebanyakan dalam tes
kompetitif. Reaktivitas silang adalah pengaruh non-spesifik zat dalam sampel
yang secara struktural mirip analit (membawa epitop yang serupa atau sama
dengan analit) dan bersaing untuk mengikat antibodi, sehingga menyebabkan
kesalahan penafsiran konsentrasi analit. Reaksi silang adalah masalah dalam
immunoassay di mana molekul endogen memiliki struktur yang mirip dengan
analit yang diukur (Kroll and Elin, 1994). Reaksi silang ini dapat disebabkan
oleh enzim ataupun alat uji skrining itu sendiri (Liu and Daniel, 1997).
Adapun zat atau obat yang dapat menimbulkan reaksi silang pada uji skrining
golongan narkotika dan psikotropika adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Zat atau obat yang dapat menimbulkan reaksi silang pada uji skrining
(Liu and Daniel, 1997; BNN, 2008 ; Wirasuta, 2008).
No
1
Uji
Skrining
Golongan Zat
atau
Obat
yang
Dapat
18
Pseudoefedrin,
Fenilpropanolamin,
Metoksifenamin,
Ranitidin,
Prokain,
Tiramin,
Tolmetin,
Kuinikrin,
Asetilprokain,
Kloroquin,
Kuinakrin,
Bupropion,
Selegilin,
Klorpromazin,
Benzfetamin,
Propranolol,
Fenkamin,
Furfenorex,
Opiat
Prenilamin, Fenetilin
Kodein,
Hidrokodon,
Benzodiazepin
Levorfanol, Hidromorfon
Ecgonin Metil Ester, Alprazolam,
Triazolam,
Klobazam,
Oksikodon,
Tetrazolam,
Kokain
Oksaprozin,
Klorazepat
Ecgonin
19
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
-
Gelas beaker
Pipet tetes
3.1.2 Bahan
-
Sampel urin
Strip test untuk masing-masing golongan senyawa
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. One Step Test Integrated Cup (Urine) Package Insert. Available at
:http://www.sierraresources.com/pdf/Drugcupinsert.pdf(1Oktober 2014)
20
University
Medical
Penyalahgunaan
Obat
dan
22