You are on page 1of 72

Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

• “ILMU ALAMIAH DASAR”

“KARAKTERISTIC MAKHLUK HIDUP”

- Manusia yang Bersifat Unik

- Kuriositas / Rasa Ingin Tahu

• “FASE PERKEMBANGAN PEMIKIRAN MANUSIA”

• “KEBENARAN DAN PRINSIP ILMU PENGETAHUAN”

• “METODE ILMIAH”

• “PROSES SAINS”

• “ANATOMI SAINS”

• “NILAI SAINS”

- Nilai Sains

- Sikap Ilmiah

- Ciri Orang Kreatif

- Hubungan Manusia, Sains, dan Teknologi

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

ILMU ALAMIAH DASAR

Pengertian Ilmu Alamiah Dasar

Ilmu alamiah dasar adalah kumpulan pengetahuan tentang konsep-konsep dasar dalam
bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi Manusia. Ilmu alamiah atau sering disebut ilmu
pengetahuan alam (natural science) merupakan pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-
gejala dalam alam semesta, termasuk di muka bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan
prinsip dan hanya mengkaji konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar yang esensial saja.

A. Manusia yang Bersifat Unik


Ciri-ciri manusia:
a. Organ tubuhnya kompleks dan sangat khusus, terutama otaknya
b. Mengadakan metabolisme atau pertukaran zat, (ada yang masuk dan keluar)
c. Memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan luar
d. Memiliki potensi untuk berkembang biak
e. Tumbuh dan bergerak
f. Berinteraksi dengan lingkungannya
g. Sampai pada saatnya mengalami kematian
Manusia adalah makhluk yang lemah dibanding makhluk lain namun dengan akal
budi yang dimilikinya dan kemauan yang sangat kuat maka manusia dapat mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi dengan begitu dapat hidup dengan lebih baik lagi. Akal budi
dan kemauannya yang sangat kuat itulah sifat unik dari manusia.
B. Kuriositas atau Rasa Ingin Tahu dan Akal Budi
Rasa ingin tahu makhluk lain lebih didasarkan oleh naluri (instinct) /idle curiosity
naluri ini didasarkan pada upaya mempertahankan kelestarian hidup dan sifatnya tetap
sepanjang zaman. Manusia juga mempunyai naluri seperti tumbuhan dan hewan tetapi ia
mempunyai akal budi yang terus berkembang serta rasa ingin tahu yang tidak terpuaskan.
Sesuatu masalah yang telah dapat dipecahkan maka akan timbul masalah lain yang menunggu
pemecahannya, manusia setelah tahu apanya maka ingin tahu bagaimana dan mengapa.
Contoh : tempat tinggal manusia purba sampai manusia modern, contoh lain seperti penyakit
setelah ditemukan obat suatu penyakit ada penyakit lain lagi yang dicoba untuk dicari obatnya
(HIV AIDS)

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

FASE PERKEMBANGAN PEMIKIRAN MANUSIA

FASE TEOLOGI ATAU METAFISIKA


(Yunani Kuno, Romawi, Abad Pertengahan)
Keingintahuan Manusia terhadap suatu Objek, Fakta, Realita, atau Kenyataan Dijawab
Melalui MITOS. (MITOS ....... - 6SM), (LOGOS : 3SM - 6M)

Mitos adalah cerita yang di buat – buat atau dongeng yang pada umumnya
mengangkat tokoh kuno, seperti dewa atau manusia perkasa yang ada kaitannya dengan apa
yang terjadi di alam. Secara garis besar dapat dibedakan 3 macam mitos, yaitu mitos
sebenarnya, cerita rakyat, dan legenda.Mitos yang merupakan cerita rakyat adalah usaha
manusia mengisahkan peristiwa penting yang menyangkut kehidupan masyarakat, biasanya
juga disampaikan dari mulut ke mulut sehingga sulit diperiksa kebenarannya. Mitos sebagai
legenda, dikemukakan tentang seorang tokoh yang dikaitkan dengan terjadinya suatu daerah.
Mitos yang dapat diterima dan dipercayai kebenarannya (masa prasejarah)

Kajian manusia pada masa Yunani Kuno.


Perkembangan ilmu pengetahuan pada dasarnya mengikuti perkembangan pemikiran
dari para filsuf di mana induk dari pengetahuannya pun berasal dari filsafat. Puncak
pemahaman tentang kejadian-kejadian di muka bumi, yang merupakan suatu cikal bakal dari
ilmu pengetahuan, terjadi pada masa Yunani kuno. Kebudayaan Yunani pada masa itu dengan
mitologi tentang dewa-dewa yang dimilikinya, memunculkan sifat ingin tahu dan rasa
penasaran untuk mengetahui rahasia alam. Diawali dengan usaha-usaha untuk mengenali
gejala-gejala alam yang terjadi dimuka bumi, maka filsuf-filsuf Yunani kuno mengembangkan
filsafat alam, suatu kajian pemikiran mengenai sebab-sebab hadirnya atau asal usul alam
semesta. Thales (abad ke 6 SM) salah seorang yang termasuk dalam filsuf-filsuf pertama
Yunani mencoba mencari arkhe (asas atau prinsip) alam semesta. Menurutnya prinsip dari
semuanya di alam ini berasal dari air dan semuanya akan kembali menjadi air.
Dapat dikatakan ciri khas dari pemikiran pada masa Yunani kuno ini adalah melihat
segala sesuatu sebagai satu kebenaran, sebab itu para filsuf akan memikirkan alam. Orang
Yunani tidak memandang ilmu secara spesifik melainkan ilmu universal. Cara berpikir serta
pengetahuan yang mendasar dan universal dibarengi kecerdasan yang dimilikinya
memudahkan Aristoteles (murid Plato yang hidup pada tahun 384SM-322SM dan belajar di

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

akademi milik Plato) menguasai sampai mendalam hampir segala ilmu yang diketahui pada
masanya. Aristoteles adalah ahli dalam ilmu alam, hukum, etik dan lain-lain.

Kajian manusia pada masa Romawi.


Dengan makin meluasnya wilayah kerajaan Romawi, keinginan memperoleh
pengetahuan teoritis makin beralih kepada ilmu-ilmu khusus yang lebih berguna bagi
penghidupan sehari-hari. Kepercayaaan akan agama rakyat menyusut. Orang makin mencari
hasil praktis yang berguna untuk meningkatkan kesenangan hidup sebagai akibat perbudakan
dan kondisi sosial yang menekan. Ilmu yang berkembang pada masa itu adalah etika, suatu
ajaran tentang martabat hidup di dunia, maupun pengetahuan khusus yang sifatnya praktis.
Dalam periode ini misalnya berdirilah sekolah Epikuros yang didirikan oleh Epikuros (341
SM-217SM).
Berbeda dengan Aristoteles, Epikuros tidak mempunyai perhatian terhadap
penyelidikan ilmiah. Ia hanya mempergunakan pengetahuan yang diperolehnya sebagai alat
membebaskan manusia dari ketakutan agama, yaitu rasa takut terhadap dewa-dewa yang
ditanam dalam diri manusia oleh agama Yunani kuno. Menurutnya ketakutan akan dewa-dewa
itulah yang menjadi penghalang besar untuk memperoleh kesenangan hidup. Ia
mengembangkan fisika praktis untuk membebaskan manusia dari kepercayaan akan dewa-
dewa. Ia mencoba menjelaskan bahwa segala yang terjadi bersifat kausalitas dan mekanis.
Tidak perlu dewa-dewa diikutsertakan dalam peredaran alam ini. Setelah periode Aristoteles
dapat dikatakan filsafat Yunani kehilangan masa keemasannya dan dan jatuh pada penelaahan
yang sifatnya spasial dan kehilangan sifatnya untuk menelaah sesuatu secara mendasar.

Kajian Manusia pada Abad Pertengahan.


Setelah kelahirannya, agama Kristen mulai menyebar dan memberi warna dalam
perkembangan pemikiran tentang manusia. Thomas Aquinas adalah seorang pendeta yang
meletakkan pemikiran-pemikiran Yunani kuno dalam baju gereja dan ajaran Kristen. Abad
pertengahan merupakan abad kegelapan bagi perkembangan pengetahuan di Barat karena
dominasi yang sangat kuat dari pihak gereja. Dogma gereja menjadi suatu yang harus
dipatuhi, serta menjadi kunci mutlak agar dapat memperoleh keselamatan dan kesejahteraan
hidup. Akibat kondisi yang dogmatis, alam pemikiran menjadi terbelengu karena harus
mengikuti ajaran-ajaran atau "hukum Tuhan". Sesuai dengan ajaran Kristen, manusia

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

dipandang sebagai mahluk Tuhan yang harus "patuh dan tunduk" dengan gereja sebagai
perwakilan Tuhan di muka bumi. ANCILLA THEOLOGIAE (ABAD KEGELAPAN BAGI
ILMU PENGETAHUAN).

FASE FILSAFAT
Keingintahuan Manusia terhadap suatu Objek, Fakta, Realita, atau Kenyataan Dijawab
Melalui RASIO. Manusia Menggunakan Paham RASIONALISME Dalam Membangun
Pengetahuan yang Benar Melalui PENALARAN DEDUKTIF
Penalaran Deduktif adalah Proses Berpikir untuk Menarik Kesimpulan yang Bersifat Khusus
dengan Berdasar kepada Pernyataan yang Bersifat Umum Melalui Pola SILOGISME
Contoh SILOGISME:
Premis Mayor : Semua Logam dapat menghantarkan Listrik
Premis Minor : Tembaga adalah Logam
Konklusi : Tembaga dapat menghantarkan Listrik
Selain Rasionalisme, Manusia membangun Paham Empirisme dalam Membangun
Pengetahuan yang Benar Melalui Penalaran INDUKTIF
Penalaran Induktif adalah Proses Berpikir untuk Menarik Kesimpulan yang Bersifat Umum
dengan Berdasar kepada Hasil Pengamatan terhadap Fakta-fakta yang Bersifat Khusus.
Contoh Penalaran Induktif:
Fakta 1 : Jarum terbuat dari besi dapat ditarik oleh magnet
Fakta 2 : Paku terbuat dari besi dapat ditarik oleh magnet
Fakta 3 : Baut terbuat dari besi dapat ditarik oleh magnet
Kesimpulan : Semua benda yang terbuat dari besi dapat ditarik oleh magnet
Namun demikian ada beberapa kritik yang menjadi salah satu serangan paling kuat terhadap
cara berfikir ini. Penalaran induktif bukan merupakan prediksi yang benar-benar akurat.
Induktif bisa dihasilkan karena pengulangan-pengulangan secara terus menerus.
Contoh:
Fakta 1 : Setiap hari matahari terbit dari arah timur.
Fakta 2 : Sepanjang tahun matahari terbit dari arah timur.
Fakta 3 : Sampai sekarang matahari belum pernah terbit dari bukan arah timur.
Kesimpulan : Matahari selalu akan terbit dari arah timur.
Karena setiap hari matahari selalu saja terbit dari timur (walaupun mengalami

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

pergeseran sedikit kearah utara atau selatan), hal ini tidaklah menjadikan kesimpulan bahwa
matahari selalu terbit dari timur merupakan sebuah kebenaran mutlak. Tidak menutup
kemungkinan suatu saat matahari bisa terbit dari barat, utara atau selatan.
Disini terdapat satu bukti rasional bahwa penalaran induktif bisa jadi menghasilkan
kesimpulan yang berbahaya dan salah kaprah. Pengetahuan kita yang bersumber dari
penalaran atau pemikiran induktif bisa jadi salah.
Penalaran induksi seringkali dikaitkan dengan sebuah korelasi atau hubungan baik
secara langsung maupun tidak langsung terhadap dua buah kejadian yang berbeda. Hasil-hasil
kesimpulan secara induksi juga dikaitkan dengan kausalitas sebuah kejadian.
Fakta 1 : Jam A berdering setiap 1 jam sekali.
Fakta 2 : Jam B tidak bordering setiap 1 jam sekali.
Fakta 3 : Setiap jam A bordering, jam B tidak bordering.
Kesimpulan : Jam A menyebabkan jam B tidak bordering.
Apakah bisa diambil kesimpulan bahwa jam A mengakibatkan jam B berdering?. Jelas
tidak, karena kondisi fakta 1 tidak dapat di koherensikan dengan fakta 2 disebabkan korelasi
hubungan kejadiannya pun berbeda, sehingga kesimpulan yang diperoleh hanya berdasarkan
pada fakta 3 yang bertaut dengan fakta 1 dan 2.
Penalaran Induktif memang membantu kita dalam memahami, memprediksi, dan
mengontrol sesuatu. Namun tidak semua hal bisa dipercaya dengan melakukan penalaran
induktif. Penalaran induktif sekarang ini masih sering digunakan sebagai salah satu
pengetahuan yang “ilmiah” dalam persoalan-persoalan kehidupan. Baik itu kesehatan, biologi,
psikologi dan sebagainya. Contoh nyata dari aplikasi penalaran induktif adalah penelitian-
penelitian yang bersifat statistikal yang mendasarkan pada sampel-sampel.

FASE ILMIAH
(Kajian Manusia pada Masa Renaissance)
Manusia dalam Membangun Pengetahuan atau Memecahkan Masalah Menggunakan
POLA PIKIR ILMIAH, yaitu Sintesis antara Deduktif dan Induktif.
Pandangan abad pertengahan itu berubah secara mendasar pada abad ke enambelas
dan tujuh belas. Revolusi ilmiah dimulai ketika Copernicus mematahkan pandangan
geosentrik gereja yang telah diterima menjadi dogma selama lebih dari seribu tahun. Setelah
Copernicus, bumi tidak lagi menjadi pusat alam tetapi hanya sebagian kecil di ujung galaksi.

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

Tokoh lain yang berperan mengubah corak berpikir manusia pada abad itu adalah Galileo
Galilei. Galileo adalah orang yang pertama memadukan percobaan ilmiah dengan bahasa
matematika untuk merumuskan hukum-hukum alam yang ditemukannya. Selanjutnya Galileo
menetapkan postulat bahwa agar para ilmuwan dapat menggambarkan alam secara sistematis
maka mereka harus membatasi diri untuk mempelajari sifat-sifat esensial benda material yang
dapat diukur dan dikuantifikasi. Dengan postulat ini dapat dikatakan bahwa semua aspek
seperti perasaan estetik, etik, nilai, perasaan, motif, kehendak, jiwa yang tidak dapat
dikuantifikasi menjadi "mati". Francis Bacon selanjutnya merumuskan teori tentang prosedur
penelitian ilmiah dimana penelitian harus berlandaskan fakta maupun data serta berdasarkan
percobaan untuk mengambil kesimpulan yang tepat. Metoda ini disebut metoda empiris-
induktif.
Dengan metoda ilmiah ini tujuan ilmu menjadi berubah. Ilmu pada jaman kuno
memiliki tujuan untuk mencapai kearifan, dengan memahami tatanan alam dan kehidupan
yang harmonis dengan alam; ilmu dicari "demi keagungan Tuhan". Dengan prinsip metoda
ilmiah dari Bacon, tujuan ilmu berubah menjadi pengetahuan yang dapat digunakan untuk
menguasai dan mengendalikan alam. Melalui metoda penelitian empiris alam secara paksa
diteliti dan dikendalikan.
Puncak revolusi ilmiah terjadi sejak Rene Descartes mengungkapkan filsafatnya
Cogito Ergo Sum (Saya berpikir maka saya ada). Pernyataan ini merupakan kesimpulan dari
filsafatnya. Menurutnya esensi hakikat manusia terletak pada pikirannya, dan hanya benda-
benda yang ditangkap dengan jelaslah yang dapat dikatakan benar. Konsepsi yang demikian
disebutnya sebagai "intuisi". Dia menegaskan bahwa tidak ada jalan menuju pengetahuan
yang benar kecuali dengan intuisi yang jelas dan deduksi lah yang diperlukan. Dengan
pendapatnya mengenai Cogito Ergo Sum, Descartes tidak lain menegaskan bahwa akal dan
materi merupakan dua hal yang terpisah dan berbeda secara mendasar. Dengan demikian ada
dua alam yang terpisah yaitu alam pikiran res cogitans dan res extensa atau alam luas. Pada
abad-abad berikutnya, para ilmuwan mengembangkan teori-teori mereka sesuai dengan
pemisahan Descartes ini. Ilmu-ilmu kemanusiaan memusatkan pada res cogitans dan ilmu-
ilmu alam memusatkan pada res extensa. Bagi Descartes, alam semesta adalah sebuah mesin
dan tidak lebih dari sebuah mesin. Alam semesta bekerja sesuai dengan hukum-hukum
mekanik, dan segala sesuatu dalam alam materi dapat diterangkan dalam tatanan dan gerakan-
gerakan dari bagian-bagiannya. Gambaran alam mekanik ini telah menjadi paradigma ilmu

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

pada masa setelah Descartes. Paradigma ilmu ini menuntun semua pengamatan ilmiah dan
perumusan semua teori tentang alam. Seluruh teori pada abad tujuh belas, delapan belas dan
sembilan belas termasuk teori Fisika Newton yang termasyhur tidak lain adalah
perkembangan dari pemikiran Descartes.
Teori fisika klasik yang dikembangkan Isaac Newton pada dasarnya adalah
penggabungan dari metode deduksi dari Descartes dan metode induksi-analitis dari Francis
Bacon. Newton dalam bukunya Principia menekankan bahwa eksperimen tanpa interpretasi
sistematis maupun deduksi dari prinsip pertama yang tanpa bukti eksperimen sebenarnya
sama-sama tidak akan sampai pada teori yang dapat dipercaya. Pada abad delapan belas
sampai sembilan belas mekanika Newton telah digunakan dengan keberhasilan yang luar
biasa. Teori Newton mampu menjelaskan gerak planet bulan dan komet hingga ke rincian-
rincian terkecil.
Dengan penetapan yang kuat pada pandangan yang mekanistik ini, fisika Newton
tampak menjadi dasar dari semua ilmu. Teori Newton tentang alam semesta dan kepercayaan
pendekatan rasional pada masalah-masalah manusia menyebar dengan cukup pesat sehingga
era itu disebut dengan era pencerahan.
Konsep-konsep mekanistik Descartes serta konsep Newton ternyata juga
mempengaruhi para ilmuwan yang tertarik tentang masalah manusia. Dengan metoda ilmiah
suatu pengetahuan dapat diklasifikasikan menjadi ilmu bila memilki kriteria empirik,
obsevable dan terukur. Usaha untuk memperoleh pemahaman tentang manusia akhirnya harus
direduksi hanya pada aspek-aspek yang terukur saja. Ilmu Psikologi, sesuai dengan namanya,
yang semestinya mempelajari tentang Psyche (jiwa) direduksi menjadi ilmu yang terbatas
mempelajari tingkah laku dan pengalaman manusia. Ilmu Psikologi dapat diterima menjadi
suatu disiplin ilmu tersendiri sejak Wilhelm Wund mendirikan laboratorium Psikologi
pertama di Leipzig University, jerman pada tahun 1859 dan mengembangkan penelitian-
penelitian psikologi melalui metoda eksperimental yang terukur dan teramati. Dengan
masuknya psikologi sebagai bagian dari ilmu modern jiwa yang non materiil, menjadi
terbuang dari kajian ilmu psikologi modern saat ini. Psikiater R.D Laing secara ekstrim
menyebutkan ; "Matilah pemandangan, suara, rasa, sentuhan dan bau dan bersama itu mati
pulalah perasaan estetik dan etik, nilai, kualitas, bentuk; semua perasaan, motif, kehendak,
jiwa, kesadaran, dan roh.

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

FASE ILMIAH
PARADIGMA POSITIVISTIK

FAKTA ATAU KENYATAAN


Menurut :
• Positivistik berpandangan bahwa sesuatu yang nyata bila ada korespondensi antara
yang hal yang satu dengan lainnya.
• Fenomenologik memiliki dua arah perkembangan mengenai pengertian kenyataan ini.
Pertama, menjurus ke arah teori korespondensi yaitu adanya korespondensi antara ide
dengan fenomena. Kedua, menjurus ke arah koherensi moralitas, kesesuaian antara
fenomena dengan sistem nilai.
• Rasionalistik menganggap suatu sebagai nyata, bila ada koherensi antara empirik
dengan skema rasional, dan
• Realisme-metafisik berpendapat bahwa sesuatu yang nyata bila ada koherensi antara
empiris dengan obyektif.
• Pragmatisme memiliki pandangan bahwa yang ada itu yang berfungsi
• Realita adalah sesuatu yang terjadi dan sudah direncanakan
• Kenyataan adalah sesuatu yang terjadi dan tidak terencana
• Fakta adalah keterangan-keterangan yang diperoleh dari sebuah kenyataan

KEBENARAN (TRUTH)
Kebenaran yang dicari-cari dalam setiap kesempatan sebenarnya adalah "Kebenaran
Mutlak". Kebenaran mutlak artinya adalah kebenaran yang sudah tidak dapat disalahkan lagi.
Kebenaran yang tidak dapat disalahkan adalah kebenaran yang menjumpai pembuktian yang
mengatasi pernyataannya. Dengan demikian sebenarnya sepertinya kebenaran mutlak adalah
kebenaran dengan fakta yang tidak dapat disangkal lagi. Seperti api adalah panas, es adalah
dingin, batu adalah keras, air adalah lunak, dan sebagainya adalah kebenaran mutlak juga.
Namun mengapa kita ini mengatakan masih mencari kebenaran? Ini karena dalam hati
kita ingin membuktikan benarkah ucapan-ucapan yang demikian patut dibenarkan atau
dinobatkan sebagai kebenaran mutlak.
Keinginan kita untuk membuktikan hal-hal diatas inilah yang dapat dikatakan sebagai
mencari kebenaran. Kegunaannya adalah jika kita telah membuktikannya dan menemukan

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

kebenaran itu maka kita telah mempunyai tujuan hidup. Sehingga dalam menjalani kehidupan
ini kita menjadi punya tujuan dan arah yang pasti.
Untuk memulainya, harus kita tentukan dulu apakah yang akan kita cari kebenarannya.
Kemudian jalan pembuktiannya kita lakukan. Kebenaran yang kita temukan sering bersifat
subyektif, apa yang kita nilai benar, belum tentu dinilai benar oleh orang lain. Demikian pula
kebenaran yang akan kita buktikan belum tentu sama dengan kebenaran yang dicari orang
lain. Kesimpulannya, kebenaran itu sifatnya subyektif atau individual. Seperti kenikmatan es
krim belum tentu disukai oleh orang yang tidak menyukai rasa manis.
A Primer on Postmodernism dari Stanley J. Grenz menyatakan bahwa ditolaknya
kebenaran yang obyektif merupakan tipikal kondisi manusia era Pascamodern seperti yang
ada saat ini. Di sini kebenaran hanyalah merupakan masalah penafsiran. Namun hal ini tidak
sepenuhnya karena kebenaran pada manusia memang adalah sesuatu yang bersifat (sangat)
relatif. Melainkan juga karena kita memang lebih mudah mengatasnamakan kebenaran itu
untuk pembenaran persepsi, pemahaman, penghayatan, maupun tindakan yang bersangkut
paut dengan intensi diri sendiri dari pada yang ada pada posisi orang yang lain.
Apalagi bila kebenaran itu dimunculkan oleh kita yang telah lebih dulu menilai diri
sendiri sebagai yang benar. Akibatnya, kebenaran orang lain tidak lagi penting dan berarti.
Kebenaran tidak lagi dimungkinkan untuk berbunyi dalam suara yang berbeda. Obyektivitas
dari kebenaran menjadi meniadakan, karena kebenaran telah semata-mata menjadi
pembenaran dari si benar.
Bukankah kenyataan ini merupakan kebenaran yang bersifat manusiawi?
Bila pertanyaan terakhir ini dijawab dengan "ya", maka bagi yang menjawab "tidak"
timbul adanya konflik kebenaran, dan sebaliknya pun akan sama. Oleh karena itu, tidak
penting lagi dipertanyakan kebenaran manakah yang paling benar atau yang sesungguhnya
benar, karena untuk menentukan hal ini pun tetap saja akan memunculkan konflik kebenaran
yang lain.
Kita memang (cenderung) mengartikan kebenaran semudah menyatakan kebenaran
tersebut dengan mengatasnamakan kebenaran itu sendiri. Bahkan juga untuk pembenaran
terhadap proses "penghancuran" yang terjadi terhadap orang lain, dengan mengumbar amarah
dan kebencian sekalipun. Kebenaran bisa menjadi dasar pembenaran terhadap peniadaan
kebenaran yang lain. Kebenaran bisa dibungkam dan sekaligus diteriakkan dengan lantang,
yang itu sama saja artinya dengan kebenaran hanyalah omong kosong dari mereka yang

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

merasa memilikinya.
Dengan mengatasnamakan kebenaran, kita seringkali merasa bahwa ada legitimasi dan
mandat yang didapatkan dari kebenaran itu sendiri untuk kita mampu "menghakimi"
kebenaran orang lain. Apalagi bila kita juga merasa ada kekuatan dan kekuasaan yang ada
pada kita untuk berbicara atas nama kebenaran tersebut. Maka, kebenaran orang lain tidak lagi
dapat didudukkan pada tempatnya sebagai bagian dari ke-relatif-an atau pun alternatif dari
kebenaran itu sendiri, melainkan dirasakan sebagai gangguan yang mengusik keleluasaan dan
mungkin juga sebagai ancaman yang membahayakan kebenaran tersebut. Untuk itu bukan
hanya dapat tetapi juga perlu ditiadakan.
A. Kebenaran Ilmu Pengetahuan
Di dalam Ilmu Pengetahuan, kebenaran ada banyak macam, diantaranya:
1. Kebenaran Koherensi
Kebenaran koherensi yaitu adanya kesesuaian atau keharmonisan antara
sesuatu yang lain dengan sesuatu yang memiliki hirarki yang lebih tinggi dari sesuatu
unsur tersebut, baik berupa skema, sistem, atau pun nilai. Suatu Pernyataan Memiliki
Kebenaran Koherensi Jika Pernyataan tersebut Berkesesuaian dengan Pernyataan yang
Benar Sebelumnya.
Teori ini dianut oleh kaum rasionalitas seperti Leibniz, Spinoza, Descartes,
Heggel, dan lainnya. Kebenaran ditemukan dalam relasi antara proposisi baru dengan
proposisi yang sudah ada. Suatu pengetahuan, teori, pernyataan, proposisi atau
hipotesis dianggap benar kalau sejalan dengan pengetahuan, teori, proposisi atau
hipotesis lainnya, yaitu kalau proposisi itu meneguhkan dan konsisten dengan
proposisi sebelumnya yang dianggap benar. Matematika dan ilmu-ilmu pasti sangat
menekankan teori kebenaran ini. Contohnya, pengetahuan “lilin akan mencair kalau
dimasukkan ke dalam air yang sedang mendidih”.
Bagi kaum empiris (kebenaran persesuaian), untuk mengetahui kebenaran
pengetahuan ini perlu diadakan percobaan dengan memasukkan lilin ke dalam air yang
sedang mendidih untuk mengetahui apakah pernyataan itu sesuai dengan kenyataan
atau tidak. Tetapi bagi kaum rasionalitas, untuk mengetahui kebenaran pernyataan ini
cukup mecek apakah pernyataan ini sejalan dengan pernyataan lainnya, atau apakah
pernyataan ini meneguhkan pernyataan lainnya. Ternyata, pernyataan ini benar
karena lilin termasuk bahan parafin dan parafin selalu mencair pada suhu 600 C.

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

Karena air mendidih pada suhu 1000 C, lilin dengan sendirinya mencair kalau
dimasukkan ke dalam air yang sedang mendidih.
Pernyataan ini benar karena meneguhkan pernyataan lain bahwa lilin adalah
bahan parafin yang selalu mencair pada suhu 600 C dan sejalan dengan pengetahuan
lain bahwa iar mendidih pada suhu 1000 C. Dengan kata lain, “lilin akan mencair
kalau dimasukkan ke dalam air yang sedang mendidih”, hanya merupakan
konsekuensi logis dari pernyataan-pernyataan lain tersebut.

2. Kebenaran Korespondensi
Suatu Pernyataan Memiliki Kebenaran Korespondensi Jika Pernyataan tersebut
Berkesesuaian dengan Faktanya. Berfikir benar korespondensi adalah berfikir
tentang sesuatu itu terbukti relevan dengan sesuatu lain. Korespondensi relevan
dibuktikan adanya kejadian sejalan atau berlawanan arah antara fakta dengan fakta
yang diharapkan, antara fakta dengan belief yang diyakini, yang sifatnya spesifik.
Teori ini pertama kali dimunculkan oleh Aristoteles. Menurut Aristoteles
kebenaran adalah soal kesesuaian antara apa yang diklaim sebagai diketahui dengan
kenyataan yang sebenarnya. Benar dan salah adalah soal sesuai tidaknya apa yang
dikatakan dengan kenyataan sebagaimana adanya. Kebenaran terletak pada
kesesuaian antara subyek dan obyek yaitu apa yang diketahui subyek dan realitas
sebagaimana adanya. Oleh karenanya ini disebut pula kebenaran empiris, karena
kebenaran suatu pernyataan, proposisi atau teori ditentukan oleh apakah pernyataan,
proposisi atau teori itu didukung oleh fakta atau tidak. Contohnya “ bumi ini bulat”
adalah suatu pernyataan benar, karena dalam kenyataannya pernyataan ini didukung
sesuai dengan kenyataan.
Kebenaran terjadi pada pengetahuan. Pengetahuan terbukti benar dan menjadi
benar oleh kenyataan yang sesuai dengan apa yang diungkapkan pernyataan itu.
Intinya realitas adalah hal yang pokok dari kegiatan ilmiah. Ada tiga hal pokok yang
perlu digarisbawahi dalam teori ini. Pertama, teori ini sangat menekankan aliran
empirisme yang mengutamakan pengalaman dan pengamatan indrawi sebagai sumber
utama pengetahuan manusia. Kedua, teori ini juga cenderung menegaskan dualitas
antara subyek dan obyek, antara si pengenal dan yang dikenal. Bagi teori ini yang
paling berperan bagi kebenaran pengetahuan manusia adalah obyek. Subyek atau akal

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

budi manusia hanya mengolah lebih jauh apa yang diberikan oleh obyek. Ketiga,
konsekuensi dari hal di atas teori ini sangat menekankan bukti (eviden) bagi kebenaran
suatu pengetahuan. Tetapi bukti ini bukan diberikan secara apriori oleh akal budi,
bukan pula hasil imajinasi, tetapi apa yang diberikan dan disodorkan oleh obyek yang
dapat ditangkap oleh panca indera manusia. Jadi pengamatan atau penangkapan
fenomena yang ada menjadi penentu dalam teori ini.

3. Kebenaran Pragmatis
Suatu Pernyataan Memiliki Kebenaran Pragmatis Jika Pernyataan tersebut
Berkesesuaian dengan Fungsinya. Yang benar adalah yang konkret, yang individual
dan yang spesifik dan memiliki kegunaan praktis.
Teori ini dikembangkan oleh filsuf pragmatis dari Amerika Serikat seperti
Charles, S. P dan William James. Bagi kaum pragmatis kebenaran adalah sama artinya
dengan kegunaan. Ide, konsep, pengetahuan, atau hipotesis yang benar adalah ide
yang berguna. Ide yang benar adalah ide yang paling mampu memungkinkan
seseorang (berdasarkan ide itu) melakukan sesuatu secara paling berhasil dan tepat
guna. Berhasil dan berguna adalah kriteria utama untuk menentukan apakah suatu ide
itu benar atau tidak. Contoh, ide bahwa kemacetan jalan-jalan besar di Jakarta
disebabkan terlalu banyak kendaraan pribadi yang ditumpangi oleh satu orang. Maka
penyelesaiannya “mewajibkan jalan pribadi ditumpahi oleh tiga orang atau lebih”. Ide
tadi benar apabila ide tersebut berguna dan berhasil memecahkan persoalan
kemacetan.
Kebenaran yang ditekankan oleh kaum pragmatis adalah kebenaran yang
menyangkut “pengetahuan bagaimana” (know how). Suatu ide yang benar adalah ide
yang memungkinkan kita berhasil memperbaiki atau menciptakan sesuatu. Kaum
pragmatis sebenarnya tidak menolak teori kebenaran dari kaum rasionalis maupun
teori kebenaran kaum empiris. Hanya saja, bagi kaum pragmatis suatu kebenaran
apriori hanya benar kalau kebenaran itu berguna dalam penerapannya yang
memungkinkan manusia bertindak secara efektif. Kebenaran bagi kaum pragmatis
juga berarti suatu sifat yang baik. Maksudnya, suatu ide atau teori tidak pernah benar
kalau tidak baik untuk sesuatu. Dengan kebenaran, manusia dibantu untuk melakukan

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

sesuatu supaya berhasil. Singkatnya, kita tidak hanya membutuhkan “pengetahuan


bahwa” dan “pengetahuan mengapa” tetapi juga “pengetahuan bagaimana”.

4. Kebenaran Proposisi
Suatu Pernyataan Memiliki Kebenaran Proposisi Jika Pernyataan tersebut
menunjukkan Proposisi yang Benar secara Formal dan Materiil. Proposisi adalah suatu
pernyataan yang berisi banyak konsep kompleks, yang merentang dari yang subyektif
individual sampai yang obyektif. Suatu kebenaran dapat diperoleh bila proposisi-
proposisinya benar .

5. Kebenaran Performatif
Suatu Pernyataan Memiliki Kebenaran Performatif Jika Pernyataan tersebut
dapat di aktualkan dalam Tindakan. Ketika pemikiran manusia menyatukan segalanya
dalam tampilan aktual dan menyatukan apapun yang ada dibaliknya, baik yang praktis
yang teoritik, maupun yang filosofik, orang mengetengahkan kebenaran tampilan
aktual. Sesuatu benar bila memang dapat di aktualkan dalam tindakan. Teori ini dianut
oleh filsuf Frank Ramsey, John Austin dan Peter Strawson. Para filsuf ini hendak
menentang teori klasik bahwa “benar” dan “salah” adalah ungkapan yang hanya
menyatakan sesuatu (deskriptif). Proposisi yang benar berarti proposisi itu
menyatakan sesuatu yang dianggap benar, demikian sebaliknya. Namun, justru inilah
yang ingin ditolak oleh filsuf-filsuf ini. Menurut teori ini suatu pernyataan dianggap
benar kalau pernyataan itu menciptakan realitas. Pernyataan yang benar bukanlah
pernyataan yang mengungkapkan realitas tapi justru dengan pernyataan itu terciptanya
suatu realitas sebagaimana yang diungkapkan dalam pernyataan itu. Contohnya,
“Dengan ini saya mengangkat anda menjadi dosen pengasuh matakuliah Falsafah
Sains”. Dengan pernyataan ini tercipta suatu realitas baru, realitas anda sebagai dosen
Falsafah Sains.

6. Kebenaran Struktural Paradigmatik


Suatu Pernyataan Memiliki Kebenaran Struktural Paradigmatik Jika
Pernyataan tersebut Merupakan Rekonstruksi Rasional Menjadi Suatu Paradigma.
Sesungguhnya kebenaran struktural paradigmatik ini merupakan perkembangan dari

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

kebenaran korespondensi. Sampai sekarang analisis regresi, analisis faktor, dan


analisis statistik lanjut lainnya masih dimaknai pada korespondensi unsur satu dengan
lainnya. Padahal semestinya keseluruhan struktural tata hubungan itu yang dimaknai,
karena akan mampu memberi eksplanasi atau inferensi yang lebih menyeluruh.
Dengan demikian, sifat dasar kebenaran ilmiah selalu mempunyai paling kurang tiga
sifat dasar, yaitu : struktur yang rasional-logis, isi empiris, dan dapat diterapkan (pragmatis).
Kebenaran ilmiah yang rasional-logis adalah bahwa kebenaran dapat dicapai berdasarkan
kesimpulan yang logis atau rasional dari proposisi atau premis tertentu. Karena kebenaran
ilmiah bersifat rasional, semua orang yang rasional, yaitu yang dapat menggunakan akal
budinya secara baik, dapat memahami kebenaran ilmiah ini. Oleh karenanya kebenaran
ilmiah kemudian dianggap sebagai kebenaran yang universal. Satu hal yang perlu dicatat
bahwa perlu dibedakan sifat rasional dengan sifat masuk akal (reasonable). Sifat rasional
terutama berlaku bagi kebenaran ilmiah. Sifat “masuk akal” ini terutama berlaku bagi
kebenaran tertentu yang berada di luar lingkup pengetahuan. Contohnya tindakan marah
menangis, dan semacamnya dapat sangat masuk akal walaupun mungkin tidak rasional.
Sifat empiris dari kebenaran ilmiah mengatakan bahwa bagaimanapun juga
kebenaran ilmiah perlu diuji dengan kenyataan yang ada. Bahkan, dapat dikatakan bahwa
sebagian besar pengetahuan dan kebenaran ilmiah berkaitan dengan kenyataan empiris
dalam dunia ini.
Sifat pragmatis terutama hendak menggabungkan kedua sifat kebenaran lainnya,
artinya kalau suatu pernyataan benar secara logis dan empiris maka pernyataan tersebut juga
harus berguna dalam kehidupan manusia, yaitu membantu manusia memecahkan berbagai
persoalan dalam hidup manusia.
Kebenaran adalah milik semua orang, tidak peduli status maupun keberadaan lain
apa pun yang melekat pada dirinya. Namun disadari serta diakui ataupun tidak oleh kita,
pada kenyataannya kebenaran tidak selalu berpihak pada orang yang merasa dan menyebut
dirinya benar, serta tidak juga menjadikan benar orang yang meng-klaim dirinya sebagai
pemegang kebenaran tersebut.

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

B. Prinsip Ilmu Pengetahuan


1. Prinsip Kausalitas, yang menyatakan bahwa setiap kejadian memiliki penyebab, dan
dalam situasi yang identik penyebab sama akan menghasilkan akibat yang sama pula.
2. Prinsip Pengukuran Eksak, yang menyatakan bahwa hasil-hasil penelitian harus dapat
dinyatakan secara kuantitatif atau secara matematis.
3. Prinsip Keragaman Prediktif, yang menyatakan bahwa suatu kelompok kejadian akan
menunjukkan derajad keterkaitan yang sama pada masa lampau, sekarang, maupun
masa yang akan datang.
4. Prinsip Obyektivitas, yang menyatakan bahwa para peneliti tidak boleh memihak
kepada data sebelumnya. Fakta-fakta yang dikemukakan harus dapat diamati atau
dialami tepat sama oleh semua manusia normal.
5. Prinsip Empirisme, yang menyatakan bahwa kesan sensori yang diterima adalah benar
dan pengujian kebenaran didasarkan atas fakta-fakta yang dialami.
6. Prinsip Persimoni, yang menyatakan bahwa di dalam hal sesuatu yang sama, akan
dipilih penjelasan yang paling sederhana atau singkat sebagai penjelasan yang sahih.
7. Prinsip Isolasi atau segregasi, yang menyatakan bahwa gejala yang diteliti harus dapat
diisolasi sehingga dapat diteliti secara terpisah sebagaimana adanya.
8. Prinsip Kontrol, yang menyatakan bahwa pengontrolan atau pengendalian terhadap
variabel-variabel yang tidak diteliti adalah hal yang sangat penting, sehingga
penelitian serupa dapat dilakukan pada waktu yang lain.

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

METODE ILMIAH

Metode Ilmiah adalah karakteristik spesial yang dimiliki oleh sains yang diperoleh
manusia dari setiap pengalaman inderalia (empiris) dan digagas oleh kelompok positifisme.
Metode Pemecahan Masalah yang Berintikan Perpaduan atau Sintesis antara Cara Berpikir
Deduktif dan Induktif, dan Menjamin Perwujudan Kebenaran: Koherensi, Korespondensi, dan
Pragmatis. Kemampuan-kemampuan Kemampuan-kemampuan yang diperlukan oleh
manusia, antara lain :
1. Kognitif : rasa, pikiran dan pengetahuan
2. Psikomotor : cipta atau keterampilan
3. Afektif : karsa, nilai, atau sikap

SEJARAH PERKEMBANGAN METODE ILMIAH


1. Zaman Sebelum Masehi
Di dalam buku kedokteran Mesir kuno, yakni the Edwin Smith papyrus, (kira-2 1600 SM)
disebutkan bahwa beberapa komponen dasar metode ilmiah telah dilakukan seperti
pengujian (examination), diagnosa, treatment dan prognosis terhadap suatu penyakit;
Di Babilonia, sebagaimana termaktub dalam buku The Ebers papyrus (kira-2 1550 SM)
juga sudah terdapat upaya pembuktian secara empirik.
2. Yunani Kuno (500 SM)
Beberapa Komponen Dasar Metode Ilmiah Telah Dilakukan Pada Masa Ini. Bahkan
Geometri Telah Dijadikan Ukuran Untuk Membuat Sepatu Di Di Yunani Pada Masa Itu.
Masalah didefinisikan sebagai kumpulan dari pengalaman-pengalaman ilmiah saat manusia
menghadapi masalah. Secara sadar atau tidak sadar, pikiran akan memanggil semua
pengalaman-pengalaman yang dapat diubah dengan fakta-fakta yang mendukung kuat.

SYARAT-SYARAT METODE ILMIAH :


1) Obyektif : pengetahuan itu sesuai dengan obyeknya,atau didukung metodik fakta empiris.

2) Metodik : pengetahuan ilmiah itu diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu yang
teratur dan terkontrol.

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

3) Sistematik : pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu sistem,tidak berdiri sendiri,satu
dengan yang lain saling berkaitan,saling menjelaskan,sehingga seluruhnya merupakan
satu kesatuan yang utuh.

4) Berlaku Umum/Universal : pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh
seseorang atau beberapa orang saja,tetapi semua orang dengan cara eksperimentasi yang
sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten.

KONSEP METODE ILMIAH

Masalah

Kumpulan Pengetahuan Ilmiah Kerangka Berfikir

Rumusan Masalah

Penalaran Deduktif
Paragmadigmatik
Rumusan Hypotesis

Penalaran Deduktif
Diterima Menguji Ditolak

Kesimpulan

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

SIKLUS EINSTEIN
Dalam Perkembangannya, Sains Senantiasa Berawal pada Fakta dan Berakhir pada Fakta
(Siklus Fakta ke Fakta).

HAKEKAT PENELITIAN
Cara Ilmiah Untuk Mendapatkan Data/Informasi Sebagaimana Adanya Dan Bukan
Sebagaimana Seharusnya, Dengan Tujuan Dan Kegunaan Tertentu
Metode Penelitian
Zaman dahulu :
- Coba-Coba (Trial & Error ?)
- Pengalaman (Sendiri > , Orang Lain <)
- Naluri
→ Perkembangan lambat
Zaman Modern :
- coba-coba (dioptimumkan)
- pengalaman (sendiri < + orang lain >)
- spekulasi
- Metode Ilmiah (scientific approach)
→ Perkembangan cepat

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

Tujuan Penelitian
 Penemuan
Sebelumnya belum pernah diketahui
 Pembuktian
Membuktikan keraguan terhadap informasi/ pengetahuan tertentu
 Pengembangan
Memperdalam dan memperluas pengetahuan yang sudah ada
Kegunaan Penelitian
 Memahami Masalah
Peneliti memperjelas suatu masalah/informasi yang tidak diketahui dan selanjutnya
menjadi tahu
 Memecahkan Masalah
Peneliti meminimalkan/menghilangkan masalah
 Mengantisipasi Masalah
Peneliti mengupayakan agar masalah tidak terjadi

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

PROSES SAINS

Pengetahuan sains diperoleh melalui proses logico-empiricism, pengetahuan yang


diperoleh secara intuitif harus diperiksa/ diturunkan secara logis dari hukum alam yang sudah
teruji dan dibuktikan dengan observasi/eksperimen.
Dalam makna generiknya, sains selalu dikaitkan dengan upaya manusia untuk mencari
tahu tentang suatu fenomena. Cara mencari tahu ini tidak lepas dari proses interpretasi
manusia terhadap fenomena tersebut. Dari pemahaman inilah dibentuk sebuah sistem
pengetahuan yang meliputi obyek pengetahuan, metode, dan model interpretasi. Pada
dasarnya, inti dari suatu sistem pengetahuan adalah aktivitas representasi di mana pengamat
(saintis) menginterpretasi gejala-gejala alam yang kemudian dimodelkan ke dalam bahasa
sains (yang dalam sains moderen menggunakan model matematik). Satu hal yang perlu
dicermati disini. Suatu obyek pengetahuan hanya dapat eksis melalui representasi. Proses
interpretasi dan representasi ini tidaklah terjadi begitu saja secara obyektif di mana saintis
dengan serta merta "menemukan" sesuatu seakan-akan obyek pengetahuan itu sudah ada
sebelumnya. Obyek pengetahuan itu adalah hasil konstruksi interpretatif saintis melalui
bahasa sementara bahasa itu sendiri memiliki keterbatasan. Obyek pengetahuan itu menjadi
seakan-akan nyata karena dia berhubungan langsung dengan sesuatu yang sifatnya konkrit di
mana metodologi ilmiah (logika-empirisme) memungkinkan terjadinya perulangan realitas
(regularitas) melalui praktek simulasi, manipulasi, dan kontrol.

Pencipta

Meng-Aku

Alam Mengobservasi Manusia Meng-Kita Manusia

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

Proses Science terdiri atas :


A. Pengelompokkan
Membagi benda dalam suatu variable tertentu.
Contohnya:
Dalam sebuah bioskop kita membagi banyaknya pengunjung dalam dua (2)
kelompok yakni kelompok perempuan dan kelompok laki-laki
B. Klasifikasi
Suatu benda dibedakan berdasarkan nilainya.
Contohnya:
Dalam Sebuah bioskop, pengunjung dibedakan atas banyaknya pengunjung
yang berkulit hitam dan berkulit putih.
C. Menghitung
Mengukur data yang didapatkan dari pengelompokkan maupun pengklasifikasian yang
dilakukan sebelumnya
D. Penyajian Data
Data yang telah diperoleh, diperlihatkan ataupun disajikan dalam bentuk table, grafik
ataupun diagram.
E. Analisis Data/objek
Menganalisa data maupun objek yang berhubungan dengannya
F. Sintesis
Proses dimana kita menggunakan setiap objek yang terkait enjadi suatu pernyataan.
G. Prediksi
Menduga masa depan dengan melihat informasi yang diperoleh dari masa sekarang.
H. Inver
Lawan dari prediksi, dimana kita menduga masa lalu yang didapatkan dari informasi
masa depan.
I. Hipotesis
Menyajikan informasi dan menduga hasil yang diperoleh dengan melihat data-data
yang telah dihasilkan sebelumnya.
J. Interpretasi
Memaknai dan menyajikan data sehidup-hidupnya sehingga mudah dimengerti.
K. Menarik kesimpulan

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

Mengambil kesimpulan dari berbagai fakta yang telah didapatkan.


L. Evaluasi
Memberikan penilaian terhadap kesimpulan yang telah ditarik.
M. Aplikasi
Menerapkan hasil yang telah diraih ke dalam kehidupan sehari-hari
N. Komunikasi
Menjelaskan kepada masyarakat umum mengenai penerapan aplikasi yang
telah kita lakukan.

Langkah-Langkah Metode Ilmiah :

Perumusan masalah yang dimaksudkan dengan dengan masalah merupakan


pertanyaan apa,mengapa atau bagaimana tentang suatu obyek yang diteliti. Masalah ini harus
jelas batas-batasnya serta dikenal faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penyusunan hipotesis
merupakan jawaban sementara atau dugaan jawaban pertanyaan yang diajukan,materinya
merupakan kesimpulan dari kerangka berfikir yang dikembangkan. Pengujian hipotesis
merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang telah diajukan untuk
dapat memperlihatkan apakah fakta-fakta tersebut mendukung hipotesis atau tidak. Penarikan
kesimpulan Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat
praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

ANATOMI SAINS

Elemen-Elemen Anatomi Sains, antara lain:


1. Fakta
Fakta dalam (bahasa Latin: factus) ialah segala sesuatu yang tertangkap oleh indra
manusia. Dalam istilah keilmuan fakta adalah suatu hasil observasi yang obyektif dan
dapat dilakukan verifikasi oleh siapapun.
Contohnya adalah ketika kita melihat seorang guru yang sedang mengajar murid-
muridnya, atau melihat suatu peristiwa heroik seorang yang berhasil melumpuhkan
sekawanan penjahat secara sendirian, atau mendengar suatu berita kemenangan Islam di
suatu negeri, atau mungkin kita sendiri yang mendapat hadiah langsung dari seorang
presiden, dan lain-lain.

2. Konsep
Konsep adalah abstrak, entitas mental yang universal yang menunjuk pada kategori atau
kelas dari suatu entitas, kejadian atau hubungan. Suatu konsep adalah elemen dari
proposisi seperti kata adalah elemen dari kalimat. Konsep adalah abstrak di mana mereka
menghilangkan perbedaan dari segala sesuatu dalam ekstensi, memperlakukan seolah-olah
mereka identik. Konsep adalah universal di mana mereka bisa diterapkan secara merata
untuk setiap ekstensinya. Konsep adalah pembawa arti. Suatu konsep tunggal bisa
dinyatakan dengan bahasa apa pun.
Contohnya pada konsep awalnya (1975-an), Hawking, menggunakan relativitas umum,
memang berpendapat bahwa lubang hitam adalah monsternya galaksi, yang akan
menyedot materi dalam galaksi hingga mengalir berspiral menuju ke lubang hitam. gerak
spiral ini menghasilkan panas luar biasa tinggi dan memancarkan foton sinar-X. Materi
yang masuk ke lubang hitam akan musnah.

3. Prinsip
Prinsip adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun individual
yang dijadikan oleh seseorang/ kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau
bertindak. Sebuah prinsip merupakan roh dari sebuah perkembangan ataupun perubahan,

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

dan merupakan akumulasi dari pengalaman ataupun pemaknaan oleh sebuah obyek atau
subyek tertentu.
Contohnya pada Prinsip Pascal menyatakan bahwa tekanan yang diberikan pada cairan
dalam suatu tempat tertutup akan diteruskan sama besar ke setiap bagian fluida dan
dinding wadah.

4. Asas
Asas adalah suatu dalil umum yang dinyatakan dengan istilah-istilah umum tanpa
menyarankan cara-cara khusus mengenai pelaksanaannya yang dapat diterapkan pada
suatu rangkaian perbuatan untuk menjadi petunjuk yang tepat bagi perbuatan-perbuatan
tersebut.
Contohnya pada Asas Bernoulli adalah tekanan fluida di tempat yang kecepatannya tinggi
lebih kecil daripada di tempat yang kecepatannya lebih rendah . Jadi semakin besar
kecepatan fluida dalam suatu pipa maka tekanannya makin kecil dan sebaliknya makin
kecil kecepatan fluida dalam suatu pipa maka semakin besar tekanannya.

5. Hukum
Hukum adalah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang yang
satu dapat menyesuaikan diri kehendak bebas dari orang lain, menuruti peraturan hukum
tentang kemerdekaan.
Contohnya pada Hukum Bernoulli untuk fluida yang mengalir pada suatu tempat maka
jumlah usaha, energi kinetik, energi potensial fluida persatuan volume fluida tersebut
mempunyai nilai yang tetap pada setiap titik. Jadi jumlah dari tekanan, energi kinetik
persatuan volume, dan energi potensial persatuan volume mempunyai nilai yang sama
pada setiap titik sepanjang suatu garis arus.

6. Teori
Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang pengetahuan yang
berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. Secara umum, teori
merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada
sekumpulan fakta-fakta . Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang
pengetahuan yang berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. Secara

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain
pada sekumpulan fakta-fakta
Contohnya pada Relativitas umum (bahasa Inggris: general relativity) adalah sebuah teori
geometri mengenai gravitasi yang diperkenalkan oleh Albert Einstein pada 1916. Teori ini
merupakan penjelasan gravitasi termutakhir dalam fisika modern. Ia menyatukan teori
Einstein sebelumnya, relativitas khusus, dengan hukum gravitasi Newton. Hal ini
dilakukan dengan melihat gravitasi bukan sebagai gaya, tetapi lebih sebagai manifestasi
dari kelengkungan ruang dan waktu. Utamanya, kelengkungan ruang waktu berhubungan
langsung dengan momentum empat (energi massa dan momentum linear) dari materi atau
radiasi apa saja yang ada.

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

NILAI SAINS

Pernyataan-pernyataan bahwa sains telah menghadirkan kemajuan kehidupan sehingga


tidak perlu direvisi, sains tidak ada sangkut pautnya dengan keyakinan apalagi agama, bahwa
sains berlaku universal melampaui batas-batas keyakinan, budaya, agama dan bangsa
merupakan pernyataan-pernyataan yang kebenarannya prematur. Ungkapan-ungkapan lain
yang semakna hanya menunjukkan bahwa hasil cerapan terhadap perkembangan sains itu
sama sekali tanpa diikuti sikap kritis, nilai sikap yang menjadi diktum utama dalam sains itu
sendiri.
Mengembangkan nilai-nilai dan budaya Ilmu Pengetahuan Alam dan Teknologi pada
dasarnya adalah melakukan transformasi dari masyarakat berbudaya tradisional menjadi
masyarakat yang berpikir analitis kritis dan berketerampilan Ilmu Pengetahuan Alam dan
Teknologi dengan tetap menjunjung/memelihara nilai-nilai agama, keimanan, dan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, serta nilai-nilai luhur budaya bangsa

NILAI SOSIAL SAINS


Nilai Etika
Manusia sebagai makhluk yang berakal budi tidak henti-hentinya mengembangkan
pengetahuannya. Akibatnya teknologi berkembang sangat cepat dan tidak terbendung seperti
tampak dalam teknologi persenjataan, computer informasi, kedokteran, biologi dan pangan.
Kemajuan teknologi tersebut bila tidak disertai dengan nilai etika akan menghancurkan hidup
manusia sendiri seperti terbukti dengan perang Irak, pemanasan global, daya tahan manusia
yang semakin rendah, pemiskinan sebagian penduduk dunia, makin cepat habisnya sumber
alam, rusaknya ekologi, dan ketidakadilan. Pertanyaan yang secara etis dan kritis harus
diajukan adalah, apakah teknologi yang kita kembangkan sungguh demi kebahagiaan manusia
secara menyeluruh? “Nilai kemanusiaan” sebagai salah satu nilai etika perlu ditaati dalam
mengembangkan teknologi.
Memasuki abad ke 21, berarti menapaki abad global. Akibat perkembangan tehnologi
informasi dan transportasi, dunia Inteernasional pada abad ini mengalami sebuah perubahan
besar, yang dikenal dengan era global. Dalam era demikian, situasi dunia menjadi amat
transparan, jendela internasional, terdapat hampir disetiap rumah. Apa yang terjadi di salah
satu sudut bumi dalam waktu singkat dapat ditangkap dari beerbagai belahan dunia, pintu

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

gerbang antar Negara semakin teerbuka, sekat sekat budaya semakin hilang dan ujung
ujungnya akan terbentuk apa yang disebut Jhon Neisbitt sebagai Gaya Hidup Global.

Nilai Estetika (Budaya)


Pemahaman populer tentang sains biasanya berkisar di seputar kisah-kisah hebat para
jenius saintis dan hasil temuan-temuan mereka yang biasanya dirangkum dalam formulasi
bahasa matematis.
Dalam makna generiknya, sains harus dipahami sebagai upaya manusia untuk mencari
tahu tentang suatu fenomena. Jelas, upaya mencari tahu ini tidak akan pernah lepas dari
proses penafsiran manusia terhadap fenomena tersebut. Dari sinilah muncul sistem
pengetahuan yang terdiri dari objek pengetahuan, metode dan model penafsirannya. Dalam
proses mencari tahu itu, aktivitas utama ialah aktivitas representasi yaitu saintis menafsirkan
gejala-gejala alam yang kemudian dimodelkan dalam bahasa sains (bahasa yang sekarang
dianggap paling komprehensif untuk ini adalah matematika).
Dengan demikian, eksistensi sebuah objek pengetahuan sangat bergantung terhadap
tafsiran dan wakilan (representasi). Proses untuk menghadirkan eksistensi objek pengetahuan
ini tidaklah terjadi begitu saja secara objektif, seolah-olah saintis menemukan sesuatu
sedemikian rupa sehingga seakan-akan objek pengetahuan itu sudah ada sebelumnya. Objek
pengetahuan itu adalah hasil konstruksi tafsir saintis. Dan aktivitas penafsiran merupakan
aktivitas budaya yang selalu terpengaruh oleh faktor kognitif dan faktor sosial. Dalam
ungkapan ringkas Andre Linde (kosmolog Rusia),

“Ketika para saintis memulai pekerjaan mereka, mereka secara setengah sadar terpengaruh
oleh tradisi budaya mereka”.

Dengan demikian, nyatalah bahwa objek pengetahuan sebagai fakta dapat diciptakan
oleh manusia sehingga tidak menutup kemungkinan fakta dapat berada di tempat yang tidak
tepat. Ini berarti bahwa fakta dapat salah! Ini juga berimplikasi bahwa eksistensi fakta-fakta
(objek pengetahuan) itu sangat bergantung pada suatu pandangan dunia yang dianut oleh
saintis. Thomas Kuhn dalam The Structure of Scientific Revolution (1962) menyebut
pandangan ini sebagai paradigma.

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

Nilai Edukasi/Pedologikal
Dengan bersikap ilmiah yaitu secara istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut
“Attitude” sedangkan istilah attitude sendiri berasal dari bahasa latin yakni “Aptus” yang
berarti keadaan siap secara mental yang bersifat untuk melakukan kegiatan. Triandis
mendefenisikan sikap sebagai : “ An attitude ia an idea charged with emotion which predis
poses a class of actions to aparcitular class of social situation” .
Rumusan di atas diartikan bahwa sikap mengandung tiga komponen yaitu komponen
kognitif, komponen afektif dan komponen tingkah laku.

NILAI AGAMA SAINS (MORAL)


Secara umum, etika menuntut kejujuran dan dalam Ilmu Pengetahuan Alam dan
Teknologi ini berarti kejujuran ilmiah (scientific honesty). Mengubah, menambah, dan
mengurangi data demi kepentingan tertentu termasuk dalam ketidakjujuran ilmiah. Mengubah
dan menambah data dengan rekaan sendiri dapat dimaksudkan agar kurvanya memperlihatkan
kecenderungan yang diinginkan. Mungkin penelitinya sendiri yang menginginkan agar hasil
penelitiannya sesuai dengan teori yang sudah mapan. Mungkin penaja (sponsor) peneliti itu
yang ingin menonjolkan citra produk industrinya. Mereka-reka data semacam itu merupakan
the sin of commission. Sebaliknya membuang sebagian data yang “memperburuk” hasil
penelitian adalah the sin commission. Penghapusan data yang “jelek” itu mungkin
dimaksudkan oleh penelitinya agar analisis datanya memperlihatkan keterandalan (realibility)
yang lebih baik. Lebih jahat lagi kalau dosa komisi itu dilakukan untuk menyembunyikan
efek samping yang negatif dari produk yang diteliti. Ketidakjujuran ilmiah semacam ini
pernah dilakukan peneliti yang di taja pabrik penyedap rasa (monosodium glutamate) di
Thailand.

NILAI EKONOMI SAINS


Ekonomi adalah kebutuhan manusia, maka sipa yang dapat menguasai perekonomian,
dialah yang memegang kekuasaan. Pada saat mata pencaharian utama manusia masih
menyangkut soal tanah, kaum feudal lah yang memegang kekuasaan. Sedangkan ketika
industri memegang peranan penting dalam ekonomi maka kaum kapitalis lah yang memegang
peranan utama dalam penyediaan segala kebutuhan manusia. Sekarang kaum kapitalis
industrialis telah banyak mengembangkan usahanya hingga melampaui batas negaranya yang

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

disebut Multi National Corporation ( MNC ). Kadang – kadang perusahaan perusahaan


multinasional ini di negara – negara berkembang ikut serta menentukan politik pemerintahan.
Perusahaan besar semacam itu tidak mungkin berkembang tanpa dukungan teknologi
Walaupun sebagian penduduk dunia masih hidup di bawah garis kemiskinan namun sebagian
besar sudah dapat merasakan manfaat di pergunakannya teknologi modern, karena kebutuhan
hidupnya dapat dengan mudah diperoleh dengan harga yang relative lebih murah. Cara
pembayarannya pun dapat dilakukan dengan tunai atau kredit.

SIKAP ILMIAH
Sikap selalu berkenaan dengan suatu obyek dan sikap terhadap obyek ini disertai
dengan perasaan positif atau negatif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap adalah
suatu kesiapan yang senantiasa cenderung untuk berprilaku atau bereaksi dengan cara tertentu
bilamana diperhadapkan dengan suatu masalah atau obyek.
Menurut Baharuddin (1982:34), ”Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang
diperlihatkan oleh para Ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan.
Dengan perkataan lain kecendrungan individu untuk bertindak atau berprilaku dalam
memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah.
Beberapa sikap ilmiah dikemukakan oleh Mukayat Brotowidjoyo (1985 :31-34) yang
biasa dilakukan para ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode ilmiah, antara
lain :
1) Sikap Ingin Tahu
Apabila menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya, maka ia berusaha
mengetahuinya; senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiwa; kebiasaan
menggunakan alat indera sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah;
memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan eksperimen.
2) Sikap Kritis
Tidak langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang kuat, kebiasaan
menggunakan bukti – bukti pada waktu menarik kesimpulan; Tidak merasa paling benar
yang harus diikuti oleh orang lain; bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan bukti-
bukti yang kuat.
3) Sikap Obyektif

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

Melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu, menjauhkan bias pribadi dan tidak
dikuasai oleh pikirannya sendiri. Dengan kata lain mereka dapat mengatakan secara jujur
dan menjauhkan kepentingan dirinya sebagai subjek.
4) Sikap Ingin Menemukan
Selalu memberikan saran-saran untuk eksperimen baru; kebiasaan menggunakan
eksperimen-eksperimen dengan cara yang baik dan konstruktif; selalu memberikan
konsultasi yang baru dari pengamatan yang dilakukannya.
5) Sikap Menghargai Karya Orang Lain
Tidak akan mengakui dan memandang karya orang lain sebagai karyanya, menerima
kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain.
6) Sikap Tekun
Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksperimen yang hasilnya
meragukan’ tidak akan berhenti melakukan kegiatan –kegiatan apabila belum selesai;
terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.
7) Sikap Terbuka
Bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda dengan apa yang di
ketahuinya.bukan menerima kritikan dan respon negatif terhadap pendapatnya.
Lebih rinci Diederich mengidentifikasikan komponen sikap ilmiah sebagai berikut :
1) Selalu meragukan sesuatu.
2) Percaya akan kemungkinan penyelesaian masalah.
3) Selalu menginginkan adanya verifikasi eksprimen
4) Tekun
5) Suka pada sesuatu yang baru.
6) Mudah mengubah pendapat atau opini.
7) Loyal terhadap kebenaran.
8) Objektif
9) Enggan mempercayai takhyul.
10) Menyukai penjelasan ilmiah.
11) Selalu berusaha melengkapi pengetahuan yang dimilikinya.
12) Tidak tergesa-gesa mengambil keputusan.
13) Dapat membedakan antara hipotesis dan solusi.
14) Menyadari perlunya asumsi.

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

15) Pendapatnya bersifat fundamental.


16) Menghargai struktur teoritis
17) Menghargai kuantifikasi
18) Dapat menerima pengertian keboleh jadian dan,
19) Dapat menerima pengertian generalisasi

CIRI-CIRI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF


Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik
berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk cirri-ciri aptitude maupun non
aptitude, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang
semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

Seseorang dikatakan kreatif tentu ada indikator-indikator yang menyebabkan


seseorang itu disebut kreatif. Indikator yang sebagai ciri dari kreativitas dapat diamati dalam
dua aspek yakni aspek aptitute dan nonaptitute. Ciri-ciri aptitute adalah ciri-ciri yang
berhubungan dengan kognisi atau proses berpikir, sedangkan ciri-ciri nonaptitute adalah ciri-
ciri yang lebih berkaitan dengan sikap atau perasaan. Berdasarkan hasil penelitian yang
menunjukan indikator kreativitas dikemukan oleh (Munandar, S. C. U, 1992) sebagai berikut :

1. Dorongan ingin tahu besar


2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik
3. Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah
4. Bebas dalam menyatakan pendapat
5. Mempunyai rasa keindahan
6. Menonjol dalam salah satu bidang seni
7. Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh
oleh orang lain.
8. Rasa humor tinggi
9. Daya imajinasi kuat
10. Keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan
sebagainya; dalam pemecahan masalah menggunakan cara-cara orisinal, yang jarang
diperlihatkan anak-anak lain)
11. Dapat bekerja sendiri
12. Senang mencoba hal-hal baru

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

13. Kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi)

Dari uraian mengenai ciri-ciri kreativitas diatas maka dapat dipahami bahwa seseorang
dikatakan kreatif apabila dalam interaksinya dengan lingkungan ciri-ciri dari kreativitas
mendominasi dalam aktivitas kehidupannya, dan melakukan segalanya dengan cara-cara yang
unik. Semua ciri-ciri tersebut secara konstruktif dapat dimunculkan dalam diri setiap individu,
sebab setiap individu memiliki potensi kreatif. Treffinger (1980) dalam Reni Akbar-Hawadi
dkk, 2001 mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang tidak memiliki kreatifitas, hal ini
memberikan makna bahwa setiap orang memiliki potensi kreatif dalam dirinya.

HUBUNGAN SAINS DAN TEKNOLOGI


Sains dan Teknologi adalah institusi manusiawi; artinya Sains dan Teknologi adalah
karya yang dilahirkan manusia. Maka tanpa adanya manusia kedua karya tersebut juga tidak
akan ada. Namun ada beda fundamental antara kedua institusi tersebut. Perbedaannya terletak
pada sumbernya.
Sains itu sendiri secara umum didefinisikan sebagai pengetahuan (knowledge) yang
didapatkan dengan cara sistematis tentang struktur dan perilaku dari segala fenomena yang
ada di jagad raya dan isinya, baik fenomena alam maupun sosial. Sementara itu, teknologi
merupakan aplikasi dari sains sebagai respons atas tuntutan manusia akan kehidupan yang
lebih baik.
Perkembangan sains dan tekonologi yang semakin canggih dan pesa dewasa ini,
sejatinya harus berbanding lurus dengan kualitas sumber daya manusia (SDM). Sebab sains
lahir dari kaum ilmuwan yang akhirnya berpengaruh pada kemajuan teknologi. Kendati dalam
perkembangannya, adakalanya teknologi memicu adanya perkembangan sains. Kedua-duanya
mempunyai hubungan ikat yang sangat erat dan saling menguntungkan.

Manusia, Sains, dan Teknologi


Dalam setiap kebudayaan selalu terdapat ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi,
yang digunakan sebagai acuan untuk menginterpretasikan dan memahami lingkungan beserta
isinya, serta digunakan sebagai alat untuk mengeksploitasi, mengolah dan memanfaatkannya
untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan manusia. Sains dan tekhnologi dapat berkembang
melalui kreativitas penemuan (discovery), penciptaan (invention), melalui berbagai bentuk

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

inovasi dan rekayasa. Kegunaan nyata ilmu pengetahuan alam dan teknologi bagi manusia
sangat tergantung dari nilai, moral, norma dan hukum yang mendasarinya. ilmu pengetahuan
alam dan teknologi tanpa nilai sangat berbahaya dan manusia tanpa ilmu pengetahuan alam
dan teknologi mencerminkan keterbelakangan.
Dalam konteks di atas, hubungan antara sains, teknologi, dan masyarakat menjadi
penting, sebab seperti kita ketahui, teknologi lahir karena adanya kebutuhan manusia untuk
mempermudah segala aktivitas dan kegiatannya.
Contohnya, manusia menciptakan televisi untuk memperoleh wawasan, pengetahuan dan
informasi sebanyak mungkin. Manusia juga membuat telepon, alat-alat transportasi dan
beragam produk kemudahan dalam berinteraksi antar sesama.

Tingkatan teknologi berdasarkan penerapannya dapat dibagi sebagai berikut :


1) Teknologi Tinggi ( Hi – tech ). Suatu jenis teknologi mutakhir yang
dikembangkan dari hasil penerapan ilmu pengetahuan terbaru. Contoh : computer, laser,
bioteknologi, satelit komunikasi dan sebagainya. Ciri – ciri teknologi ini adalah padat
modal, didukung rasiolitas riset dan pengembangannya, biaya perawatan tinggi,
ketrampilan operatornya tinggi dan masyarakat penggunanya ilmiah.
2) Teknologi Madya. Suatu jenis teknologi yang dapat dikembangkan dan didukung
masyarakat yang lebih sederhana dan dapat digunakan dengan biaya dan kegunaan yang
paling menguntungkan. Ciri teknologi madya adalah tidak memerlukan modal yang terlalu
besar dan tidak memerlukan pengetahuan baru, karena telah bersifat rutin. Penerapan
teknologi maday ini bersifat setengah padat modal da padat karya, unsur – unsur yang
mendukung industrinya biasanya dapat diperoleh di dalam negeri dan keterampilan
pekerjanya tidak terlalu tinggi.
3) Teknologi Tepat Guna. Teknologi ini dicirikan dengan skala modal kecil,
peralatan yang digunakan sederhana dan pelaksanaannya bersifat padat karya. Biasanya
dilakukan di negara – negara berkembang, karena dapat membantu perekonomian
pedesaan, mengurangi urbanisasi dan menciptakan tradisi teknologi dari tingkat paling
sederhana.
Dengan kemajuan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang teknologi
informasi dan teknologi transportasi yang dicapai manusia pada ujung pertengahan kedua
abad ke XX, memungkinkan arus informasi menjadi serba cepat: apa dan oleh siapa dari

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

seluruh muka bumi (bahkan sebagian jagat raya) - menembus ke seluruh lapisan masyarakat
dengan bebas tanpa membedakan siapa dia si penerima. Tanpa mengenal batas jarak dan
waktu, negara, ras, kelas ekonomi, ideologi atau faktor lainnya yang dapat menghambat
bertukar pikiran. Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengaruh perkembangan ilmu
pengetahuan alam dan teknologi terhadap beberapa pola kemasyarakatan.
Akan tetapi, bukan berarti kecanggihan teknologi itu melulu mendatangkan
kemanfaatan dan dampak positif saja. Tak sedikit yang justru merugikan manusia jika tidak
digunakan dengan tepat. Sekadar ilustrasi, reaksi nuklir amat berguna dalam produksi isotop,
yaitu untuk berbagai keperluan baik di bidang kesehatan maupun pertanian, juga dapat
difungsikan sebagai pembangkit tenaga listrik. Namun, reaksi nuklir tersebut dapat pula
dipakai sebagai senjata pemusnah masal, seperti yang terjadi di Hirosima dan Nagasaki. Oleh
karena itu, di sini diperlukan kesiapan pengguna teknologi untuk memahami serta
mengaplikasikan aneka produk teknologi dengan baik dan benar, agar fungsi dari adanya
teknologi, akan membantu kehidupan manusia, dapat tercapai.

Dampak Negatif Atas Penyalahgunaan Ilmu Pengetahuan Alam dan Teknologi


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di satu sisi dapat membantu atau
mempermudah kinerja manusia dalam menjalankan usaha atau kreativitas dan aktivitas, akan
tetapi disisi lain dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat
menghancurkan moral atau akhlak manusia, karena manusia tidak bisa mengambil nilai
manfaat dari teknologi yang digunakan atau manusia menyalahgunakan ilmu pengetahuan dan
teknologi itu untuk kepentingan ”hasrat” sesaat. Hasrat sesaat yang penulis maksud disini
ialah menyalurkan kepentingan-kepentingan yang dapat atau bisa merusak atau merugikan
diri sendiri dan orang lain. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ini berkembang sesuai
dengan tuntutan jaman. Tidak terasa jaman telah berganti dan sekarang manusia berada pada
jaman era globalisasi, pusat-pusat informatika begitu mudah didapat, persaingan begitu ketat
baik dibidang usaha atau pekerjaan maupun dibidang pendidikan. Proses globalisasi di satu
sisi membuka peluang besar untuk perkembangan manusia, disisi lain membuka ketakutan-
ketakutan dan ketidaksiapan manusia untuk menunjukkan skill yang dimiliki, sehingga
manusia yang tidak siap menghadapi datangnya globalisasi menyatakan bahwa globalisasi
sebagai sistem yang tidak manusiawi.

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

Sebagai sistem pengetahuan, sains harus dibedakan dari cara berpikir yang
berdasarkan ilmu pengetahuan yang disebut “sainsisme.” Paham ini mengandaikan bahwa
sains merupakan satu-satunya norma dalam hidup, bahwa tidak ada sumber pengetahuan lain
selain sains. Sainsisme juga mengandaikan bahwa semua persoalan dalam hidup dapat
dipecahkan oleh sains dan teknologi. Sebagai contoh, ada orang berpendapat bahwa
eksploitasi terhadap orang miskin dibenarkan berdasarkan pengamatan bahwa pada
hakekatnya binatang berkembang melalui (prinsip) survival of the fittest (yang kuat yang
menang). Ini disebut “teori evolusi sosial” dan jelas berbeda dengan teori ilmiah evolusi.
Perkembangan teknologi dan penelitian ilmiah merupakan kegiatan manusia dan
mempunyai dimensi moral dan etika. Kita harus menghindari sainsisme yang menjadikan
sains sebagai norma absolut kehidupan dan orang diijinkan untuk melakukan apa saja yang
mungkin dalam sains dan teknologi.
Manusia memiliki dua peranan yang harus dilakoni dalam kehidupan ini, yaitu
manusia sebagai makhluk individu dan manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai seorang
individu manusia memiliki sifat egois, ambisius dan tidak pernah puas. Sedangkan dalam
peranannya sebagai makhluk sosial mereka dituntut untuk bisa berbagi dan saling tolong
menolong.
Dari kedua sifat yang saling bertolak belakang itulah muncul teknologi. Singkat kata
teknologi juga memiliki dua sifat yang berbeda, yaitu positif dan negatif. Kedua dampak
tersebut pasti berjalan beriringan seiring dengan teknologi yang dihasilkan manusia. Karena
akhir – akhir ini banyak yang lebih mementingkan individualisme daripada sosial
kemasyarakat, maka teknologi yang dihasilkanpun cenderung kepada sifat yang negatif.
Banyak kerugian yang ditimbulkan daripada keuntungannya. Sebagai contoh penerapan
teknologi nuklir yang diselewengkan menjadi senjata pemusnah masal dan pengerukan
sumber daya alam secara berlebihan yang berdampak pada hilangnya keseimbangan
ekosistem di bumi. Kedua contoh tersebut merupakan dampak negatif yang muncul akibat
sifat egois, ambisius dan tidak pernah puasnya manusia dalam kehidupannya.

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

• “BASIC NATURAL SCIENCE”

• “GROWTH PHASE OF HUMAN THINKING”

• “TRUTH AND THE PRINCIPLE OF NATURAL SCIENCE”

• “PHASE SCIENTIFIC”

• “SCIENTIFIC SCIENCE”

• “PROCESS SCIENCE”

• “ANATOMY OF SCIENCE”

• “VALUE OF SCIENCE”

- Value of Science

- Scientific Attitude

- Characteristics Of Creative Thinking Ability

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

BASIC NATURAL SCIENCES

Definition of Basic Natural Sciences


Basic natural science is a collection of knowledge about basic concepts in science and
technology human nature. Natural science or often called the natural sciences (natural
science) is the study of knowledge about phenomena in the universe, including on this earth
that formed the concept and principles and just examine the concepts and basic principles are
essential only.
A. Humans are unique
Human traits:
a. Complex organs and very special, especially the brain
b. Hold metabolism or exchange substances, (there are incoming and outgoing)
c. Responding to stimuli from within and outside
d. Have the potential to breed
e. Grow and move
f. Interact with their environment
g. Until the time to death
Humans are weak compared to other creatures, but with reason and volition budinya
very strong so people can develop science and technology so can live better. Reason and a
very strong willingness that the unique nature of human beings.
B. Curiosity and Reason
Curiosity other creature is more based on instinct (Instinct) / idle curiosity instinct is
based on maintaining the sustainability of life and nature remain throughout the ages. Humans
also have instincts like plants and animals, but he has a reason to continue to develop and
curiosity is not satisfied.
Something that has the problem can be solved it will be another problem awaiting a
solution, people that I knew my ass then wanted to know how and why.
Example: ancient human habitation to modern humans, other examples such as the disease
after a disease found the drug there is another disease that tried to find the cure (HIV AIDS)

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

GROWTH PHASE OF HUMAN THINKING

PHASE OF THEOLOGY OR METAPHYSICS


(Ancient Greek, Roman, medieval)
Human curiosity of an object, Fact, Reality, or Reality Through MYTHS answered.
(MYTH ....... - 6SM), (LOGOS: 3SM - 6M)
Myth is a story that made - made or tales generally picked up the ancient figures, such
as gods or powerful people who have something to do with what happens in nature. In broad
outline can be distinguished 3 kinds of myths, which is actually a myth, folklore, and that is
legenda.Mitos folklore tells of man is an important event affecting people's lives, usually
passed from mouth to mouth so hard verifiable. Myth as legend, raised about a character
associated with the occurrence of a region. The myth that can be accepted and believed the
truth (prehistoric)

Human studies at the time of Ancient Greece.


The development of science is essentially followed the thinking of philosophers in
which the mother of his knowledge was derived from philosophy. Peak understanding of the
events on earth, which is a forerunner of knowledge, occurred in ancient Greece. Greek
culture at that time with the mythology of the gods who had, led to the nature curious and
curiosity to know the secrets of nature. Beginning with efforts to identify natural phenomena
that occur in the earth, the philosophers of ancient Greek natural philosophy developed, a
study of thinking about the causes of the existence or origin of the universe. Thales (6th
century BC) one of which included the first philosophers of Greece to try to find arkhe
(principle or principles) of the universe. According to the principle of everything in nature
comes from the water and everything will go back into the water.
Can be said of thinking characteristic of ancient Greece on this is to see things as one
truth, because it was the philosopher would think of nature. The Greeks did not specifically
look at the science but a universal science. Ways of thinking and knowledge of fundamental
and universal intelligence that has accompanied it easier Aristotle (Plato's pupil who lives in
384SM-322SM and study in Plato's academy) to deep controlled almost all the known
sciences of his time. Aristotle is an expert in natural sciences, law, ethics and others.

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

Human Studies In Roman Times.


With the spread of the Roman empire, will gain the theoretical knowledge increasingly
turned to the special sciences are more useful for everyday living. Popular religious belief will
shrink. People increasingly seek practical results are useful to enhance the pleasures of life as
a result of slavery and oppressive social conditions. Science is developing at that time was
ethics, a doctrine of the dignity of life in the world, as well as specialized knowledge of a
practical nature. In this period such as stand Epikuros school founded by Epikuros (341 BC-
217SM).
In contrast to Aristotle, Epikuros has no interest in scientific investigation. He only
uses the knowledge gained as a means of freeing people from fear of religion, namely fear of
the gods who are planted in man by the ancient Greek religion. According to the fear of the
gods that is the major obstacle to earn the pleasures of life. He developed a practical physics
to free mankind from the belief in the gods. He tried to explain that everything that happens is
causality and mechanical. Do not need the gods were included in this natural circulation. After
a period of Aristotle can be said of Greek philosophy and lost its golden ages, and fell on the
review of its spatial and lost something in his nature to be fundamentally reviewed.

Study of Man in the Middle Ages.


After birth, Christianity began to spread and provide color in the development of
human thought. Thomas Aquinas was a priest who put the ideas of ancient Greek in church
clothes and Christian doctrine. The medieval dark ages for the development of knowledge in
the West as a very strong dominance of the church. Dogma of the church into something that
must be obeyed, and the absolute key in order to obtain the safety and welfare. As a result of a
dogmatic conditions, nature of thought into terbelengu having to follow the teachings or the
"law of God". In accordance with Christian teaching, man is seen as God's creatures who must
"obey and comply" with the church as a representative of God on earth. Ancilla theologiae
(CENTURY SCIENCE FOR DARKNESS).

PHASE OF PHILOSOPHY
Human curiosity of an object, Fact, Reality, or Reality Through RATIO answered.
Using human rationalism in Understanding the True Knowledge Building Through deductive
reasoning

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

Deductive reasoning is the process of thinking for Attracting specific conclusion is based on
the statement with the general pattern through syllogism
Example syllogism:
Major premise: All the metals can conduct electricity
Minor premise: Copper is the metal
Conclusion: Copper can deliver electricity
Besides Rationalism, Empiricism Human building in Building Understanding of True
Knowledge Through Reasoning INDUCTIVE
Inductive reasoning is the process of thinking for interesting general conclusion is based on
the results of the observation of facts that are the special.
Examples of Inductive Reasoning:
Fact 1: The needle is made of iron can be drawn by a magnet
Fact 2: The nail is made of iron can be drawn by a magnet
Fact 3: Bolt the metal can be drawn by a magnet
Conclusion: All things made of iron can be drawn by a magnet
However, there are some critics who became one of the most powerful attacks against
thinking this way. Inductive reasoning is not a prediction that really accurate. Inductive can be
produced for repetitions continuously.
Example:
Fact 1: Every day the sun rises from the east.
Fact 2: During the year the sun rises from the east.
Fact 3: Until now the sun had never risen from the east instead.
Conclusion: The sun will always rise from the east.
Because every day the sun always rises in the east (although slightly shifted towards the north
or south), this does not make the conclusion that the sun always rises in the east is an absolute
truth. Did not rule one day the sun rises from the west, north or south.
Here there is a rational proof that inductive reasoning can be dangerous to produce
conclusions and misguided. Our knowledge is derived from inductive reasoning or thought
could be wrong.
Induction reasoning is often associated with a correlation or relationship, either
directly or indirectly to two different events. The results of the induction conclusion is also
associated with the causality of an event.

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

Fact 1: At A ringing every 1 hour.


Fact 2: Clock B not bordering every 1 hour.
Fact 3: Every hour a bordering, clock B is not bordering.
Conclusion: At A causes B does not bordering hours.
Is it possible to conclude that a cause-hour clock B ring?. Obviously not, because conditions 1
fact koherensikan not be in 2 due to the fact it happened was the correlation relationship is
different, so the conclusions reached based on the fact that only 3 are linked with the facts 1
and 2.
Inductive reasoning does help us to understand, predict, and control things. But not all
things can be trusted to perform inductive reasoning. Inductive reasoning it is still often used
as one of knowledge that "scientific" in the problems of life. Whether it's health, biology,
psychology and so on. Concrete examples of inductive reasoning is the application of
research-research that is based on statistical samples.

PHASE SCIENTIFIC
(Study of Man in Early Renaissance)
Humans in Building Knowledge or Solving Problems Using SCIENTIFIC
PARADIGM, the synthesis between Deductive and Inductive.
Medieval view had changed fundamentally in the sixteenth century and seventeen.
Scientific revolution began when Copernicus broke Geocentric coordinates the church's view
has been accepted dogma for more than a thousand years. After Copernicus, the earth is no
longer a natural center but only a small part at the end of the galaxy. Another figure who
played changing patterns of human thought in that century was Galileo Galilei. Galileo was
the first to integrate scientific experiment with the language of mathematics to formulate laws
of nature are found. Further postulates that Galileo set for the scientists to describe the
systematic nature then they should limit themselves to studying the essential properties of
material objects that can be measured and quantified. With this postulate can be said that all
aspects such as aesthetic sense, ethics, values, feelings, motives, desires, the soul that can not
be quantified into "dead". Francis Bacon then formulate a theory of scientific research
procedure in which the research must be grounded in facts and based on experimental data
and to take appropriate conclusions. This method is called the empirical-inductive method.
With this scientific method science goals to be changed. Science in ancient times has a goal to

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

achieve wisdom, by understanding the natural order and a harmonious life with nature;
science sought "for the glory of God". With the principle of the scientific method of Bacon,
the purpose of changing into knowledge that can be used to dominate and control nature.
Through the nature of empirical research methods forcibly examined and controlled.
Top of the scientific revolution occurred since Rene Descartes expresses his
philosophy Cogito Ergo Sum (I think therefore I am). This statement is the conclusion of his
philosophy. According to the essence of human nature lies in his mind, and the only things
that caught the obvious that can be said right. Such a conception called "intuition". He
emphasized that there is no path to true knowledge except by intuition and deduction is
clearly needed. In his opinion on Cogito Ergo Sum, Descartes insists that the other does not
mind and matter are two separate and fundamentally different. Thus there are two separate
nature of res cogitans mind and res extensa, or natural area. In the following centuries, the
scientists developed their theories in accordance with this Cartesian separation. Human
sciences focus on the res cogitans and natural sciences focus on the res extensa. For
Descartes, the universe is a machine and no more than a machine. The universe works in
accordance with the laws of mechanics, and all things in nature can be explained in the
material order and the movements of its parts. This mechanical picture of nature has become a
paradigm of science in the period after Descartes. This scientific paradigm guiding all
scientific observations and the formulation of the theory of nature. The whole theory of the
seventeenth century, eighteenth and nineteenth centuries, including Newton's theory of stellar
physics is nothing but the development of Descartes' thinking.
The theory of classical physics that Isaac Newton developed is basically a combination
of deduction method of Descartes and induction-analytical method of Francis Bacon. Newton
in his Principia emphasized that experiments without systematic interpretation or deduction
from first principles without actual experimental evidence together would not arrive at a
credible theory. In the eighteenth century until the nineteen Newtonian mechanics has been
used with remarkable success. Newton's theory could explain the motion of planets and
comets month to the smallest details.
With the strong determination of the mechanistic view of this, Newtonian physics was
the foundation of all sciences. Newton's theory of the universe and trust rational approach to
human problems spread rapidly enough so that the era was called the era of enlightenment.
Mechanistic concepts of Descartes and Newton's concept was also affecting the scientists who

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

are interested about the human problem. With a knowledge of scientific methods can be
classified into science when have the empirical criteria, obsevable and measurable. Attempt to
gain an understanding of human beings must ultimately be reduced only to those aspects of
the measured course. Psychological Science, as the name suggests, are supposed to learn
about Psyche (soul) is reduced to a limited scientific study of behavior and human experience.
Psychological science can be accepted as a separate discipline since Wilhelm Wund founded
the first psychology laboratory in Leipzig University, Germany in 1859 and develop
psychological research through experimental methods are measured and observed. With the
entry of psychology as part of the modern science of non-material soul, be discarded from the
study of modern psychology today. Psychiatrist RD Laing to the extreme states: "Death to the
sights, sounds, taste, touch and smell and with it death and also the aesthetic sense of ethics,
values, quality, form; all the feelings, motives, will, soul, consciousness, and spirit.

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

PHASE SCIENTIFIC
PARADIGM POSITIVISTIC

FACT OR REALITY
According:
 Positivistic view that something is real when there is correspondence between
the things with each other.
 Fenomenologik has a two-way development of the understanding of this fact.
First, leading to the correspondence theory is the correspondence between the idea
of the phenomenon. Secondly, leading to the coherence of morality,
correspondence between the phenomenon of value system.
 Rationalistic considered as a real one, if there is coherence between the
empirical to the rational scheme, and
 Realism-metaphysical thought that something real if there is coherence
between the empirical with the objective.
 Pragmatism has a view that there is a functioning
 Reality is something that happened and was planned
 Reality is something that happens and unplanned
 The fact is that information obtained from a reality

TRUTH (TRUTH)
Truth sought at every opportunity is actually "Absolute Truth". Mean absolute truth is
the truth can no longer blame. Truth can not be blamed is the truth of the encounter overcome
evidentiary statement. Thus the actual absolute truth seems to be the truth with facts that can
not be denied. As the fire is hot, ice is cold, the rock is hard, water is soft, and so is the
absolute truth, too.
But why we are saying is still looking for the truth? This is because in our hearts to
prove it true sayings that should be justified or was named as the absolute truth.
Our desire to prove the above matters is what can be said to be seeking the truth. Usefulness is
if we have to prove it and find the truth that we have a purpose in life. So in this life we are to
have a purpose and a definite direction.

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

To begin, we must first determine what shall we find the truth. Then we do the proof
path. Truth that we find often is subjective, what we really value, not necessarily valued
correctly by others. Similarly, the truth that we will not necessarily prove the truth of other
people search for. In conclusion, the truth is subjective or individual nature. Like the pleasure
of ice cream may not be liked by people who do not like the taste of sweet.
A Primer on Postmodernism by Stanley J. Grenz states that rejected the objective truth
is typical of the era of postmodern human condition as it exists today. Here the truth is only a
matter of interpretation. But this is not entirely due to man's truth is something that is (very)
relative. But also because we are much easier on behalf of the truth to justify the perception,
understanding, appreciation, and action that has to do with the intention of the self that is at
the other positions.
Especially when the truth was revealed by our first have to judge yourself as a right.
As a result, the truth of others is no longer important and meaningful. Truth is no longer
possible to read in different voices. Objectivity of truth to eliminate, because the truth has
been merely a justification of the right.
Is not this fact is the truth of human nature?
When the last question was answered with "yes", then those who answered "no" arises
a conflict of truth, and vice versa would be the same. Therefore, do not matter anymore which
questioned the truth of the true or real right, because to determine this also leads to still
another truth conflict.
We are (likely) defines truth as easily as telling the truth is in the name of truth itself.
Even for the justification of the process of "destruction" that happens to other people, with the
indulgence of anger and even hatred. Truth can be the basis of justification for the annihilation
of another truth. Truth can be silenced and shouted loudly at the same time, which means that
the same thing with the truth of nonsense from those who feel to have it.
In the name of truth, we often feel that there is a legitimacy and a mandate obtained
from the truth itself for us to "judge" the truth of others. Especially if we also feel there is
strength and power that is ours to speak on behalf of the truth. So, the truth of others can no
longer be seated in place as part of the relative or even an alternative to the truth itself, but
rather perceived as a nuisance that may disturb the freedom and also as a dangerous threat to
the truth. For that not only can but also should be eliminated.

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

A. Scientific Truth
Inside Science, the truth is there are many kinds, including:
1. Truth coherence
Truth is the conformity of coherence or harmony between something else with
something that has a higher hierarchy than anything these elements, either in the form of the
scheme, system, or any value. Having a statement of truth is coherence If the statement
accords with the Statement of True Prev.
The theory was embraced by the rationality such as Leibniz, Spinoza, Descartes,
Heggel, and others. Truth is found in the relationship between the new proposition to existing
propositions. A knowledge, theories, statements, propositions or hypotheses considered
correct if in line with the knowledge, theory, proposition, or any other hypothesis, ie if the
proposition is confirmed and is consistent with previous propositions that are considered
correct. Mathematics and the sciences must be stressed this truth theory. For example,
knowledge of "wax will melt if put into boiling water".
For the empirical (the truth of correspondence), to know the truth of this knowledge is
necessary to experiment by inserting a candle into the boiling water to see if the statement is
in line with reality or not. But for the rationality, to know the truth of this statement if the
statement mecek enough is in line with other statements, or whether this statement confirmed
other statements. Apparently, this statement is true for materials including paraffin wax and
paraffin are always melts at a temperature of 600 C. Because water boils at a temperature of
1000 C, the wax melted itself when put into boiling water.
This statement is true because it confirms other statements that paraffin wax is a
substance that always melts at a temperature of 600 C and in line with other knowledge that
IAR boils at 1000 C. In other words, "the wax will melt if put into boiling water", only a
logical consequence of the other statements are.

2. Truth Contact
Truth Has A Statement Contact If the statement accords with fact. Correspondence is
to think really thinking about something that proved relevant to something else.
Correspondence relevant to prove the existence of events or the opposite direction along the
facts with the fact that expected, between the fact believed to be the belief that specific
character.

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

This theory was first raised by Aristotle. According to Aristotle the truth is about the
fit between what is claimed to be known with the actual reality. Right and wrong is about
the suitability of what is said with reality as it is. Truth lies in the correspondence between
subject and object is what is known to the subject and the reality as it is. This therefore also
called the empirical truth, because the truth of a statement, proposition or theory is
determined by whether the statement, proposition or theory is supported by the facts or not.
For example "round earth" is a true statement, because in fact this statement is supported in
accordance with reality.
Truth happens to knowledge. Knowledge proved to be true and correct by the fact
that according to what is disclosed statement. The bottom line reality is that the principal of
scientific activities. There are three main things that need to be underlined in this theory.
First, this theory stresses the priority flow empiricism and observation of sensory experience
as the main source of human knowledge. Second, this theory also tends to confirm the
duality between subject and object, between the identifier and the known. For this theory the
most influential for the truth is the object of human knowledge. Subject or the human mind
to process further only what is given by the object. Third, the consequences of the above
theory is emphasized evidence (eviden) for the truth of a knowledge. But this evidence was
not given a priori by reason, nor the result of imagination, but what is given and offered by
the object that can be captured by the human senses. So the observation or capture
phenomena become decisive in this theory.

3. Pragmatic Truth
Having a statement of truth Pragmatic If the statement accords with the function. The
truth is the concrete, the individual and specific and has a practical utility.
This theory was developed by the pragmatic philosopher from the United States as
Charles, S. P and William James. For the pragmatic truth is synonymous with usability.
Ideas, concepts, knowledge, or the correct hypothesis is a useful idea. The idea that truth is
the most capable of the idea allows one (based on the idea that) to do something is the most
successful and appropriate. Successful and useful are the main criteria for determining
whether an idea is true or not. For example, the idea that the congestion of the roads in
Jakarta because too many private vehicles are boarded by one person. So the solution
"requires that the private road ditumpahi by three or more". The idea was right when it's a

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

good idea and managed to solve the congestion problem.


Truth is emphasized by the pragmatists is the truth concerning the "knowledge how"
(know how). A true idea is an idea that allows us to successfully improve or create
something. The pragmatic theory of truth does not deny the truth of the rationalist and the
empiricist theory of truth. However, for the pragmatists a priori truth is only true if the truth
is useful in its application that allows people to act effectively. Truth for the pragmatists also
means a good character. That is, an idea or theory is never true if not good for something. In
truth, man is assisted to do so successfully. In short, we not only need "knowledge that" and
"knowing why" but also "knowledge how".

4. Truth Proposition
A Statement of Truth Has Proposition If the statement shows a true proposition in the
Formal and the Material. Proposition is a statement that contains many complex concepts,
which range from individual subjective to the objective. A truth can be obtained if the
proposition-proposition is true.

5. Truth performative
Truth Has a performative statement if the statement can be aktualkan in Action.
When the human mind to unite all the actual appearance and unify anything behind it, both
the theoretical practical, and the filosofik, summon the actual appearance of truth.
Something right if it can be in aktualkan in action. This theory is shared by philosopher
Frank Ramsey, John Austin and Peter Strawson. These philosophers opposed to the classical
theory that the "right" and "wrong" is a phrase that simply stating something (descriptive).
Propositions are true is the proposition that states something that is considered right, and
vice versa. However, it is precisely this that wants to be rejected by these philosophers.
According to this theory is considered a true statement if the statement was create reality.
True statements are not statements that express the reality but just a statement that the
creation of a reality as expressed in the statement. For example, "By this I raised you to be
caretakers subject lecturer Scientific Philosophy". With this statement created a new reality,
your reality as a professor of Philosophy of Science.

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

6. Truth Structural paradigmatic


A Statement of Truth Has Structural paradigmatic If the statement is Becoming A
Rational Reconstruction of Paradigm. Indeed the truth is a paradigmatic structural
development of the truth of correspondence. Until now regression analysis, factor analysis,
and other advanced statistical analysis was interpreted in correspondence with each other
element. And should the overall structural system which meant that the relationship, because
it will be able to give explanations or inferences are more comprehensive.
Thus, the nature of scientific truth has always had at least three basic characteristics,
namely: a rational structure-logical, empirical content, and can be applied (pragmatic).
Scientific truth-logical rational is that the truth can be achieved based on a logical
conclusion or rational from a particular proposition or premise. Because scientific truth is
rational, every rational person, ie that can use reason budinya well, can understand this
scientific truth. Therefore scientific truth then regarded as a universal truth. One thing to
note that the need to distinguish the nature of the rational nature reasonable (reasonable).
Rational nature is particularly true for scientific truth. The nature of "reasonable" is
particularly applicable to certain truths that are beyond the scope of knowledge. Examples
of action angry cry, and the like can be very reasonable, although perhaps not rational.
Empirical nature of scientific truth to say that even scientific truth needs to be tested with
the existing reality. In fact, it can be said that most scientific knowledge and truth related to
the empirical reality in this world.
Primarily to the pragmatic nature of combining the two other true nature, which
means that if a statement is logically and empirically the statement should also be useful in
human life, which is helping people solve various problems in human life.
Truth belongs to all people, no matter the status or existence of any other inherent. But we
realize it or not as well recognized by us, in reality the truth is not always sided with those
who feel and call themselves true, and not also true of people who make the claim himself
as the holder of the truth.

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

B. Scientific Principles
1. Causation Principle, which states that every event has a cause, and in an identical
situation the same causes will produce the same result.
2. Exact measurement principle, which states that research results should be
expressed quantitatively or mathematically.
3. Predictive Diversity Principles, which states that a group of events will show the
same degree of relevance in the past, present, and future.
4. The Objectivity Principle, which states that researchers should not be siding with
the previous data. The facts presented must be observed or experienced exactly
the same by all normal human beings.
5. The principle of empiricism, which states that the sensory impressions received is
correct and the test of truth is based on the facts of experience.
6. Persimoni principle, which states that in case something similar, will choose the
simplest explanation or short as a valid explanation.
7. The principle of isolation or segregation, which states that the observed symptoms
must be isolated so that can be studied separately as they are.
8. Control Principle, which states that control or the control of variables is not
examined is very important, so that similar research can be done at another time.

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

SCIENTIFIC METHOD

Scientific method is a special characteristic which belongs to human science obtained


from each experience inderalia (empirical) and initiated by a group of positivism. Problem
Solving Method of core combination or synthesis between the way Deductive and Inductive
Thinking, and ensure realization of truth: coherence, correspondence, and Pragmatic. Abilities
abilities needed by humans, among others:
1. Cognitive: feeling, thought and knowledge
2. Psychomotor: copyright or skills
3. Affective: intention, values, or attitudes

HISTORY OF THE SCIENTIFIC METHOD


1. BCE era
In the ancient Egyptian medical book, which is the Edwin Smith papyrus, (about 1600
BC 2) mentioned that some of the basic components of scientific methods such as
testing has been carried out (examination), diagnosis, treatment and prognosis of a
disease; In Babylon, as stated in the book The Ebers papyrus (about 1550 BC 2) have
also been efforts to prove empirically.
2. Ancient Greece (500 BC)
Some Basic Components of the Scientific Method has been done in this period. Even
geometry has been used as benchmarks for Making Shoes On In Greece at that time.
Problem is defined as a collection of scientific experiences when humans face the
problem. Consciously or unconsciously, it will call all the experiences that can be
changed by the facts that support the strong.

CONDITIONS OF THE SCIENTIFIC METHOD: \


1) Objective: the knowledge that in accordance with the object, or supported methodical
empirical facts.
2) Method: scientific knowledge is obtained by using certain ways that regular and
controlled.
3) Systematic: scientific knowledge is organized in a system, not stand alone, one with
the other interrelated, mutually explain, so the whole is a unified whole.

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

4) Valid Common / Universal: knowledge is not only true, or can be observed by a person
or persons only, but everyone in the same way experimentation will get the same
results or consistent.

CYCLE EINSTEIN
In its development, Science Fact Always Beginning and ending at the Facts (Cycle
Fact to Fact).

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

NATURE STUDY
How to Scientific To Obtain Data / Information As There And Not As I should, With
Specific Goals and Purpose
Research Methods
Antiquity:
- Try, Try (Trial & Error?)
- Experience (Self-> Others <)
- Instinct
Development of slow
Modern Age
- Trial and error (at optimizing)
- Experience (itself <+ others>)
- Speculation
- Scientific Method (scientific approach)
Rapid Development
Research Objectives
 Discovery
Previously had never known
 Evidence
Proving doubts about the information / specific knowledge
 Development
Deepen and broaden the existing knowledge
Usability Research
 Understanding theν Problem
Researchers clarify some issues / information that is unknown and further to know
 Solve Problems
Researchers minimize / eliminate the problem
 Anticipating Problems
Researchers seek to problem does not occur

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

PROCESS SCIENCE

Scientific knowledge gained through the process of logico-Empiricism, knowledge


gained should be checked intuitively / logically derived from natural laws that have been
tested and proven by observation / experiment.
In a generic sense, science is always associated with the human effort to find out about
a phenomenon. How to find out it can not be separated from the process of human
interpretation of the phenomenon. From this understanding formed a system of knowledge
that includes the object of knowledge, methods, and model interpretation. In essence, the core
of a system of representation of knowledge is an activity in which observers (scientists) to
interpret natural phenomena are then modeled into the language of science (which in modern
science to use mathematical models). One thing to be observed here. A knowledge object can
only exist through the representation. The process of interpretation and representation is not
happening so it is objectively in which scientists with immediately "find" something as if the
object of knowledge that already exists. Object knowledge is the result of the construction of
interpretive scientists through language while the language itself has limitations. Object
knowledge into tangible as if because he's directly related to something concrete in which its
scientific methodology (logic, empiricism) allow the repetition of reality (regularity) through
the practice of simulation, manipulation, and control.

Creature

Meng-Aku

Nature Observation Human Meng-Kita Human

Science Process consists of:


A. Grouping
Divides the object in a particular variable.
Examples:
In a movie we divide the number of visitors in two (2) groups, namely women's groups

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

and groups of men


B. Classification
A body distinguished by its value.
Examples:
In a cinema, distinguished guests for many visitors who were black and white.
C. Counting
Measuring data obtained from the grouping and classification of previously conducted
D. Data Presentation
The data have been obtained, disclosed or presented in the form of tables, graphs or
diagrams.
E. Data Analysis / Object
Analyze the data and objects associated with it
F. Synthesis
The process in which we use every object associated enjadi a statement.
G. Prediction
Predicting the future by looking at the information obtained from the present.
H. Inver
Opposite of predictions, which we expect the past to be gained from future information.
I. Hypothesis
Presenting information and expecting the results obtained by looking at data that had
been produced before.
J. Interpretation
Interpret and present data so lively, life is easy to understand.
K. Draw Conclusions
Infer from the facts that have been obtained.
L. Evaluation
Provide an assessment of the conclusions have been drawn.
M. Applications
Applying the results have been achieved in everyday life
N. Communication
Explained to the general public about the implementation of applications that we have
done.

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

Steps Scientific Method:


Formulation of the problem is meant by the question what is the problem, why or how
about an object under investigation. This problem should be clearly demarcated and the
known factors that influence it. Formulation of the hypothesis is the answer or guess the
answer while the question posed, the material is the conclusion of the framework developed
thinking. Hypothesis testing is a collection of facts relevant to the hypotheses that have been
proposed in order to show whether these facts support the hypothesis or not. Hypothesis
inference is temporary answer to the problem because the presumption is still yet to be
verified.

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

ANATOMY OF SCIENCE

Anatomy Elements Science, among others:


1. Facts
Facts in (Latin: factus) is all that was captured by the human senses. In terms of
scientific fact is a result of objective observation and verification can be done by anyone.
An example is when we see a teacher who was teaching his students, or see a heroic
event that managed to stifle a pack of criminals alone, or hear a story of victory of Islam in a
country, or perhaps we ourselves who have a direct gift from the president, and others.

2. Concept
The concept is abstract, universal mental entity that refers to the category or class of
an entity, event or relationship. A concept is an element of the proposition as the word is an
element of the sentence. The concept is abstract where they eliminate the differences of all
things in the extension, treated as if they were identical. The concept is universal where they
can be applied uniformly for each extension. The concept is a carrier of meaning. A single
concept can be expressed in any language.
For example the initial concept (of 1975), Hawking, using general relativity, it is
argued that the black hole is a monster of galaxies, which will suck up the material flows in
galaxy spirals towards the black hole. This spiral motion produces extremely high heat and
emit X-ray photons. The material went into the black hole would be destroyed.

3. Principle
The principle is a fundamental statement or a general truth and individuals who were
made by a person / group as a guide to think or act. A principle is the spirit of a development
or change, and an accumulation of experience or meaning of an object or a particular subject.
For example in Pascal's Principle states that the pressure exerted on the liquid in an
enclosed area will be forwarded as much to every part of the fluid and the container walls.

4. Basis
Principle is a general proposition stated in general terms without suggesting specific
ways of implementation that can be applied to a series of actions to be appropriate guidance

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

for such deeds.


Examples of Bernoulli's principle is the fluid pressure in the high velocity smaller than
the velocity at lower. So the greater the velocity of the fluid in a pipe is a little more pressure
and conversely the smaller the velocity of the fluid in a pipe, the greater the pressure.

5. Legal
Law is the overall conditions in this free will of the people who can adapt to one's free
will of others, obey laws about freedom.
Examples of Bernoulli's law for fluid flow in a business where the amount of kinetic
energy, potential energy of the fluid unity of the volume of fluid has a fixed value at each
point. So the amount of pressure, the kinetic energy of the volume of unity, and unity of the
volume of potential energy has the same value at each point along a flow line.

6. Theory
The word theory has a different meaning in different fields of knowledge are different
depending on the methodology and the context of the discussion. In general, the theory is the
analysis of the relationship between the fact that one with the other facts on the set of facts.
The word theory has a different meaning in different fields of knowledge are different
depending on the methodology and the context of the discussion. In general, the theory is the
analysis of the relationship between the fact that one with the other facts in the set of facts
For example in general relativity (in English: general relativity) is a geometric theory
of gravity introduced by Albert Einstein in 1916. This theory is an explanation of gravity is
the latest in modern physics. He unites the previous Einstein's theory, special relativity, with
Newton's law of gravity. This is done by looking at the gravity not as a style, but rather as a
manifestation of the curvature of space and time. In particular, the curvature of space time
directly related to the momentum of four (mass of energy and linear momentum) of the
material or any radiation that is.

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

VALUE OF SCIENCE

The statements that science has to present advancement of life, so do not need to be
revised, science has nothing to do with much less religious beliefs, that science is universal
beyond the boundaries of belief, culture, religion and nation are statements whose truth
prematurely. Other expressions that convey the same only shows that the results of the
development of science cerapan were followed at all without the critical attitude, an attitude
that values the primary dictum of science itself.
Develop the values and culture Science and technology is basically the transformation
of traditional cultural society into a society that thinks critically and analytically skilled
Natural Sciences and Technology with a fixed uphold / maintain the values of religion, faith,
and faith toward God Almighty God, and the noble values of national culture

VALUE OF SOCIAL SCIENCE


Value Ethics
Human beings who understands endlessly expand his knowledge. As a result of
technology is growing very fast and not unstoppable as shown in weapons technology,
computer information, medicine, biology and food. The progress of these technologies if not
accompanied by ethical values of human life will destroy itself as evidenced by the Iraq war,
global warming, human endurance is lower, the impoverishment of some of the world
population, the faster the endless natural resources, ecological destruction, and injustice. The
question that is ethically and critical need to ask is, whether the technology we develop it for
the sake of human happiness as a whole? "The value of humanity" as one of the ethical values
need to be observed in developing the technology.
Entering into the 21st century, is treading the global age. Due to the development of
information technology and transportation, Inteernasional world in this century experienced a
major change, which is known as the global era. In this era, the situation became very
transparent world, international windows, there is almost every house. What happens in one
corner of the earth in a short time can be captured from beerbagai parts of the world, the gate
between countries increasingly teerbuka, insulation insulation getting lost culture and the end
of the tip will form what is called Jhon Neisbitt as Global Lifestyle.

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

Aesthetic Value (Culture)


Popular understanding of science is usually revolve around the great stories of the
genius scientist and the results of their findings are often summarized in the formulation of a
mathematical language.
In a generic sense, science must be understood as the human effort to find out about a
phenomenon. Clearly, efforts to find out it will never escape from the process of human
interpretation of the phenomenon. From this came the knowledge system consisting of objects
of knowledge, methods and interpretation models. In the process of finding out that the main
activity is the activity of scientists interpret the representation of phenomena of nature are
then modeled in the language of science (the language is now considered the most
comprehensive approach to this is the math).
Thus, the existence of an object of knowledge is very dependent on the interpretation
and representation (representation). The process to bring the existence of the object of
knowledge is not just happen, objectively, as if scientists find something in such a way that as
if the object of knowledge that already exists. Object of knowledge is the result of the
interpretation of construction scientist. And interpretation activities are cultural events which
are always affected by cognitive factors and social factors. In a brief phrase Andre Linde
(cosmologist Russia),

"When the scientists began their work, they are half-consciously influenced by their cultural
traditions".

Thus, it is obvious that the object of knowledge as a fact can be created by humans, so
did not rule out the fact may be at the wrong time. This means that the facts can be wrong!
This also entails that the existence of the facts (the object of knowledge) is highly dependent
on a world view held by scientists. Thomas Kuhn in The Structure of Scientific Revolution
(1962) calls this view as a paradigm.

Value Education / Pedologikal


With a scientific attitude in terms of attitudes in the English language called "Attitude"
attitude while the term itself comes from the Latin words "Aptus" which means a state of
readiness that is mentally to perform activities. Triandis defines attitude as: "An attitude he

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

had an idea charged with emotion which predis poses a class of actions to aparcitular class of
social situation".
Above formula means that the attitude contains three components namely cognitive
components, affective components and component behavior.

VALUE OF RELIGIOUS SCIENCE (MORAL)


In general, demanding honesty and ethics in the Natural Sciences and Technology
means scientific honesty (scientific honesty). Modify, add, and reduces certain interests of
the data included in scientific dishonesty. Changing and adding data to the invention itself
may be intended to show the trend curve desired. Perhaps the researcher himself who
wanted to research results in accordance with the established theory. Maybe penaja
(sponsor) researchers who want to highlight the image of industrial products. They kind of
data they had was the sin of commission. In contrast to weed out some data that
"aggravate" the results of the study is the sin commission. Elimination of data that "ugly"
was probably intended by the researcher for data analysis shows the reliability (realibility)
the better. More bad again if the commission of sin was done to hide the negative side
effects of the products under study. This kind of scientific dishonesty has done research in
plant taja flavor (monosodium glutamate) in Thailand.

ECONOMIC VALUE OF SCIENCE


Economics is a human need, the SIPA can control the economy, he who holds the
power. At the main livelihood still comes to the human lands, the feudal one who holds the
power. While the industry plays an important role in the capitalist economy is a major role in
the provision of all human needs. Now the capitalists have a lot of industrialists to expand
their business beyond the country's so-called Multi-National Corporation (MNC). Sometimes
these multinational companies in countries - developing countries participate determining
government policy. Such big companies can not develop without the support of technology
Although some of the world population still lives below the poverty line but most are able to
feel the benefits of modern technology pergunakannya, because their needs can easily be
obtained with relative prices cheaper. The way the payment can be made by cash or credit.

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

SCIENTIFIC ATTITUDE
The attitude is always related to an object and the attitude toward these objects is
accompanied by positive or negative feelings. In general it can be concluded that the attitude
is a readiness which always tend to behave or react a certain way when faced with a problem
or object.
According to Baharuddin (1982:34), "the scientific attitude is basically the attitude
shown by the scientists as they conduct activities as a scientist. In other words, individual
orientation to act or behave in solving a problem systematically through scientific measures.
Some scientific attitude expressed by Mukayat Brotowidjoyo (1985 :31-34) is typical of
experts in solving problems based on scientific method, among others:
1) Attitude Want to Know
When facing a new problem known, so he tried to find out; happy to ask questions
about objects and events; habit of using as many senses to investigate a problem; shows
the passion and sincerity in completing the experiment.
2) Critical Attitude
Indirect blindly accept the conclusions without any evidence, habit evidence - the
evidence at the time of the conclusion; not feel the right to be followed by others;
willing to change his opinion based on the evidence strong.
3) Attitude Objectives
Seeing things as they are the object, keep personal bias and not dominated by his own
thoughts. In other words they can say honestly and distanced himself as a subject of
interest.
4) Attitude Want to Find
Always provide suggestions for new experiments; habit of using experiments in a way
that good and constructive; always provide a new consultation from the observation that
he did.
5) Attitude Respect Other People's Work
It will not be acknowledged and looked at other people's work as his work, accepting
the scientific truth, although found by people or other nations.
6) Attitude perseverance
Not bored an investigation, willing to repeat the experiment whose results dubious' will
not stop doing the activities, if not complete; of the things he wanted to know he was

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

trying to work with closely.


7) Attitude Open
Willing to listen to others even arguments different from those in ketahuinya.bukan
accept criticism and negative responses to the opinion.
Diederich more detailed scientific attitude components identified as follows:
1) Always doubting things.
2) Belief in the possibility of solving the problem.
3) Always wanted to have a verification eksprimen
4) Diligent
5) Love on something new
6) Easy to change the opinion or opinions.
7) Loyal to the truth.
8) Objective
9) Unwilling to believe superstition.
10) Like a scientific explanation.
11) Always try to complement the knowledge they have.
12) Do not rush a decision
13) Can distinguish between hypotheses and solutions.
14) Realizing the need for assumptions.
15) His point is fundamental.
16) Respecting the theoretical structure
17) Respect for the quantification
18) Can accept the terms and keboleh derivative,
19) Can accept the notion of generalization

CHARACTERISTICS OF CREATIVE THINKING ABILITY


Creativity is the ability to give birth to something new, whether in the form of ideas
and real work, whether in the form of characteristic and non aptitude aptitude, both in new
work or a combination of things that already exist, all of which were relatively different from
what is had existed before.
Someone said there must be creative indicators that causes a person is called creative.
Indicators are the hallmark of creativity can be observed in the two aspects of aptitute and

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

nonaptitute aspects. Aptitute characteristics are characteristics associated with cognition or


thought processes, while nonaptitute characteristics are characteristics that have more to do
with attitude or feeling. Based on research results that show the creativity indicators
dikemukan by (Munandar, SC U, 1992) as follows:
1. Great encouragement to know
2. Frequently asked a good question
3. Provides many ideas or suggestions to a problem
4. Free in expressing opinions
5. Having a sense of beauty
6. Prominent in one area of art
7. Have their own opinions and can express them, are not easily influenced by others.
8. Humor
9. Powerful imagination
10. Originality (originality) high (look in the expression of ideas, essays, etc., in solving
the problem using original methods, which are rarely shown the other kids)
11. Can work alone
12. Nice to try new things
13. The ability to develop or elaborate on an idea (elaboration capabilities)
From the description of the characteristics of creativity above it is understandable that
when someone says creative interaction with the environment characteristics of creativity in
the activities dominate their lives, and do things in ways unique. All these features can be
presented constructively within every individual, because each individual has creative
potential. Treffinger (1980) in Akbar-Hawadi Reni et al, 2001 says that no one who does not
have the creativity, this gives the sense that every person has creative potential in him.

CONNECTING SCIENCE AND TECHNOLOGY


Science and Technology is a human institution; means Science and Technology is the
work of a born human being. So without a second man is also the work would not exist. But
there is a fundamental difference between the two institutions. The difference lies in the
source.
Science itself is generally defined as knowledge (knowledge) which is obtained by
systematically on the structure and behavior of all phenomena in the universe and its contents,

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

both natural and social phenomena. Meanwhile, technology is the application of science in
response to human demands for a better life.
The development of science and technology and increasingly sophisticated and the
plane today, the true should be proportional to the quality of human resources (HR). Because
science is born of the scientists who eventually affect technological progress. Despite the
progress, there are times when the technology triggered the development of science. Both of
them have a relationship that is very closely tied and mutually beneficial.

Humans, Science, and Technology


In every culture there is always a science or science and technology, which is used as a
reference for interpreting and understanding the environment and its contents, and is used as a
tool to exploit, process and use it for the fulfillment of human needs. Science and technology
can be developed through creative discovery (discovery), creation (invention), through
various forms of innovation and engineering. Real usefulness of natural science and
technology for human beings depends on the values, morals, norms and underlying law.
natural science and technology is very dangerous without value and without knowledge of
human nature and reflects the backwardness of technology.
In the above context, the relationship between science, technology, and society
becomes important, because as we know, technology is born because of the human need to
simplify all the events and activities.
For example, humans created the television to gain insight, knowledge and information as
possible. Humans also make telephone, transportation equipment and a variety of
convenience products in the interaction among others.

Rankings based on the application of technology can be divided as follows:


1. High Technology (Hi - tech). A type of advanced technology developed from the
results of applying the latest scientific knowledge. Examples: computers, lasers,
biotechnology, satellite communications and so on. Characteristics - characteristics of
this technology is capital intensive, rasiolitas supported research and development,
high maintenance costs, high operator skills and the scientific user community.
2. Technology Madya. A type of technology that can be developed and supported by a
more modest public and can be used with the cost and most profitable uses.

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

Characteristic of intermediate technology requires no capital is too large and does not
require new knowledge, because it has been routine. Application of this technology is
half maday capital intensive in labor-intensive, element - the element that supports the
industry can usually be obtained within the country and the skills of workers is not too
high.
3. Appropriate Technology. This technology is characterized by small-scale capital,
equipment used is simple and labor-intensive implementation. Usually done in
countries - developing countries, because it can help the rural economy, reducing
urbanization and technological tradition of creating the simplest level.
With the rapid advancement of science and technology, especially in the field of
information technology and transportation technology that humans reached the end of the
second half of the twentieth century, allowing the flow of information to be rapid: what and
by whom the whole face of the earth (and even some of the universe) - through to the whole
society freely without distinguishing who she was the recipient. Without knowing the distance
and time limits, state, race, economic class, ideology or other factors that may inhibit
exchange ideas. The following will explain the impact the development of science and
technology to certain social patterns.
However, that does not mean that the technology simply bring benefit and positive
impact. Not a few people who actually harmful if not used correctly. Just to illustrate, a
nuclear reaction is very useful in the production of isotopes, which is good for various
purposes in the field of health and agriculture, can also function as an electric generator.
However, nuclear reactions can also be used as weapons of mass destruction, as happened in
Hirosima and Nagasaki. Therefore, here the technology required the user's readiness to
understand and apply the various products with good technology and correctly, that the
function of the technology, would help human life, can be achieved

Negative Impact on Misuse of Science and Technology


Advances in science and technology on the one hand to help or facilitate human
performance in running the business or creativity and activity, but on the other hand with the
progress and developments in science and technology can destroy the moral or human
character, because people can not take the value of the benefit from technology human use or
misuse of science and technology to the interests of "desire" for a moment. The desire for a

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

moment that the author mean here is to channel the interests that may or may damage or harm
yourself and others. Progress of science and technology is developed in accordance with the
demands of the times. Does not feel the time has changed and now people are in the era of era
of globalization, information centers so easy to get, the competition was so tight both in the
field of business or occupation or field of education. The process of globalization on the one
hand opened great opportunities for human development, on the other hand open and fears of
human unpreparedness to demonstrate skills that are owned, so people who were unprepared
for the arrival of globalization claim that globalization as an inhuman system.
As a system of knowledge, science must be distinguished from the ways of thinking
based on science, called "sainsisme." Understand this assumes that science is the only norm in
life, that no source other than scientific knowledge. Sainsisme also assume that all problems
in life can be solved by science and technology. For example, some people argue that the
exploitation of poor people is justified based on the observation that, in fact, animals evolved
through (principle) the survival of the fittest (the strong won). This is called "theory of social
evolution" and clearly different from the scientific theory of evolution.
Technological development and scientific research is a human activity and has a moral
and ethical dimensions. We must avoid making sainsisme science as the absolute norm of life
and people are allowed to do whatever is possible in science and technology.
Humans have two roles that must be dilakoni in this life, that humans as individuals and
human beings as social beings. As an individual human being has a selfish, ambitious, and
never satisfied. While in his role as social beings they are required to be sharing and helping
each other.
From both the nature of conflicting technologies that emerge. In short the technology
also has two different properties, namely positive and negative. Both these effects must go
hand in hand along with human-generated technology. Since the end - the end is much more
concerned with social than civic individualism, the technology tends to dihasilkanpun
negative trait. Many losses are incurred rather than profits. As an example application of
nuclear technology being diverted into weapons of mass destruction and the dredging of
natural resources over the impact on loss of balance in the earth's ecosystem. The second
example is the negative impact arising out of selfish, ambitious, and never satisfied man in her
life.

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

DAFTAR PUSTAKA

____________, 2010. http://ati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3105/silabus.doc

____________, 2010. metode-penelitian. ______________

____________, 2010. Pengantar Filsafat Ilmu._____________

____________, 2010. Proses Sains. http://id.answers.yahoo.com/question/

_____________, 2010. Metodologi Penelitian (Filsafat, Hakikat, dan Metode Ilmiah).


2009/06/30/manusiasainsdanteknologi

Agus, Achmad, 2010. http://rosda.co.id/index.php?info=resensi&resensi=57

Bahrul Ulum, 2007. http://blogbahrul.wordpress.com/2007/11/28/sikap-ilmiah/

Eko, 2008. Ciri-ciri dan Faktor yang mempengaruhi Kreativitas.


http://eko13.wordpress.com/2008/03/16/ciri-ciri-dan-faktor-yang-
mempengaruhi-kreativitas/

Haqiqie Suluh, 2010. Kritik Atas Penalaran atau Pemikiran Induktif (Induksi).

Hary W. A. Ramadhon, 2008. Manusia dan Kebenaran.___________

Nura, 2010. Rangkuman Ilmu Alamiah Dasar . http://nura.ngeblogs.com

Rachmad Resmiyanto, 2010. http://rachmadr.web.ugm.ac.id/in/?p=20

shafiyyah. 2010. Manusia, Sains, dan Teknologi. http://shafiyyah.blog.uns.ac.id/

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

Tugas Ide Kreatifitas

PENANAK NASI HEMAT LISTRIK

A. Latar Belakang Ide


Banyaknya alat listrik yang digunakan pada alat-alat rumah tangga seperti
Kulkas, Televisi, AC (Air Conditioner), , Penanak nasi, Dispenser, Komputer, dll
membuat penggunaan energi listrik pada sebuah keluarga melonjak naik. Ditambah
pula dengan pasokan listrik yang tidak memadai dengan banyaknya keluarga yang
akan menggunakan listrik tersebut membuat kita selalu terbayang dengan yang disebut
“Krisis Listrik”. Harus ada cara atau solusi untuk mengurangi penggunaan listrik yang
berlebihan, tanpa harus ada barang rumah tangga elektronik yang tidak digunakan.
Artinya, pemakaian alat listrik rumah tangga tetap digunakan sesuai dengan yang
dibutuhkan tapi energi listrik yang digunakan juga diminimalkan. Melihat kondisi
seperti ini, ada niat untuk merancang sebuah alat listrik rumah tangga yang dapat
mengurangi penggunaan energi listrik. Misalnya saja, seperti penanak nasi yang setiap
hari tidak pernah lepas untuk tidak menggunakannya.
B. Model Rancangan
Penanak Nasi yang ada sekarang lebih mengutamakan kondisi nasi yang
dihasilkan, ataupun bentuk penanak nasi yang bagus dan unik, namun selain itu, kita
juga harus memikirkan bagaimana membuat penanak nasi yang hemat listrik. Untuk
membuat penanak nasi yang hemat listrik hanya mengandalkan pada desain penanak
yang lebih ideal untuk menghasilkan panas yang besar dalam waktu yang lebih cepat.
Misalnya, pada penanak nasi yang biasa menggunakan lapisan baja sebagai konduktor
panas dengan ukuran yang lebih lipis, maka perancang penanak nasi hemat listrik akan
menggunakan campuran baja dan aluminium, sehingga konduktor panas yang akan
dipasang pada bagian dalam penanak nasi tidak terlalu tebal sehingga tidak
menghalangi desain yang akan dirancang sebagaimana rancangan untuk penanak nasi
yang sebelumnya. Dengan penggunaan campuran baja dan aluminium, maka hasil
kalor yang akan disampaikan ke bagian panci juga akan besar sehingga energi listrik
yang akan digunakan akan lebih kecil (hemat listrik dan biaya) serta waktu yang
dibutuhkan untuk menanak nasi juga akan lebih cepat.

67
Ummi Qalsum, ICP Physics’09, Final Task of Basic Natural Science

Task Idea Creativity

RICE COOKERS SAVE ELECTRICITY

A. Background Ideas
The number of electrical devices used in equipment such as household
Refrigerators, Television, AC (Air Conditioner),, rice cookers, Dispenser, Computers,
etc. make use of electrical energy in a family jumped up. Coupled with the electrical
supply is inadequate with many families who will use it to make our electricity is
always pictured with the so-called "power crisis". There must be a way or a solution to
reduce the excessive use of electricity, without having to have an electronic appliance
is not used. That is, the use of household electrical appliances continued to be used in
accordance with the required but the electrical energy used is also minimized. Seeing
this condition, there is the intention to design a household electrical appliance that can
reduce electrical energy usage. For example, such as rice cookers that every day is
never out for not using it.

B. Model Design
Rice cookers are now more major conditions that produced rice, rice cooker or
form a good and unique, but other than that, we also have to figure out how to make
rice cookers electric efficient. To make efficient rice cookers rely solely on electric
cookers design that is ideal for producing great heat in a faster time. For example, on a
regular rice cooker using steel as a heat conductor with a more lipis size, the designer
of electricity-saving rice cookers will use a mixture of steel and aluminum, so the heat
conductor to be installed on the inside of rice cooker is not too thick so as not to hinder
the design which will be designed as the design for the previous rice cookers. By using
a mixture of steel and aluminum, the heat results will be communicated to the big pot
that will also electrical energy to be used will be less (save electricity and costs) and
the time required to cook the rice will also be much faster.

67

You might also like