Professional Documents
Culture Documents
Di susun oleh:
Arif Rahman (Ketua)
Septian Adi Nugraha
Fahmi Ramadan
Najwa Shafira
Dzikri Miftahul Huda
Ira Fitriyani
Tiara Angraeni
Lulu Khorunnisa
Hanin Nuris Utami
Firla Nur Pratiwi
Nabila Septrilya
Renne Aynu Qolby
Lukky Aprinaldi
Sri Mulyati
170110140028
170110140009
170110140039
170110140001
170110140007
170110140008
170110140010
170110140011
170110140013
170110140018
170110140021
170110140024
170110140026
170110140034
170110140027
170110140032
170110140033
170110140035
170110140036
170110140037
170110140038
170110140041
170110140051
170110140052
170110140061
170110140064
170110140065
170110140066
Dosen:
Dr. H. Didin Muhafidin, S.IP., M.Si
Bewa Ragawino, S.H., M.Si
Dra. Neneng Weti Isnawaty, M.Si.
Mas Halimah, S.IP., M.Si.
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
JATINANGOR
2015
KATA PENGANTAR
Salam sejahtera bagi kita semua. Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat
Allah SWT, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, semoga kita selalu berpegang teguh pada sunnahnya.
Atas dukungan yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. H. Didin Muhafidin, S.IP., M.Si., Bewa
Ragawino, S.H., M.Si., Dra. Neneng Weti Isnawaty, M.Si., dan Mas Halimah, S.IP.,
M.Si. selaku dosen mata kuliah Sistem Administrasi Negara Indonesia, serta kepada
seluruh teman-teman yang ada di dalam kelompok eksekutif yang telah membantu
dalam mengerjakan tugas ini, sehingga tugas ini dapat diselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini. Mohon maaf atas kekurangannya. Akhir kata semoga
bermanfaat dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat.
Penulis.
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Perubahan konfigurasi politik dari yang bersifat otoritarisme menuju demokrasi yang
sempurna menuntut adanya pergeseran pengelolaan negara yang semula bersifat personal
menjadi bersifat impersonal. Henry B. Mayo (1960 : 70) mengatakan bahwa sistem politik yang
demokratis ialah dimana kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil
yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas
prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.
Melihat kembali sejarah bangsa Indonesia, ketika berhentinya presiden Soeharto di
tengah krisis ekonomi dan moneter yang sangat memberatkan kehidupan masyarakat Indonesia,
menjadi awal dimulainya era reformasi. Tujuan gerakan reformasi ini diantaranya adalah 1)
penegakan supremasi hukum, penghormatan hak asasi manusia (HAM), serta pemebarantasan
KKN 2) desentralisasi dan hubungan yang adil antara pusat dan daerah (otonomi daerah) 3)
Mewujudkan kehidupan demokrasi. Era reformasi ini memberikan harapan besar bagi terjadinya
perubahan menuju penyelenggaraan negara yang lebih tinggi serta terwujudnya good
governance.
Salah satu fenomena yang sangat penting pasca perubahan Undang-Undang Dasar 1945
adalah bertebarannya lembaga-lembaga negara mandiri (state auxiliary agencies) dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia. Lembaga-lembaga tersebut dibentuk dengan dasar hukum yang
berbeda-beda, baik dengan konstitusi, undang-undang, bahkan ada yang dibentuk dengan
keputusan presiden saja. Pada saat yang bersamaan, hal ini mengakibatkan pembagian kekuasaan
negara yang sebelumnya dianggap sebagai doktrin yang mapan mengalami koreksi dan dirasakan
tidak cukup lagi sekadar mengklasifikasikannya menjadi kekuasaan pemerintah, kekuasaan
membuat undang-undang, dan kekuasaan kehakiman.
BAB 2
PEMBAHASAN
Kebutuhan Indonesia saat ini? Maka bisa dikatakan bahwa sistem pemerintahan Indonesia
presidensial telah di lengkapi dengan sistem pemerintahan parlementer dan melakukan
pembaharuan untuk menghilangkan kelemahan-kelemahan yang ada dalam sistem presidensial.
Seperti adanya pemilihan langsung dan pemberian kekuasaan yang lebih besar kepada parlemen
untuk melakukan pengawasan dan fungsi anggaran yang sangat sangat dibutuhkan saaat ini demi
kesuksesan berjalannya demokrasi, selain itu masih ada mekanisme checks as well as sense of
balance yaitu sistem saling mengawasi dan mengimbangi antar lembaga-lembaga Negara, hal ini
sangat dibutuhkan saat ini untuk transparansi dan akuntabilitas lembaga pemerintahan.
Sehingga berdasarkan sistem pemerintahan Indonesia presidensial yang telah di lengkapi
dengan sistem pemerintahan parlementer ini, Menurut kami memiliki nilai positif maupun
negatifnya. Tetapi yang perlu diperbaiki bukan hanya sistemnya saja namun SDM atau orangorang di dalam sistem pemerintahan tersebut harus bisa optimal dalam menjalankan
pemerintahan di Indonesia. Namun jika ada yang ingin diubah menurut kami adalah
penyederhanaan tata urutan hierarki di Indonesia yang menurut kami masih tumpang tindih. Dari
sistem pemerintahan pusat ke daerah dan ke masyarakat terendah urutannya. Itulah yang menjadi
masalah dalam sistem pemerintahan Indonesia.
2.2.1. Lembaga Negara
Lembaga Negara adalah lembaga pemerintahan atau "Civilizated Organization" dimana lembaga
tersebut dibuat oleh negara, dari negara, dan untuk negara dimana bertujuan untuk membangun
negara itu sendiri. Lembaga negara terbagi dalam beberapa macam dan mempunyai tugas
masing-masing antara lain:
1. Menciptakan suatu lingkungan yang kondusif, aman, dan harmonis.
2. Menjadi badan penghubung antara negara dan rakyatnya.
3. Menjadi sumber insipirator dan aspirator rakyat.
4. Memberantas tindak pidana korupsi, kolusi, maupun nepotisme.
5. Membantu menjalankan roda pemerintahan negara.
UUD 1945 sebelum perubahan mengenal enam lembaga tinggi/tertinggi negara, yaitu MPR
sebagai lembaga tertinggi negara; DPR, Presiden, MA, BPK, dan DPA sebagai lembaga tinggi
negara. Namun setelah perubahan, lembaga negara berdasarkan ketentuan UUD adalah MPR,
DPR, DPD, Presiden, BPK, MA, MK, dan KY tanpa mengenal istilah lembaga tinggi atau
tertinggi negara.
Untuk mengetahui bagaimana proses penyelenggaraan negara menurut UUD, maka
Prinsip pemisahan dan pembagian kekuasaan perlu dicermati karena sangat mempengaruhi
hubungan dan mekanisme kelembagaan antar lembaga negara. Dengan penegasan prinsip
tersebut, sekaligus untuk menunjukkan ciri konstitusionalisme yang berlaku dengan maksud
untuk menghindari adanya kesewenang-wenangan kekuasaan.
Adanya pergeseran prinsip pembagian ke pemisahan kekuasaan yang dianut dalam UUD
1945 telah membawa implikasi pada pergeseran kedudukan dan hubungan tata kerja antar
lembaga negara dalam penyelenggaraan pemerintahan negara, baik dalam kekuasaan legislatif,
eksekutif, dan yudikatif. Perubahan prinsip yang mendasari bangunan pemisahan kekuasaan
antar lembaga negara adalah adanya pergeseran kedudukan lembaga pemegang kedaulatan
rakyat yang semula ditangan MPR dirubah menjadi dilaksanakan menurut UUD.
2.2.2. Lembaga Pemerintah Pusat
Yang disebut pemerintahan pusat yaitu presiden. Presiden merupakan lembaga negara
yang mempunyai kekuasaan menjalankan kekuasaan pemerintahan. Dalam menjalankan
pemerintahan presiden dibantu oleh seorang wakil persiden dan menteri. Untuk menjalankan
pemerintahan yang diamanatkan rakyat kepadanya, seorang presiden setelah dilantik kemudian
membentuk kabinet untuk menjalankan pemerintahan. Kabinet adalah susunan para menteri
sebagai penyelenggaraa pemerintahan di tingkat pusat. Kabinet terdiri atas menteri koordinator,
menteri negara yang memimpin departemen, dan menteri negara yang tidak memimpin
departemen (nondepartemen), serta pejabat tinggi negara setingkat dengan menteri.
2) Wakil Presiden
Tugas seorang wakil presiden adalah membantu presiden. Jika presiden meninggal dunia,
berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya maka
wakil presiden menggantikannya sampai dengan habis masa jabatannya. Mandat kedaulatan
rakyat yang diberikan kepada seseorang yang dipilih sebagai presiden dan wakil presiden dapat
berakhir karena telah berakhir masa jabatannya, berhalangan tetap, dan dicabut mandatnya
sebelum berakhir masa jabatannya.
3) Menteri
Menteri sering disebut sebagai pembantu presiden. Menteri membantu presiden dalam
menjalankan pemerintahan. Menteri dikelompokkan menjadi tiga, yaitu menteri negara
koordinator (menko), menteri negara yang memimpin departemen , menteri non departemen dan
pejabat tinggi negara setingkat menteri.
a. Menteri Koordinat (Menko);
Pada Kabinet Indonesia Bersatu jilid 2 ada tiga menteri koordinator, yaitu Menteri
Koordinator Hukum, Politik, dan Keamanan (Menko polhukam), Menteri Koordinator
Perekonomian, dan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko kesra). Tugas
kementerian koordinator adalah membantu presiden dalam mengkoordinasikan perencanaan dan
penyusunan kebijakan, serta menyamakan pandangan tentang pelakasanaan kebijakan antar
departemen.
Daerah Tingkat I
10
Daerah Tingkat II
1. DPRD Kabupaten/Kota;
Susunan dan keanggotaan DPRD kabupaten/ kota terdiri atas anggota partai politik yang
dipilih melalui pemilihan umum. Masa jabatan anggota DPRD kabupaten/kota adalah lima tahun
dan berakhir bersamaan anggota DPRD kabupaten/kota yang baru mengucapkan sumpah atau
janji. Keanggotaan DPRD kabupaten /kota di resmikan dengan keputusan gubernur atas nama
presiden. Anggota DPRD kabupaten/kota bedomisili di ibukota kabupaten/kota yang
bersangkutan. DPRD kabupaten /kota merupakan lebaga perwakilan daera yang berkedudukan
sebagai lembaga daerah kabupaten/kota. DPRD kabupaten /kota membawa fungsi fungsi,
antara lain fungsi legislasi, fungsi anggaran , dan fungsi pengawasan.
2. Sekretaris Daerah;
Sekda Kab/Kota diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur atas usul Bupati/Walikota
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. mempunyai tugas dan kewajiban membantu
Kepala daerah dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan dinas daerah dan lembaga
teknis daerah. Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, Sekda bertanggung jawab kepada
kepala daerah.
3. Kabupaten;
Kabupaten adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia setelah provinsi, yang
dipimpin oleh seorang bupati. Selain kabupaten, pembagian wilayah administratif setelah
provinsi adalah kota. Secara umum, baik kabupaten dan kota memiliki wewenang yang sama.
Kabupaten bukanlah bawahan dari provinsi, karena itu bupati atau wali kota tidak bertanggung
11
jawab kepada gubernur. Kabupaten maupun kota merupakan daerah otonom yang diberi
wewenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahannya sendiri.
4. Kota;
Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan
rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk
mendukung kehidupan warganya secara mandiri.
5. Kecamatan;
Kecamatan adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kabupaten
ataukota. Kecamatan terdiri atas desa-desa atau kelurahan-kelurahan.Kecamatan atau sebutan
lain adalah wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah kabupaten/kota (PP. 19 tahun 2008).
Kedudukan kecamatan merupakan perangkat daerahkabupaten/kota sebagai pelaksana teknis
kewilayahan yang mempunyai wilayah kerja tertentu dan dipimpin oleh camat.
6. Kelurahan;
Kelurahan adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kecamatan.
Dalam konteks otonomi daerah di Indonesia, Kelurahan merupakan wilayah kerja Lurahsebagai
Perangkat Daerah Kabupaten atau kota. Kelurahan dipimpin oleh seorang Lurah yang berstatus
sebagai Pegawai Negeri Sipil.
2.3.
Pemerintah Nondepartemen (LPND) adalah lembaga negara di Indonesia yang dibentuk untuk
melaksanakan tugas pemerintahan tertentu dari presiden. Kepala LPNK berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada presiden melalui menteri atau pejabat setingkat menteri
yang mengoordinasikan. Cukup banyak lembaga nonkementerian yang ada di Indonesia. Berikut
adalah beberapa lembaga nonkementrian di Indonesia beserta dengan penjelasannya secara
singkat:
INSTANSI
Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI)
TUGAS
Melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
kearsipan
sesuai
dengan
ketentuan
dan
12
(PNRI)
(LAPAN)
Melakukan
penempatan
atas
dasar
Memberikan
pelayanan,
mengkoordinasikan,
pengawasan
dan
mengenai
melakukan
:
Dokumen;
masalah;
Sumber-sumber
Pemberangkatan
s/d
Informasi;
penempatan
TKI;
Kualitas
dan
pelaksana
Peningkatan
Mengembangkan
dan
membina
kegiatan
13
standardisasi
di
Indonesia.
Badan
ini
(BPPT)
ketentuan
peraturan
perundang-
keuangan
dan
pembangunan
Menerbitkan
izin
usaha
bagi
Bursa
Berjangka,
Wakil
Penasihat
14
Berjangka
diperdagangkan
di
yang
Bursa
akan
Berjangka,
termasuk perubahannya.
Menetapkan
jumlah
maksimum
posisi
Menetapkan
Daftar
Bursa
Berjangka
yang
memerintahkan
memiliki
izin
pemeriksaan
dan
serta
di
bidang
perdagangan berjangka.
berkaitan
dengan
kegiatan
perdagangan berjangka.
peredaran
obat-obatan
dan
makanan di Indonesia.
Melaksanakan tugas pemerintahan dibidang
statistik sesuai peraturan perundang-undangan.
(BNPB)
pengarahan
mencakup
pencegahan
bencana,
peraturan
perundang-
undangan;
Menyampaikan
penanggulangan
informasi
kegiatan
bencana
kepada
masyarakat;
Melaporkan
penyelenggaraan
Menggunakan
dan
16
mempertanggungjawabkan
sumbangan/bantuan
nasional
dan
internasional;
Mempertanggungjawabkan
penggunaan
Melaksanakan
kewajiban
lain
sesuai
Geofisika (BMKG)
Membantu
Presiden
dalam
menetapkan
persetujuan
penanaman
modal
dan
serta
perizinan
melakukan
17
konstitusi negara Indonesia. Konsekuensi bentuk negara kesatuan adalah adanya pembagian
kekuasaan secara vertikal, yaitu adanya Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dalam hal
pembagian kekuasaan secara vertikal, dilakukan dengan asas otonomi, tetapi otonomi disini
bersifat relatif bukan seperti negara federal yang otonominya bersifat absolut. Kaitan dengan
pembagian kekuasaan secara vertikal, pastilah memiliki hubungan antara pemerintah pusat
dengan pemerintah daerah dalam hal kewenangan. Regulasi mengenai peraturan pemerintah
daerah sendiri sudah bergonta-ganti mulai dari orde baru sampai pasca reformasi. Sehingga
mengenai hubungan kewenangan antara pemerintah pusat dengan daerah pada setiap era itu
memiliki corak dan model yang berbeda. Hal tersebut yang menarik untuk dianalisis oleh
penulis, mengenai sejarah model hubungan kewenangan pemerintah pusat dengan daerah di
Indonesia.
Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi,
kabupaten, dan kota atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang
18
19
Model ini memberikan kebebasan pada pemerintah daerah dan pada saat yang sama tidak
mengingkari realitas negara bangsa, penekanannya adalah dengan memberikan kebebasan
bertindak pada pemerintah daerah dalam rangka kerja kekuasaan dan kewajiban yang
ditentukan. Hubungan pemerintah pusat dan daerah ditentukan oleh peraturan perundangundangan dan pengawasan dibatasi. Dalam model otonomi relative, pemerintah daerah dapat
membuat kebijakan yang dibagi dengan pemerintah pusat atau yang berbeda dari kebijakan yang
dengan pemerintah pusat atau yang berbeda dari kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah
pusat.
2. Model Agensi
Model dimana pemerintah daerah dilihat terutaa sebagai agen untuk melaksanakan
kebijakan pemerintah pusat.
3. Model Interaksi
Model ini sulit untuk ditentukan ruang lingkup kegiatan pemerintah pusat dan pemerintah
daerah, karena mereka terlibat dalam pola hubungan yang rumah dimana penekananya ada pada
pengaruh yang menguntungkan.
2.4.2. Analisis Model yang digunakan di Indonesia
1) UU No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintah di Daerah.
Secara hukum positif, termaktub dalam pasal 7 yang memiliki ketentuan : Daerah
berhak, berwewenang dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai
dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Berdasarkan hal tersebut, bahwa
jelaslah lah Konsep UU ini menggunakan model Relatif, tetapi secara pelaksanaan tidak sesuai
dengan konsep UU itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan pada era orde baru dimana kekuasaan
pemerintah pusat sangat dominan yang mengaggap pemerintah daerah sebagai pemerintah pusat
yang ada didaerah dan menjalankan fungsi perwakilan pemerintah pusat sehingga memunculkan
kesan atau memang sentralistik dalam penyelenggaraannya. Artinya secara pelaksanaan pada
era ini, menggunakan model Agensi.
20
Berdasarkan hal
tersebut, maka dapat terlihat penyelenggaraan urusan pemerintahan pusat oleh pemerintahan
daerah dilakukan menurut Asas Otonomi yang sebelumnya asas disentralisasi. Hal tersebut
menurut penafsiran penulis, asas otonomi mengandung prinsip disentralisasi dan dekonsentrasi,
sehingga hal tersebut mengakibatkan disatu sisi Model hubungan kewenangan Pemenrintah
Pusat dengan daerah itu adalah Model Relatif (Disentralisasi), tetapi disatu menggunakan
Model Agensi (dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan) hanya sebatas bidang ambtelijk recht (
Hukum Kepegawaian ) dan Program-Program pemerintah pusat.
3) UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
21
Model hubungan yang digunakan pada UU ini itu Identik sama seperti UU sebelumnya
mengenai definisi Pemerintahan Daerah, tetapi sedikit ingin mengkritisi mengenai perubahan
makna Dekonsentrasi . Secara teori dekonsentrasi diartikan sebagai disentralisasi dalam ranah
ambtelijk (kepegawaian), tetapi secara hukum positif pada UU ini, tidak menghendaki hal
tersebut. Dimana dekonsentrasi pada UU ini sangatlah luas tidak hanya dalam hal kepegawaian
saja, melainkan Urusan Pemerintah Umum yaitu urusan presiden juga termasuk kedalamnya.
Berdasarkan pembasan diatas, sejarah model hubungan kewenangan pemerintah pusat
dengan daerah memiliki suatu perubahan yang kemudian disertai dengan perkembangan. Artinya
mulai dari model agensi, menjadi model relative dengan pelaksaan agensi, menjadi lagi model
relative kembali dan terakhir penggabungan model relative dengan model agensi .
2.4.3. Hubungan Antara Pusat dan Daerah Dalam Otonomi Daerah
Hubungan antara pusat dan daerah merupakan sesuatu yang banyak diperbincangkan,
karena masalah tersebut dalam prakteknya sering menimbulkan upaya tarik-menarik kepentingan
(spanning of interest) antara kedua satuan pemerintahan . Terlebih dalam negara kesatuan, upaya
pemerintah pusat untuk selalu memegang kendali atas berbagai urusan pemerintahan sangat jelas
sekali.
Alasan menjaga kesatuan dan integritas negara merupakan salah satu alasan pemerintah
pusat
untuk
senantiasa
mendominasi
pelaksanaan
urusan
pemerintahan
dengan
mengesampingkan peran dan hak pemerintah daerah untuk ikut terlibat langsung dan mandiri
dalam rangka mengelola serta memperjuangkan kepentingan daerahnya.
Dominasi pemerintah pusat atas urusan-urusan pemerintahan telah mengakibatkan
hubungan antara pemerintah pusat dan daerah dalam negara kesatuan (eenheidstaat) menjadi
tidak harmonis atau bahkan berada pada titik yang mengkhawatirkan sehingga timbul gagasan
untuk mengubah negara kesatuan menjadi negara federal. Dengan perktaan lain, gagasan negara
federal atau negara serikat dapat dipicu oleh sentralisasi pemerintahan yang dianggap berlebihan
(a highly centralized government), di samping terdapat sebab lain seperti hubungan keuangan
antara pusat dan daerah yang dianggap kurang adil (soal prosentase) yng merugikan daerah.
Di dalam hubungan antara pusat dan daerah paling tidak ada empat faktor yang
menentukan hubungan pusat dan daerah dalam otonomi yaitu hubungan kewenangan, hubungan
22
keuangan,hubungan
pengawasan,dan
hubungan
yang timbul
dari
susunan
organisasi
pemerintahan di daerah.
a. Urusan pemerintah pusat
Pemerintahan
daerah
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan
yang
menjadi
pengembangan
koperasi,
usaha
kecil,
dan
menengah
termasuk
lintas
kabupaten/kota.
10. Pengendalian lingkungan hidup.
11. Pelayaran pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota. pelayanan kependudukan, dan catatan
sipil.
12. Pelayanan administrasi umum pemerintahan.
13. Pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kota.
14. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya
yang belum
dapat
dilaksanakan oleh
kabupaten/kota.
15. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.
24
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1.
Kesimpulan
Dalam makalah ini, penuls dapat menyimpulkan bahwa relevansi ketatanegaraan dengan
kebutuhan Negara pada saat ini masih terbilang relevan . akan tetapi masih terdapat kekurangan
didalam relevansi tersebut, yaitu masih ditemukannya tarik-menarik kepentingan (spanning of
interest) antara kedua satuan pemerintahan, serta yang paling disoroti adalah bentuk komunikasi
secara vertikal yang dilakukan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang belum
optimal. Sehingga tidak terjadi pemerataan Informasi yang dirasakan oleh pemerintah daerah
pada pemerintahan sekarang. Baik itu Informasi tentang kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah pusat maupun bentuk pengawalan pemerintah daerah terhadap perkembangan arus
globalisasi, terjadinya ketidakmerataan informasi tersebut akhirnya dirasakan oleh masyarakat,
terutama masyarakat di daerah daerah yang masih terbelakang karena peranan pemerintah
daerahnya yang tidak optimal akibat ketidak jelasan informasi dari pusat. Dari permasalahan
itulah terkadang tujuan dari kebijakan pemerintah yang dikeluarkan tidak sesuai ekspektasi yang
diharapkan oleh pemerintahan itu sendiri terhadap pembangunan Negara.
3.2.
Saran
Era reformasi memberikan harapan besar bagi terjadinya perubahan menuju
penyelenggaraan negara yang lebih tinggi. Salah satu yang sangat penting pasca perubahan
Undang-Undang Dasar 1945 adalah bertebarannya lembaga-lembaga negara mandiri (state
auxiliary agencies) dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Serta hubungan pemerintahan dari
setiap bagiannya, oleh karena itu, reformasi birokrasi dalam manajemen pemerintahan kabinet
kerja harus dilakukan. Sehingga diharapkan dapat terwujudnya tata kelola pemerintahan yang
baik, baik itu hubungan Horizontal pemerintah pusat dengan pusat maupun Hubungan Vertikal
antara pemerintah pusat dengan daerah, Sehingga terciptalah Good Governance dalam suatu
Negara.
25
DAFTAR PUSTAKA
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 1988. Sistem Administrasi Negara Republik
Indonesia (Terbitan ke-4)
SEKRETARIAT JENDRAL MPR RI. 2012. Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar
Negara Kesatuan Republik Indonesia Dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah.
Undang Undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Indra.
2012.
Susunan
Lembaga
Negara
Berdasar
UUD
1945
Amandemen.
http://indra3shs.blogspot.co.id/2012/08/susunan-lembaga-negara-berdasar-uud.html.
Diakses pada: 1 Oktober 2015, pukul 21:53 pm.
Arifin.
2012.
Lembaga-lembaga
Kenegaraan.
http://arifin-
kumpulanmakalah.blogspot.co.id/2012/10/makalah-lembaga-lembaga-kenegaraan.html.
Diakses pada: 1 Oktober 2015, pukul 22:37 pm.
Bungsu
Analisi,
2014.
Struktur
dan
Fungsi
Pemerintah
Pusat
dan
Daerah.
http://analisbungsu.blogspot.co.id/2014/03/struktur-dan-fungsi-pemerintah-pusat.html.
Diakses pada: 2 Oktober 2015, 11.15 am.
Chocho, Dian. 2013. PENGERTIAN, FUNGSI, DAN ASAS PEMERINTAHAN DAERAH.
http://dianchocho.blogspot.co.id/2013/04/pengertian-fungsi-dan-asas-pemerintahan.html.
Diakses pada: 2 Oktober 2015, 11.15 am.
Ufa Anita Afrilia. 2010. Susunan Organisasi Negara Tingkat Daerah Kabupaten/Kota.
http://uvacreamy.blogspot.co.id/2010/11/susunan-organisasi-negara-tingkat.html. Diakses
pada: 2 Oktober 2015 pukul 20.23 pm.
26
Nurul
H.
Piousslanky.
2012.
Struktur
Organisasi
Pemerintah
Tingkat
Kabupaten.
Rosiana.
2014.
Struktur
Organisasi
Daerah.
Web:
Pemerintahan
Indonesia.
2015.
Sistem
Pemerintahan
Indonesia.
Web:
Pemerintahan
Indonesia.
2013.
Sistem
Pemerintahan
Indonesia
2013.
Hubungan
Pemerintah
Pusat
Dan
Daerah.
Web:
https://gtmulyono.wordpress.com/materi-pkn/hubungan-pemerintah-pusat-dan-daerah/.
Diakses pada: 3 Oktober 2015 pukul 08.35 am.
Murad
Maulana.
2013.
Daftar
Lembaga
Pemerintah
Non
Kementerian.
http://www.muradmaulana.com/2013/12/daftar-lembaga-pemerintah-non.html.
Web:
Diakses
27
2013.
PEMERINTAH
PUSAT
DAN
DAERAH.
Web:
http://azekekarora.blogspot.co.id/2013/11/pemerintahan-pusat-dan-daerah.html.
Diakses
Pemerintah
daerah
di
Indonesia.
Web:
28