Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Penyakit parkinson (PP) masuk kedalam urutan kedua terbanyak dari
antara kelompok penyakit neurodegeneratif lainnya sesudah penyakit Alzheimer
(AD), amiotrofik lateral sklerosis (ASL), penyakit Huntington (HD), serta
multiple sklerosis. Penyakit parkinson pertama sekali ditemukan oleh James
Parkinson (1755-1824), seorang dokter dari Inggris pada tahun 1817.1
Penyakit parkinson adalah suatu kelainan fungsi otak yang disebabkan oleh
proses degeneratif progresif sehubungan dengan proses menua di sel-sel
substansia nigra pars compacta (SNc) dan karakteristik ditandai dengan tremor
waktu istirahat, kekakuan otot dan sendi (rigidity), keterlambanan gerak dan
bicara (bradikinesia) dan instabilitas posisi tegak (postural instability). Prevalensi
penyakit parkinson di Amerika Serikat berkisar 1% jumlah penduduk, meningkat
dari 0,6 pada usia 60-64 tahun menjadi 3,5% pada umur 85-89 tahun. Penyakit
parkinson dapat mengenai semua usia, tapi lebih sering pada usia lanjut. Dengan
perawatan yang baik penderita penyakit parkinson dapat bertahan hidup dengan
baik lebih dari 20 tahun. Penyakit parkinson dimulai perlahan, tidak disadari, dan
secara berangsur-angsur memburuk. Gejala seperti tremor waktu istirahat awalnya
hanya muncul kadang-kadang, menjadi memberat dan menetap saat ada stres fisik
maupun psikis.2
Penyebab penyakit parkinson sampai saat ini belum diketahui dengan
pasti, tetapi beberapa penelitian terhadap anak kembar monozigot menunjukkan
bahwa terdapat faktor genetik yang mendasari terjadinya penyakit parkinson.
Faktor lain yang juga menjadi penyebab proses degenerasi ini antara lain proses
menua otak, stres oksidatif, terpapar pestisida/herbisida atau anti jamur cukup
lama, infeksi, kafein, alkohol, trauma kepala, depresi dan merokok.2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Penyakit Parkinson merupakan 80% dari kasus-kasus Parkinsonism.
Terdapat dua istilah yang harus dibedakan yaitu Penyakit Parkinson dan
Parkinsonism.2
Penyakit Parkinson adalah bagian dari Parkinsonism yang secara patologis
ditandai oleh degenerasi ganglia basalis terutama substansia nigra pars compacta
disertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik yang disebut Lewy bodies.
Parkinsonism adalah suatu sindrom yang ditandai oleh tremor waktu istirahat,
kekakuan, bradikinesia dan hilangnya refleks postural akibat penurunan kadar
dopamin dengan berbagai macam sebab. Sindrom ini sering disebut sebagai
Sindrom Parkinson.2
2.2 KLASIFIKASI
Sindrom Parkinson diklasifikasikan sebagai berikut:2
a). Primer atau idiopatik:2
- Penyebab tidak diketahui
- Sebagian besar merupakan Penyakit Parkinson
- Ada peran toksin yang berasal dari lingkungan
- Ada peran faktor genetik, bersifat sporadis
b). Sekunder atau akuisita:2
- Timbul setelah terpajan suatu penyakit /zat
- Infeksi dan pasca infeksi otak (ensefalitis)
- Terpapar kronis oleh toksin seperti
1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6-
bertekanan normal.
c). Sindrom Parkinson Plus:2
Gejala Parkinson timbul bersama gejala neurologi lain seperti : progressive
supraneural palsy, multiple system atrophy, cortical-basal ganglionic
frontotemporal
pada
kromosom
17q21, X-linked
dystonia
II
III
IV
postural.
Disabilitasnya jelas, berjalan terbatas tanpa bantuan, lebih
cenderung jatuh.
Hanya berbaring atau duduk di kursi roda, tidak mampu
berdiri/berjalan meskipun dibantu, bicara tidak jelas, wajah tanpa
Tungkai/kaki
-
Kepala / muka
-
10
2. Rigiditas1
Leher
-
Susah menoleh
Susah menelan
Suara mengecil
Lengan
-
Tungkai
-
Gambar 5. Adalah ilustrasi penderita penyakit parkinson oleh Sir William Richard
Gowers diambil dari A Manual Of Diseases of the Nervous System, tahun 1886.
3. Bradikinesia/Akinesis1
Muka
-
Lengan
-
Badan
11
Tungkai
4.
-
Pemeriksaan radiologik
CTScan, MRI, Spektroskopi, Positron Emission Tomography, CTScan, MRI
biasanya normal: PET bisa mendeteksi perubahan di substasia nigra.
Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan ini tidak informatif untuk PP.
Pemeriksaan laboratorium
Darah, urine, tergantung pada indikasi.
2.7 PENATALAKSANAAN PENYAKIT PARKINSON
12
A. TERAPI MEDIKAMENTOSA
Ada 6 macam obat utama yang dipergunakan untuk penatalaksanaan penyakit
parkinson, yaitu:2, 4
1. Obat yang mengganti dopamin (Levodopa, Carbidopa)
Obat ini merupakan obat utama, hampir selalu digunakan untuk terapi penyakit
parkinson. Di dalam badan levodopa akan diubah sebagai dopamin. Obat ini
sangat efektif untuk menghilangkan gejala karena langsung mengganti DA
yang produksinya sangat menurun akibat degenerasi substansia nigra pars
compacta. Efek samping obat ini antara lain: mual, dizziness, muntah, hipotensi
postural, dan konstipasi. Obat ini juga mempunyai efek samping jangka lama
yaitu munculnya diskinesia (gerakan involunter yang tidak dikehendaki seperti
13
sebagai kombinasi dengan levodopa atau agonis dopamin. Efek samping obat
yang paling menonjol mengakibatkan mengantuk.2
6. Penghambat Catechol 0-Methyl Transferase/COMT (Tolcapone, Entacapone)
Ini merupakan obat yang masih relatif baru, berfungsi menghambat degradasi
dopamin oleh enzim COMT dan memperbaiki transfer levodopa ke otak. Mulai
dipakai sebagai kombinasi levodopa saat efektivitas levodopa menurun.
Diberikan bersama setiap dosis levodopa. Obat ini dapat memperbaiki
fenomena on-off, memperbaiki kemampuan aktivitas kehidupan sehari-hari
(AKS). Efek samping obat berupa gangguan terhadap fungsi hati, sehingga
perlu diperiksa tes fungsi hati secara serial pada penggunanya. Obat ini juga
menyebabkan perubahan warna urin menjadi merah orange.2
15
B. TERAPI PEMBEDAHAN
Sebagian besar penderita penyakit parkinson memperbaiki kualitas
hidupnya dengan terapi medikamentosa seperti tersebut di atas, tetapi ada juga
yang tidak dapat dikendalikan dengan obat, terutama efek fluktuasi motorik
(fenomena on-off). Pada saat on penderita dapat bergerak dengan mudah,
terdapat perbaikan pada gejala tremor dan kekakuannya. Pada saat off penderita
akan sangat sulit bergerak, tremor dan kekakuan tubuhnya meningkat. Periode
off adakalanya muncul sejak awal pemberian levodopa dan tak dapat diatasi
dengan meningkatkan dosis, kejadian tersebut ini disebut wearing off. Pemakai
lama levodopa sering terkena efek samping obat berupa munculnya gejala
diskinesia. Wearing off dan diskinesia yang terjadi pada penderita penyakit
parkinson kadang-kadang tidak dapat dikontrol dengan terapi medikamentosa dan
memerlukan terapi pembedahan.2
Ada beberapa prosedur pembedahan yang dikerjakan untuk penderita penyakit
parkinson, yaitu:2
1. Terapi ablasi lesi di otak
Termasuk dalam kategori ini adalah thalamotomy dan pallidotomy. Pada
prosedur ini dokter bedah melakukan penghancuran di pusat lesi di otak dengan
menggunakan kauterisasi. Tidak ada instrumen apapun yang dipasang di otak
setelah penghancuran tersebut. Efek operasi ini bersifat permanen seumur hidup,
dan sangat tidak aman untuk melakukan ablasi di kedua tempat tersebut.
Pembedahan thallamic saat ini secara umum diterima untuk terapi definitif
penderita tremor esensial, dan tidak lagi diterima sebagai terapi pada penyakit
parkinson.2
2. Terapi stimulasi otak dalam (deep brain stimulation, DBS)
Pada operasi ini dokter bedah menempatkan semacam elektroda pada
beberapa pusat lesi di otak yang dihubungkan dengan alat pemacunya yang
dipasang di bawah kulit dada seperti alat pemacu jantung. Pada prosedur ini tidak
ada penghancuran lesi di otak, jadi relatif aman. Prosedur ini termasuk baru
sehingga belum ada data mengenai efek samping.2
3. Tranpantasi otak (brain grafting)
16
Prosedur ini menggunakan graft sel otak janin atau autologous adrenal.
Teknik operasi ini sering terbentur pada bermacam hambatan seperti ketiadaan
donor, kesulitan prosedur baik teknis, maupun perijinan. Namun hasil-hasil
penelitian terhadap penderita yang telah menjalani prosedur ini memberikan
harapan baik bagi penyembuhan penyakit parkinson.2
TERAPI REHABILITASI
Rehabilitasi penderita penyakit sangat penting. Tanpa terapi rehabilitasi
penderita PP akan kehilangan kemampuan aktivitas fungsional kehidupan seharihari. Latihan yang diperlukan penderita penyakit parkinson meliputi latihan
fisioterapi, okupasi, dan psikoterapi.2
DAFTAR PUSTAKA
17
1.
2.
3.
4.
5.
18