Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Aborsi adalah kematian dan pengeluaran janin dari uterus baik secara spontan
atau disengaja sebelum usia kehamilan 22 minggu. Jumlah minggu kehamilan yang
spesifik dapat bervariasi antar Negara, begantung pada perundangan setempat.
Menurut Potter&Perry (2010), setengah dari kehamilan di Amerika Serikat
adalah tidak direncanakan; sebagian besar kehamilan yang tidak direncanakan terjadi
pada remaja, wanita berusia di atas 40 tahun, dan wanita Afrika-Amerika yang
berpenghasilan rendah. Hampir setengah dari kehamilan yang tidak diharapkan berakhir
dengan aborsi.
Sementara itu, kendati dilarang, baik oleh KUHP, UU, maupun fatwa MUI atau
majelis tarjih Muhammadiyah, praktik aborsi (pengguguran kandungan) di Indonesia
tetap tinggi dan mencapai 2,5 juta kasus setiap tahunnya dan sebagian besar dilakukan
oleh para remaja. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pendidikan tentang sex dan
pergaulan bebas serta dampaknya, baik dari segi kesehatan maupun social kepada
masyarakat khususnya remaja. Selain itu, pengawasan orang tua juga memiliki peran
yang sangat penting dalam menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti kehamilan
yang tidak diinginkan yang merupakan akibat dari pergaulan bebas tersebut yang tidak
sedikit berakhir dengan tindakan aborsi.
Aborsi atau pengguguran kandungan seringkali identik dengan hal-hal negatif
bagi orang-orang awam. Bagi mereka, aborsi adalah tindakan dosa, melanggar hukum
dan sebagainya. Namun, sebenarnya tidak semua aborsi merupakan tindakan yang
negatif karena ada kalanya aborsi dianjurkan oleh dokter demi kondisi kesehatan ibu
hamil yang lebih baik.
Dalam kasus aborsi yang dianjurkan dokter, perawat tak hanya sebagai conselor
atau peran dan fungsi perawat yang lain, tetapi juga dapat menjalankan prinsip dan asas
etik keperawatan yang ada untuk membantu pasien menghadapi pilihan yang telah
dipilih (aborsi). Selanjutnya, dalam makalah ini kami akan membahas tentang aborsi
beserta dampaknya sekaligus peran orang tua untuk menghindari hal-hal tersebut
B.
1.
2.
3.
4.
5.
Tujuan Umum
Mengetahui definisi aborsi
Mengetahui faktor yang mendorong terjadinya aborsi
Mengetahui dampak aborsi
Mengetahui contoh kasus aborsi yang terjadi di Indonesia
Mengetahui menanggapi kasus yang ada berdasarkan prinsip dan asas etik
keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi
Aborsi adalah kematian dan pengeluaran janin dari uterus baik secara spontan
atau disengaja sebelum usia kehamilan 22 minggu. Jumlah minggu kehamilan yang
spesifik dapat bervariasi antar Negara, begantung pada perundangan setempat.
B.
Jenis Aborsi
Klasifikasi abortus atau aborsi berdasarkan dunia kedokteran, yaitu:
1.
Abortus spontanea
Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung tanpa
tindakan/pengeluaran janin secara spontan sebelum janin dianggap mampu bertahan
hidup. Aborsi ini dibedakan menjadi 3 yaitu :
a)
Abortus imminens, pada kehamilan kurang dari 20 minggu terjadi perdarahan dari
uterus atau rahim, dimana janin masih didalam rahim, serta leher rahim belum melebar
(tanpa dilatasi serviks).
b)
Abortus insipiens, berarti bahwa kehamilan mustahil untuk dilanjutkan. Seringkali
terdapat pendarahan per vagina hebat karena area plasenta yang luas terlepas dari
dinding uterus
c)
Abortus inkompletus, keluarnya sebagian organ janin yang berusia sebelum 20
minggu, namun organ janin masih tertinggal didalam rahim
d)
Abortus kompletus, semua hasil konsepsi(pembuahan) sudah di keluarkan. Hal ini
cenderung terjadi pada usia delapan minggu pertama kehamilan.
2.
Aborsi buatan/ sengaja/ Abortus Provocatus Criminalis adalah pengakhiran
kehamilan sebelum usia kandungan 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram
sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si
pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak).
3.
Aborsi terapeutik / Abortus Provocatus therapeuticum adalah pengguguran
kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang
sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung
yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang
dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak
tergesa-gesa.
C.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Perspektif sosiokultural dan agama
9.
Tingkat pendidikan tentang seksual dan kesehatan reproduksi rendah
10. Kurangnya kesadaran masyarakat akan dampak dari aborsi yang tidak aman
D.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Resiko Aborsi
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan
seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia
tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang. Ini adalah informasi yang sangat
menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena
tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.
Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:
Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko
yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku Facts of Life
yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu:
Kematian mendadak karena pendarahan hebat
Infeksi serius disekitar kandungan
Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat
pada anak berikutnya.
Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
Kanker hati (Liver Cancer)
Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.
Beresiko menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)
Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
Resiko gangguan psikologis
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi
kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak
yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai Post-Abortion Syndrome
(Sindrom Pasca-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam Psychological
Reactions Reported After Abortion di dalam penerbitan The Post-Abortion Review
(1994).
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal
seperti berikut ini:
Kehilangan harga diri
Merasa diasing di masyarakat
Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi
Ingin melakukan bunuh diri
Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang
Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual
Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi
perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya. Rasa
bersalah tersebut dapat menyebabkan stres psikis atau emosional, yaitu stres yang
disebabkan karena gangguan situasi psikologis (Hidayat, 2007).
E.
1.
2.
3.
4.
F.
1)
2)
1.
2.
3.
4.
5.
Selain hal-hal tersebut di atas, ada beberapa hal penting yang dapat dilakukan
oleh orang tua, yaitu sebagai berikut :
1.
Memberikan pendidikan sex dini yang sesuai kepada anak-anaknya
2.
Melakukan pengawasan terhadap pergaulan anak-anaknya
3.
Menanamkan moral dan etika yang baik untuk menghindari hal-hal yang melanggar
aturan/hukum, baik di masyarakat bahkan di dalam Negara.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Aborsi adalah kematian dan pengeluaran janin dari uterus baik secara spontan
atau disengaja sebelum usia kehamilan 22 minggu atu sebelum janin diberi kesempatan
untuk hidup.
Aborsi merupakan tindakan yang melanggar hukum dan tidak dibenarkan dalam
kondisi apapun kecuali untuk kemaslahatan si ibu. Hal ini sudah di atur dalam hokum
Negara.
Aborsi memiliki dampak yang sangat berbahaya bagi seorang yang
melakukanya, baik dari segi kesehatan maupun sosial. Selain itu aborsi yang tidak
memenuhi syarat dan tidak dilakukan oleh ahlinya dapat mengakibatkan komplikasikomplikasi yang sangat berbahaya bahkan dapat menyebabkan kematian.
B.
Saran
Seorang tenaga medis harus lebih sering memberikan pendidikan kesehatan
khususnya tentang aborsi dan dampaknya terhadap kesehatan sehingga masyarakat
dapat pengetahuan dan memiliki persepsi yang benar akan hal tersebut dan diharapkan
dapat menurunkan angka kejadian aborsi baik secara legal maupun illegal
DAFTAR PUSTAKA
Msruroh dan Mudzakkir, 2009. Panduan Lengkap Kebidanan dan Keperawatan.Merkid Press.
Yogyakarta
Syafrudin dan Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Tiar, Estu dkk. 2011. Manajemen Aborsi Inkomplet. Modul Kebidanan/WHO, Edisi 2. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Sumber online
Aborsi.org. 2004. Resiko Aborsi. Alamat : http://www.aborsi.org/resiko.htm.
Kompas.com.2012. Mahasiswa
Aborsi
Pakai
Pil
Sakit
Kepala. Alamat
:http://megapolitan.kompas.com/read/2012/05/03/15561555/Mahasiswi.Aborsi.Pakai.Pi
l.Sakit.Kepala.