You are on page 1of 16

LAPORAN PRAKTIKUM SANITASI PENGOLAHAN PANGAN

DAN K3 Uji Sanitasi Udara dan Ruangan dan


Uji Sanitasi Pekerja Pengolahan Pangan

Disusun Oleh :
Kelompok 2
1.

Astri Yaniansah

2013349026

2.

Irnawati Agustin

2013349059

3.

Rany Siti Nurbani

2013349062

4.

Hilda Oktora

2013349-----

JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS SAHID JAKARTA
2014

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................i
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
Uji Sanitasi Udara dan Ruangan.....................................................................................1
Uji Sanitasi Pekerja Pengolahan Pangan........................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................3
2.1 Sanitasi Udara dan Ruangan.....................................................................................3
2.2 Sanitasi Jari Tangan..................................................................................................5
2.3 Sanitasi Rambut.......................................................................................................5
BAB III..............................................................................................................................6
METODE...........................................................................................................................6
3.1 Alat dan Bahan.........................................................................................................6
3.2 Cara Kerja................................................................................................................6
3.2.1 Uji Kontaminasi Udara..........................................................................................6
3.2.2 Uji Sanitasi Meja...................................................................................................6
3.2.3 Uji Kebersihan Tangan..........................................................................................6
3.2.4 Uji Kontaminasi dari Rambut................................................................................6
BAB IV..............................................................................................................................7
HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................................7
4.1 Hasil.........................................................................................................................7
4.2 Pembahasan..............................................................................................................7
BAB IV..............................................................................................................................8
SIMPULAN.......................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................9

Universitas Sahid Jakarta

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Uji Sanitasi Udara dan Ruangan
Udara di dalam suatu ruangan dapat merupakan sumber kontaminasi
udara. Udara tidak mengandung mikroflora secara alami, akan tetapi kontaminasi
dari lingkungan sekitar mengakibatkan udara mengandung berbagai
mikroorganisme, misalnya debu, air, proses aerasi, dari penderita yang mengalami
infeksi saluran pencernaan dan dari ruangan yang digunakan untuk fermentasi.
Mikroorganisme yang terdapat dalam udara biasanya melekat pada bahan padat,
misalnya debu atau terdapat dalam droplet air (Volk dan Whleer, 1984).
Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan
akan tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Misalnya bakteri
termogenesis menimbulkan panas di dalam media tempat ia tumbuh. Bakteri dapat
pula mengubah pH dari media tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan
secara kimia (Lay, 1992).
Udara mengandung campuran gas-gas yang sebagian besar terdiri dari
Nitrogen (N2) 23%, Oksigen (O2) 21 % dan gas lainnya 1%. Selain gas juga
terdapat debu, kapang, bakteri, khamir, virus dan lain-lain. Walaupun udara bukan
medium yang baik untuk mikroba tetapi mikroba selalu terdapat di udara. Adanya
mikroba disebabkan karena pengotoran udara oleh manusia, hewan, zat-zat
organik dan debu. Jenis-jenis mikroba yang terdapat di udara terutama jenis
Bacillus subtilis dapat membentuk spora yang tahan dalam keadaan kering
(Pelczar, 1988).
Sanitasi merupakan persyaratan yang mutlak bagi industri pangan sebab
sanitasi berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap mutu pangan dan daya
awet produk serta nama baik atau citra perusahaan (Betty dan Een, 2011).
Uji Sanitasi Pekerja Pengolahan Pangan
Produk pangan dapat diterima oleh konsumen apabila memiliki kualitas
yang baik. Kualitas pangan yang baik dapat dicapai dari sumber produksi yang
memperhatikan higien dan sanitasi dari hulu sampai dengan hilir. Selain proses
produksi yang baik, juga harus ditunjang oleh penanganan dan pengolahan. Setiap
produk pangan harus memiliki kualitas yang baik dan memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia tahun 2000.
Universitas Sahid Jakarta

Salah satu sumber kontaminasi mikroorganisme dalam suatu produk


pangan adalah pekerja yang terlibat dalam proses pengolahannya. Sanitasi pekerja
meliputi kebersihan tangan, rambut dan pakaian. Bakteri yang sering terdapat
pada kulit diantaranya bakteri pembentuk spora dan Staphilococci, sedangkan
pada rambut terutama adalah Staphilococci dan jamur. Suatu survey menunjukan
bahwa 43-97% tangan pekerja terdapat bakteri Staphilococci, koliform, dan
Enterococci. Manusia yang sehat merupakan sumber potensial mikroba-mikroba
seperti Staphylococcus aureus, Salmonella, Clostridium perfringens dan
streptococci dari kotoran. Kebiasaan tangan dari pkerja pengelola makanan
mempunyai andil besar dalam peluang melakukan perpindahan kontaminasi dari
manusia ke makanan. Kebiasaan tangan ini dikaitkan dengan pergerakanpergerakan tangan yang tidak disadari seperti menggaruk kulit, menggosok
hidung, merapihkan rambut, menyentuh atau ,erapa pakaian dan hal-hal lain yang
serupa.
Penanganan pangan dapat menyebarkan bakteria penyebab penyakit. Fakta
manusia sebagai sumber utama kontaminasi pangan. Tangan, rambut, pernafasan
dan keringat dapat mengkontaminasi makanan, dapat juga dari batuk dan bersin
dapat menyebarkan mikroorganisme penyebab penyakit. Penyebaran melalui
kotoran hewan dan manusia pleh pekerja sebagai sumber potensial untuk
menyebarkan bakteri patogen terhadap pangan.

Universitas Sahid Jakarta

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sanitasi Udara dan Ruangan
Mikroba di udara bersifat sementara dan beragam. Udara bukanlah suatu
medium tempat mikroorganisme tumbuh tetapi merupakan pembawa bahan
partikulat debu dan tetesan cairan, yang kesemuanya ini mungkin dimuati
mikroba. Mikroorganisme yang terdapat di udara biasanya melekat pada bahan
padat mikro misalnya debu atau terdapat di dalam droplet / tetesan air. Jika di
dalam suatu ruangan banyak terdapat debu dan cair, maka mikroba yang
ditemukan di dalamnya juga bermacam-macam; termasuk bakteri, kapang ataupun
khamir.
Mikroorganisme udara dapat diuji secara kuantitatif menggunakan agar
cawan yang dibiarkan terbuka selama beberapa waktu tertentu di dalam ruangan
tersebut atau dikenal dengan Metoda Cawan Terbuka. Semakin banyak bakteri,
maka bakteri yang menetap pada cawan semakin banyak. Kemudian cawan
tersebut diinkubasi selama 48 jam.
Kelompok mikroba yang paling banyak terdapat di udara bebas adalah
bakteri, jamur (termasuk di dalamnya ragi) dan juga mikroalge. Kehadiran jasad
hidup tersebut di udara, ada yang dalam bentuk vegetatif (tubuh jasad) ataupun
dalam bentuk generatif (umumnya spora). Kelompok mikroba yang paling banyak
ditemukan sebagai jasad hidup yang tidak diharapkan kehadirannya melalui udara,
umumnya disebut jasad kontaminan (hal ini mengingat apabila suatu
benda/substrat yang ditumbuhinya dinyatakan sebagai substrat yang
terkontaminasi). Adapun kelompok mikroba yang termasuk dalam jasad
kontaminan antara lain adalah:
1. Bakteri: Bacillus, Staphylococcus, Pseudomonas, Sarcina dan sebagainya.
2. Jamur: Aspergillus, Mucor, Rhizopus, Penicillium, Trichoderma, dan
sebagainya.
3. Ragi: Candida, Saccharomyces, Paecylomyces, dan sebagainya.
Jumlah dan macam mikroorganisme dalam suatu volume udara bervariasi
sesuai dengan lokasi, kondisi cuaca, dan jumlah orang yang ada. Juga, ditentukan
oleh sumber pencemaran di dalam lingkungan, misalnya dari laju ventilasi,
padatnya orang, kegiatan orang-orang yang menempati ruangan tersebut, saluran
pernapasan manusia yang disemprotkan melalui batuk, bersin, dan bahkan saat
bercakap-cakap. Lalu, partikel-partikel debu yang terkandung dalam tetes-tetes
cairan berukuran besar dan tersuspensikan, dan dalam inti tetesan yang
terbentuk bila titik-titik cairan berukuran kecil menguap. Organisme yang

Universitas Sahid Jakarta

memasuki udara dapat terangkut sejauh beberapa meter atau beberapa kilometer;
sebagian segera mati dalam beberapa detik, sedangkan yang lain dapat bertahan
hidup selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan lebih lama lagi.
Pencegahan kehadiran mikroba baik secara fisik ataupun kimia yang dapat
dilakukan, yaitu: Secara fisik dengan penggunaan sinar-sinar bergelombang
pendek (umumnya sinar UV) sebelum dan sesudah tempat dipergunakan, ataupun
dengan cara penyaringan udara yang dialirkan ke dalam tempat atau ruangan
tersebut. Secara kimia dengan penggunaan senyawa-senyawa yang bersifat
membunuh mikroba, baik dalam bentuk larutan alkohol (55-75%), larutan
sublimat, larutan AMC (HgCl2 yang diasamkan), dan sebagainya.
Pada ruangan, hal yang penting untuk diperhatikan adalah lantai, dinding,
dan langit-langit. Lantai yang licin dan dikonstruksi dengan tepat, mudah
dibersihkan. Sedangkan lantai yang kasar dan dapat menyerap, sulit untuk
dibersihkan. Lantai yang terkena limbah cairan misalnya dari alat pemasakan dan
tidak ditiriskan dengan baik dapat menjadi tempat penyediaan makanan bagi
bakteri dan serangga. Dinding dan langit-lngit yang kasar dapat membawa bakteri
seperti Staphylococcus aureus. Lantai, dinding, dan langit-langit yang
konsturksinya buruk, jauh lebih sulit untik dijaga sanitasinya. Akan tetapi, struktur
yang licin pun dapat menjadi sumber kontaminan yang tidak diinginkan bila tidak
dibersihkan dan dipelihara secara teratur dan efektif.

2.2 Sanitasi Jari Tangan


Bakteri pada tangan bisa dari debu alat-alat, kontaminasi pangan, baju,
atau daerah badan. Pekerja menggunakan sanitaiser untuk mengurangi
kontaminasi. Sarung tangan plastik sebagai solusi yang digunakan industri
membantu mencegah perpindahan bakteri patogen dari jari dan tangan terhadap
pangan. Pencucian tangan yang benar adalah tangan dibasahi dibawah air hangat
yang mengalir, tangan diberi busa dan digosok dengan baik-baik paling sedikit 15
detik. Selanjutnya dibilas dan dikeringkan dengan handuk kertas.
2.3 Sanitasi Rambut
Bakteri terutama Staphylococcus selalu hadir pada rambut pekerja
sehingga para pekerja diwajibkan menggunakan penutup kepala sebelum
penanganan pangan (Norman, G.M 1999). Rambut dari kepala, muka atau lengan,
walaupun kadang-kadang terkontaminasi oleh Staphylococcus aureus dan bakteri
lain, bukan merupakan sumber kontaminasi utama mikroba pada makanan.
Penanganan, menyisir dan pengikatan rambut mungkin akan memindahkan

Universitas Sahid Jakarta

mikroba lebih banyak pada makanan melalui tangan dari pada rambut yang
terjatuh kedalam makanan. Akan tetapi, adanya rambut dalam makanan tidak
disukai. Oleh karena itu penggunaan tutup kepala (topi atau jala) dianjurkan
(Betty 1999).

Universitas Sahid Jakarta

BAB III
METODE
3.1 Alat dan Bahan
Alat :
o
o
o
o
o
o
o

Cawan Petri ukuran besar


Cawan petri ukuran kecil
Bunsen
Pinset
Inkubator
Timbangan
Erlenmeyer 250 ml

Bahan :
Alkohol teknis 70 %
Air
Media NA, PDA, PCA, EMB dan VJA

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Uji Kontaminasi Udara
Siapkan 2 cawan
berisi media NA &
PDA

Cawan diletakkan
secara terpisah pada
ruang Mikrobiologi

Cawan ditutup dan


diinkubasikan pada
suhu 30C selama 23 hari

Biarkan cawan
dalam posisi media
terbuka selama 30
menit

Hitung rata-rata
koloni yang tumbuh
pada masing-masing
cawan

Universitas Sahid Jakarta

3.2.2 Uji Sanitasi Meja

Siapkan 2 cawan
petri besar &
cawan petri kecil
(tanpa tutup) berisi
media PCA

Cawan kecil
diletakkan dengan
posisi terbalik
pada meja yang
belum dibersihkan
selama 4 detik

Lakukan hal yang


sama pada meja
yang telah
dibersihkan
dengan
desinfektan

Hitung koloni yang


tumbuh pada
masing-masing
cawan

Inkubasi pada suhu


30C selama 2-3
hari

Letakkan kembali
cawan kecil ke
dalam cawan petri
besar & ditutup

3.2.3 Uji Kebersihan Tangan


Siapkan masingmasing 1 cawan
berisi media PCA,
VJA & EMB

Cuci tangan dengan


air bersih dan
keringkan

Cawan ditutup dan


inkubasi pada suhu
30C selama 2-3 hari

Letakkan 3 jari
tangan kanan pada
masing-masing
media

Amati pertumbuhan
bakteri pada masingmasing cawan

Universitas Sahid Jakarta

3.2.4 Uji Kontaminasi dari Rambut


Siapkan 2 cawan
berisi media NA &
PDA

Cawan diletakkan
secara terpisah pada
ruang Mikrobiologi

Cawan ditutup dan


diinkubasikan pada
suhu 30C selama 23 hari

Biarkan cawan
dalam posisi media
terbuka selama 30
menit

Hitung rata-rata
koloni yang tumbuh
pada masing-masing
cawan

Universitas Sahid Jakarta

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Hasil

Tabel 1. Hasil Pengamatan Pada Uji Sanitasi Udara dan Ruangan


Jumlah Koloni

Perlakuan / Tempat Uji

PDA

NA

Blangko (Ruangan)

Ruangan Lab. Mikrobiologi

27

PCA (before)

PCA (after)

TBUD

TBUD

Tempat Uji
Meja Praktikum

Densitas bakteri di Udara = Jumlah koloni per cawan NA x 60menit/


30 ment x 133 inc2/ luas cawan (inc2)
= 27 x 60 menit/30 menit x 144 inc2/ (3,14x1,75x1,75) inc2
= 808,31
Densitas Kapang-Khamir di Udara = Jumlah koloni per cawan PDA x
60menit/ 30 ment x 133 inc2/ luas cawan (inc2)
= 2 x 60 menit/30 menit x 144 inc2/ (3,14x1,75x1,75) inc2
= 59,87
Unit Koloni per 100 cm2 = Jumlah rata-rata koloni per cawan x 100/
Luas cawan (cm2)
= TBUD
Tabel 2. Hasil Pengamatan Pada Uji Pekerja
Perlakuan
Tangan dicuci dengan air
kran mengalir.
Rambut

4.2

Jumlah Koloni
PDA

NA

EMB

VJA

PCA

TBUD

Pembahasan
Mikroorganisme berdasarkan pengaruh hidupnya terhadap kehidupan
manusia terbagi menjadi dua yaitu mikroorganisme pathogen dan
mikroorganisme non-pathogen. Mikroorganisme pathogen adalah
mikroorganisme yang keberadaannya akan bersifat merugikan bagi
kehidupan manusia. Kerugian yang dapat disebabkan akibat

Universitas Sahid Jakarta

10

mikroorganisme pathogen ini salah satunya adalah sebab timbulnya


penyakit seperti tipes, diare dan sebagainya. Sedangkan mikroorganisme
non-pathogen adalah mikroorganisme yang keberadaannya tidak merugikan
bahkan dapat bersifat menguntungkan bagi manusia.
Mikroorganisme banyak terdapat diudara, air, tanah maupun beberapa
tempat lainnya yang mengandung nutrisi baginya untuk tumbuh. Selain dari
segi nutrisi, pertumbuhan dari mikroorganisme juga turut dipengaruhi oleh
faktor lingkungan berupa suhu, kelembaban dan cahaya.
Prosedur pengujian sanitasi udara adalah dengan cara penyiapan dua
buah cawan petri yang diberi media tumbuh yang berbeda. Satu cawan petri
diisi dengan media NA sedangkan yang lainnya diisi dengan media PDA.
Perbedaan jenis media ini bertujuan untuk menumbuhkan mikroorganisme
yang berbeda. NA digunakan untuk menumbuhkan bakteri sedangkan PDA
untuk menumbuhkan kapang dan khamir. Setelah pengisian media tersebut
kemudian cawan petri ditutup kembali dan media dibiarkan membeku.
Apabila media tersebut telah membeku, tutup cawan petri dibuka dan
dibiarkan pada ruangan tertentu selama 30 menit. Hal ini dilakukan untuk
membiarkan mikroorganisme yang ada pada udara dapat menempel pada
media agar dan tumbuh. Setelah 30 menit, dilakukan inkubasi selama 2 hari
dengan suhu 30C. Apabila masa inkubasi selesai dilakukan perhitungan
jumlah koloni mikroorganisme pada masing-masing cawan petri dan
dilakukan perhitungan densitas.
Dari percobaan Uji Sanitasi Udara dan Ruangan yang telah dilakukan,
diperoleh hasil pertumbuhan 2 Koloni Kapang-Khamir pada media Potato
Dekstrose Agar (PDA) dan 27 koloni bakteri pada media Nutrient Agar
(NA), sedangkan pada blangko agar tidak ditumbuhi mikroba. Hal ini
membuktikan bahwa di dalam lingkungan /udara masih terdapat
mikroorganisme yang merupakan kontaminan pada pengolahan pangan.
Lingkungan/udara menjadi sumber terjadinya kontaminasi namun mikroba
ini tidak tetap jumlahnya dan dapat dengan cepat berpindah karena sifatnya
yang ringan.
Seperti yang dijelaskan Pelczar, Mikroorganisme asal udara dapat
terbawa partikel debu, dalam tetes-tetes cairan berukuran besar dan
tersuspensikan hanya sebentar, dan dalam inti tetesan yang terbentuk bila
titik-titik cairan berukuran kecil menguap. Organisme yang memasuki udara
dapat terangkut sejauh beberapa meter bahkan kilometer Sebagian segera
mati dalam beberapa detik, sedangkan yang lain dapat hidup selama
berminggu-minggu, berbulan-bulan atau lebihlama lagi. Nasib akhir
mikroorganisme asal udara diatur oleh seperangkat rumit keadaan di

Universitas Sahid Jakarta

11

sekelilingnya, termasuk keadaan atmosfer, kelembaban, cahaya matahari


dan suhu, ukuran partikel yang membawa mikroorganisme, ciri-ciri
mikroorganisme terutama kerentanan terhadap keadaan fisik di atmosfer.
Pada Pengujian Sanitasi Meja dengan Metode Rodac diperoleh hasil
pertumbuhan koloni yang sangat banyak, tidak bisa untuk dihitung (TBUD).
Hasil ini ditemukan pada media agar yang belum dibersihkan dan setelah
dibersihkan menggunakan desinfektan (alkohol 70 %) Hal ini dapat
disebabkan pada meja terdapat kontaminasi mikroorganisme yang sangat
banyak karena walaupun telah dibersihkan menggunakan desinfektan
hasilnya tetap sama. Selain itu alkohol yang digunakan sebagai desinfektan
kurang efektif membunuh mikroba yang dapat disebabkan sudah mengalami
penurunan kadar alkoholnya (sifatnya mudah menguap). Faktor lain yang
dapat menyebabkan hal ini adalah pengamatan perhitungan jumlah koloni
yang dilakukan sudah melebihi waktu 3 hari sehingga mikroba yang tumbuh
pada media Plate Count Agar (PCA) menjadi lebih banyak.
Desinfektan adalah suatu bahan kimia yang dipakai untuk mencegah
pertumbuhan mikroorganisme melalui suatu mekanisme kerja tertentu.
Desinfektan ditujukan untuk mikroorganisme yang terdapat pada bendabenda mati seperti: gedung, kandang, feses, dan peralatan (Joklik et al.,
1984; Chatim dan Suhato, 1994).
Mekanisme penghancuran
mikroorganisme oleh desinfektan dilakukan dengan jalan merusak struktur
dinding sel, mengubah permeabilitas membran sel, mengadakan perubahan
molekul-molekul protein dan asam nukleat, menghambat kerja enzim atau
dapat pula dengan cara menghambat sintesa asam nukleat dan protein.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kerja desinfektan antara lain
konsentrasi dan jenis bahan (Pelczar dan Chan, 1998)
Untuk Pengamatan pada Uji Sanitasi Pekerja, pada Uji Kebersihan
Tangan diperoleh Hasil TBUD pada media Plate Count Agar (PCA)
sedangkan pada media VJA tidak ada pertumbuhan Staphylococcus yang
membentuk koloni berwarna hitam, dan pada media EMB juga tidak
ditumbuhi koloni koliform. Hasil TBUD dapat disebabkan karena
perhitungan jumlah koloni yang dilakukan sudah melebihi waktu 3 hari
selain itu Media PCA merupaka media pertumbuhan mikroorganisme yang
umum digunakan, sering juga disebut Standard Method Agar yang dapat
ditumbuhi tidak hanya oleh Bakteri dan Fungi, termasuk diantaranya
protozoa & virus.
Higiene pekerja yang menangani makanan sangat penting peranannya
dalam mencegah perpindahan penyakit ke dalam bahan makanan.
Persyaratan bagi pekerja yang penting adalah : (1) Kesehatan yang baik;

Universitas Sahid Jakarta

12

untuk mengurangi kemungkinan pekerja menjadi tempat penyimpanan


bakteri patogen, (2) Kebersihan; untuk mengurangi kemungkinan
penyebaran bakteri oleh pekerja, (3) Kemauan untuk mengerti tentang
sanitasi; merupakan persyaratan agar program sanitasi berjalan dengan
efektif (Jenie, 1989).
Pada Uji Kontaminasi dari rambut diperoleh pertumbuhan 3 koloni
hanya pada media Nutrient Agar (NA), hal ini menunjukkan hasil
kontaminasi hanya pada pertumbuhan koloni bakteri yang dapat disebabkan
kontaminasi pada udara saat akan diletakkan pada media agar karena sampel
rambut sebelumnya diletakkan di meja kerja. Namun tidak ada pertumbuhan
jamur karena pada media PDA tidak ada koloni yang tumbuh.
Mikroorganisme yang sering terdapat pada kulit misalnya bakteri
pembentuk spora dan stapilokoki, sedangkan pada rambut sering terdapat
kapang. Suatu penelitian menunjukkan bahwa manusia dapat mengeluarkan
10 sampai 100 mikroorganisme hidup setiap menit, dimana jumlah dan
jenisnya tergantung lingkungan disekitarnya. Suatu survei menunjukkan
bahwa 43 sampai 97 persen pegawai yang bekerja pada berbagai industri
pengolahan pangan merupakan pembawa stapilokoki, koliform fekal dan
enterokoki pada tangannya (Faridaz, 1989).

Universitas Sahid Jakarta

13

BAB IV
KESIMPULAN
Pada pengujian Sanitasi Udara dan Ruangan dieroleh hasil, jumlah koloni
bakteri pada media Nutrien Agar sebanyak 27 koloni sedangkan pada media
Potato Dekstrose Agar sebanyak 2 koloni Jumlah koloni pada Uji Sanitasi Meja
diperoleh hasil pertumbuhan koloni tidak bisa untuk dihitung (TBUD)
Pada pengujian Sanitasi Pekerja Pengolahan Pangan, diperoleh hasil
pertumbuhan 3 koloni pada media Nutrient Agar (Uji Kontaminasi dari Rambut)
sedangkan pada media Potato Dekstrose Agar tidak ada pertumbuhan Pada Uji
Kebersihan Tangan diperoleh hasil TBUD pada media PCA sedangkan pada
media lainnya, VJA & EMB tidak ada pertumbuhan koloni.

Universitas Sahid Jakarta

14

DAFTAR PUSTAKA
Fardiaz, S. dan Jenie B. S. L., 1989. Uji Sanitasi Dalam Industri Pangan. PAU
Pangan dan Gizi IPB. Bogor.
Hidayat, N. 2006. Mikrobiologi Industri. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikrobiologi Jilid I. CV Yrama
Widya. Bandung.
Jenie, B. S.L., 1989. Sanitasi Dalam Industri Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB.
Bogor.
Joklik, W. K., H. P. Willent, and D.B. Amos. 1984. Zinsser Microbiology. 18th Ed.
Appeleton Century Crafts. New York. 233-243.
Pelczar, MJ dan Chan, ECS. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid I. Penerbit UI
Press. Jakarta.

Universitas Sahid Jakarta

You might also like