Professional Documents
Culture Documents
A24120101
Yustia Yulianti
A24120103
Widyanarko P. Utomo
A24120104
Ubaidillah
A24120106
Paneesuda Roopdee
A2414____
Asisten:
Halida Adistya P
A24110037
Yefta Dimas K
A24110107
Dosen Praktikum
Dr. Dewi Sukma SP, MSi.
BUDIDAYA GLADIOL
14
18
24
AKLIMATISASI ANGGREK
33
PEMUPUKAN ANGGREK
38
HIBRIDISASI ANGGREK
46
LAPORAN PRAKTIKUM
MK. TANAMAN HIAS DAN BUNGA (AGH343)
Oleh
Bayu Pradana Putra
A24120101
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kacapiring (Gardenia jasminoides Ellis), merupakan salah satu
tanaman perdu dari suku kopi-kopian, memiliki bunga berwarna putih dan
harum. Tanaman ini juga dikenal dengan nama binomial Gardenia
jasminoides yang berarti "seperti melati," walaupun tidak ada hubungannya
dengan
Pada
umumnya
bunga
kacapiring
bagian-bagian
vegetatif
tanaman
induk.
Bagian-bagian
tanaman yang biasa digunakan adalah batang, cabang, akar daun dan pucuk
(Rochiman dan Harjadi, 1973). Salah satu perbanyakan tanaman secara
vegetatif yaitu stek. Stek merupakan cara pembiakan tanaman dengan
menggunakan bagian vegetatif yang dipisahkan dari induknya, dimana
apabila ditanam pada kondisi yang menguntungkan stek akan berkembang
menjadi suatu tanaman yang sempurna dengan sifat yang sama dengan
pohon induk dimana stek vegetatif diambil (Soerianegara dan Djamhuri,
1979). Tingkat perkembangan jaringan tanaman, umur tanaman dan
MST
1
14.5
12.5
10.5
18
16.5
11.5
14
15
11.5
8
2
15.3
3
4
16.9
17.4
MATI
MATI
MATI
16.5
17
16
16.8
MATI
16.2
16.5
12.6
13.9
10
10.7
18.9
16.5
15.9
16.5
12.5
8.6
MST
1
4
4
2
4
1
0
2
3
4
3
2
3
2
1
1
2
4
4
3
3
MATI
MATI
MATI
1
0
MATI
3
4
2
4
4
1
0
3
4
3
KESIMPULAN
Stek batang merupakan salah satu pembiakan secara vegetatif yang
mudah dilakukan, namun banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan
melakukan stek batang sehingga dalam aplikasinya, dibutuhkan ketelitian,
kehati hatian serta pemahaman yang cukup. Beberapa faktor yang
LAPORAN PRAKTIKUM
MK. TANAMAN HIAS DAN BUNGA (AGH343)
Oleh
Bayu Pradana Putra
A24120101
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman hias merupakan tanaman yang berfungsi untuk menambah
nilai keindahan suatu ruang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia
semakin meningkat sejalan dengan kesadaran masyarakat yang
membutuhkan lingkungan hidup yang indah dan nyaman. Oleh karena itu,
perlu diupayakan suatu cara untuk mendapatkan tanaman yang berkualitas
baik dan berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. Tanaman hias yang
umum dikenali masyarakat diantaranya yaitu mawar, melati, anggrek, sedap
malam, dan yang lainnya. Seiring dengan perkembangan zaman, konsumen
cenderung bosan dengan tanaman hias yang sudah umum tersebut.
Konsumen lebih menyukai tanaman hias yang unik dan tak biasa. Semakin
unik suatu tanaman, maka harganyapun semakin mahal.
Cabai yang umum diketahui masyarakat merupakan salah satu
tanaman pangan, namun cabai juga dapat dijadikan tanaman hias. Tanaman
cabai hias merupakan salah satu tanaman hias buah yang biasa ditanam
dalam pot, dan dapat berfungsi sebagai tanaman hias dalam ruangan
maupun di luar ruangan (Setiadi, 2002). Selain itu cabai hias juga dapat
dikonsumsi bahan makanan maupun sebagai bahan hiasan makanan.
Tanaman cabai hias memiliki harga yang cukup mahal karena keunikannya.
Tanaman cabai hias dapat dinikmati segi estetikanya baik dari
bagian daun, bunga maupun buahnya (Hessayon, 1993). Penanaman cabai
sebagai tanaman hias mempunyai tujuan yang berbeda dengan penanaman
cabai untuk produksi pangan. Cabai sebagai tanaman hias harus mempunyai
kualitas yang dapat menambah keindahan. Kualitas yang diharapkan
diantaranya ialah mempunyai tinggi tanaman yang proporsional dengan pot,
mempunyai banyak cabang sehingga tanaman terlihat lebih rimbun,
mempunyai banyak buah sebagai daya tarik tanaman hias buah, dan
mempunyai keragaan yang disukai oleh konsumen.
Tujuan
Mengetahui cara budidaya cabai hias yang baik agar diperoleh
tanaman yang berkualitas.
MST
1
8.5
9
11
9.5
8.5
2
9.8
11
13.2
12.4
3
12.5
18.8
19
17
MATI
4
15.5
20.5
21.2
22.2
MST
1
11
10
10
11
10
2
13
14
15
15
3
16
14
17
19
MATI
4
18
14
26
30
kebun atau lapang. Volume tanah dalam pot sangat kecil sehingga sangat
membatasi sistem perakaran, persediaan hara, dan pemberiaan air yang sering
dapat menyebabkan pencucian nitrat dan hara lainnya. Oleh sebab itu tanah
dalam pot ditingkatkan kesuburannya dengan pemakaian bahan organik.
KESIMPULAN
Persemaian pada sistem budidaya cabai hias bertujuan untuk
meminimalkan benih cabai mati di lapang karena benih yang baru
berkecambah belum mampu untuk beradaptasi dengan lingkungan di
lapang. Pemindahan bibit ke media tanam umumnya dilakukan pada saat
tanaman berusia 4 minggu setelah semai. Cabai hias membutuhkan
lingkungan yang optimal untuk tumbuh baik, oleh karena itu diperlukan
sistem budidaya yang baik dan terencana hingga tanaman cabai hias yang
diperoleh berkualitas dan berharga tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Edmond, J. B., A. M. Musser, F. S. Andrews. 1957. Fundamentals of
Horticulture. McGraw Hill Book co. Inc. New York. 476 p.
Hessayon, D. G. 1993. The House Plant Expert. 5th. Transworld Pub Ltd.
Auckland. 256 p.
Setiadi. 2002. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta. 168 hal.
LAPORAN PRAKTIKUM
MK. TANAMAN HIAS DAN BUNGA (AGH343)
BUDIDAYA GLADIOL
Oleh
Bayu Pradana Putra
A24120101
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Industri tanaman hias merupakan salah satu industri yang tidak
ada matinya, setiap tanaman hias memiliki penggemarnya sendiri.
Gladiol (Gladiolus hybridus L.) merupakan salah satu komoditas tanaman
hias yang mempunyai potensi untuk dikembangkan secara luas, karena
mempunyai nilai estetika dan ekonomi yang cukup tinggi serta cukup
diminati masyarakat. Keunggulan tanaman gladiol dibandingkan tanaman
hias lain adalah tanaman gladiol akan berbunga relatif singkat yaitu 60 90 hari setelah tanam, ukuran bunganya yang relatif besar sehingga
membuatnya eye catching dan pantas dibeli, di dataran tinggi dapat
ditanam di lahan terbuka tanpa menggunakan naungan atau rumah
plastik, serta memberi keuntungan usahatani yang memadai. Kesegaran
bunga potong gladiol juga dapat bertahan lama yaitu berkisar antara 510 hari (Amirullah dan Andi, 2012).
Saat ini budidaya tanaman gladiol masih sedikit dan terbatas
hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri saja, sehingga
diperlukan peningkatan budidaya baik sistem budidayanya maupun
kuantitas tanaman yang dibudidayakan sehingga tanaman yang dihasilkan
memiliki kualitas dan kuantitas yang tinggi. Kultivar gladiol yang
dibudidayakan oleh petani awalnya merupakan kultivar-kultivar
introduksi dari Belanda yang sudah berlangsung puluhan tahun sehingga
beberapa kultivar disebut kultivar lokal. Volume pemasaran di kota-kota
besar telah mencapai 127.200 tangkai per minggu, dan akhir-akhir ini
permintaan bunga potong meningkat rata-rata 10 % per tahun (Ameriana
dan Rahmat, 1991). Kebutuhan pasar yang meningkat dan harga yang
tinggi merupakan faktor yang dapat merangsang petani untuk dapat
mengembangkan usaha tani gladiol. Namun, masalah dalam
pengembangan gladiol di Indonesia adalah terbatasnya kultivar yang
digunakan oleh petani (Badriah dan Permadi, 2000).
Tujuan
Menerapkan cara budidaya tanaman gladiol yang baik dan benar
untuk mendapatkan produksi bunga yang optimal.
TANAMA
N
1
1
8.9
2
13.3
3
53.2
4
74.6
5
97.9
27
60.5
68.5
81.4
97.5
3
4
5
17.6
25.3
22.6
48
58.3
53.5
61
70.4
71.5
95.7
77.2
88
100
94
92
6
107
100.
5
109
100
100
1
3
2
3
2
2
2
3
3
4
2
4
MST
4
10
7
9
6
10
3
4
3
6
3
6
5
10
7
12
9
12
6
10
7
12
9
15
MST
1
1
1
1
1
0
2
2
1
2
1
2
3
2
1
2
1
2
4
2
1
2
1
2
5
2
1
2
1
2
6
2
1
2
1
2
LAPORAN PRAKTIKUM
MK. TANAMAN HIAS DAN BUNGA (AGH343)
Oleh
Yustia Yulianti
A24120103
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sedap malam merupakan tanaman hias yang populer di
masyarakat. Bentuk bunganya indah dan harum sehingga disukai oleh
masyarakat pedesaan maupun pekotaan. Bunga sedap malam poyong
tidak hanya dijumpai di rumah-rumah, akan tetapu juga di gedunggedung petemuan, hotel-hotel berbintang bahkan rumah sakit.
Keharuman bunga ternyata mampu mengobati stres, sehingga mendorong
berkembangnya penyembuhan penyakit dengan aroma terapi. Selain
digunakan sebagai bunga potong, sedap malam banyak dimanfaatkan
sebagai bunga tabur dan bahan baku industri minyak atsiri (Suyanti,
2012).
Sejalan dengan tingginya variasi manfaat, permintaan sedap
malam juga terus meningkat. Pada hari Raya Idul Fitri, Natal, Imlek, dan
hari besar lainnya, permintaan sering tidak terpenuhi. Hal ini terbukti
dengan tingginya volume penjualan bunga sedap malam di pasar Rawa
Belong, Jakarta. Pada tahun 1999, volume penjualan bunga sedap malam
selama bulan Januari-Maret sebesar 294,005,300 tangkai da menduduki
urutan ketiga setelah bunga aster Holand dan gladiol (Badan Pusat
Statistik, 1999). Kondisi demikian merupakan peluang bagi petani untuk
mengusahakan sedap malam secara optimal.
Sedap malam berbunga tunggal dan semi ganda lebih cocok
ditanam di dataran rendah dengan elevensi di bawah 50 m dpl. Sedap
malam berbunga ganda cocok ditanam di daerah dengan elevensi di atas
100 m sampai 600 m dpl. Bila sedap malam berbunga tunggal dan semi
ganda ditanam di dataran sedang, maka bunga yang dihasilkan akan
memiliki tangkai bunga yang agak panjang, tidak kokoh dan kurang kekar
serta malai bunga agak panjang dan bagian ujung malai terkulai dengan
jumlah kuntum bunga lebih sedikit. Kualitasnya menjadi jelek dan tidak
layak untuk dijual (Sihombing dan Handayati, 2008).
Tanah dibersihkan dari gilma dan dicangkul sampai halus.
Kemudian dibuat bedengan dengan lebar 100 cm, tinggi 30 cm dan
panjang tergantung luas lahan. Setiap bedengan terdiri dari tiga baris
tanaman. Pupuk dan pemupukan : Pupuk kandang dapat berupa kotoran
ayam, kuda, domba atau kompos yang telah matang (siap pakai). Dosis
sebanyak 20 sampai 30 ton/ha atau 2 3 kg per m2. Pupuk kandang
ditaburkan merata setelah bedengan dibuat dan ditutup dengan tanah
pada saat merapikan bedengan (1 minggu sebelum tanam). Pemberian
pupuk kandang berikutnya dilakukan dengan interval 5 6 bulan. Pupuk
NPK diberikan sebulan setelah tanam atau diperkirakan akar pada umbi
telah tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga pupuk yang
diberikan dapat diserap langsung oleh tanaman. Dosis pupuk sebayak 200
kg/ha atau 200g/m2. Pemberian pupuk NPK berikutnya dilakukan dengan
interval 3 bulan. Selain itu, pupuk daun dapat juga disemprotkan sesuai
dengan dosis anjuran dengan interval 2 minggu (Sihombing dan
Handayati, 2008).
Tujuan
Mengenalkan
beberapa
jenis
tanaman
bedengan
mempraktekkan pertanaman dan pemeliharaan tanaman bedengan.
dan
50
45
40
35
30
cm
25
20
15
10
5
0
Minggu 1 Minggu 2
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
Minggu 6
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
Minggu 6
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 1999. Statistik Perdagangan Luar Negeri Impor.
Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Balithi. 2008. Budidaya dan Perbanyakan Umbi Sedap Malam. Balai
Penelitian Tanaman Hias. Cianjur.
Sihombing, D., W. Handayati. 2008. Budidaya Bunga Sedap Malam Roro
Anteng. Tabloid Sinar Tani. Jawa Timur.
Suyanti. 2002. Teknologi pascapanen bunga sedap malam. Jurnal. Litbang
Pertanian. 21(1):24-31
LAPORAN PRAKTIKUM
MK. TANAMAN HIAS DAN BUNGA (AGH343)
Oleh
Yustia Yulianti
A24120103
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mawar (Rosa hybrida L.) merupakan salah satu komoditas tanaman
hias yang populer dan banyak dibudidayakan di Indonesia. Santika (1996)
menyatakan bahwa tanaman hias ini diminati banyak konsumen,
memiliki nilai ekonomi tinggi, dapat dibudidayakan secara komersial dan
terencana sesuai dengan permintaan pasar. Berdasarkan kegunaan,
mawar dikelompokkan ke dalam mawar bunga potong, mawar tanam,
mawar tabur dan mawar bahan kosmetik. Selain sebagai tanaman hias,
tanaman mawar mempunyai banyak fungsi antara lain sebagai bahan
makanan dan minuman, obat pewangi, sarana peralatan tradisional,
agama dan upacara kenegaraan, serta pengindah tata lingkungan. Sentra
penanaman tanaman mawar di daerah Jawa Timur salah satunya
terdapat di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Dalam teknik
budidaya terdapat banyak perbedaan antar petani sehingga tiap petani
tidak sama dalam memperoleh hasil dan kualitas bunga (Rukmana, 1995).
Mawar juga merupakan tanaman tahunan yang termasuk genus
Rosa dan kelas Dicolylodonae. Tanaman ini merupakan salah satu
komoditas tanaman hias yang popular dan sudah sejak lama
dibudidayakan serta diusahakan di Indonesia karena memiliki nilai
ekonomi yang tinggi. Berdasarkan kegunaannya bunga mawar dapat
dikelompokkan menjadi beberapa kelompok antara lain: mawar tabur
yang biasa disuling karena diambil minyak atsirinya, bunga hias atau
bunga potong dan mawar pot atau mawar taman. Bunga mawar sebagai
bunga potong umumnya ditanam di ekoregion dataran tinggi (Purbiati et
al., 2004).
Mawar memiliki prospek ekonomi yang cukup menjanjikan,
terbukti dengan adanya kegiatan perdagangan bunga mawar baik sebagai
bunga potong, bunga pot maupun karangan bunga. Saat ini tingkat
permintaan konsumen penggemar bunga, khususnya pada hari-hari
seperti hari raya keagamaan, valentine dan perayaan kenegaraan
semakin bertambah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2009)
produksi mawar di Indonesia tahun 1997- 2008 sangat berfluktuatif.
Produksi Mawar pada tahun 1997 mencapai 123.439.324 tangkai dan
tahun 1998 turun menjadi 63.291.838 tangkai. Produksi turun hingga
mencapai 39.131.608 tangkai pada tahun 2008, dan meningkat lagi
hingga mencapai 60.191.362 tangkai pada tahun 2009. Meskipun
demikian, mawar tetap menjadi tanaman unggulan nasional.
Pada saat ini sudah banyak sekali pemanfaatan medium tanam,
baik dari bahan organik maupun anorganik, seperti arang sekam, serbuk
gergaji, sekam padi, pakis, batu bata dan lain sebagainya. Penggunaan
medium campuran arang sekam dan tanah dapat meningkatkan
ketersediaan unsur hara dalam medium tanam, menjaga kelembaban
serta memperbaiki aerase dan drainase. Pemupukan perlu dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman untuk pertumbuhan
dan perkembangannya. Pemupukan yang tepat dan benar akan
Tujuan
Mengetahui istilah-istilah dosis dan konsentrasi serta cara konversi
dari satu satuan ke satuan lainnya, dan mengetahui pengaruh perlakuan
pemupukan dari beberapa konsentrasi yang berbeda terhadap karakter
kuantitatif tanaman.
No Karakter
Kuantitatif
1. Tinggi
2. Jumlah daun
3. Jumlah bunga
4. Diameter
tajuk
5. Diameter
bunga
Tabel
mawar
33,22
32,27
33,02
35,32
0,40
0,63
2,96
1,27
1,37
mawar
No Karakter
Kuantitatif
Minggu 1 Minggu 2 Minggu3 Minggu 4 Minggu 5
1. Tinggi
31,87
33,67
35,32
38,00
38,00
2. Jumlah daun
45,40
51,90
66,70
72,80
85,00
3. Jumlah bunga
0,00
0,40
4,70
0,90
2,00
4. Diameter tajuk
33,35
32,80
34,50
36,70
37,30
5. Diameter
bunga
0,00
0,63
3,40
1,48
1,23
Praktikum ini melakukan pemupukan pada tanaman mawar. Pupuk
yang digunakan adalah pupuk NPK Mutiara 16:16:16. Pemupukan
100
150 mg=937 mg/L
16
100
300 mg=1,875 mg/ L
16
P0
15.00
P1
10.00
P2
5.00
0.00
Minggu 1 Minggu 2 Minggu3
Minggu 4 Minggu 5
tinggi yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan P1. Hal tersebut kurang
sesuai dengan literatur dimana Wuryaningsih et al, (1994) menyatakan
bahwa nitrogen memberikan pengaruh yang paling besar dan cepat
dibandingkan P dan K, terutama dalam merangsang pertumbuhan di atas
tanah. Hampir pada seluruh tanaman nitrogen merupakan pengatur dari
penggunaan kalium, fosfor dan penyusunan lainnya. Jenis dan dosis
pupuk yang dianjurkan untuk tanaman mawar yaitu 90-135 kg N, 400 kg
P2O5, 120 kg K2O/hektar/tahun. Dosis tersebut setara dengan 200-300
Urea, 840 kg SP-36 dan 250 kg KCl/hektar/tahun. Waktu pemberian
pupuk sebaiknya pada saat sebelum berbunga, sedang berbunga dan
setelah kuntum bunga menjadi layu (Rukmana,1995).
120.00
100.00
80.00
60.00
P0
P1
40.00
P2
20.00
0.00
Minggu 1
Minggu 2
Minggu3
Minggu 4
Minggu 5
5.00
4.50
4.00
3.50
3.00
2.50
2.00
1.50
P0
P1
P2
1.00
0.50
0.00
Minggu 1
Minggu 2
Minggu3
Minggu 4
Minggu 5
45.00
40.00
35.00
30.00
25.00
cm 20.00
P0
15.00
P1
10.00
P2
5.00
0.00
Minggu 1 Minggu 2 Minggu3
Minggu 4 Minggu 5
2.00
P0
1.50
P1
1.00
P2
0.50
0.00
Minggu 1 Minggu 2 Minggu3
Minggu 4 Minggu 5
DAFTAR PUSTAKA
Rukmana, R. 1995. Mawar. Kanisius. Yogyakarta.
Purbiati, T., Yuniarti, Darliah, N.S. Samayanti, D. Sulistyowati. 2004.
Karakterisasi varietas unggul bunga mawar potong Pergiwo dan
Pergiwati. J. Agrosains. 6 (2): 64-69.
Biro Pusat Statistik. 2009. Riau Dalam Angka. Badan Pusat Stastik.
Provinsi Riau. Pekanbaru.
Wuryaningsih,S., T. Sutater dan A. Supriyadi. 1994. Kerapatan tanaman
dan pemupukan N pada bunga mawar. Buletin Penelitian Tanaman
Hias. 2(1): 91-101.
Lakitan, B. 2001. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Tjitrosoepomo, G. 2001. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Santika, A. 1996. Arah dan Strategi Penelitian Tanaman Hias Untuk
Menunjang Sistem Usaha Pertanian Berwawasan Agribisnis.
Seminar Penelitian Tanaman Hias. Balai Penelitian Tanaman Hias.
Jakarta.
Tejawarsana, R., I.B. Rahardjo. 2009. Pengaruh formula pupuk dan jarak
tanam terhadap hasil dan kualitas bunga mawar potong. Balai
Penelitian Tanaman Hias. J. Hortikultura. 19 (3) : 287-293.
LAPORAN PRAKTIKUM
MK. TANAMAN HIAS DAN BUNGA (AGH343)
AKLIMATISASI ANGGREK
Oleh
Yustia Yulianti
A24120103
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura
yang mempunyai peranan penting dalam pertanian, khususnya tanaman
hias. Warna bunganya yang beragam, bentuk dan ukurannya yang unik
serta vase life yang panjang membuat anggrek memiliki nilai estetika
tinggi dan daya tarik tersendiri dibandingkan tanaman hias lainnya.
Anggrek banyak diminati oleh konsumen baik dari dalam maupun luar
negeri (Gustin, 2010). Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang
luar biasa, salah satunya adalah anggrek, diperkirakan sekitar 5000 jenis
spesies anggrek tersebar di wilayah Indonesia, khususnya potensi genetis
untuk menghasilkan anggrek silangan yang memiliki nilai komersial tinggi
(Wardani et l., 2013).
Usaha untuk memperoleh tanaman anggrek dengan jumlah yang
banyak dalam waktu yang relatif singkat (rapid multiplication) dapat
dilakukan melalui kultur in vitro. Diharapkan dengan teknik kultur in
vitro maka permasalahan ketergantungan pada bibit impor yang selama
ini terjadi di Indonesia dapat diatasi, apalagi setelah dikeluarkannya
kebijakan pemerintah mengenai pembatasan impor bibit atau tanaman
anggrek pada tahun 2005. Perbedaan faktor lingkungan antara habitat
asli dan habitat pot atau antara habitat kultur jaringan dengan habitat
pot memerlukan penyesuaian agar faktor lingkungan tidak melewati
batas kritis bagi tanaman. Penyesuaian terhadap iklim pada lingkungan
baru yang dikenal dengan aklimatisasi (BI, 2012).
Aklimatisasi merupakan proses adaptasi tanaman asal in vitro yang
sebelumnya di tumbuhkan di dalam botol kultur dengan suplai media
yang lengkap. Aklimatisasi juga merupakan proses pengkondisian planlet
atau tunas mikro (jika pengakaran dilakukan secara ex vitro) di
lingkungan baru yang aseptik di luar botol, dengan media tanah, atau
pakis sehingga planlet dapat bertahan dan terus menjadi benih yang siap
ditanam di lapangan (Yusnita, 2004).
Bibit anggrek yang dikembangkan menggunakan metode kultur
jaringan telah banyak diproduksi dan dipasarkan dalam kemasan botol.
Pemeliharaan bibit ini menjadi tanaman dewasa masih menemukan
banyak permasalahan terutama pada fase aklimatisasi, yaitu pemindahan
bibit dari lingkungan aseptik dalam botol ke lingkungan non aseptik.
Disamping kemungkinan tanaman sangat sensitif terhadap serangan hama
dan penyakit, tanaman ini masih memiliki aktifitas autotrofik yang masih
rendah, sulit mensintesa senyawa organik dari unsur hara anorganik
(Adiputra, 2009).
Tujuan
Meningkatkan keterampilan dalam melakukan aklimatisasi dan
meningkatkan presentase keberhasilan bibit anggrek yang tetap hidup.
1
50
0
10
0
2
50
0
3
49
1
MST
4
5
46 46
4
4
100
98
92
92
6
46
4
7
46
4
8
46
4
9
46
4
92
92
92
92
KESIMPULAN
Aklimatisasi merupakan tahapan yang sangat penting dalam kultur
jaringan karena pada tahap inilah planlet hasil kultur jaringan akan
beradaptasi baik secara morfologi maupun fisiologi untuk dapat hidup di
lapang. Percobaan ini memberikan gambaran bahwa aklimatisasi
bukanlah suatu hal yang bisa dilakukan dengan begitu saja, diperlukan
ketelitian dan pengetahuan yang baik agar dapat berhasil. Dari sejumlah
planlet yang diaklimatisasi, sebagian besar memiliki daya tumbuh yang
tinggi (dapat dikatakan bahwa tingkat adaptasi tanaman terhadap
lingkungan di luar botol kultur adalah baik). Kematian planlet pada
umumnya disebabkan oleh respirasi planlet yang tinggi yang
menyebabkan planlet layu dan mati.
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra, I. G. 2009. Aklimatisasi Bibit Angrek pada Awal
Pertumbuhannya di Luar Kultur Jaringan. Universitas Hindu
Indonesia. Denpasar.
BI. 2012. Bunga Potong. http://www.bi.go.id [25 Mei 2015].
Gustin, A. Purwito, D. Sukma. 2010. Budidaya anggrek Phalaenopsis:
Produksi anggrek Phalaenopsis untuk ekspor di PT Ekakarya Graha
Flora, Cikampek, Jawa Barat. Makalah Seminar. Bogor.
Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB.
Wardani, Sri., H. Setiadodan, S. Ilyas. 2013. pengaruh media tanam dan
pupuk daun terhadap aklimatisasi anggrek Dendrobium
(Dendrobium sp.). Jurnal Ilmu Pertanian KULTIVAR: 11-18.
Yusnita. 2004. Kultur Jaringan: Cara Memperbanyak Tanaman secara
Efisien. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
LAPORAN PRAKTIKUM
MK. TANAMAN HIAS DAN BUNGA (AGH343)
PEMUPUKAN ANGGREK
Oleh
Widyanarko P. Utomo
A24120104
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Anggrek merupakan tanaman hias yang mempunyai nilai estetika tinggi.
Bentuk, warna, keragaman jenis dan keawetan bunganya menjadi daya tarik
tersendiri dari spesies tanaman tersebut sehingga banyak diminati oleh
konsumen baik dari dalam maupun luar negeri (Santi, 1992). Di Indonesia, jenis
anggrek
yang
banyak
dibudidayakan
adalah
Dendrobium
sp.
Silangan
hara
untuk
pertumbuhan,
perkembangan
dan
merangsang
hingga
akhir
masa
yang
dilakukan
HASIL
oleh kelompok
merupakan
percobaan
Minggu 0
No.
Bulb baru Bulb
Pot
muda
1
0
2
0
3
0
4
2
5
0
Bulb tua
2
2
1
1
1
2
1
3
4
3
daun
5
8
6
9
12
keiki
0
1
0
0
2
tinggi tanaman
(cm)
29,5
23,3
26,7
29,6
25,4
Minggu 1
No.
Bulb baru Bulb
Pot
muda
1
0
2
0
3
1
4
2
5
0
Minggu 2
No.
Bulb baru Bulb
Pot
muda
1
0
2
0
3
1
4
2
5
0
Minggu 3
No.
Bulb baru Bulb
Pot
muda
1
0
2
0
3
1
4
2
5
0
Minggu 4
No.
Bulb baru Bulb
Pot
muda
1
0
2
0
3
1
4
2
5
0
Minggu 5
No.
Bulb baru Bulb
Pot
muda
1
0
2
0
3
1
4
2
5
0
Bulb tua
2
2
1
1
1
2
1
3
4
3
Bulb tua
2
2
1
1
1
2
1
3
4
3
Bulb tua
2
2
1
1
1
2
1
3
4
3
Bulb tua
1
2
1
1
3
3
1
4
4
3
Bulb tua
1
2
1
1
3
3
1
4
4
3
daun
keiki
5
8
6
7
12
daun
keiki
4
8
6
6
10
daun
4
8
6
6
10
0
0
0
0
2
tinggi tanaman
(cm)
29,5
23,3
26,7
29,6
25,4
keiki
5
8
6
7
12
daun
0
0
0
0
2
tinggi tanaman
(cm)
29,5
23,3
26,7
29,6
25,4
keiki
5
8
6
7
12
daun
0
0
0
0
2
tinggi tanaman
(cm)
29,5
23,3
26,7
29,6
25,4
tinggi tanaman
(cm)
0
0
0
0
2
keiki
30
23,6
27,4
30,5
25,4
tinggi tanaman
(cm)
0
0
0
0
2
30
23,8
27,4
30,5
25,8
Minggu 6
No.
Bulb baru Bulb
Pot
muda
1
0
2
0
3
1
4
3
5
1
Bulb tua
1
2
1
2
3
daun
3
1
4
4
3
keiki
4
8
5
6
9
0
1
0
0
2
tinggi tanaman
(cm)
30,2
24
27,8
31
26
Berdasarkan
diketahui
grafik
bahwa
sampai
pertumbuhan
6,
dapat
Grafik 5.
jumlah keiki
6. Perkembangan
Pertumbuhan vegetative
tanaman
vegetative
tanaman anggrek secara umum dapat dianggap memiliki laju yang sangat
lambat dalam kondisi tanpa pemupukan. Berdasarkan grafik 6. dapat dilihat
bahwa selama 6 minggu pengamatan, semua tanaman anggrek tidak mengalami
pertambahan panjang yang melebihi dari 1 cm, bahkan sebagian tanaman
seolah mengalami periode stagnasi, atau bahkan lebih cenderung mengarah ke
tahap senesens.
PEMBAHASAN
Anggrek
selalu
membutuhkan
makanan
untuk
mempertahankan
kelangsungan hidupnya seperti tanaman lainnya dalam hal ini yaitu pemupukan.
Unsur-unsur yang dibutuhkan yaitu unsur makro dan unsur mikro. Semua unsur
tersebut harus selalu tersedia di dalam media tanam anggrek (Iswanto, 2005).
pertumbuhan vegetatif
pada vase
vegetatif, hal ini dapat dimengerti karena pupuk yang diberikan dapat
mensuplai ketersediaan hara, yang dilepaskan dari pupuk sehingga dapat
menjaga atau memenuhi kebutuhan tanaman selama pertumbuhan.
KESIMPULAN
Tanaman anggrek budidaya perlu untuk diberikan asupan nutrisi tambahan
melalui pemupukan agar pertumbuhan dan perkembangan tanaman anggrek
dapat menjadi lebih baik. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat
diketahui bahwa respon pertumbuhan dan perkembangan tanaman anggrek
yang tidak dipupuk akan sangat lambat, dan justru akan lebih cepat menuju ke
fase penuaan jaringan/organ.
DAFTAR PUSTAKA
Ayub, P. 2007. Panduan budi daya dan perawatan anggrek. Agromedia. Depok.
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2009. Produksi tanaman hias di
indonesia. http://www. bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=
1&id_subyek=55¬ab=8 > [12 Mei 2015].
Dirdjopranoto, S. 2001. Pertumbuhan bibit hibrida Dendrobium dalam kompot,
interaksi kerapatan tanaman dan kadar pupuk daun Universitas
Janabadra. Yogyakarta.
Ginting, B., W. Prasetio dan T. Sutater. 2001. Pengaruh cara pemberian air,
media
dan
pemupukan
terhadap
anggrek
Dendrobium.
Jurnal
Terhadap
Pemberian
Paclobutrazol
dan
Pupuk
LAPORAN PRAKTIKUM
MK. TANAMAN HIAS DAN BUNGA (AGH343)
HIBRIDISASI ANGGREK
Oleh
Widyanarko P. Utomo
A24120104
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan pusat keanekaragaman genetik beberapa jenis
anggrek yang berpotensi sebagai tetua untuk menghasilkan varietas baru
anggrek bunga potong, seperti Dendrobium, Vanda, Arachnis, dan
Renanthera, maupun sebagai tanaman pot, seperti Phalaenopsis dan
Paphiopedilum. Prospek tanaman anggrek dianggap masih sangat cerah
untuk dikembangkan. Namun potensi ini belum dimanfaatkan secara
proporsional, hal ini dapat dilihat dari nilai ekpor anggrek Indonesia yang
hanya 3 juta US$ per
tahun. Angka
tersebut
termasuk kecil
jika
satu
cara
adalah
penyerbukan
dengan
bantuan
manusia.
tanaman
bervariasi.
Jenis
anggrek
yang
telah
berbunga
dengan umur
jenis
yang
Phalaenopsis,
METODE PRAKTIKUM
1. Pemilihan dan persiapan tanaman induk persilangan
Dasar dilakukannya persilangan-persilangan adalah untuk memperoleh
warna bunga dan bentuk bunga yang unik, ketebalan mahkota
bunga (ketahanan bunga dalam vas/vas life), keteraturan susunan
bunga dan wangi bunga.
2. Pemilihan bunga yang akan disilangkan
Dalam memilih bunga yang akan disilangkan harus diperhatikan : (i)
dari
energi hanya terfokus pada ketiga bunga tersebut; (ii) kuntum bunga
terbaik adalah kuntum kedua sampai keempat.
3. Persilangan
Kuntum induk jantan anggrek diambil tepung
sarinya
dengan
menggunakan tusuk gigi yang bersih. Tepung sari yang terbungkus kotak
sari terletak di pusat bunga, berwarna kuning. Kotak sari dicungkil pelan
sampai tepung sarinya menempel pada alat yang dipakai, kemudian
tepung sari dibawa ke induk betina, yaitu menuju lekukan berlendir
yang letaknya persis di bawah kotak sari. Tepung sari induk jantan
dilekatkan secara sempurna pada putik induk betina, sementara itu
tepung sari induk betina dibuang agar persilangannya murni. Sampai
langkah ini perkawinan sudah berlangsung.
4. Pemberian label persilangan
No.
Induk Betina
Induk Jantan
Tanggal
Nama
Tipe
Kesuksesan
persilangan
Penyilang
Persilangan
hibridisasi
putih)
Dendrobium sp. (warna
20-Mar-15
Widyanarko
hibridisasi
gagal
putih)
Dendrobium sp. (warna
20-Mar-15
Swannarat
hibridisasi
gagal
putih)
20-Mar-15
Swannarat
selfing
gagal
20-Mar-15
Yustia
selfing
gagal
20-Mar-15
Widyanarko
hibridisasi
gagal
20-Mar-15
Bayu
hibridisasi
gagal
Persilangan
PEMBAHASAN
merupakan kegiatan
ditujukan
untuk
tetua
merupakan
salah
anggrek
satu
faktor
penting
yang
suatu persilangan, namun hal yang harus sering diperhatikan selain faktor
pemilihan
tetua dan
sering
menjadi
kendala
dalam
proses
hibridisasi
jauh,
sehingga
ditemui
kesulitan
pada
saat memantau
kondisi
tanaman induk dan menentukan bunga yang siap diserbuki atau menyerbuki.
Menurut Widiastoety et al. (2010) dalam pemilihan induk jantan dan
betina yang akan disilangkan harus disertai dengan penguasaan sifat-sifat kedua
induk tersebut, termasuk sifat yang dominan, seperti ukuran bunga, warna dan
bentuk bunga, yang akan muncul kembali pada turunannya. Agar penyilangan
berhasil, sebaiknya dipilih induk betina yang mempunyai kuntum bunga yang
kuat, tidak cepat layu atau gugur, mempunyai tangkai putik dan bakal buah
yang lebih pendek agar tabung polen (pollen tube) dapat dengan mudah
mencapai kantong embrio yang terdapat pada bagian bawah bakal buah.
Pencatatan nama kedua induk yang disilangkan sangat penting agar tidak
merusak tata namanya. Polen dari bunga yang berukuran kecil, jika diserbukkan
pada kepala putik bunga yang berukuran besar biasanya akan mengalami
kegagalan karena tabung polen tidak dapat mencapai kantong embrio.
Akibatnya pembuahan tidak terjadi dan biji tidak terbentuk. Penyilangan perlu
dilakukan
secara
resiprokal
atau
bolak-balik
untuk
mengetahui
daya
KESIMPULAN
Hibridisasi buatan pada tanaman anggrek masih sulit untuk dilakukan,
baik pada kasus selfing maupun crossing. Hal tersebut didasarkan pada hasil
percobaan yang menghasilkan seluruh unit hasil hibridisasi buatan gagal 100%.
Hal-hal yang mempengaruhi tingkat keberhasilan hibridisasi yang telah
dilakukan sebagian besar adalah tingkat ketrampilan praktikan yang masih
rendah, dan beberapa factor lain seperti usia bunga, responsivitas organ
reproduktif, viabilitas polen, factor lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Hibrida.
Bandung:
Jurusan
Budidaya
Pertanian,
Universitas
Padjajaran.
Hendaryono DPS 2000. Pembibitan Anggrek dalam Botol. Yogyakarta: Kanisius.
Jensen NF 1983. Crop Breeding as a Design Science. In K. M. Rawal and M. N.
Wood (Eds). Crop Breeding. Madison, Wisconsin USA: The American Society
of Agronomy, Inc. and The Crop Science of Society, Inc.
Kartikaningrum Suskandari, Dyah Widiastoety, Yusdar Hilman, Nina Solvia, dan RW
Prasetio 2007. Laporan Akhir: Koleksi, Karakterisasi dan Konservasi In Vivo
Plasma Nutfah Anggrek. Segunung: Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung,
levels in the
Neotropical
puniceoluteum
orchids
Epidendrum
fulgens
and
E.
Crop Breeding.
The American Society of Agronomy, Inc. and The Crop Science of Society,
Inc.
Qodriyah Laily 2005. Teknik Hibridisasi Anggrek Tanah Songkok (Spathoglottis
plicata). Buletin Teknik Pertanian 10(2): 76-82.
Stkl Johannes, Philipp M Schlter, Tod F Stuessy, Hannes F Paulus, Gnter Assum,
and Manfred Ayasse 2008. Scent Variation and Hybridization Cause The
Displacement of A Sexually Deceptive Orchid Species. American Journal of
Botany 95(4): 472481.
Utami Dwi Susilo dan Sri Hartati 2012. Perbaikan Genetik Anggrek melalui
Persilangan Intergenerik dan Perbanyakan Secara In Vitro dalam Mendukung
Perkembangan Anggrek di Indonesia. Agrinea 12(2): 104-116.
Widiastoety D 2001. Perbaikan Genetic dan Perbanyakan Bibit secara In Vitro
dalam Mendukung Perkembangan Anggrek di Indonesia. Jurnal Litbang
Pertanian 20 (4): 138-143.
Widiastoety Dyah, Nina Solvia, dan Muchdar Soedarjo 2010. Potensi Anggrek
Dendrobium dalam Meningkatkan Variasi dan Kualitas Anggrek Bunga Potong.
Jurnal Litbang Pertanian 29(3): 101-106.