You are on page 1of 27

PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS

PENGAWAS SEKOLAH
PEDOMAN
PELAKSANAAN TUGAS PENGAWAS SEKOLAH
DI TULIS
BERDASARKAN AMANAT UNDANG UNDANG NO 14 TH 2005
DAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TH 2008 TENTANG
GURU DAN PENGAWAS

OLEH:

DRS.IDING NUR ERNAWADI, M.Si


PENGAWAS SEKOLAH DASAR

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN INDRAMAYU


UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN BANGODUA
TAHUN 2011-2012

KATA PENGANTAR

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tanggal 30 Juli tahun 2009 tentang Pemenuhan Beban Kerja
Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan merupakan implementasi dari amanat Undang-undang Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru, khususnya yang
berkaitan dengan tugas guru dan pengawas. Agar pemenuhan tugas guru dan pengawas dapat direalisasikan
dengan baik, maka perlu pemahaman yang sama antara berbagai pihak yang berkepentingan. Untuk itu
diperlukan sebuah pedoman yang dapat menjadi acuan bagi guru, pengawas, kepala sekolah, dinas pendidikan
Kabupaten Indramayu, dinas pendidikan provinsi, dan unsur lain yang terkait dengan pelaksanaan tugas guru
dan pengawas.
Pedoman ini disusun sebagai acuan dalam pelaksanaan pemenuhan kewajiban guru dan pengawas satuan
pendidikan sebagaimana tertuang dalam pasal 6 Permendiknas Nomor 39 dimaksud. Pedoman ini berisi hal-hal
yang berkaitan tupoksi p-engawas, serta ekuivalensi tugas dan beban kerja pengawas.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Kepala UPTD Pendidikan
Kecamatan Bangodua (Drs. Adung Suteja, Sh, MM.Pd. yang telah membimbing kami dan semua pihak yang
telah berpartisipasi dalam penyusunan pedoman ini. Khususnya rekan pengawas Bangodua.
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. LANDASAN HUKUM
C. TUJUAN
D. SASARAN
BAB II TUGAS PENGAWAS
BAB III SUPERVISI AKADEMIK
BAB IV PENUTUP.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen secara tegas menyatakan bahwa kedudukan
guru sebagai tenaga profesional berfungsi meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran
untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru
menyebutkan bahwa guru memiliki beban kerja paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan
sebanyak-banyaknya 40 (empat puluh) jam tatap muka per minggu.
Hingga saat ini, belum semua guru dapat melaksanakan tugas ideal sesuai dengan peraturan perundangundangan, yaitu dengan beban mengajar paling sedikit 24 jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu. Hal tersebut
terjadi karena kondisi sekolah yang kelebihan guru atau lokasi sekolah yang berada di daerah terpencil.
Kelebihan guru terjadi karena ada perubahan kebijakan dalam perencanaan dan rekruitment guru, serta
perubahan beban mengajar guru dari paling sedikit 18 jam tatap muka per minggu menjadi 24 jam tatap muka
per minggu. Khusus sekolah-sekolah di daerah terpencil, pada umumnya peserta didiknya sedikit sehingga
mempengaruhi jumlah rombongan belajar (rombel) dan rasio minimal jumlah peserta didik terhadap gurunya.
Sejalan dengan itu, Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 53 menyatakan bahwa
Menteri, dalam hal ini Menteri Pendidikan Nasional, dapat menetapkan ekuivalensi beban kerja untuk
memenuhi ketentuan bagi guru yang bertugas pada satuan pendidikan layanan khusus, berkeahlian khusus, dan
atau dibutuhkan atas dasar pertimbangan kepentingan nasional.
Pada sisi lain, Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 17 menetapkan bahwa guru
tetap pemegang sertifikat pendidik berhak mendapatkan tunjangan profesi apabila mengajar di satuan
pendidikan yang rasio minimal jumlah peserta didik terhadap gurunya sebagai berikut:
a. untuk TK, RA, atau yang sederajat 15:1;
b. untuk SD atau yang sederajat 20:1;
c. untuk MI atau yang sederajat 15:1;
d. untuk SMP atau yang sederajat 20:1;
e. untuk MTs atau yang sederajat 15:1;
f. untuk SMA atau yang sederajat 20:1;
g. untuk MA atau yang sederajat 15:1;
h. untuk SMK atau yang sederajat 15:1; dan
i. untuk MAK atau yang sederajat 12:1.
Data tahun 2009 menunjukkan bahwa rerata rasio guru terhadap peserta didik pada jenjang TK 1:11, SD 1:17,
SMP 1:16, SMA 1:15, SMK 1:16, dan SLB 1:22. Namun apabila dilihat secara detail pada jenis guru tertentu di
beberapa daerah dilaporkan terdapat kekurangan guru atau kelebihan guru. Kondisi sekolah yang memiliki
kelebihan
guru akan menyebabkan guru tidak dapat memenuhi kewajiban mengajar 24 (dua puluh empat) jam tatap muka
dalam 1 (satu) minggu. Sementara sekolah yang kekurangan guru akan menyebabkan beban kerja guru menjadi
lebih tinggi dan proses pembelajaran menjadi tidak efektif.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan
Pengawas Satuan Pendidikan sebagai bagian penjabaran dari Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008
tentang Guru mengatur mengenai beban kerja guru dan pengawas satuan pendidikan. Sebagai acuan
pelaksanaan di lapangan
maka perlu disusun buku pedoman pemenuhan beban kerja guru dan pengawas satuan pendidikan sebagaimana
tertuang dalam pasal 6 Permendiknas Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan
Pengawas Satuan Pendidikan dimaksud.

B. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas
Sekolah/Madrasah,
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahn 2008 tentang Pendanaan Pendidikan,
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru,
7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan
Pengawas Satuan Pendidikan.
C. Tujuan
Pedoman ini sebagai acuan bagi guru, kepala sekolah/madrasah, pengawas, penyelenggara pendidikan, dinas
pendidikan provinsi, dinas pendidikan kabupaten/ kota, dan warga sekolah/madrasah serta pihak terkait lainnya
untuk:
1. menghitung beban kerja guru,
2. menghitung beban kerja guru yang diangkat dalam jabatan pengawas,
3. mengoptimalkan tugas guru di satuan pendidikan dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas.
D. Sasaran
Pedoman ini disusun sebagai acuan bagi pihak yang berkepentingan terutama:
1. Guru,
2. Kepala sekolah/madrasah,
3. Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas,

4. Penyelenggara pendidikan,
5. Dinas pendidikan kabupaten/kota,
6. Dinas pendidikan provinsi,
7. Direktorat Jenderal PMP

BAB II
TUGAS PENGAWAS

A. Jenis Pengawas
Permendiknas Nomor 12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah, menyatakan bahwa jenis
pengawas terdiri dari 1).Pengawas Taman Kanak-Kanak/Raudatul Athfal (TK/RA) dan Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), 2). Pengawas Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs) dan Pengawas Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) dalam Rumpun Mata
Pelajaran yang Relevan (MIPA dan TIK, IPS, Bahasa, Olahraga Kesehatan, atau Seni Budaya), 3). Pengawas
Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK) dalam Rumpun Mata Pelajaran yang
Relevan (MIPA dan TIK, IPS, Bahasa, Olahraga Kesehatan, Seni Budaya, Teknik dan Industri, Pertanian dan
Kehutanan, Bisnis dan Manajemen, Pariwisata,Kesejahteraan Masyarakat, atau Seni dan Kerajinan). Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru Pasal 54 ayat (8) menyatakan bahwa pengawas terdiri dari
pengawas satuan pendidikan, pengawas mata pelajaran, atau pengawas kelompok mata
pelajaran.Kondisi jenis pengawas saat ini ada yang sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74
tentang Guru Pasal 54 ayat (8) dan (9) dan ada yang sesuai dengan Permendiknas Nomor 12 tahun 2007 tentang
Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.Dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak berlakunya
Permendiknas Nomor 39 Tahun 2009 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan,
jenis pengawas disesuaikan dengan kondisi saat ini. Selanjutnya harus mengikuti ketentuan sebagaimana
disebut dalam Peraturan Pemerintah 74 tahun 2008 tentang Guru.

B. Jam Kerja
Lingkup kerja pengawas untuk melaksanakan tugas yang ekuivalen dengan paling sedikit 24 (dua puluh empat)
jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 74 tentang Guru Pasal 54 ayat (8)
merupakan bagian dari jam kerja sebagai pegawa yang secara keseluruhan paling sedikit 37,5 (tiga puluh tujuh
koma
C. Penugasan Pengawas Satuan Pendidikan Menurut Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007

1. Ruang Lingkup
Ruang lingkup tugas pengawas satuan pendidikan menurut Permendiknas Nomor 12 tahun 2007 adalah
melaksanakan supervisi manajerial dan supervisi akademik.
2. Uraian Tugas
Kegiatan bagi pengawas satuan pendidikan dan pengawas mata pelajaran atau pengawas kelompok mata
pelajaran untuk ekuivalensi dengan 24 (dua puluh empat) jam tatap muka perminggu diuraikan sebagai berikut.
a. Ekuivalensi kegiatan kerja pengawas satuan pendidikan terhadap 24 (dua puluh empat) jam tatap muka
menggunakan pendekatan jumlah sekolah dan guru yang dibina.
B Jumlah sekolah yang harus dibina untuk tiap pengawas satuan pendidikan paling sedikit 10 (sepuluh) sekolah
dan paling banyak 15 (lima belas) sekolah,
C Jumlah guru yang harus dibina untuk tiap pengawas satuan pendidikan paling sedikit 40 (empat puluh) guru
dan paling banyak 60 (enam puluh) guru,
d.Tugas pengawas satuan pendidikan meliputi penyusunan program pengawasan satuan pendidikan,
melaksanakan pembinaan, pemantauan dan penilaian, menyusun laporan pelaksanaan program pengawasan.
Uraian tugas pengawas satuan pendidikan adalah sebagai berikut.
1) Penyusunan Program Pengawasan satuan Pendidikan. Setiap pengawas satuan pendidikan baik secara
berkelompok maupun secara perorangan wajib menyusun rencana program pengawasan.
Program pengawasan terdiri atas
(1) program tahunan,
(2) program semester pengawasan,
(3) rencana kepengawasan akademik (RKA) dan
(4) rencana kepengawasan manajerial (RKM).
Program pengawasan tahunan pengawas sekolah disusun oleh kelompok pengawas pada setiap jenjang
pendidikan di kabupaten/kota melalui diskusi terprogram.Kegiatan penyusunan program tahunan ini
diperkirakan berlangsung selama 1 (satu) minggu.
Program pengawasan semester adalah perencanaan teknis operasional kegiatan yang dilakukan oleh setiap
pengawas sekolah pada setiap sekolah binaannya. Program tersebut disusun sebagai penjabaran atas program
pengawasan tahunan di tingkat kabupaten/kota. Kegiatan penyusunan program semester oleh setiap pengawas
satuan pendidikan ini diperkirakan berlangsung selama 1 (satu) minggu.
Rencana Kepengawasan Akademik (RKA) dan Rencana Kepengawasan Manajerial (RKM) merupakan
penjabaran dari program semester yang lebih rinci dansistematis sesuai dengan aspek/masalah prioritas yang
harus segera dilakukan kegiatan supervisi. Penyusunan RKA dan RKM ini diperkirakan berlangsung 1 (satu)
minggu. Kegiatan menyusun rencana program kepengawasan sekolah adalah kegiatan bukan tatap muka.

Program tahunan, program semester, RKA dan RKM sekurang-kurangnya memuat: aspek/masalah, tujuan,
indikator keberhasilan, strategi/metode kerja (teknik supervisi), skenario kegiatan, sumberdaya yang diperlukan,
penilaian dan instrumen pengawasan.
2) Melaksanakan Pembinaan, Pemantauan, dan Penilaian
Kegiatan supervisi akademik dan kegiatan supervise manajerial yang meliputi pembinaan, pemantauan
pelaksanaan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan merupakan kegiatan dimana terjadi interaksi langsung
antara pengawas satuan pendidikan dengan kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya. Kegiatan ini
adalah kegiatan tatap muka yang sebenarnya di sekolah binaan, tetapi kegiatan mengolah hasil pemantauan
setiap standar dari 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan merupakan kegiatan bukan tatap muka.
Pelaksanaan pembinaan dengan menggunakan format dan instrumen lain yang ditentukan oleh dinas. 3)
Menyusun Laporan Pelaksanaan Program Pengawasan
Setiap pengawas sekolah membuat laporan per sekolah dan seluruh sekolah binaan. Laporan ini lebih
ditekankan kepada pencapaian tujuan dari setiap butir kegiatan pengawasan sekolah yang telah dilaksanakan
pada setiap sekolah binaan.
Penyusunan laporan oleh pengawas sekolah merupakan upaya untuk mengkomunikasikan hasil kegiatan atau
keterlaksanaan program yang telah direncanakan.
Menyusun laporan pelaksanaan program pengawasan adalah kegiatan bukan tatap muka dan dilakukan oleh
setiap pengawas sekolah dengan segera setelah melaksanakan pembinaan, pemantauan atau penilaian.
D. Penugasan Pengawas Menurut Peraturan Pemerintah 74 Tahun 2008
1. Ruang Lingkup
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 74 tentang Guru Pasal 54 ayat (8) dan (9) pengawas terdiri dari
pengawas satuan pendidikan, pengawas mata pelajaran, atau pengawas kelompok mata pelajaran. Ruang
lingkup tugas pengawas adalah melakukan pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan pengawasan yang
ekuivalensinya dengan 24 (dua puluh empat) jam pembelajaran tatap muka dalam 1 (satu) minggu yang
ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional.
a. Tugas pokok pengawas satuan pendidikan
Tugas pokok pengawas satuan pendidikan adalah melakukan pengawasan manajerial terdiri dari pembinaan,
pemantauan (standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar sarana dan prasarana, standar pendidik & tenaga
kependidikan) dan penilaian kinerja sekolah pada satuan pendidikan yang
menjadi binaannya.
b. Tugas pokok pengawas mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran
Tugas pokok pengawas mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran yaitu melaksanakan pengawasan
akademik meliputi pembinaan, pemantauan pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan (standar isi, standar
proses, standar penilaian, standar kompetensi lulusan) pada guru mata pelajaran di sejumlah satuan pendidikan
yang ditetapkan.
c. Tugas pokok pengawas bimbingan dan konseling

Tugas pokok pengawas bimbingan dan konseling meliputi pembinaan, pemantauan pelaksanaan bimbingan dan
konseling pada sejumlah satuan pendidikan yang ditetapkan.
d. Tugas pokok pengawas SLB
Tugas pokok pengawas SLB adalah melaksanakan pengawasan akademik meliputi pembinaan, pemantauan
pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan pada sejumlah SLB kabupaten/kota. Semua pengawas akan terlibat
dalam penyusunan program pengawasan satuan pendidikan yang meliputi program tahunan kepengawasan,
program semester kepengawasan, rencana kepengawasan manajerial, rencana kepengawasan akademik, rencana
kepengawasan bimbingan dan konseling, melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru, dan
tenaga kependidikan serta menyusun laporan pelaksanaan programkepengawasan.
2. Uraian Tugas Pengawas
Kegiatan bagi pengawas satuan pendidikan dan pengawas mata pelajaran atau pengawas kelompok mata
pelajaran untuk ekuivalensi dengan 24 (dua puluh empat) jam tatap muka per minggu diuraikan sebagai berikut.

A. Pengawas Satuan Pendidikan


Lingkup kerja pengawas satuan pendidikan untuk melaksanakan tugas pokok diatur sebagai berikut:
1) Ekuivalensi kegiatan kerja pengawas satuan pendidikan terhadap 24 (dua puluh empat) jam tatap muka
menggunakan pendekatan jumlah sekolah yang dibina.
2) Jumlah sekolah yang harus dibina untuk tiap pengawas sekolah adalah sebagai berikut.
a) Pengawas Taman Kanak-Kanak melakukan pengawasan dan membina paling sedikit 10 sekolah
b) Pengawas Sekolah Dasar melakukan pengawasan dan membina paling sedikit 10 sekolah dan paling banyak
15 sekolah,
c) Pengawas Sekolah Menengah Pertama melakukan pengawasan dan membina paling sedikit 7 sekolah dan
paling banyak 15 sekolah,
d) Pengawas Sekolah Menengah Atas melakukan pengawasan dan membina paling sedikit 5 sekolah dan paling
banyak 10 sekolah,
e) Pengawas Sekolah Menengah Kejuruan melakukan pengawasan dan membina paling sedikit 5 sekolah dan
paling banyak 10 sekolah,
f) Pengawas Sekolah Luar Biasa melakukan pengawasan dan membina paling sedikit 5 sekolah dan paling
banyak 10 sekolah, g) Pengawas melakukan pengawasan paling sedikit 5 (lima) sekolah/madrasah binaan untuk
daerah khusus.
3) Lingkup kerja pengawas satuan pendidikan untuk ekuivalensi 24 (dua puluh empat) jam tatap muka adalah
sebagai berikut.
a) Penyusunan Program Pengawasan satuan Pendidikan

Setiap pengawas satuan pendidikan baik secara berkelompok maupun secara perorangan wajib menyusun
rencana program pengawasan. Program pengawasan terdiri atas;
(1) program pengawasan tahunan,
(2) program pengawasan semester, dan
(3) rencana kepengawasan manajerial (RKM).
Program pengawasan tahunan pengawas satuan pendidikan disusun oleh kelompok pengawas satuan
pendidikan di kabupaten/kota melalui diskusi terprogram. Kegiatan penyusunan program tahunan ini
diperkirakan berlangsung selama 1(satu) minggu.
Program pengawasan semester adalah perencanaan teknis operasional kegiatan yang dilakukan oleh setiap
pengawas sekolah pada setiap sekolah binaannya. Program tersebut disusun sebagai penjabaran atas program
pengawasan tahunan di tingkat kabupaten/kota. Kegiatan penyusunan program semester oleh setiap pengawas
satuan pendidikan ini diperkirakan berlangsung selama 1 (satu) minggu.
Rencana Kepengawasan Manajerial (RKM) merupakan penjabaran dari program semester yang lebih rinci
dan sistematis sesuai dengan aspek/masalah prioritas yang harus segera dilakukan kegiatan supervisi.
Penyusunan RKM ini diperkirakan berlangsung 1 (satu) minggu.
Program tahunan, program semester, dan RKMsekurang-kurangnya memuat aspek/masalah, tujuan, indikator
keberhasilan, strategi/metode kerja (teknik supervisi), skenario kegiatan, sumberdaya yang diperlukan, penilaian
dan insrumen pengawasan.
b) Melaksanakan Pembinaan
Kegiatan supervisi kegiatan manajerial meliputi pembinaan dan pemantauan pelaksanaan manajemen sekolah
merupakan kegiatan dimana terjadi interaksi langsung antara pengawas satuan pendidikan dengan kepala
sekolah dan tenaga kependidikan lainnya. Kegiatan ini dilaksanakan di sekolah binaan.
Pelaksanaan pembinaan dengan menggunakan format dan instrumen yang ditentukan oleh dinas pendidikan
di kabupaten/kota bersangkutan.
c) Melaksanakan Pemantauan Pelaksanaan SNP
Kegiatan supervisi pemantauan meliputi pemantauan dan pembinaan pelaksanaan SNP merupakan kegiatan
dimana terjadi interaksi langsung antara pengawas satuan pendidikan dengan kepala sekolah dan tenaga
kependidikan lainnya. Kegiatan ini dilaksanakan di sekolah binaan.
Pelaksanaan pembinaan dengan menggunakan format dan instrumen yang ditentukan oleh dinas
d) Melaksanakan Penilaian Kinerja
Kegiatan peniaian kinerja kepala sekolah merupakan kegiatan untuk mengukur keberhasilan kepala sekolah
dalam melaksanakan tugas manajerial maupun akademik. Kegiatan ini dilaksanakan di sekolah binaan.
Pelaksanaan penilaian menggunakan format dan instrumen yang ditentukan oleh dinas pendidikan di
kabupaten/kota bersangkutan.

e) Menyusun laporan pelaksanaan program pengawasan


Setiap pengawas membuat laporan dalam bentuk laporan per sekolah dari seluruh sekolah binaan. Laporan
ini lebih ditekankan kepada pencapaian tujuan dari setiap butir kegiatan pengawasan sekolah yang telah
dilaksanakan pada setiap sekolah binaan.
Penyusunan laporan oleh pengawas merupakan upaya untuk mengkomunikasikan hasil kegiatan atau
keterlaksanaan program yang telah direncanakan.
f) Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas kepala sekolah dan tenaga kependidikan
lainnya.
Kegiatan pembimbingan dan pelatihanprofesionalitas kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya
dilaksanakan paling sedikit 3 (tiga) kali dalam satu semester secara berkelompok yang diselenggarakan oleh
MKKS atau KKKS.
Kegiatan dilaksanakan terjadwal baik waktu maupun jumlah jam yang diperlukan untuk setiap kegiatan
sesuai dengan tema atau jenis keterampilan atau kompetensi yang akan ditingkatkan.
Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas dapat dilakukan melalui workshop, seminar, observasi,
individual dan group conference, bimbingan teknis serta kunjungan sekolah melalui supervisi manajeriar.
B. Pengawas Mata Pelajaran Atau Pengawas Kelompok Mata Pelajaran
Lingkup kerja pengawas mata pelajaran atau pengawas kelompok mata pelajaran untuk melaksanakan tugas
pokok diatur sebagai berikut.
1) Ekuivalensi kegiatan kerja pengawas mata pelajaran ataupengawas kelompok mata pelajaran terhadap 24
(dua puluh empat) jam tatap muka menggunakan pendekatan jumlah guru yang dibina pada satu atau beberapa
sekolah.
2) Jumlah guru yang harus dibina untuk tiap jenis pengawas mata pelajaran sebagai berikut.
a)Pengawas Guru Taman Kanak-kanak (Pendidikan Usia Dini Formal) melakukan pengawasan dan membina
paling sedikit sedikit 60 guru dan paling banyak 75 guru kelas di TK,
b)Pengawas Guru Sekolah Dasar paling sedikit 60 guru dan paling banyak 75 guru kelas di SD,
c)Pengawas Mata Pelajaran pada Sekolah Menengah Pertama melakukan pengawasan dan membina paling
sedikit 40 guru dan paling banyak 60 guru di SMP,
d)Pengawas Mata Pelajaran pada Sekolah Menengah Atas melakukan pengawasan dan membina paling sedikit
40 guru dan paling banyak 60 guru di SMA,
e)Pengawas Mata Pelajaran pada Sekolah Menengah Kejuruan melakukan pengawasan dan membina paling
sedikit 40 guru dan paling banyak 60 guru di SMK,
f)Pengawas Sekolah Luar Biasa melakukan pengawasan dan membina paling sedikit 40 guru dan paling banyak
60 guru mata pelajaran luar biasa.
3) Lingkup kerja pengawas mata pelajaran adalah sebagai berikut.

a)Penyusunan Program Pengawasan Mata Pelajaran atau Kelompok Mata Pelajaran


Setiap pengawas mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran baik secara berkelompok maupunsecara
perorangan wajib menyusun rencana program pengawasan. Program pengawasan terdiriatas (1) program
pengawasan tahunan, (2)program pengawasan semester, dan (3) rencanakepengawasan akademik (RKA).
Program pengawasan tahunan pengawas mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran disusun oleh
kelompok pengawas mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran di kabupaten/kota melalui diskusi
terprogram. Kegiatan penyusunan program tahunan ini diperkirakan berlangsung selama 1 (satu) minggu.
Program pengawasan semester adalah perencanaan teknis operasional kegiatan yang dilakukan oleh setiap
pengawas mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran pada setiap sekolah dimana guru binaannya berada.
Program tersebut disusun sebagai penjabaran atas program pengawasan tahunan di tingkat kabupaten/kota.
Kegiatan penyusunan program semester oleh setiap pengawas mata pelajaran ini diperkirakan berlangsung
selama 1 (satu) minggu.
Rencana Kepengawasan Akademik (RKA) merupakan penjabaran dari program semester yang lebih rinci dan
sistematis sesuai dengan aspek/masalah prioritas yang harus segera dilakukan kegiatan supervisi. Penyusunan
RKA ini diperkirakan berlangsung 1 (satu) minggu.
Program tahunan, program semester, dan RKA sekurang-kurangnya memuat aspek/masalah, tujuan, indikator
keberhasilan, strategi/metode kerja (teknik supervisi), skenario kegiatan, sumberdaya yang diperlukan, penilaian
dan insrumen pengawasan.
b) Melaksanakan Pembinaan, Pemantauan dan Penilaian
Kegiatan supervisi akademik meliputi pembinaan dan pemantauan pelaksanaan standar isi, standar proses,
standar penilaian dan standar kompetensi lulusan merupakan kegiatan dimana terjadi interaksi langsung antara
pengawas mata pelajaran dengan
Melaksanakan penilaian adalah menilai kinerja guru dalam merencanakan, melaksanakan dan menilai proses
pembelajaran.
Kegiatan ini dilakukan di sekolah binaan, sesuai dengan uraian kegiatan dan jadwal yang tercantum dalam
RKA yang telah disusun.
c) Menyusun Laporan Pelaksanaan Program Pengawasan
Setiap pengawas membuat laporan dalam bentuk laporan per sekolah dari seluruh sekolah binaan. Laporan
ini lebih ditekankan kepada pencapaian tujuan dari setiap butir kegiatan pengawasan sekolah yang telah
dilaksanakan pada setiap sekolah binaan.
Penyusunan laporan oleh pengawas merupakan upaya untuk mengkomunikasikan hasil kegiatan atau
keterlaksanaan program yang telah direncanakan.
Menyusun laporan pelaksanaan program pengawasan dilakukan oleh setiap pengawas dengan segera setelah
melaksanakan pembinaan, pemantauan atau penilaian.
d) Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru.

Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru dilaksanakan paling sedikit 3 (tiga) kali dalam
satu semester secara berkelompok di MGMP atau KKG.
Kegiatan ini dilaksanakan terjadwal baik waktu maupun jumlah jam yang diperlukan untuk setiap kegiatan
sesuai dengan tema atau jenis keterampilan dan kompetensi yang akan ditingkatkan. Dalam pelatihan ini
diperkenalkan kepada guru cara-cara baru yang lebih sesuai dalam melaksanakan suatu proses pembelajaran/
pembimbinan.
Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru ini dapat dilakukan melalui workshop, seminar,
observasi, individual dan group conference, serta kunjungan kelas melalui supervise akademik.
C. Pengawas Bimbingan dan Konseling
Lingkup kerja pengawas bimbingan dan konseling untuk melaksanakan tugas pokok diatur sebagai berikut.
1) Ekuivalensi kegiatan kerja pengawas bimbingan dan konseling terhadap 24 (dua puluh empat) jam tatap
muka menggunakan pendekatan jumlah guru yang dibina di satu atau beberapa sekolah pada jenjang pendidikan
yang sama atau jenjang pendidikan yang berbeda.
2) Jumlah guru yang harus dibina untuk pengawas bimbingan dan konseling paling sedikit 40 (empat puluh)
dan paling banyak 60 guru BK. 3) Uraian lingkup kerja pengawas bimbingan dan konseling adalah sebagai
berikut.
a) Penyusunan Program Pengawasan Bimbingan dan Konseling
Setiap pengawas baik secara berkelompok maupun secara perorangan wajib menyusun rencana program
pengawasan. Program pengawasan terdiri atas (1) program pengawasan tahunan, (2) program pengawasan
semester, dan (3) rencana kepengawasan akademik (RKA).
Program pengawasan tahunan pengawas disusun oleh kelompok pengawas di kabupaten/kota melalui diskusi
terprogram. Kegiatan penyusunan program tahunan ini diperkirakan berlangsung selama 1 (satu) minggu.
Program pengawasan semester adalah perencanaan teknis operasional kegiatan yang dilakukan oleh setiap
pengawas pada setiap sekolah tempat guru binaannya berada. Program tersebut disusun sebagai penjabaran atas
program pengawasan tahunan di tingkat kabupaten/kota. Kegiatan penyusunan program semester oleh setiap
pengawas ini diperkirakan berlangsung selama 1 Rencana Kepengawasan Bimbingan dan Konseling (RKBK)
merupakan penjabaran dari program semester yang lebih rinci dan sistematis sesuai dengan aspek/masalah
prioritas yang harus segera dilakukan kegiatan supervisi. Penyusunan RKBK ini diperkirakan berlangsung 1
(satu) minggu.
Program tahunan, program semester, dan RKBK sekurang-kurangnya memuat aspek/masalah, tujuan,
indikator keberhasilan, strategi/metode kerja (teknik supervisi), skenario kegiatan, sumberdaya yang diperlukan,
penilaian dan instrument pengawasan.
b) Melaksanakan Pembinaan, Pemantauan dan Penilaian
Kegiatan supervisi bimbingan dan konseling meliputi pembinaan dan pemantauan pelaksanaan bimbingan
dan konseling di sekolah merupakan kegiatan dimana terjadi interaksi langsung antara pengawas dengan guru
binaanya,

Melaksanakan penilaian adalah menilai kinerja guru dalam merencanakan, melaksanakan dan menilai proses
pembimbingan.
Kegiatan ini dilakukan di sekolah binaan, sesuai dengan uraian kegiatan dan jadwal yang tercantum dalam
RKBK yang telah disusun.
c) Menyusun Laporan Pelaksanaan Program Pengawasan
Setiap pengawas membuat laporan dalam bentuk laporan per sekolah dari seluruh sekolah binaan. Laporan
ini lebih ditekankan kepada pencapaian tujuan dari setiap butir kegiatan pengawasan sekolah yang telah
dilaksanakan pada setiap sekolah binaan,
Penyusunan laporan oleh pengawas merupakan untuk mengkomunikasikan hasil kegiatan atau keterlaksanaan
program yang telah direncanakan,
Menyusun laporan pelaksanaan program pengawasan dilakukan oleh setiap pengawas sekolah dengan segera
setelah melaksanakan pembinaan, pemantauan atau penilaian.
d) Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru BK.
Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru BK dilaksanakan paling sedikit 3 (tiga) kali
dalam satu semester secara berkelompok di Musyawarah Guru Pembimbing (MGP).
Kegiatan dilaksanakan terjadwal baik waktu maupun jumlah jam yang diperlukan untuk setiap kegiatan
sesuai dengan tema atau jenis keterampilan dan kompetensi yang akan ditingkatkan.
Dalam pelatihan diperkenalkan kepada guru caracara baru yang lebih sesuai dalam melaksanakan suatu
proses pembimbingan. Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru BK ini dapat dilakukan
melalui workshop, seminar, observasi, individual dan group conference,
E. Pemenuhan Kewajiban Jam Tata Muka
Pengawas satuan pendidikan, pengawas mata pelajaran dan pengawas bimbingan dan konseling yang belum
dapat memenuhi ketentuan karena kurangnya jumlah satuan pendidikan atau guru yang dibina, dapat memenuhi
kekurangannya dengan ketentuan sebagai berikut. 1. Mendapatkan tugas tambahan menjadi pengawas satuan
pendidikan pada jenjang yang berbeda, misalkan pengawas TK merangkap menjadi pengawas SMP, 2.
Mendapatkan tugas tambahan bukan kepengawasan dari kepala dinas pendidikan. Jenis tugas tambahan tersebut
merupakan sebagian tugas rutin pada dinas pendidikan, 3. Khusus bagi pengawas satuan pendidikan yang
berkedudukan di Provinsi dapat melaksanakan kewajiban 24 (dua puluh empat) tatap muka di sekolah binaan
yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi untuk satu kabupaten/kota atau lebih. Pemenuhan jumlah tatap
muka pengawas dikoordinasikan oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi dengan Dinas Pendidikan.
BAB III
SUPERVISI AKADEMIK

A. Pengantar

Para pengawas pasti menyadari bahwa tugas PENGAWAS cukup berat, dan ketrampilan yang dibutuhkan cukup
kompleks. Bidang pengawasan instruksional dihadapkan pada kebutuhan yang amat penting dalam membantu
guru agar dapat berkembang dengan pesat dalam pengelolaan kelas. Kompleksitas sekolah memaksa begitu
banyak cara harus disiapkan guru dalam proses pembelajaran.
Salah satu ketrampilan yang diperlukan oleh seorang pengawas untuk membantu guru dalam proses
pembelajaran adalah penguasaan tentang supervisi.Supervisi pada dasarnya diarahkan pada dua aspek, yakni:
supervisi akademis, dan supervisi manajerial. Supervisi akademis menitikberatkan pada pengamatan
pengawas terhadap kegiatan akademis, berupa pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Supervisi
manajerial menitik beratkan pada pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang
berfungsi sebagai pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran.
1. Pengertian Supervisi Akademik
Ketrampilan utama dari seorang pengawas adalah melakukan penilaian dan pembinaan kepada guru untuk
secara terus menerus meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas agar berdampak
pada kualitas hasil belajar siswa. Untuk dapat mencapai kompetensi tersebut pengawas diharapkan dapat
melakukan pengawasan akademik yang didasarkan pada metode dan teknik supervisi yang tepat sesuai dengan
kebutuhan guru. Glickman (1981), mendefinisikan supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan untuk
membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan
pembelajaran. Supervisi akademik merupakan upaya membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya
mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, berarti, esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan
menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengem- bangkan
kemampuan profesionalismenya.
2. Prinsip-prinsip Supervisi Akademik.
Prinsip-prinsip supervisi akademik modern yang harus direalisasikan pada setiap proses supervisi akademik
di sekolah-sekolah, yaitu sebagai berikut.
1. Supervisi akademik harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis, bersifat terbuka,
kesetiakawanan, dan informal. Hubungan demikian ini bukan saja antara supervisor dengan guru,
melainkan juga antara supervisor dengan pihak lain yang terkait dengan program supervisi akademik.
2. Supervisi akademik harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi akademik bukan tugas bersifat
sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-waktu jika ada kesempatan. Apabila guru telah berhasil
mengembangkan dirinya tidaklah berarti selesailah tugas supervisor, melainkan harus tetap dibina secara
berkesinambungan. Hal ini logis, mengingat problema proses pembelajaran selalu muncul dan
berkembang.
3. Supervisi akademik harus demokratis. Supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi
akademiknya. Titik tekan supervisi akademik yang demokratis, aktif dan kooperatif. Supervisor harus
melibatkan secara aktif guru yang dibinanya. Tanggung jawab perbaikan program akademik bukan
hanya pada supervisor melainkan juga pada guru. Karena itu, program supervisi akademik sebaiknya
direncana- kan, dikembangkan dan dilaksanakan bersama secara kooperatif dengan guru, kepala
sekolah, dan pihak lain yang terkait di bawah koordinasi supervisor.
4. Program supervisi akademik harus integral dengan program pendidikan secara keseluruhan. Dalam
upaya perwujudan prinsip ini diperlukan hubungan yang baik dan harmonis antara supervisor dengan
semua pihak pelaksana program pendidikan.

5. Supervisi akademik harus komprehensif. Program supervisi akademik harus mencakup keseluruhan
aspek pengembangan akademik, walaupun mungkin saja ada penekanan pada aspek-aspek tertentu
berdasarkan hasil analisis kebutuhan pengembangan akademik sebelumnya.
6. Supervisi akademik harus konstruktif. Supervisi akademik bukanlah untuk mencari kesalahankesalahan guru, melainkan untuk mengembangkan pertumbuhan dan kreativitas guru dalam memahami
dan memecahkan problem-problem akademik yang dihadapi.
7. Dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi, keberhasilan program supervisi akademik harus
obyektif berdasarkan kebutuhan nyata pengembangan profesional guru
3. Pendekatan Supervisi akademik
Menurut Sahertian (Sahertian, 2000:44-52). pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan supervisi
akademik, ada 3, yaitu:
a. Pendekatan Langsung (Direktif)
Pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor
memberikan arahan langsung. Sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih dominan. Oleh karena guru ini
mengalami kekurangan, maka perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi. Supervisor dapat menggunakan
penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment). Pendekatan seperti ini dapat dilakukan dengan perilaku
supervisor adalah: menjelaskan, menyajikan, mengarahkan, memberi contoh, menetapkan tolak ukur, dan
menguatkan.
b. Pendekatan Tidak Langsung (Non-direktif)
Pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak
langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu
mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan guru-guru. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin
kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Guru mengemukakan masalahnya
supervisor mencoba mendengarkan, memahami, apa yang dialami guru-guru. Perilaku supervisor dalam
pendekatan non-direktif adalah: mendengarkan, memberi penguatan, menjelaskan, menyajikan, dan
memecahkan masalah
c. Pendekatan Kolaboratif
Yang dimaksud dengan pendekata koplaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan
direktif dan nondirektif menjadi pendekatan baru. Pada pendekatan ini baik supervisor maupun guru bersamasama, bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan
terhadap masalah yang dihadapi guru. Dengan demikian pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua
arah. Dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisor adalah sebagai berikut: menyajikan,
menjelaskan, mendengarkan, memecahkan masalah, dan negosiasi.
4. Metode Supervisi Akademik.
Terdapat dua metode supervisi akademik yang dapat dilakukan pengawas. Metode-metode tersebut
dibedakan antara yang bersifat individual dan kelompok. Pada setiap metode supervisi tentunya terdapat
kekuatan dan kelemahan.

Metode supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada guru tertentu yang
mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan. Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru
yang dipandang memiliki persoalan tertentu.
Metode supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua
orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan
atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama.
Kemudian kepada mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka
hadapi.
5. Teknik Supervisi Akademik.
Ada bermacam-macam teknik supervisi akademik dalam upaya pembinaan kemampuan guru. Dalam hal ini
meliputi pertemuan staf, kunjungan supervisi, buletin profesional, perpustakaan profesional, laboratorium
kuriku- lum, penilaian guru, demonstrasi pembelajaran, pengembangan kurikulum, pengambangan petunjuk
pembelajaran, darmawisata, lokakarya, kunjungan antarkelas, bacaan profesional, dan survei masyarakatsekolah. Sedangkan menurut Gwyn, teknik-teknik supervisi itu bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok,
yaitu. teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok.
a. Teknik Supervisi Individual
Teknik-teknik supervisi yang dikelompokkan sebagai teknik individual meliputi: kunjungan kelas, observasi
kelas, pertemuan individual, kunjungan antarkelas, dan menilai diri sendiri. Berikut ini dijelaskan pengertianpengertian dasarnya secara singkat satu persatu.
1) Kunjungan Kelas
Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah, pengawas, dan pembina lainnya dalam
rangka mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar sehingga memperoleh data yang diperlukan dalam
rangka pembinaan guru. Kunjungan kelas ini bisa dilaksanakan dengan pemberitahuan atau tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu, dan bisa juga atas dasar undangan dari guru itu sendiri.
2) Observasi Kelas
Observasi kelas secara sederhana bisa diartikan melihat dan memperhatikan secara teliti terhadap gejala yang
nampak. Observasi kelas adalah teknik observasi yang dilakukan oleh supervisor terhadap proses pembelajaran
yang sedang berlangsung. Secara umum, aspek-aspek yang diamati selama proses pembelajaran yang sedang
berlangsung adalah:
1. usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran
2. cara penggunaan media Pembelajaran
3. reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar
4. keadaan media Pembelajaran yang dipakai dari segi materialnya.
3) Pertemuan Individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara pembina atau
supervisor guru, guru dengan guru, mengenai usaha meningkatkan kemampuan profesional guru. Dalam

percakapan individual ini supervisor harus berusaha mengem- bangkan segi-segi positif guru, mendorong guru
mengatasi kesulitan-kesulitannya, dan memberikan pengarahan, hal-hal yang masih meragukan sehingga terjadi
kesepakatan konsep tentang situasi pembelajaran yang sedang dihadapi.
4) Kunjungan Antar Kelas
Kunjungan antarkelas dapat juga digolongkan sebagai teknik supervisi secara perorangan. Guru dari yang
satu berkunjung ke kelas yang lain dalam lingkungan sekolah itu sendiri. Dengan adanya kunjungan antarkelas
ini, guru akan memperoleh pengalaman baru dari teman sejawatnya mengenai pelaksanaan proses pembelajaran
pengelolaan kelas, dan sebagainya.
5) Menilai Diri Sendiri
Menilai diri sendiri merupakan satu teknik individual dalam supervisi pendidikan. Penilaian diri sendiri
merupakan satu teknik pengembangan profesional guru. Penilaian diri sendiri memberikan informasi secara
obyektif kepada guru tentang peranannya di kelas dan memberikan kesempatan kepada guru mempelajari
metoda Nilai diri sendiri merupakan tugas yang tidak mudah bagi guru. Untuk mengukur kemampuan
mengajarnya, di samping menilai murid-muridnya, juga menilai dirinya sendiri.
b.Teknik Supervisi Kelompok
Menurut Gwynn, ada tiga belas teknik supervisi kelompok, sebagai berikut.
1. Kepanitiaan-kepanitiaan
2. Kerja kelompok
3. Laboratorium kurikulum
4. Baca terpimpin
5. Demonstrasi pembelajaran
6. Darmawisata
7. Kuliah/studi
8. Diskusi panel
9. Perpustakaan jabatan
10. Organisasi profesional
11. Buletin supervisi
12. Pertemuan guru
13. Lokakarya atau konferensi kelompok
Teknik supervisi kelompok ini tidak akan dibahas satu persatu, karena sudah banyak buku yang secara khusus
membahasnya. Satu hal yang perlu ditekankan di sini bahwa tidak ada satupun di antara teknik-teknik supervisi

kelompok di atas yang cocok atau bisa diterapkan untuk semua pembinaan dan guru di sekolah. Artinya, akan
ditemui oleh kepala sekolahdan pengawas adanya satu teknik tertentu yang cocok diterapkan untuk membina
seorang guru tetapi tidak cocok diterapkan pada guru lain. Oleh sebab itu, seorang kepala sekolah dan pengawas
harus mampu menetapkan teknik-teknik mana yang sekiranya mampu membina keterampilan pembelajaran
seorang guru.Menetapkan teknik-teknik supervisi akademik yang tepat tidaklah mudah. Seorang pengawas ,
selain harus mengetahui aspek atau bidang keterampilan yang akan dibina, juga harus mengetahui karakteristik
setiap teknik di atas dan sifat atau kepribadian guru, sehingga teknik yang digunakan betul-betul sesuai dengan
guru yang sedang dibina melalui supervisi akademik
B. Proses dan Pengembangan Instrumen Supervisi Akademik
1. 1. Proses Supervisi Akademik
Proses supervisi akademik dapat digambarkan sebagai berikut:

Langkah I Pertemuan Pra-pengamatan.


Pengawas berusaha untuk menjelaskan pada guru kegiatan spesifik di kelas. Berunding dengan guru untuk
membangun saling pengertian dan kemudahan komunikasi, sehinga kunjungannya dapat diterima dan tidak
menakutkan. Ia dapat mendiskusikan dan memutuskan hal-hal yang akan disupervisi, mulai dari metode,
pengelolaan kelas sampai dengan evaluasi pembelajara.
Langkah-II Pengamatan.
Setelah melakukan pertemuan sebelumnya serta berdiskusi dengan guru, pengawas harus memutuskan hal-hal
yang harus diamati dari kejadian-kejadian yang ada, misalnya:

1. Apakah guru secara konsisten mendominasi kelas sepanjang waktu?


2. Apakah ia melibatkan kelas dalam proses?
3. Seberapa banyak ia menggunakan papan tulis?
4. Apakah metodenya efektif?
5. Apakah tayangan dalam alat bantu audio visual dan alat bantu pembelajaran lainnya relevan dengan
materi ajar?
6. Seberapa banyak pembelajaran nyata terjadi di dalam kelas?
Selama pengamatan, pengawas mencatat butir petunjuk konstruktif dan positif, yang nantinya akan didiskusikan
dengan guru.

Langkah-III Analisis hasil pengamatan


Pengawas membuat analisis yang menyeluruh/komprehensif pada data supervisi untuk menafsirkan hasil
pengamatannya. Berdasarkan analisisnya, maka pengawas kemudian mengidentifikasi perilaku pembelajaran
yang positif, yang harus dipelihara dan perilaku negatif yang harus dirubah, agar dapat
menyelesaikan/menanggulangi masalah.
Langkah-IV Pertemuan setelah pengamatan
Data yang telah dianalisis ditunjukkan pada guru. Umpan balik diberikan sedemikian sehingga guru dapat
memahami temuan, mengubah perilaku yang teridentifikasi dan mempraktekkan panduan yang diberikan.
Penerimaan dan internalisasi merupakan capaian terbaik. Hal ini terjadi apabila hubungan antara guru dengan
pengawas dapat digolongkan ke dalam sifat kooperatif dan kolegalitas yang tidak mengancam.
Dari umpan balik pengawas dan dukungan pada guru, maka dapat ditentukan bersama:
1. Perilaku positif pembelajaran yang harus dipelihara.
2. Strategi-strategi alternatif untuk mencapai perubahan yang diinginkan.
3. Kelayakan/kepantasan dari menggunakan kembali metode yang pernah dilakukan.
Langkah-V Evaluasi Hasil
Dari umpan balik pengawas dan dukungan pada guru, maka dapat ditentukan bersama:
1. Perilaku positif pembelajaran yang harus dipelihara.
2. Strategi-strategi alternatif untuk mencapai perubahan yang diinginkan.
3. Kelayakan/kepantasan dari menggunakan kembali metode yang pernah dilakukan.

1. 2. Pengembangan Instrumen Supervisi Akademik


Menurut Asrori (2002: 43-44) ada lima langkah utama dalam melakukan supervisi akademik, yaitu:
1. Menetapkan tolok ukur, yaitu menentukan pedoman yang digunakan.
2. Mengadakan penilaian, yaitu dengan cara memeriksa hasil pekerjaan yang nyata telah dicapai.
3. Membandingkan antara hasi penilaian pekerjaan dengan yang seharusnya dicapai sesuai dengan tolok
ukur yang teah ditetapkan.
4. Menginventarisasi penyimpangan dan atau pemborosan yang terjadi (bila ada).
5. Melakukan tindakan korektif, yaitu mengusahakan agar yang direncanakan dapat menjadi kenyataan.
Berdasarkan langkah-langkah dalam melaksanakan pengawasan tersebut, secara implisit terkandung langkah
penyusunan instrumen atau alat pengumpulan data. Semakin baik instrumen yang digunakan maka akan
semakin valid data pengawasan sekolah yang terkumpul. Sebaliknya bila instrumen pengumpulan data yang
digunakan berkualitas rendah maka data yang terkumpul tidak akan menggambarkan kondisi yang sebenarnya.
Instrumen dapat diibaratkan sebagai alat pendiagnosa penyimpangan pelaksanaan. Melalui instrumen
pengawasan akan terdeteksi di mana letak penyimpangan pelaksanaan kegiatan di suatu sekolah.
Setidaknya ada dua cara dalam mengembangkan instrumen (alat ukur), yaitu: (1) dengan mengembangkan
sendiri; dan (2) dengan cara menyadur (adaptation). Menurut Arikunto (1988: 48-52), langkah-langkah yang
harus dilalui dalam menyusun instrumen apapun, termasuk instrumen pengawasan sekolah adalah sebagai
berikut:
1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan instrumen yang akan disusun.
Contoh: Tujuan menyusun angket untuk mengumpulkan data tentang besarnya minat belajar dengan modul.
1. Membuat kisi-kisi yang mencanangkan tentang perincian variabel dan jenis instrumen yang akan
digunakan untuk mengukur bagian variabel yang bersangkutan.Contoh: Untuk mengumpulkan data
tentang kegiatan belajar mengajar di kelas diperlukan angket, wawancara, observasi, dan dokumen.
2. Membuat butir-butir instrumen
Menyusun instrumen bukanlah pekerjaan yang mudah. Bagi peneliti atau pengawas sekolah pemula, tugas
menyusun instrumen merupakan pekerjaan yang membosankan dan menyebalkan. Sebelum memulai
pekerjaannya, mereka menganggap bahwa menyusun instrumen itu mudah. Setelah tahu bahwa langkah awal
adalah membuat kisi-kisi yang menuntut kejelian yang luar biasa. Tidak mengherankan kalau banyak di antara
pengawas yang merasa kesulitan.
1. Menyunting instrumen
Apabila butir-butir instrumen sudah selesai dilakukan, maka penilai atau pengawas melakukan pekerjaan
terakhir dari penyusunan instrumen yaitu mengadakan penyuntingan (editing). Hal-hal yang dilakukan dalam
tahap-tahap ini adalah:
1) Mengurutkan butir menurut sistematika yang dikehendaki penilai atau pengawas untuk mempermudah
pengolahan data.

2)

Menuliskan petunjuk pengisian, identitas dan sebagainya.

3)

Membuat pengantar permohonan pengisian bagi angket yang diberikan kepada orang lain.
1. 3. Model Instrumen Pengawasan

Dalam tulisan ini akan dijelaskan beberapa instrumen yang dapat dikembangkan atau digunakan oleh pengawas
sekolah dalam upaya membantu menjalankan tugasnya.
1. a. Pedoman Observasi
Bagi kelancaran dan keefektivan obeservasi, supervisor hendaknya memiliki suatu pedoman observasi yang
harus direncanakan sebelum observasi dilaksanakan. Karena observasi di sini sebagai teknik pengawasan, maka
supervisor harus menetapkan:
1. Apa yang harus diobservasi atau diawasi.
2. Kriteria-kriteria yang dijadikan tolak ukur pertimbanga pengawasannya; dan sebagainya Untuk
memudahkan pengolahan data, maka sebaiknya pedoman observasi menggunakan skala penilaian,
antara laian : Skala angka (numerical scale), skala grafik (graphic scale), skala grafik deskriptif
(descriptive graphic scale) atau kartu nilai (score card)
Contoh: Skala angka

No

Pernyataan

Skala Penilaian

Pertanyaan diucapkan dengan jelas

Pertanyaan ditujuakan kepada semua murid

Ada tenggang waktu antara pertanyaan dan jawaban murid

Pertanyaan didistribusikan kepada tiap murid

Pertanyaan membimbing ke arah berpikir kreatif

Contoh Skala grafik

No

Aspek yang Diawasi

Apakah guru merumus-kan tujuan instruksional secara khusus?

Apakah murid-murid aktif dalam belajar?

Apakah murid-murid menun- jukkan kreativitas dalam memecahkan


persoalan yang dihadapi dalam belajar?

Apakah guru terampil dalam mengorganisasikan kegiatan belajar


mengajar?

Apakah dalam proses penga- jaran dipergunakan cukup alat (media)


pelajaran?

Apakah guru memahami dan membantu murid yang menga lami


kesulitan dalam belajar?

Keterangan: A= Amat Baik, B= Baik, C=Cukup, D=Kurang, E=Kurang sekali


Contoh Skala grafik deskriptif.
1. Sejauh mana guru berpartisipasi dalam rapat supervisi ini?
1. Tak pernah berpartisipasi; diam, pasif.
2. Berpartisipasi seperti peserta lainnya
3. Berpartisipasi lebih dari yang lain
Ulasan: ..
1. Sejauh mana tanggapan-tanggapan guru berhubungan dengan dengan topik yang sedang didiskusikan?
2. Tanggapannya menyimpang dari topik
3. Tanggapan kadang-kadang membingungkan
4. Tanggapan selalu dikaitkan dengan topik
Ulasan:.
Contoh Kartu Nilai

NILAI
No

Aspek Pengawasan
Ditetapkan

Perumusan tujuan

20

a. Guru

b. Murid-murid

15

Kecakapan dan teknik

30

a. Keadaan fisik kelas

b. Teknik mengajar

25

Kemajuan Kelas

30

a. Sikap dan kebia- saan

10

b. Pengetahuan dan penguasaan


15

c. Keterampilan

Kerja sama

10

a. Profesional

b. Pribadi

Dicapai

Pendidikan dan perkembangan profesional

10

a. Pendidikan

b. Perkembangan profesional

Jumlah

100

b. Pedoman wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab, sambil bertatap
muka antara si penanya dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan
interview giude (panduan wawancara). Teknik wawancara dapat pula digunakan untuk kegiatan pengawasan
sekolah yang biasa dilakukan oleh supervisor. Bagi kelancaran dan keefektivan proses suatu wawancara, maka
supervisor perlu mempersiapkan suatu pedoman wawancara
Contoh:
PEDOMAN WAWANCARA PEMBELAJARAN IPS

Berapa lama Bapak/Ibu Guru mengajar IPS di kelas ini?

..
Berapa jumlah siswa yang belajar IPS di kelas Bapak/Ibu?
Laki-laki:Orang

Perempuan: . Orang

Topik-topik apa saja yang dapat diselesaikan dalam pembelajaran IPS di kelas Bapak/Ibu?
.
Bagaimana cara Bapak/Ibu mengembangkan silabus IPS sebelum mengajar IPS di kelas?
.
Bagaimana cara Bapak/Ibu mengembangkan RPP IPS sebelum mengajar di kelas?

Kesulitan apa saja yang Bapak/Ibu hadapi dalam melaksanakan pembelajaran IPS di kelas?


Dan seterusnya.
1. c. Angket
Sebuah kuesioner atau angket terdiri dari suatu daftar pertanyaan untuk dijawab oleh sejumlah orang secara
tertulis. Pada umumnya kuesioner atau angket dimaksudkan sebagai untuk mengetaghui pendapat (opinion) atau
sikap (attitude) orang-orang terhadap suatu masalah.
Teknik ini dipergunakan untuk mengumpulkan sejumlah besar informasi dalam waktu yang singkat dan
merupakan suatu rangkuman objektif mengenai data yang dikumpulkan. Masalah memperoleh respons
(jawaban-jawaban) yang diharapkan, pada hakekatnya tergantung pada tipe-tipe angket atau kuesioner yang
disusun.
Contoh:

Jawaban
No

Pertanyaan
SL

SR

Kd

Jr

Tp

Bila memimpin guru-guru, apakah Anda:

Memberikan kebebasan sepenuhnya kepada guru-guru untuk


melakukan pekerjaannya?

Mengarahkan guru-guru mempergunakan prosedu-prosedur


secara uniform?

Memperkenalkan guru-guru mempergu-nakan pertimbanganpertimbangan sen-diri dalam memecahkan masalah?

Dst

BAB IV
PENUTUP

Pemenuhan kewajiban mengajar paling sedikit 24 jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu merupakan
persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang guru sesuai ketentuan. Keberhasilan pemenuhan beban kerja guru

sesuai dengan ketentuan sangat bergantung pada pemahaman, kesadaran, keterlibatan dan upaya sungguhsungguh dari segenap unsur yang terkait. Pemenuhan beban kerja guru juga merupakan cermin keberhasilan
rencana pengembangan sekolah. Pelaksanaan pemenuhan beban kerja guru ini akan mendukung tercapainya
guru profesional yang mampu menghasilkan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif secara adil, bermutu,
dan relevan untuk kebutuhan masyarakat Indonesia dan global.
Salah satu ketrampilan yang diperlukan oleh seorang pengawas untuk membantu guru dalam proses
pembelajaran adalah penguasaan tentang supervisi.Supervisi pada dasarnya diarahkan pada dua aspek, yakni:
supervisi akademis, dan supervisi manajerial. Supervisi akademis menitikberatkan pada pengamatan pengawas
terhadap kegiatan akademis, berupa pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Supervisi manajerial
menitik beratkan pada pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi
sebagai pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam kurun
waktu 2 (dua) tahun sejak diberlakukannya Pemendiknas Nomor 39 Tahun 2009 tentang Pemenuhan Beban
kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan harus sudah memiliki rencana kebutuhan guru pada daerah
masing-masing, melakukan redistribusi kelebihan guru dan merencanakan rekruitment guru baru.
Terima kasih.

You might also like