Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Kelompok 4
1. Aditya Priyanto Putra
( 090810301041 )
( 090810301042 )
( 090810301110 )
2012
BAB I
PENDAHULUAN
aplikatif dalam praktek pengukuran terjadi pada saat pencatatan (jurnal) sedang penilaian
pada saat penyajian.
1.2 Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang penulisan makalah yang telah dijelaskan, maka tujuan
penulisan makalah ini adalah mempelajari secara mendalam :
BAB II
PEMBAHASAN
Skala Nominal
Dalam skala nominal, nomor hanya diigunakan sebagai sebuauh label.
Contohnya adalah penomoran pemain sepak bola. Banyak teori yang tidak
sependapat dengan skala nominal. Torgerson menyatakan: Dalam pengukuran,
nomor yang digunakan menunjuk kepada jumlah atau tingkat kepemilikan dari
suatu objek, dan bukan menunjukkan kepada objek itu sendiri. Sedangkan dalam
skala nominal, nomor menunjukkan kepada objek atau kelompok dari objek.
(Godfrey, dkk. 2010).
Skala Ordinal
Skala ordinal dibuat ketika suatu operasi memeringkat objeknya sehubungan
dengan property yang diberikan. Contohnya, investor melihat 3 kemungkinan jenis
investasi untuk uangnya. Investasi tersebut diperingkat 1,2,3 berdasarkan nilai
bersihnya saat ini. Kelemahan skala ordinal adalah interval antar nomor tidak
memberitahukan apa-apa tentang perbedaan kuantitas kepemilikan yang
diwakilinya.
Skala Interval
Skala interval memberikan informasi yang lebih daripada skala orginal. Tidak
hanya member peringkat kepada objeknya, tetapi juga jarak antara interval skalanya
diketahui dan sama. Contohnya adalah pengukuran suhu ruangan dengan
menggunakan thermometer celcius. Jika kita mengukur suhu dua buah ruangan,
missal ruangan A dan B, dimana suhu ruangan A 22 derajat celcius dan ruangan B
30 derajat celcius, maka selain kita dapat mengataka bahwa suhu di ruangan B lebih
panas, kita juga mengetahui bahwa ruangan B lebih panas 8 derajat daripada
ruangan A. Kelemahan skala interval adalah titik nol-nya dibuat dengan bebas.
Skala Rasio
Skala rasio adalah skala yang:
Asal yang unik, titik nol yang alami, dimana jaraknya dengan objek terakhir
diketahui
digunakan dan pengambil keputusan akan membuat keputusan yang sama juga. Tapi hal
ini tidak berlaku dalam akuntansi, setiap sistem yang berbeda akan berbeda juga variabelvariabelnya. Pengukuran pendapatan dengan cara yang berbeda akan menghasilkan
keputusan yang berbeda juga. Metode-metode pengukuran yang berbeda tersebut tidak
memberikan informasi yang sama.
2.3 Tipe-tipe Pengukuran
Proses pengukuran sama dengan pendekatan ilmiah pada teori konstruksi dan
pengujian. Pertanyaan tentang pengujian teori berhubungan dengan pertanyaan tentang
perbedaan jenis-jenis pengukuran. Campbell membaginya kedalam dua jenis yaitu
fundamental dan turunan. Menurut Campbell, pengukuran bisa diakui hanya ketika ada
konfirmasi teori-teori empiric (hukum) untuk mendukung pengukuran. Tipe pengukuran
yang lebih jauh, pengukuran fiat, yang diungkapkan oleh Togerson, menjadi tambahan atas
pengukuran fundamental dan turunan yang didiskusikan Campbell. (Godfrey, dkk. 2010).
Pengukuran Fundamental
Pengukuran fundamental merupakan pengukuran dimana angka-angka bisa
diterapkan pada benda dengan mengacu pada hukum alam dan tidak bergantung pada
pengukuran variabel apapun. Hal-hal seperti panjang, hambatan listrik, nomor, dan
volume merupakan hal-hal yang bisa diukur. Sebuah skala rasio bisa diformulasikan
pada tiap-tiap benda sebagai hukum dasar yang dihubungkan dengan pengukuran yang
berbeda (jumlah) pada benda-benda yang sudah ada.
Pengukuran Turunan
Menurut Campbell, sebuah pengukuran turunan merupakan pengukuran yang
bergantung dari pengukuran dua atau lebih benda lain. Contohnya adalah pengukuran
kepadatan, yang bergantung pada pengukuran massa dan volume. Dalam akuntansi,
contoh pengukuran turunan adalah keuntungan, yang diturunkan dari penambahan dan
pengurangan pendapatan dengan beban.
Pengukuran Formal
Ini adalah tipe pengukuran dalam ilmu sosial dan akuntansi, menggunakan
definisi yang dibangun secara acak untuk dihubungkan dengan hal-hal yang bisa
diamati dengan pasti (variabel) pada konsep yang telah ada, tanpa perlu teori konfirmasi
untuk mendukung hubungan tersebut. Sebagai contoh, dalam akuntansi kita tidak tahu
bagaimana cara untuk mengukur konsep keuntungan secara langsung. Kita
mengasumsikan variabel pendapatan, laba, beban, dan kerugian dihubungkan dengan
konsep keuntungan dan bagaimanapun bisa digunakan untuk mengukur keuntungan
secara tidak langsung.
Untuk
mengukur
validitas
pengukurannya,
ilmuwan
sosial
berusaha
menghubungkan hal-hal yang dipelajari dengan variabel lain untuk melihat manfaatnya.
Contohnya, jika kita ingin mengukur kemampuan aritmatik orang, kita mungkin
memilih untuk menguji mereka dalam suatu tes aritmatik. Bagaimanapun, tidak ada
teori empiris yang konfirmasi untuk menilai tes yang kita lakukan, dan kita membuat
asumsi ketika kita membangun skala pengukuran. Kita bisa memprediksikan bahwa
pada kebanyakan orang, yang mempunyai nilai tes yang tinggi juga akan berprestasi
dalam kuliah matematika.
2.4 Keandalan Dan Ketepatan
Apa yang dimaksud dengan keandalan dan ketepatan dari kegiatan pengukuran?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus menyatakan terlebih dahulu bahwa tidak
ada pengukuran yang bebas dari kesalahan kecuali perhitungan. Kita bisa mengukur
jumlah kursi di ruangan tertentu dan dengan benar. Untuk semua pengukuran mengandung
kesalahan atau eror.
Sumber kesalahan :
1. Operasi Pengukuran tidak tetap
Aturan untuk menetapkan nomor untuk properti tertentu biasanya
terdiri dari satu set operasi. Satu set operasi tidak dapat dinyatakan secara
tepat dan karenanya dapat diinterpretasikan salah oleh pengukur.
2. Pengukur
Pengukur mungkin salah menafsirkan aturan, menjadi bias, atau
menerapkan atau membaca instrumen dengan tidak benar.
3. Instrumen
di
mana
operasi
dilakukan
pengukuran
dapat
mempengaruhi hasil.
5. Atribut yang tidak jelas
Apa yang harus diukur mungkin tidak jelas, terutama jika
pengukuran melibatkan suatu konsep yang tidak dapat diukur secara
langsung.
6. Resiko dan Ketidakpastian
Hal ini berkaitan dengan distribusi pengembalian aset nyata.
Jika semua pengukuran kecuali menghitung secara inheren mengakibatkan
kesalahan, maka yang kita butuhkan adalah untuk menetapkan batas kesalahan yang
diterima. Jika pengukuran masih dalam batas-batas ini maka dapat dianggap benar dan adil
dalam hal akuntansi. (Godfrey, dkk. 2010).
Pengukuran yang dapat diandalkan
Sering diperlukan bahwa sebelum unsur-unsur seperti aktiva, kewajiban,
pendapatan, dan beban diakui dalam laporan keuangan, unsur-unsur tersebut
harus mampu untuk dilakukan pengukuran yang dapat diandalkan. Gagasan
keandalan menggabungkan dua aspek: ketepatan dan kepastian pengukuran, dan
pengungkapan yang secara meyakinkan mewakili sehubungan dengan transaksi
ekonomi yang mendasarinya dan berbagai peristiwa. Aspek mempengaruhi
ketepatan pengukuran.
Istilah presisi sering digunakan dalam dua konteks. Pertama, mungkin
merujuk ke nomor, dalam hal ini adalah berlawanan dengan gagasan
pendekatan. Kedua, berkaitan dengan operasi pengukuran, dalam hal ini
berkaitan dengan tingkat penyempurnaan dari operasi atau kinerjanya, serta
persetujuan hasil antara operasi pengukuran yang digunakan berulang kali yang
diterapkan pada properti tertentu.
Beberapa pengamat beragumen dan mengkritik konsep nilai wajar ini. Bahwa
konsep ini merubah konsep alokasi ke pendekatan penilaian, di mana akan menunjukkan
perbedaan tergantung atas situasi dan interpretasi yang subjektif. Perubahan ini lebih fokus
pada penilaian Balance Sheet, mengalihkan akuntansi dari perhitungan alokasi laba yang
sederhana dan lebih menekankan pada relevasi pada realita komersil dan pengambilan
keputusan oleh investor dibadingkan kebenarannya.
Pengukuran dalam akuntansi masuk ke dalam kategori pengukuran turunan untuk
modal dan keuntungan. Laba akuntansi sekarang berasal dari standar akuntansi
internasional. Dari perubahan modal selama periode dari semua kegiatan termasuk
kenaikan dan penurunan fair value aktiva bersih tidak termasuk transaksi dengan pemilik.
Modal berasal dari 'net fair value' aktiva dan kewajiban. .Berarti kita harus mengukur nilai
modal awal, pada jumlah penghasilan yang diterima, jumlah modal yang digunakan, dan
perubahan nilai fair value aktiva bersih. Peningkatan modal selama periode akan datang
akan mengukur jumlah laba dari berbagai macam sumber, termasuk dari operasional dan
penilaian kembali aktiva (setelah disesuaikan dengan pemasukan modal baru atau
pembayaran deviden). Nilai wajar aktiva bersih disajikan kembali maka akan merupakan
modal awal pada periode berikutnya. (Godfrey, dkk. 2010).
Sebaliknya, pendekatan pengukuran dengan pendekatan yang dilakukan sebelum
pengenalan standar akuntansi internasional, pendapatan yang diterima disesuaikan
terhadap aset bersih yang digunakan dalam suatu periode, dan jika pendapatan lebih besar
dari penggunaan modal bersih (atau biaya), maka kita mengalami peningkatan modal.
Keuntungan tidak diperoleh sampai modal awal dari biaya historis dipertahankan dan laba
direalisasikan. Sehingga, modal selalu dinyatakan sebesar harga perolehan dan perubahan
dalam aktiva bersih tidak dianggap sebagai keuntungan. Maka, kita dapat melihat bahwa
laba turunan sangat tergantung pada bagaimana kita mengukur modal awal dan bagaimana
kita mengukur biaya dan alokasi modal. Kita juga dapat melihat bahwa konsep penilaian
modal dalam akuntansi telah berkembang dari waktu ke waktu dengan hasil bahwa kita
miliki pengukuran atas modal secara umum dan konsep laba.
Perspektif yang berbeda ini mencerminkan batas-batas berbagai akuntansi dan
kurangnya sebagai model konvensional dan dominan. Ditambahkan dalam hal ini adalah
sejumlah akademis secara signifikan menurun dari waktu ke waktu, tetapi item neraca dan
aktiva tidak berwujud menjadi lebih penting. Baru-baru ini, Akuntansi internasional
Standar Board (IASB) telah mengambil pandangan bahwa globalisasi bisnis mendukung
kebutuhan untuk suatu standar akuntansi yang akan digunakan di seluruh dunia untuk
menghasilkan informasi keuangan yang sebanding.
Hal ini menyebabkan dua perkembangan penting dalam standar akuntansi
internasional sebagai sinyal melalui standar akuntansi seperti IAS 39/AASB139 instrumen
keuangan: Pengakuan dan Pengukuran dan IASB / FASB proyek bersama mengenai
pelaporan keuangan kinerja-(1) bahwa pengukuran laba dan pengakuan pendapatan harus
dihubungkan dengan pengakuan tepat waktu, dan (2) bahwa pendekatan 'nilai wajar' harus
diadopsi sebagai prinsip pengukuran kerja. Jadi, dari tahun 2005 kami melihat penggunaan
(sebagian) dari suatu prinsip pengukuran yang berfokus pada perubahan nilai aktiva dan
kewajiban bukan penyelesaian proses pendapatan. Singkatnya, ini berarti bahwa perubahan
nilai wajar aktiva dan kewajiban diakui secara langsung mereka terjadi dan dilaporkan
sebagai komponen income. Lebih lanjut, fokus telah bergeser ke arah konsep penilaian,
dengan neraca repositori utama dari nilai yang relevan sebagai informasi, dan pengguna
utama informasi akuntansi adalah pemegang saham dan investor.
2.6 Permasalahan Pengukuran Bagi Auditor
Beberapa isu diciptakan untuk auditor oleh pergeseran fokus untuk pengukuran
keuntungan dari pendapatan dan beban yang cocok untuk menilai perubahan atas nilai
wajar aktiva bersih. Ketika keuntungan ditentukan dengan cara mencocokkan transaksi
pendapatan dan beban untuk periode auditor dapat berkonsentrasi pada pengumpulan bukti
bahwa transaksi tersebut telah ditangani dengan tepat oleh sistem akuntansi klien. Namun,
ketika keuntungan berasal dari perubahan nilai wajar pertanyaan yang lebih sulit muncul
untuk auditor sekitar mengumpulkan bukti pada perkiraan manajemen.
Sebagai contoh, salah satu aspek untuk mengukur keuntungan dengan menilai
perubahan nilai wajar aktiva bersih yang ditangani oleh standar akuntansi IAS 36/AASB
136. Pernyataan ini mensyaratkan penurunan nilai aktiva diakui sebagai rugi penurunan
nilai. Manajemen entitas diperlukan untuk menilai pada tanggal laporan apakah ada
indikasi bahwa aset mungkin terganggu. Jika kondisi tersebut terjadi, manajemen akan
mengestimasi jumlah terpulihkan aktiva tersebut. Jika jumlah yang dapat dipulihkan suatu
aktiva kurang dari nilai tercatatnya, nilai tercatat aktiva harus diturunkan menjadi sebesar
nilai yang dapat diperoleh kembali. Pengurangan Itu adalah kerugian penurunan nilai.
Kerugian penurunan nilai diakui segera dalam laba dalam banyak kasus.
Audit bimbingan standar internasional untuk kerugian penurunan nilai audit dan
perkiraan nilai wajar terdapat dalam ISA 540. Auditor diharuskan untuk mengumpulkan
bukti untuk menilai jika manajemen telah mengikuti standar akuntansi yang tepat dan jika
jumlah yang diakui sebagai kerugian penurunan nilai wajar. Untuk melakukan hal ini
auditor harus menentukan apakah manajemen telah memilih metode penilaian yang sesuai
dan masuk akal dan asumsi. Jika standar akuntansi tidak meresepkan metode penilaian
untuk aset tertentu dan kewajiban yang consedered, auditor dapat menerima metode
penilaian yang wajar. Ini berarti bahwa sulit bagi auditor untuk tidak setuju dengan
pemilihan manajemen terhadap metode penilaian tertentu yang sedang digunakan oleh
entitas lain. Auditor harus mengumpulkan bukti bahwa metode ini diterapkan secara
konsisten, sehingga manajer tidak memilih dan memilih metode dari tahun ke tahun
tergantung pada hasil keuntungan yang diinginkan mereka. Auditor juga harus menilai
apakah nilai aktiva atau kewajiban dengan benar ditentukan dari asumsi signifikan
manajemen, model penilaian dan data yang mendasari relevan. Data tersebut akan
mencakup suku bunga yang digunakan untuk mendiskontokan arus kas, nilai pasar
digunakan oleh perusahaan perbandingan, data royalti, dan sebagainya.
Secara keseluruhan, mengingat adanya berbagai metode penilaian yang wajar dan
asumsi mungkin, adalah mungkin untuk jumlah diferent tapi masuk akal beberapa untuk
diakui oleh manajemen kerugian penurunan nilai. Jumlah ini berbeda karena itu akan dapat
diterima oleh auditor jika bukti audit menunjukkan bahwa manajemen telah menerapkan
model penilaian benar dan menggunakan data yang sesuai. Dalam situasi ini, adalah
mungkin bahwa auditor menghadapi tekanan dari manajer setuju dengan pilihan penilaian
mereka atau kehilangan audit agar auditor yang lain lebih menyenangkan.
Adanya berbagai alternatif metode penilaian atas aset yang menimbulkan masalah
tersendiri bagi auditor. Terdapat banyak cara penilaian aset yang dapat diterima oleh
auditor jika memenuhi persyaratan :
1. Metode penilaian diaplikasikan secara tepat dan konsisten,
2. Menggunakan asumsi yang beralasan,
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, Scott Holmes (2010),
Accounting Theory, 7th ed., John Wiley & Sons, Inc.
Suwardjono (2010), Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi
ketiga, BPFE.