Professional Documents
Culture Documents
2008).
Djiwandono, Sri Esti Wuryani. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Fadillah, Syarifah. 2008. Representasi Dalam Pembelajaran Matematika. (Online),
(http://fadillahatick.blogspot.com/2008/06/reoresentasi-matematik.html, diakses
13 Juli 2010).
Hamson. 2003. The place of mathematical modeling in mathematics education. In S.
J. Lamon, W. A. Parker & K. Houston (Eds.). Mathematical modeling: A way of life.
Academic Press.
Herawati, Eti. 2004. Analisis Kemampuan Siswa Sekolah Menengah Pertama dalam
Menerjemahkan Soal Cerita Ke Dalam Model Matematika dan Penyelesaiannya.
Bandung: UPI.
Hergenhahn, B.R dan Matthew H. Olson. Theories of Learning (Teori Belajar). Edisi
ketujuh. Cetakan kedua. Jakarta: Kencana.
Huston, Kelley. 2008. Solving a Math Story Problem Five Easy Steps for Completing
Any Problem, (Online), (http://middle-school-lessonplans.suite101.com/article.cfm/solving_a_math_story_problem, diakses 30 Oktober
2008).
Kadir. 2003. Panduan Pengajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran
Matematika. Cetakan Pertama. Jakarta: CV. Irfandi Putra.
Kholil, Anwar. 2008. Teori Vygotsky tentang Pentingnya Strategi Belajar, (Online),
(http://anwarholil.blogspot.com./2008/04/teori-vygotsky-tentangpentingnya.html, diakses 14 Juli 2010).
K, Abdul Hamid. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Cetakan pertama. Medan:
Pascasarjana UNIMED.
Miranda, Yula. 2010. Pembelajaran Metakognitif Dalam Strategi Kooperatif ThinkPair-Share Dan Think-Pair-Share+Metakognitif Terhadap Kemampuan metakognitif
Siswa Pada Biologi Di SMA Negeri Palangkaraya, (Online),
(http://www.ilmupendidikan.net./2010/03/16/pembelajaran-metakognitif.php,
diakses 13 Juli 2010).
Nindiasari, Hepsi. 2004. Pembelajaran Metakognitif Untuk Meningkatkan
Pemahaman dan Koneksi Matematik Siswa SMU Ditinjau Dari Perkembangan
Kognitif Siswa. Bandung: UPI.
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: PT. Grasindo.
ONeil Jr, H. F. & Brown, R.S. 1997. Differential Effects of Question Formats in Math
Assessment on Metacognition and Affect. Los Angeles: CRESST-CSE University of
California.
Parlaungan. 2008. Pemodelan Matematika Untuk Peningkatan Bermatematika
Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Medan: USU.
di dalam bacaan tentang apa yang telah diketahui, (5) Recite adalah melakukan
resitasi dengan menjawab dengan suara keras pertanyaan yang ajukan tanpa
membuka buku, dan (6) Review adalah langkah untuk mengulang kembali seluruh
bacaan, baca ulang bila perlu, dan sekali lagi jawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan.
Peneliti memilih pokok bahasan pecahan. Peneliti memilih pokok bahasan ini karena
siswa selalu menemui hal-hal yang berhubungan dengan pecahan dalam kehidupan
sehari-hari. Sewaktu siswa mengembangkan pemahaman mereka mengenai
pecahan, mereka bisa dan sebaiknya secara terus menerus mengembangkan
penguasaan pecahan dan cara-cara untuk memikirkan kombinasi tentang fakta-fakta
dasar. Soal cerita mengenai pecahan juga merupakan metode yang bisa digunakan
untuk mengembangkan keterampilan komputasi.
Karena dilatarbelakangi hal-hal di atas, maka peneliti peneliti akan melakukan
penelitian dengan judul PENERAPAN PENDEKATAN METAKOGNITIF UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA KELAS V SD DALAM MEMODELKAN
SOAL CERITA MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN.
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH
Berbagai masalah ditemui dalam pembelajaran matematika di tingkat Sekolah
Dasar. Karena pentingnya penguasaan matematika yang kuat sejak dini, maka perlu
diupayakan penanggulangan masalah-masalah tersebut sejak dini pula. Masalah
yang ditemui dalam pembelajaran matematika di tingkat Sekolah Dasar antara lain
dalam pembelajaran soal cerita. Adapun masalah-masalah tersebut dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1. Kemampuan siswa kelas V SD dalam menyelesaikan masalah matematika masih
rendah karena kurangnya pemahaman siswa tentang masalah matematika tersebut.
2. Kemampuan siswa kelas V SD dalam memodelkan soal cerita matematika masih
rendah.
3. Hasil belajar matematika siswa kelas V SD masih rendah.
4. Siswa kelas V SD belum mampu mengoptimalkan dan meningkatkan kemampuan
metakognisinya dalam belajar matematika.
5. Pembelajaran matematika yang diterapkan selama ini masih belum memadai.
6. Kurangnya pengembangan dan penerapan pendekatan metakognitif dalam
pembelajaran matematika.
7. Pengembangan pendekatan metakognitif untuk meningkatkan kemampuan siswa
kelas V SD dalam memodelkan soal cerita matematika.
8. Penerapan pendekatan metakognitif untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas
V SD dalam memodelkan soal cerita matematika.
1.3. PEMBATASAN MASALAH
Pentingnya upaya untuk menanggulangi masalah-masalah tersebut, agar dapat
terselesaikan dengan baik, maka peneliti merasa perlu untuk membatasi masalah
yang akan diteliti. Dari berbagai masalah di atas, maka masalah yang akan diteliti
dibatasi pada:
1. Kemampuan siswa kelas V SD dalam memodelkan soal cerita matematika.
Kemampuan siswa dalam memodelkan soal cerita matematika merupakan aktivitas
menerjemahkan kalimat cerita menjadi persamaan, pertidaksamaan, atau fungsi
maupun membuat model berupa diagram. Adapun pokok bahasan yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah pecahan.
2. Penerapan pendekatan metakognitif untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas
V SD dalam memodelkan soal cerita matematika. Pada aspek penerapan pendekatan
metakognitif ditinjau dari tahap adaptasi dan penerapan tindakan. Pada tahap
adaptasi ini, siswa akan diperkenalkan dengan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan metakognitif PQ4R, dan dilanjutkan dengan penerapan tindakan.
1.4. RUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Apakah penerapan pendekatan metakognitif PQ4R dapat digunakan untuk
mengungkapkan kemampuan siswa kelas V SD dalam memodelkan soal cerita
matematika pada pokok bahasan pecahan?
2. Apakah terdapat peningkatan kemampuan siswa kelas V SD dalam memodelkan
soal cerita matematika pada pokok bahasan pecahan melalui penerapan pendekatan
metakognitif PQ4R?
1.5. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti antara lain:
1. Untuk mengidentifikasi penerapan pendekatan metakognitif PQ4R dalam
mengungkapkan kemampuan siswa kelas V SD dalam memodelkan soal cerita
matematika pada pokok bahasan pecahan.
2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa kelas V SD dalam memodelkan
soal cerita matematika pada pokok bahasan pecahan melalui penerapan pendekatan
metakognitif PQ4R.
1.6. MANFAAT PENELITIAN
Hasil dari pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini akan memberikan manfaat
yang berarti bagi perorangan/institusi di bawah ini:
1. Bagi guru: dengan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini, guru dapat
sedikit demi sedikit mengetahui pendekatan pembelajaran yang bervariasi
khususnya pendekatan metakognitif PQ4R untuk memperbaiki dan meningkatkan
sistem pembelajaran di kelas, serta meningkatkan kemampuan siswa dalam
memodelkan soal cerita matematika.
2. Bagi siswa: hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi siswa untuk
meningkatkan kemampuan metakognisinya dan kemampuannya dalam
memodelkan soal cerita matematika.
3. Bagi sekolah: hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik pada
sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran.
4. Bagi mahasiswa calon guru: hasil penelitian ini akan memberikan masukan dan
sumbangan informasi mengenai pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan di
lapangan.