Professional Documents
Culture Documents
Kode Kegiatan
F2
Uraian Kegiatan
A. Latar Belakang
Untuk meningkatkan harkat dan martabat konsumen perlu meningkatkan
kesadaran, pengetahuan, kepedulian, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk
melindungi dirinya serta menumbuhkan-kembangkan sikap perilaku usaha yang
bertanggung jawab.
Dalam hal pembangunan dan perkembangan perekonomian umumnya dan
khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai
variasi barang dan/atau jasa yang dapat di konsumsi. Disamping itu, globalisasi dan
perdagangan bebas yang di dukung oleh kemajuan teknologi telekomunikasi dan
informatika telah memperluas ruang gerak transaksi barang dan jasa melintasi batas-batas
wilayah suatu negara, sehingga barang atau jasa yang ditawarkan bervariasi, baik produksi
luar negeri ataupun dalam negeri.
Pelaku usaha sebagai penghasil produk harus menjamin bahwa produk yang
dihasilkan cukup aman untuk di konsumsi dan berkualitas. Oleh karena itu, apabila dilain
hari muncul keluhan atas kerusakan produk atau keluhan atas mengakibatkan kerugian
pada konsumen maka pelaku usaha harus bertanggung jawab penuh atas beban kerugian
yang diderita oleh konsumen.
Berlandaskan hal tersebut, maka dibentuklah UU No. 18 Tahun 1999 yang adalah
ketentuan hukum untuk melindungi konsumen dari kecurangan-kecurangan pelaku usaha.
Hal ini ditujukan untuk mewujudkan keseimbangan perlindungan kepentingan konsumen
dan pelaku usaha sehingga tercipta perekonomian yang sehat.
Dewasa ini telah banyak terjadi kecurangan hampir disetiap lini bidang kehidupan
terutama dalam bidang perekonomian. Terlebih lagi, kecurangan merebak mulai pasar
tradisional hingga ketingkat supermarket. Ironisnya, para pejabat yang berwenang tidak
efektif dalam melakukan pemeriksaan terhadap para pelaku usaha yang tidak sehat.
Walaupun kebanyakan alasan yang digunakan adalah factor bahan yang mahal atau
karena sepinya pembeli, sekalipun begitu hal tersebut tetap tidak dibenarkan karena hal
tersebut tetap merugikan konsumen ditinjau dari sudut pandang manapun. Walaupun
undang-undang tersebut memberikan dasar peraturan hukum terhadap perlindungan
konsumen, namun seringkali masih di jumpai produk-produk makanan dalam kemasan
yang tidak sesuai dengan standarisasi mutu makanan atau tanpa keterangan kadaluwarsa
atau batas masa konsumsi makan
produk-produk susu buatan China. Zat melamin itu sendiri merupakan zat yang biasa
digunakan dalam pembuatan perabotan rumah tangga atau plastik. Namun jika zat melamin
ini dicampurkan dengan susu maka secara otomatis akan meningkatkan kandungan protein
pada susu. Walaupun demikian, hal ini bukan menguntungkan para konsumen justru
sebaliknya hal ini sangat merugikan konsumen. Kandungan melamin yang ada pada susu
ini menimbulkan efek samping yang sangat berbahaya. Faktanya banyak bayi yang
mengalami penyakit-penyaktit tidak lazim seperti, gagal ginjal, bahkan tidak sedikit dari
mereka yang meninggal dunia.
Dari keempat contoh diatas dapat kita ketahui bahwa konsumen menjadi pihak
yang paling dirugikan. Selain konsumen harus membayar dalam jumlah atau harga yang
boleh dikatakan semakin lama semakin mahal, konsumen juga harus menanggung resiko
besar yang membahayakan kesehatan dan jiwanya hal yang memprihatinkan adalah
peningkatan harga yang terus menerus terjadi tidak dilandasi dengan peningkatan kualitas
atau mutu produk.
Hal-hal tersebut mungkin disebabkan karena kurangnya pengawasan dari
Pemerintah serta badan-badan hukum seperti Dinas kesehatan, satuan Polisi Pamong Praja,
serta dinas Perdagangan dan Perindustrian setempat. Eksistensi konsumen tidak
sepenuhnya dihargai karena tujuan utama dari penjual adalah memperoleh keuntungan
sebanyak-banyaknya dalam jangka pendek bukan untuk jangka panjang. Oleh karena itu,
tim puskesmas bareng turut berkontribusi dengan turun langsung ke lapangan untuk
melakukan sidak makanan yang beredar di Pasar Bareng, Kecamatan bareng, Jombang.
C. Pelaksanaan
Sidak dilakukan di pasar bareng Senin, 6 Juli 2015 pukul 09.00-12.00, terdapat 20
toko yang dipilih secara acak untuk dilakukan sidak dan didapatkan
1. 10 kaleng makanan yang sudah tidak layak dan harus di tarik karena kaleng telah
berkarat ataupun pesok
2. 25 renteng makanan ringan yang sudah kadaluarsa dan tidak layak jual
3. 3 bungkus besar permen @isi 50 yang sudah kadaluarsa
Makanan yang kadaluarsa maupun tidak layak jual disarankan untuk tidak dijual
lagi dan diretur ke distributor.
LAMPIRAN
Daftar Pustaka
M. Arpah, R. Syarief, Hermanianto dan A. Apriyantono. Regulasi Kadaluwarsa Pangan
Nasional Dan Internasional Nasional And Internasional Regulations Regerding
Open Dating Of Food Products. Jurnal Teknol dan Industry Pangan Vol. XIV. No. 3
th. 2003
Siahaan, N.H.T, Hukum Konsumen Perlindungan Konsumen Dan Tanggungjawab
Produsen, Panta Rei, Jakarta : 2005
Bontang, 01 Februar
Jombang,
2015
Dokter Internsip,
Dokter Pendamping,