You are on page 1of 102

PENGARUH VARIASI BAHAN BAKU

DINDING DAPUR OVEN PENGERING KAYU


BERBAHAN BAKAR LIMBAH KAYU PRODUKSI
TERHADAP EFISIENSI KERJA DAPUR

SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Mesin
Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh
Cahyanto Sulistyo Aji
NIM 5250402002

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2007

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Pengeringan kayu secara buatan atau konvensional dengan menggunakan
bahan bakar kayu limbah produksi merupakan solusi yang baik terhadap
menipisnya kandungan gas bumi dunia. Tiap pembakaran di ruang terbuka
adalah 90% (Baldwin, S. F., 2005) efisiensi kerja atau energi kalor dapat
dihasilkan oleh kayu. Energi kalor dari pembakaran limbah kayu produksi
yang dapat digunakan proses pengeringan hanya beberapa porsi kecil antara
10% sampai 40% (Baldwin, S. F., 2005). Peningkatan efisiensi perapian dalam
proses pengeringan kayu diperlukan untuk memaksimalkan penggunaan
energi kalor hasil pembakaran, sehingga proses pengeringan dapat
berlangsung dengan cepat dan tanpa mengurangi mutu dari kayu.
Oven pengeringan kayu buatan berbahan bakar limbah kayu produksi
harus memiliki tungku atau dapur pembakaran yang sesuai dengan kebutuhan
kalor yang akan ditransfer ke ruang pengering. Kualitas dapur pengering akan
menentukan jumlah kalor yang mampu diberikan bahan bakar. Kontribusi
kualitas bahan baku pembuatan dinding dapur pengering kayu sangat besar
dalam proses pengeringan kayu. Bahan baku pembuatan dinding dapur
pengering akan mempengaruhi jumlah bahan bakar yang digunakan dan
akhirnya akan berpengaruh pada lama waktu pengeringan dan laju penurunan
kadar air kayu.

Krisis energi yang terjadi di Indonesia membuat industri kecil dan


menengah menghadapi masalah besar. Kenaikan harga bahan bakar minyak
(BBM) merupakan salah satu pemicu ikut naiknya tarif harga listrik saat ini,
akibatnya biaya produksi untuk industri meubel meningkat hampir 30%.
Kenaikan biaya produksi tersebut mengakibatkan banyak industri meubel
tidak mampu bertahan. Supaya industri meubel terus berjalan, maka sejumlah
industri meubel di Jepara mulai melakukan penghematan energi dengan cara
meminimalisir penggunaan listrik dan bahan bakar minyak agar biaya
produksi bisa ditekan. Salah satu penghematan energi listrik dan minyak
tersebut dilakukan dengan cara mengganti bahan bakar pada oven pengering
dan meminimalisir penggunaan alat yang membutuhkan energi listrik semisal
blower
Pengaruh bahan baku pembuatan dinding dapur pengering kayu terhadap
proses pengeringan menarik perhatian penulis, sehingga karya ilmiah ini
mengambil judul : PENGARUH VARIASI BAHAN BAKU DINDING
DAPUR OVEN PENGERING KAYU BERBAHAN BAKAR LIMBAH
KAYU PRODUKSI TERHADAP EFISIENSI KERJA DAPUR.

1.2 PERMASALAHAN
Permasalahan yang timbul pada penulisan akhir ini, yang tentunya menjadi
fokus utama dari objek penelitian ini adalah:
1. Apakah variasi dinding dapur oven pengering variasi I batu bata, variasi II
batu bata, adukan pasir dan variasi III batu bata, adukan pasir serta acian

semen mampu memberikan temperatur pengeringan yang berbeda dengan


jumlah bahan bakar dan waktu pembakaran yang sama.
2. Apakah variasi bahan baku dinding dapur oven pengering variasi I
batubata, variasi II batu bata, adukan pasir dan variasi III batu bata, adukan
pasir serta acian semen menyebabkan perbedaan efisiensi kerja dapur dan
kalor yang hilang (heat lost).
3. Apakah ada perbedaan perhitungan efisiensi kerja dapur dengan
temperatur pengeringan dan perhitungan efisiensi kerja dapur dengan Heat
lost.
1.3 PENEGASAN ISTILAH
Penegasan istilah adalah gambaran yang jelas tentang maksud yang
terkandung dalam judul tersebut, agar tidak terjadi salah tafsir, maka perlu
adanya suatu pembatasan atau penegasan istilah :
Adapun istilah-istilah yang perlu ditegaskan disini adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh
Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau
benda) yang ikut membentuk watak atau perbuatan seseorang (Kamus
besar bahasa indonesia, 1990: 664) pengaruh yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah pengaruh variasi pada dinding dapur oven terhadap
transfer dan rugi kalor.
2. Variasi

Variasi artinya tindakan atau hasil perbubahan dari semula (tambahan)


(Kamus besar indonesia, 1990: 1001) variasi yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah perubahan bahan baku dinding dapur.
3. Bahan baku
Bahan untuk diolah melalui proses produksi menjadi barang jadi; Bahan
kebutuhan pokok untuk membuat sesuatu. (Kamus besar bahasa indonesia,
2002: 87). Bahan baku dalam penelitian ini adalah batu bata, pasir dan
semen, sebagai variasi penelitian.
4. Dinding
Penutup sisi samping (penyekat) ruang, rumah, bilik (dibuat) dari papan,
anyaman bambu, tembok. (Kamus besar bahasa indonesia, 2002: 266).
Dinding dalam penelitian ini merupakan kombinasi dari masing-masing
bahan baku variabel penelitian.
5. Dapur
Ruang tempat memasak; tempat membakar batu bata, batu kapur; tungku
perapian. (Kamus besar bahasa indonesia, 2002: 236). Dapur yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah tempat untuk membakar bahan bakar
berupa kayu limbah produksi.
6. Oven
Tempat pembakaran (pemanggangan) kue atau roti; tungku; dapur;
perapian tempat pembakaran dengan panas yang tinggi. (Kamus besar
bahasa indonesia, 2002: 805). Oven dalam hal ini adalah tempat untuk
meletakkan kayu yang akan dikeringkan.

7. Bahan Bakar
Bahan atau barang yang dipakai untuk menimbulkan api (panas). (Kamus
besar bahasa indonesia, 2002: 672). Bahan bakar dalam penelitian ini
berupa kayu sisa produksi permebelan.
8. Limbah Produksi
Sisa proses produksi, bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak
berguna untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan atau
pemakaian. (Kamus besar bahasa indonesia, 2002: 672). Limbah yang
dimaksud adalah sisa-sisa kayu yang tidak digunakan dan dijadikan bahan
bakar pada penelitian.
9. Efisiensi
Ketepatan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu (dengan tidak
membuang waktu, tenaga, biaya); kedayagunaan; ketepatgunaan. (Kamus
besar bahasa indonesia, 2002: 284). Membandingkan antara variasi-variasi
penelitian.
10. Kerja
Kegiatan melakukan sesuatu yang dilakukan (dibuat). (Kamus besar
bahasa indonesia, 2002: 664). Kerja yang dimaksud adalah pekerjaan
pembakaran kayu dalam dapur sebagai suatu sistem yang saling terkait
Maksud dari judul secara keseluruhan adalah pengaruh variasi bahan baku
dinding dapur oven pengering terhadap efisiensi kerja dan kemampuan
meminimalisir panas yang hilang dengan bahan bakar kayu limbah produksi.

1.4 TUJUAN PENELITIAN


Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Membuktikan bahwa dengan merubah variasi bahan baku dinding pada
dapur oven pengering menyebabkan prebedaan efisiensi kerja dapur dan
perbedaan jumlah heat lost.
2. Membuktikan bahwa dengan merubah variasi bahan baku dinding pada
dapur oven pengering menyebabkan perbedaan temperatur pengeringan
yang disuplai ke ruang pengering dengan jumlah bahan bakar dan waktu
pembakaran yang sama.
3. Mengetahui variasi bahan baku dinding oven pengering yang manakah
yang paling efisien dan optimal.

1.5 MANFAAT PENELITIAN


Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini dapat memberi masukan pada institusi teknologi produksi
atau pengusaha perkayuan khususnya pengeringan kayu untuk mengambil
langkah-langkah bijaksana dalam rangka berproduksi dengan cepat dan
efektif.
2. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan
bahan baku pembuat dinding dapur oven, sehingga terjadi penghematan
dalam penggunaannya.

3. Memberikan sumbangan pemikiran dan langkah penghematan tenaga


listrik dalam proses pengeringan kayu dengan tetap mempertahankan
kualitas dan mutu layak kayu.
4. Penelitian ini dapat sebagai bahan rujukan bagi peneliti sejenis dalam
pengembangan yang lebih baik.
5. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti tentang sifat-sifat
bahan baku pembuatan dinding dalam pengeringan kayu.

BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1 SIFAT-SIFAT UMUM KAYU


2.1.1 PENGERTIAN KAYU
Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan
bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai
kebutuhan. Pengertian kayu disini adalah sesuatu bahan yang diperoleh
dari hasil pemungutan pohon-pohon di hutan, yang merupakan bagian
dari pohon tersebut, setelah diperhitungkan bagian-bagian mana yang
lebih banyak dapat dimanfaatkan untuk sesuatu tujuan penggunaan
dalam bentuk kayu pertukangan, kayu industri maupun kayu bakar.

2.1.2 BAGIAN BAGIAN KAYU


1. Kulit

Gambar 2.1. Bagian-bagian kayu ( J.F. Damandauw, 1982)


Kulit terdapat pada bagian terluar. Ada dua bagian :
1. Kulit bagian luar yang mati, mempunyai ketebalan yang
bervariasi menurut jenis pohon.
2. Kulit bagian dalam yang bersifat hidup dan tipis.
Kulit berfungsi sebagai pelindung bagian-bagian yang terdalam,
terhadap kemungkinan pengaruh dari luar yang bersifat merusak,
misalnya iklim, serangan serangga, hama, kebakaran serta perusakperusak kayu lainnya. Selain itu berfungsi sebagai jalan bahan
makanan dari daun ke bagian-bagian tanaman.
2. Kambium
Kambium merupakan jaringan yang lapisannya tipis dan bening.
Pertumbuhan kambium melingkari kayu, ke arah luar membentuk
kulit baru menggantikan kulit lama yang telah rusak dan ke arah
dalam membentuk kayu yang baru. Pertumbuhan kambium ke arah
luar mengakibatkan pohon lambat laun bertambah besar.

10

Gambar 2.2. Letak Kambium ( J.F. Damandauw, 1982)


3. Kayu Gubal
Bagian kayu yang masih muda terdiri dari sel-sel yang masih
hidup, terletak disebelah dalam kambium dan berfungsi sebagai
penyalur cairan dan tempat penimbunan zat-zat makanan. Tebal
lapisan kayu gubal bervariasi menurut jenis pohon. pohon yang
tumbuh

cepat

dibandingkan

mempunyai
dengan

kayu

lapisan

kayu

terasnya.

gubal

Kayu

lebih

gubal

tebal

biasanya

mempunyai warna terang.


4. Kayu Teras
Kayu teras terdiri dari sel-sel yang dibentuk melalui perubahanperubahan sel hidup pada lingkaran kayu gubal bagian dalam,
disebabkan terhentinya fungsi sebagai penyalur cairan dan lain-lain
proses kehidupan. Ruang dalam kayu teras dapat mengandung
berbagai macam zat yang memberi warna lebih gelap. Pohon jenis
tertentu kayu teras banyak mengandung bahan-bahan ekstraktif yang

11

memberi keawetan dan membuat lebih berat pada kayu, tetapi tidak
semua jenis kayu yang memiliki zat ekstraktif sudah dapat dipastikan
keawetannya.
5. Hati
Hati merupakan bagian kayu yang terletak pada pusat lingkaran
tahun (tidak mutlak pada pusat bontos). Hati berasal dari kayu awal,
yaitu bagian kayu yang pertama kali dibentuk oleh kambium. Hati
mempunyai sifat rapuh atau sifat lunak.

6. Lingkaran Tahun
Lingkaran tahun tumbuh antara kayu yang terbentuk pada
permulaan dan pada akhir suatu musim. Lingkaran-lingkaran tahun
ini menunjukkan umur pohon, apabila pertumbuhan diameter
(membesar) terganggu oleh musim kering karena pengguguran daun,
ataupun serangan serangga/hama, maka lingkaran tahun dapat terdiri
lebih dari satu lingkaran tahun (lingkaran tumbuh) dalam satu musim
yang sama. Lingkaran tahun dapat mudah dilihat pada beberapa jenis
kayu daun lebar. Pada pohon jenis-jenis tertentu, lingkaran tahun ada
kalanya sulit dibedakan terutama di daerah tropik, karena
pertumbuhan praktis berlangsung sepanjang tahun.
7. Jari-jari

12

Jari-jari dari luar ke dalam berpusat pada sumbu batang,


berfungsi sebagai tempat saluran bahan makanan yang mudah
diproses di daun guna pertumbuhan pohon.

2.1.3 SIFAT FISIK KAYU


Sifat fisik kayu tergolong dalam Beberapa hal adalah: Berat jenis,
keawetan alami, warna, higroskopik, berat, kekerasan dan lain-lain :
1. Berat Jenis
Kayu meiliki berat jenis yang berbeda-beda, berkisar antara
minimum 0,20 (ky. Balsa) hingga BJ 1,28 (ky. Nani) (J.F.
Damandauw, 1982). Berat jenis merupakan petunjuk penting bagi
aneka sifat kayu. Makin berat kayu itu, umumnya makin kuat pula
kayunya, semakin ringan suatu jenis kayu, akan berkurang pula
kekuatannya. Berat jenis ditentukan antara lain oleh tebal dinding
sel, kecilnya rongga sel yang membentuk pori-pori. Berat jenis
diperoleh dari perbandingan antara berat suatu volume kayu tertentu
dengan volume air yang sama pada suhu standar. Berat jenis kayu
ditentukan berdasarkan berat kayu kering tanur atau kering udara dan
volume kayu pada posisi kadar air tersebut.
2. Keawetan Alami Kayu
Keawetan kayu alami ialah ketahanan kayu terhadap serangan
dari unsur-unsur perusak kayu dari luar seperti: jamur, rayap, bubuk,
cacing laut dan makhluk lainnya yang diukur dengan jangka waktu

13

tahunan. Keawetan kayu tersebut disebabkan oleh adanya suatu zat


di dalam kayu (zat ekstraktif) yang merupakan sebagian unsur racun
bagi perusak-perusak kayu, sehingga perusak itu tidak sampai masuk
dan tinggal di dalamnya serta merusak kayu. Misalnya kayu jati
memiliki tectoquinon, kayu ulin memiliki silica dan lain-lain.
3. Warna Kayu
Warna kayu ada beraneka macam, antara lain warna kuning,
keputih-putihan, coklat muda, coklat tua, kehitam-hitaman, kemerahmerahan dan lain sebagainya. Warna kayu ini disebabkan oleh zatzat pengisi warna dalam kayu yang berbeda-beda. Warna sesuatu
jenis kayu dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut: tempat di
dalam batang, umur pohon, kelembaban udara. Kayu yang kering
berbeda pula warnanya dari kayu yang basah. Kayu yang lama
berada di luar dapat lebih gelap, dapat juga lebih pucat daripada kayu
yang segar dan kering udara. Warna sesuatu jenis kayu bukanlah
warna yang murni, tetapi warna campuran beberapa jenis warnawarna lain yang sukar dipisahkan, contoh: kayu yang berwarna putih
misalnya jelutung, yang berwarna merah misalnya kempas, renghas,
dan lain sebagainya.
4. Higroskopik
Kayu mempunyai sifat higroskopik, yaitu dapat menyerap atau
melepaskan air atau kelembaban. Sifat higroskopik merupakan suatu
petunjuk bahwa kelembaban kayu sangat dipengaruhi oleh

14

kelembaban dan suhu udara pada suatu saat, makin lembab udara di
sekitarnya akan makin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai
keseimbangan dengan lingkungannya. Kandungan air pada kayu
serupa ini dinamakan kandungan air keseimbangan (EMC =
Equilibrium Moisture Content). Masuknya air ke dalam kayu
menyebabkan berat kayu akan bertambah.
5. Tekstur
Tekstur ialah ukuran relatif sel-sel kayu. Sel kayu ialah seratserat kayu, sehingga dapat dikatakan tekstur ialah ukuran relatif
serat-serat kayu. Kayu berdasarkan teksturnya dapat digolongkan ke
dalam:
1. Kayu bertekstur halus, contoh: giam, lara, kulim dan lain-lain.
2. Kayu bertekstur sedang, contoh: jati, sonokeling dan lain-lain.
3. Kayu bertekstur kasar, contoh: kempas, meranti dan lain-lain.
6. Serat
Serat kayu ini berhubungan dengan sifat kayu yang menunjukkan
arah sel-sel kayu di dalam kayu terhadap sumbu batang pohon. Arah
serat dapat ditentukan oleh arah alur-alur yang terdapat pada
permukaan kayu. Kayu dikatakan berserat lurus, jika arah sel-sel
kayunya sejajar dengan sumbu batang, sedangkan arah sel-sel itu
menyimpang atau membentuk sudut terhadap sumbu panjang batang,
dikatakan kayu itu berserat mencong. Serat mencong dapat dibagi
lagi menjadi :

15

1. Serat berpadu; bila batang kayu terdiri dari lapisan-lapisan yang


berselang-seling, menyimpang ke kiri kemudian ke kanan
terhadap sumbu batang, contoh kayu: kulim, renghas, kapur.
2. Serat berombak; serat-serat kayu yang membentuk gambaran
berombak, contoh kayu: renghas, merbau dan lain-lain.
3. Serat terpilin; serat-serat kayu yang membuat gambaran terpilin
(puntiran), seolah-olah batang kayu dipilin mengelilingi sumbu,
contoh kayu: bintangur, kapur, damar dan lain-lain.
4. Serat diagonal; yaitu serat yang terdapat pada potongan kayu atau
papan, yang digergaji sedemikian rupa sehingga tepinya tidak
sejajar arah sumbu, tetapi membentuk sudut dengan sumbu.

Gambar. 2.3. Macam-macam Serat ( J.F. Damandauw, 1982)


7. Berat Kayu

16

Berat sesuatu jenis kayu tergantung dari jumlah zat kayu yang
tersusun, rongga-rongga sel atau jumlah pori-pori, kadar air yang
terkandung dan zt-zat ekstraktif di dalamnya. Berat suatu jenis kayu
ditunjukkan dengan besarnya berat jenis kayu yang bersangkutan,
dan dipakai sebagai standart berat kayu. Kayu berdasarkan berat
jenisnya digolongkan ke dalam kelas-kelas sebagai berikut :
Tabel.2.1. Penggolongan Berat Jenis Kayu ( J.F. Damandauw, 1982)

Kelas berat kayu


a. Sangat berat

Berat jenis
Lebih besar dari 0,90

b. Berat

0,70 0,90

c. Agak berat

0,60 0,75

d. Ringan

Lebih kecil dari 0,60

Jenis kayu yang termasuk dalam kelas sangat berat adalah giam,
balau dan lain-lain. Masuk kelas berat misalnya kulim, sedangkan
agak berat misalnya bintangur dan yang termasuk ringan misalnya
pinus dan balsa.
8. Kekerasan
Kekerasan berhubungan langsung dengan kekerasan kayu dan
serat kayu. Kayu-kayu yang keras juga termasuk kayu-kayu yang
berat, sebaliknya kayu ringan adalah juga kayu yang lunak.. Jenisjenis kayu berdasarkan kekerasannya digolongkan sebagai berikut:
1. Kayu sangat keras, contoh: balau, giam, dan lain-lain.

17

2. Kayu keras, contoh: kulim, pilang dan lain-lain.


3. Kayu sedang kekerasannya, contoh: mahoni, meranti, dan lainlain.
4. Kayu lunak, contoh: pinus, balsa, dan lain-lain.
Cara menetapkan kekerasan kayu ialah dengan memotong kayu
tersebut arah melintang dan mencatat atau menilai kesan perlawanan
oleh kayu itu pada saat pemotongan dan kilapnya bidang potongan
yang dihasilkan. Kayu yang sangat keras akan sulit dipotong
melintang dengan pisau. Pisau tersebut akan meleset dan hasil
potongannya akan memberi tanda kilauan pada kayu. Kayu yang
lunak akan mudah rusak, dan hasil potongan melintantangnya akan
memberikan hasil yang kasar dan suram.

2.1.4 SIFAT MEKANIK KAYU


Sifat-sifat mekanik atau kekuatan kayu ialah kemampuan kayu untuk
menahan muatan dari luar. Muatan dari luar ialah gaya-gaya di luar
benda yang mempunyai kecenderungan untuk mengubah bentuk dan
besarnya benda. Kekuatan kayu memegang peranan penting dalam
penggunaannya.

2.1.5 SIFAT KIMIA KAYU

18

Komponen kimia dalam kayu mempunyai arti yang penting, karena


menentukan kegunaan sesuatu jenis kayu, dengan mengetahuinya kita
dapat membedakan jenis-jenis kayu. Susunan kimia kayu digunakan
sebagai pengenal ketahanan kayu terhadap serangan makhluk perusak
kayu, selain itu dapat pula menentukan pengerjaan dan pengolahan kayu
yang optimal. Komponen kimia kayu terdiri dari 3 unsur :
1. Unsur karbohidrat terdiri dari selulosa dan hemiselulosa
2. Unsur non-karbohidrat terdiri dari lignin
3. Unsur yang diendapkan dalam kayu selama proses pertumbuhan
dinamakan zat ekstraktif.
Distribusi komponen kimia tersebut dalam dinding sel kayu tidak
merata. Kadar selulosa dan hemiselulosa banyak terdapat dalam dinding
sekunder, sedangkan lignin banyak terdapat dalam dinding primer dan
lamella tengah. Zat ekstraktif terdapat di luar dinding sel kayu.
Komposisi unsur unsur kimia dalam kayu adalah:

1. Karbon

50%

2. Hydrogen

6%

3. Nitrogen

0,04 0,10%

4. Abu

0,20 0,50%

5. Sisanya adalah oksigen.


Komponen kimia kayu sangat bervariasi karena dipengaruhi oleh faktor
tempat tumbuh, iklim dan letaknya di dalam batang atau cabang.

19

Tabel.2.2. Komponen kimia pada kayu ( J.F. Damandauw, 1982)


Komponen kimia

Kandungan dalam %

Selulosa

40 - 45

Lignin

18 - 33

Pentosan

21 - 24

Zat ekstraktif

1 - 12

abu

0,22 - 6

( Sumber: Vademecum Kehutanan 1976)


1. Selulosa :
Selulosa dalah bahan kristalin untuk membangun dindingdinding sel. Bahan dasar selulosa ialah glukosa, gula bermartabat
enam, dengan rumus C6H12O6. Molekul-molekul glukosa
disambung menjadi molekul-molekul besar, panjang dan
berbentuk rantai dalam susunan manjadi glukosa. Selulosa
merupakan bahan dasar yang penting bagi industri-industri yang
memakai selulosa sebagai bahan baku, missal: pabrik kertas,
pabrik sutera dan lain sebagainya.
2. Lignin :
Lignin merupakan bagian yang bukan karbohidrat, sebagai
persenyawaan kimia yang jauh dari sederhana, tidak berstruktur,
bentuknya amorf. Dinding sel tersusun oleh suatu rangka
molekul selulosa, antara lain terdapat pula lignin. Kedua bagian
ini merupakan suatu kesatuan yang erat, yang menyebabkan

20

dinding sel menjadi kuat menyerupai beton bertulang besi.


Selulosa laksana batang-batang besi dan lignin sebagai semen
betonnya. Lignin terletak terutama dalam lamella tengah dan
dinding primer. Kadar lignin dalam kayu gubal lebih tinggi
daripada dalam kayu teras. (Kadar selulosa sebaliknya).
3. Hemiselulosa :
Kayu masih mengandung sejumlah zat lain sampai 15 25%
( J.F. Damandauw, 1982), antara lain hemiselulosa yaitu
semacam selulosa berupa persenyawaan dengan molekulmolekul besar yang bersifat karbohidrat. Hemiselulosa dapat
tersusun oleh gula yang bermartabat lima dengan rumus C5H10O5
disebut pentosan atau gula bermartabat enam C6H12O6 disebut
hexosan. Zat-zat ini terdapat sebagai bahan bangunan dinding sel
dan juga sebagai bahan zat cadangan.
4. Zat ekstraktif:
Zat ekstraktif adalah zat yang mudah larut dalam pelarut
seperti: eter, alcohol, bensin dan air. Jumlah zat ekstraktif ratarata 3 8% ( J.F. Damandauw, 1982), dari berat kayu karing
tanur. Termasuk di dalamnya minyak-minyakan, resin, lilin,
lemak, tannin, gula, pati dan zat warna. Zat ekstraktif tidak
merupakan bagian struktur dinding sel, tetapi terdapat dalam
rongga sel. Zat ekstraktif memiliki arti yang penting dalam kayu
karena:

21

1. Dapat mempengaruhi sifat keawetan, warna, baud an rasa


sesuatu jenis kayu
2. Dapat digunakan untuk mengenal sesuatu jenis kayu
3. Dapat digunakan sebagai bahan industri
4. Dapat menyulitkan dalam pengerjaan dan mengakibatkan
kerusakan pada alat-alat pertukangan.
5. Abu
Abu merupakan persenyawaan-persenyawaan organic di
dalam kayu, terdiri dari mineral pembentuk abu yang tertinggal
setelah lignin dan selulosa habis terbakar. Kadar zat ini bervariasi
antara 0,2 1% dari berat kayu ( J.F. Damandauw, 1982).

2.2 SISTEM PENGERING KAYU KONVENSIONAL


Sistem pengeringan kayu konvensional paling banyak digunakan dalam
industri kayu, karena sistem ini dinilai paling mudah dan murah dalam
pengoperasionalnya. Pengering kayu konvensional terdiri dari dua bagian
utama, yaitu bagian oven (kiln drier) dan bagian pembangkit energi panas.
Bagian-bagian oven konvensional :

2.2.1 KONSTRUKSI OVEN (KILN BUILDING)


Konstruksi kerangka oven ini menggunakan plat baja sebagai
kerangka dan atap, lantai serta dinding menggunakan plat seng.
Konstruksi tidak harus menggunakan batu tahan api, yang penting

22

mampu mengisolasi energi panas agar tidak cepat terbuang keluar,


sehingga kayu akan mampu menyerap panas lebih banyak.

2.2.2 PLAFON ANTARA (SUB CELLING)


Plafon antara digunakan untuk mengarahkan aliran sirkulasi udara
dalam oven, sehingga dapat terbentuk suatu tekanan gerak udara yang
terarah, merata dan tidak menyebar. Plafon ini biasanya terbuat dari
aluminium dengan permukaan bagian atasnya yang licin, agar hambatan
udara menjadi lebih kecil.

2.2.3 CEROBONG BUANG (DUMFER)


Cerobong ini digunakan untuk membuang udara lembab dari dalam
oven, sehingga kelembaban udara di dalam oven dapat dikendalikan.
Pembuangan udara ini terjadi apabila udara dan kayu telah mencapai
kadar air yang seimbang atau pada batas-batas tertentu yang ditetapkan.

2.2.4 BAGIAN PEMBANGKIT PANAS


Pembangkit panas terdiri dari ruang bakar yang akan diisi oleh kayu
limbah produksi sebagai pembangkit panas.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada sistem pemasok bahan bakar :
1. Kelangsungan pembakaran bergantung pada jumlah bahan bakar
yang dimasukkan dan kelangsungan masukan itu sendiri.

23

2. Perubahan jumlah bahan yang dibakar dalam tungku akan


mempengaruhi

temperatur

tungku

dan

pada

akhirnya

akan

mempengaruhi temperatur pengeringan.


3. Perubahan-perubahan temperatur dalam tungku yang terlalu besar
akan merusak atau mengurangi umur pakai dapur itu sendiri,
diharapkan selalu ada pembakaran setiap hari.
4. Sistem pengaman pada sistem pemasok bahan bakar harus bekerja
sempurna.
Penambahan air atau zat cair lain pada zat dinding sel akan
menyebabkan

jaringan

mikrofibril

mengembang,

keadaan

ini

berlangsung sampai titik jenuh serat tercapai. Dalam proses ini kayu
dikatakan mengembang atau memuai. Penembahan air seterusnya pada
kayu tidak akan mempengaruhi perubahan volume dinding sel, sebab air
yang ditambahkan di atas titik jenuh serat akan ditampung dalam rongga
sel, sebaliknya jika air dalam kayu dengan kadar air maksimum
dikurangi, maka pengurangan air pertama-tama akan terjadi pada air
bebas dalam rongga sel sampai mencapai titik jenuh serat. Pengurangan
air selanjutnya di bawah titik jenuh serat akan menyebabkan dinding sel
kayu itu menyusut atau mengerut. Dalam hal ini dikatakan kayu itu
mengalami penyusutan atau pengerutan. Perubahan dimensi dinyatakan
dalam persen dari dimensi maksimum kayu itu. Dimensi maksimum
adalah dimensi sebelum adapenyusutan. Maka pengembangan dan

24

penyusutan umumnya dinyatakan dalam persen dari volume atau ukuran


kayu dalam keadaan basah atau diatastitik jenuh serat.
Penyusutan (%) =

Dimensi awal Dimensi akhir


x100% ( 1 )
Dimensi awal

Oleh karena itu besarnya perubahan dimensi yang mungkin terjadi


pada sepotong kayu waktu dikeringkan dari kedaan bsah perlu
dipertimbangkan dalam pengerjaan dan penggunaan kayu. Sebab banyak
jenis kayu memiliki angka penyusutan yang tinggi, jika kayu ersebut
menjadi kering. Dalam penggunaan kayu dituntut syarat kestabilan
dimensi kayu. Perubahan dimensi kayu tidak sama dalam ketiga arah:
longitudinal, tangensial, dan radial. Dengan perkataan lain: kayu
memiliki sifat anistropi. Perubahan dimensi meliputi pengembangan dan
penyusutan. Masing-masing sama pentingnya. Tetapi umumnya
perhatian lebih besar ditujukan kepada penyusutan dalam penggunaan
kayu tersebut. Kayu menyusutlebih banyak dalam arah lingkaran tumbuh
(tangensial), agak kurang kea rah melintang lingkaran tumbuh (radial)
dan sedikit sekali dalam arah sepanjang serat (longitudinal). Untuk
perubahan dimensi dalam arah longitudinal berkisar 0,1 0,2%, dalam
arah radial angka penyusutan bervariasi antara 2,1 8,5%, sedangkan
dalam arah tangensial angka penyusutan lebih kurang 2 kali angka
penyusutan radial bervariasi antara 4,3 14%. (A. Dodong Budianto, hal
64).

25

Salah satu usaha untuk mencegah dan membatasi penyustan kayu


ialah dengan membuat kadar air kayu sekecil mungkin, atau pada
keadaan kadar air keseimbangan, dengan cara sebagai berikut :
1. Menjamin kesetabilan dimensi kayu. Sebab di bawah titik jenuh
serat, perubahan kadar air dapat mengakibatkan kembang susut pada
kayu. Sebaliknya bila kayu dikeringkan sampai mendekati kadar air
lingkungan, maka sifat kembang susut ini akan dapat teratasi, bahkan
dapat diabaikan.
2. Menambah kekuatan kayu. Makin redah kadarair kayu yang
dikandung, akan semakin kuatkayu tersebut.
3. Membuat kayu semakin ringan. Dengan demikian ongkos angkutan
berkurang.
4. Mencegah serangan jamur dan bubuk kayu. Sebab umumnya jasad
renik perusak kayu atau jamur tak dapat hidup dibawah persentase
kadar air 20%. (A.Dodong Budianto. Hal 65).
5. Memudahkan pengerjaan selanjutnya, antara lain: pengetaman,
perekatan, finising, pengawetan serta proses-proses kelanjutan
lainnya.

2.3

KAYU SEBAGAI BAHAN BAKAR

Bahan bakar minyak merupakan sumber energi utama di dunia saat ini.
Sifat-sifat bahan bakar minyak seperti kalor yang dihasilkan, dan kecepatan
reaksinya menyebabkan bahan bakar ini memang sangat ideal sebagai

26

sumber energi, namun karena ketersediaannya sangat terbatas maka bahan


bakar ini menimbulkan potensi terjadinya krisis energi. Kayu merupakan
salah satu bahan bakar alternatif saat ini, penggunan kayu sebagai bahan
bakar sebenarnya sudah dimulai sejak dahulu.

Gambar 2.4. Kayu sebagai bahan bakar


(Sumber. Kelurahan Mlonggo Kab. Jepara: 2006 )

2.3.1 PROPERTI KAYU SEBAGAI BAHAN BAKAR


1. Aspek umum
Kandungan zat di dalam kayu akan mempengaruhi karakteristik
sifat kayu sebagai bahan bakar. Karakter sifat itu meliputi nilai
pembakaran, komposisi kimia (elemen yang terkandung dalam
kayu seperti chlorine (Cl), carbon (C), hydrogen (H), nitrogen (N),
dan sulphur (S), kandungan moisture, berat jenis, kekerasan,
jumlah volatile matters, jumlah karbon padat, kandungan abu dan
komposisinya, sifat lebur abu, sifat terak abu, jumlah kotoran, dan

27

debu. Serpihan bahan bakar kayu dapat dibuat dari berbagai jenis
kayu yang berbeda-beda dengan proporsi yang berbeda-beda pula,
mulai dari kayu, kulit, daun, ranting, pucuk dan yang lainnya.
Proporsi yang berbeda-beda itu disebut variasi sifat bahan bakar.
Kurang lebih setengah kandungan zat didalam pohon yang
masih segar adalah air, setengahnya lagi terdiri atas dry matter,
dimana 85% terdiri atas volatille matters, 14,5% adalah karbon
padat, dan 0,5% adalah abu (John Vos, 2004). Kandungan nitrogen
dalam kayu rata-rata 0,75% , tetapi antara pohon yang satu dengan
yang lain memiliki kandungan yang berbeda.

Gambar 2.5. Kandungan kimia rata-rata pada kayu


(Sumber: Wood Energy Brochure, 2004. www.Btgworld.com )

Sifat pengeringan untuk bahan bakar akan berbeda tergantung


proporsi elemen-elemen yang terkandung didalamnya. Karbon dan
hidrogen meningkatkan nilai pembakaran, dimana tingginya sama
dengan oksigen dalam kayu menurunkannya. Jika dibandingkan

28

dengan kebanyakan bahan bakar yang lainnya, kayu memiliki


kandungan karbon yang lebih rendah (50% berat kering) dan
kandungan oksigen tinggi (40%), nilai pemanasan rendah per berat
keringnya. Kayu kering dan batangnya juga mengandung abu yang
sedikit, 1m3 bahan bakar kayu menghasilkan rata-rata hanya 3-5 kg
abu bersih.
Combustible bahan bakar padat dapat dikelompokkan dalam
dua grup: volatile matter dan komponen yang terbakar seperti
karbon padat. Delapan puluh persen (80%) energi yang dihasilkan
dari pembakaran kayu berasal dari pembakaran volatile matter atau
gas dan (20%) dari pembakaran karbon padat.

2.3.2 PROPERTI RATA-RATA BAHAN BAKAR KAYU


Sifat-sifat bahan bakar kayu tersebut meliputi hal-hal dibawah ini:
1. Kandungan moisture
2. Density
3. Heating value
4. Distribusi ukuran partikel
5. Kandungan debu dan sifat
6. Jumlah komposisi kimia volatile
Sifat sifat bahan bakar di atas perlu diketahui untuk menentukan
karakteristik kayu secara lebih spesifik. Sifat sifat itu lebih
ditekankan untuk serpihan kayu.

29

Kandungan moisture memiliki pengaruh yang sangat signifikan


pada nilai lower heating saat membutuhkan energi untuk menguapkan
air. Kandungan moisture kayu yang masih segar bervariasi dari 50
sampai 60% dari berat total massa serpihan kayu, hal ini dipengaruhi
beberapa hal diantaranya kondisi iklim, umur kayu, jenis kayu, waktu
penyimpanan.

Gambar 2.6. Pengaruh kandungan moisture terhadap heating value kayu


Keterangan: garis merah = LHV, garis biru = HHV
(Sumber: Wood Energy Brochure, 2004. www.Btgworld.com

2.3.3 NILAI KALORI (Caloric value)


Nilai kalori dinyatakan salah satu nilai yaitu higher heating value
(HHV) atau lower heating value (LHV). Nilai panas tinggi (HHV) atau
rendah (LHV), dapat dinyatakan tiap unit bahan bakar kering (kg atau
m3) atau tiap unit bahan bakar termasuk moisture. Dalam penjumlahan
kandungan moisture bahan bakar, moisture muncul dalam pembakaran

30

hidrogen. Kondisi moisture membuat perbedaan antara higher dan


lower heating value. HHV dihitung dengan asumsi bahwa moisture
terkondensasi dalam bentuk air dan LHV dengan asumsi bahwa
moisture dalam bentuk uap jenuh.

HHV

Higher heating value


Caloric value
Combustion heat

LHV Lower heating value


Efective heating value
Calorimetric heating value digunakan ketika air yang ada setelah
pembakaran dalam bentuk cair. Effective thermal value (Hi), digunakan
ketika air yang ada setelah pembakaran dalam bentuk uap. Kandungan
LHV untuk beberapa bahan bakar ditunjukkan oleh tabel dibawah ini.

Tabel 2.3. Thermal value (LHV) untuk bahan bakar

Bahan bakar

Hi (MJ/kg)

Kayu (kering)

18.5 - 21.0

Peat (dry)

20.0 - 21.0

Arang

23.3 - 24.9

Minyak

40.0 - 42.3

(Sumber: Wood Energy Brochure, 2004. www.Btgworld.com)

31

Hasil perhitungan nilai kalor dalam keadaan normal adalah nilai


untuk HHV. Dengan menentukan kandungan abu, fraksi moisture
dalam material dan fraksi hidrogen (dari ultimate analysis) perbedaan
HHV dan LHV dapat dihitung cara: w = moisture fraction (as
recieved), a = ash fraction (dry), H = mass fraction of hidrogen in
sample (dry).
1 w
HHVar = HHVdry x

100
1 a
HHVdry = HHVdaf x

100


LHVdry = LHVdry 2.442 x 8.396 x

100
1 w
w
LHVar = LHVdry x
2.442 x

100
100

1 w w
x
LHVar = HHVdry 2.442 x 8.39 x
+

100 100 100

2.4 VARIASI BAHAN BAKU DINDING DAPUR


Dinding adalah penutup samping (penyekat) ruang, rumah, bilik (dibuat)
dari papan, anyaman bambu, tembok (Kamus besai bahasa indonesia. 2002:
266). Variasi enelitian ini adalah berkonsentrasi pada dinding dapur dengan
memvariasi bahan baku pembuat dinding. Umumnya didnidng terbuat dari
bahan-bahan antara lain adalah :
2.4.1 BATU BATA

32

Batu bata adalah benda keras dan padat yang berasal dari bumi
dengan proses pembakaran tetapi bukan logam (Kamus besar bahasa
Indonesia. 1999: 98)
Batu bata memiliki nilai konduktifitas termal sebesar = 0,69
W/m.0C dengan panjang 20 cm, tebal 4 cm dan lebar 15 cm. Batu bata
sangat mudah didapat di Indonesia dan murah harganya.

Gambar 2.7. Batu bata bangunan


(Sumber. Kelurahan Mlonggo Kab. Jepara: 2006 )

2.4.2 PASIR
Pasir adalah butir-butir yang halus; kersik halus Bahan baku
dinding dapur tembok adalah pasir yang digunakan sebagai perekat
dan penutup bagian luar dari batu bata, pasir banyak ditangkan dari
muntilan Kabupaten Magelang. Pasir mempunyai nilai konduktifitas
termal sebesar = 0,76 W/m.0C.

33

Gambar 2.8. Batu pasir bangunan


(Sumber. Pasir Muntilan Kab. Magelang: 2006)

2.4.3 SEMEN
Semen adalah adukan kapur dansebagainya untuk merekatkan batu
bata (tentang membuat tembok) dan sebaginya (Kamus besar bahasa
Indonesia. 1999; 906).
Semen adalah bahan baku bangunan yang berfungsi sebagai
perekat pasir dalam melapisi batu bata. Semen sangat mudah didapat di
Indonesia. Semen mempunyai nilai konduktifitas termal sebesar = 0,29
W/m.0C.

34

Gambar 2.9. Semen bangunan


(Sumber: Portland moser. Perpindahan kalor, J.P. Holman, hal, 584)

2.5 TEORI DAPUR PENGERING


2.5.1 MODEL SISTEM DAPUR PENGERING
1. Teori Dapur Oven Pengering Kayu
Tiap pembakaran kayu pada alam terbuka akan dihasilkan
energi sebesar 90%. Tetapi hanya proporsi kecil, 10% sampai 40%
(Baldwin and Miniarski : 4). Energi yang dihasilkan kayu yang
dapat diserap pada pembakaran dalam tungku atau dapur.
Peningkatan efisiensi perapian diperlukan untuk mengurangi asap
dan mengoptimalkan hasil pembakaran.
Pengujian tungku yang seksama telah mengakibatkan suatu
pemahaman yang akurat bagaimana cara memperbaiki tungku.
Tanpa percobaan dan pengujian, pengembangan tungku didasarkan

35

pada

dugaan.

Penyelidikan

seksama

dapat

dengan

cepat

memisahkan kebenaran dari pendapat.


2. Mendesain suatu Tungku yang Meningkatkan Perapian
Mendesain tungku yang dapat meningkatkan perapian dapat
diperoleh dengan cara:
1. Meyakinkan bahwa ada pasokan udara yang baik dalam perapian.
2. Batasi disekitar perapian untuk membantunya membakar lebih
panas.
3. Hindari penggunaan material yang dingin seperti tanah dan pasir
disekitar ruang perapian.
4. Pastikan ada suplai udara pada bawah kayu yang terbakar.
5. Suatu kelebihan jumlah tertentu udara adalah penting bagi
perapian, karena akan membantu memelihara perapian yang
bersih.
3. Meningkatkan Efisiensi Bahan Bakar (mendapatkan panas lebih ke
dalam ruang pengering)
1. Tingkatkan temperatur gas yang menghubungkan dengan ruang
pengering serta udara panas yang langsung mengenai kayu yang
dikeringkan.
2. Tingkatkan kecepatan aliran gas panas terhadap ruang pengering.
Gas yang cepat menghantam melalui lapisan batas udara lebih
lambat daripada gas yang langsung mengenai permukaan ruang

36

pengering (logam). Udara adalah suatu medium pemindahan


kalor yang lemah.
3. Gunakan logam untuk dasar ruang pengering karena logam
adalah konduktor panas lebih yang baik daripada tanah liat.
4. Gunakan ruang pengering yang lebar dengan garis tengah yang
esar. Penggunaan suatu ruang pengering yang lebar menciptakan
lebih area permukaan untuk meningkatkan perpindahan panas.
4. Pembuatan Tungku Dapur yang Aman
Pembuatan tungku dapur yang aman adalah mencegah
terjadinya kebakaran. Mencegah terjadinya kebakaran adalah salah
satu dari fungsi yang paling utama dari suatu peningkatan fungsi
tungku disamping sebagai pemasok bahan bakar.
Proses

mengeringkan

kayu

sebelum

diproduksi

akan

memberikan dampak positif akan hasil akhir dari pembuatan


barang dari kayu tersebut. Tetapi tidak jarang kayu yang
dikeringkan akan terbakar selama proses pengeringan berlangsung.
Mengelilingi dapur perapian. Insulativ akan melindungi lidah api
agar tidak masuk dalam ruang pengering.
3.5.2 SEPULUH PRINSIP DESAIN DAPUR
Pendekatan kombinasi antara membersihkan pembakaran dan
mengoptimalkan karakteristik perpindahan kalor akan dicoba dalam
perancangan kali ini.

37

1. Prinsip Satu : Isolasi sekeliling dapur pembakaran menggunakan


material

penghalang

penghantar.

Jika

mungkin,

jangan

menggunakan material berat seperti pasir dan tanah liat.


2. Prinsip Dua : Tempatkan suatu cerobong isolasi (jarak antara dasar
tungku dan ruang pengering) pendek yang benar di atas api itu.
Penempatan suatu cerobong pendek di atas api akan meningkatkan
draft dan membantu api untuk membakar dan menghasilkan panas.

Gambar 2.10 Kontak api dengan ruang pengering


(Sumber : Principle Design Wood Burner. Baldwin, S.F., 2005)
3. Prinsip Tiga : Panaskan dan bakar ujung kayu bakar seperti kita
memasukkan api dalam tungku. Apabila kita memasukkan kayu
bakar dengan rapi maka hanya sedikit asap yang akan ditimbulkan.
4. Prinsip Empat : Panas tinggi dan rendah diciptakan oleh banyak
kayu bakar yang didorong ke dalam api. Lakukan penyesuaian
jumlah as yang dibuat dan api yang diciptakan untuk disesuaikan

38

dengan kebutuhan temperatur (kayu mendapatkan panas dan


melepaskan gas).
5. Prinsip Lima : memelihara draft yang baik. Sama halnya meniup
pada api dan arang dapat membuatnya lebih panas, membakar
bahan bakar akan membantu kearah temperatur tinggi dalam draft
karena api yang panas adalah api yang bersih.
6. Prinsip Enam : Terlalu lambat aliran udara panas ke dalam ruang
pengering akan mengakibatkan asap dan arang berlebihan.
Perbanyaklah aliran uara yang membantu pembakaran ari arah
bawah kayu bakar, karena apabila terlalu banyak aliran udara yang
masuk dari atas api pembakaran hanya akan mendinginkan api
saja.
7. Prinsip Tujuh : Awal nyala api, ukuran ruang tungku atau dapur,
kecukupan suplai udara, dan tinggi cerobong dapur menjadi ukuran
yang sebanding. Hal ini akan memelihara secara konstan area
pembakaran dan membantu mengalirkan panas yang optimal
sepanjang tungku atau dapur.
8. Prinsip Delapan : Gunakan suatu gerakan dibawah api. Jangan
meletakkan kayu bakar langsung kelantai dapur perapian. Aliran
udara harus lewat di bawah kayu bakar yang terbakar, melalui
arang, dan masuk dalam api. Suatu rak di tungku atau kdapur juga
akan mengangkat kayu bakar maka udara dapat lewat di bawanya.

39

Kayu bakar yang terbakar menangkap panas api menguatkan yang


lain untuk membakar dengan penuh.

Gambar 2.11 Saluran udara pembakaran


(Sumber : Principle Design Wood Burner. Baldwin, S.F., 2005)
9. Prinsip Sembilan : membatasi aliran panas yang hilang. Gunakan
insulative materialn di dalam tungku untuk menangkap aliran gas
panas seemikian sehingga api secara efektif memanaskan ruang
pengering.

Gambar 2.12. Dinding insulative


(Sumber : Principle Design Wood Burner. Baldwin, S.F., 2005)

40

10. Prinsip Sepuluh : Maksimalkan Perpindahan panas ke ruang bakar


dengan ukuran saluran. Jadi panas ke alam ruang pengering yang
baik dilakukan dengan penggunaan saluran.

2.6 HIPOTESIS

Hipotesis yang diajukan untuk menjawab permasalahan yang timbul dalam


penelitian ini adalah :
1. Ada perbedaan efisiensi kerja dapur dan jumlah Heat lost pada masingmasing variasi bahan baku batu bata, batu bata dan adukan pasir serta batu
bata, adukan pasir dan acian semen pembuat dapur oven pengering kayu.
2. Ada perbedaan hasil temperatur pengeringan padamasing-masing variasi
bahan baku pembuat dinding batu bata dengan jumlah bahan bakar yang
sama.

41

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 DESAIN EKSPERIMEN

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang dilaksanakan di industri


meubel Nurev Putra Jati milik Bapak Sunoto Dusun Suwawal RT. 09/RW. III
No. 143, Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah dengan
kondisi dan perlengkapan yang disesuaikan dengan kebutuhan untuk
memperoleh data tentang pengaruh perbedaan variasi dinding dapur pada oven
pengering kayu berbahan baker limbah kayu produksi.
Desain eksperimen adalah eksperimen yang merupakan dengan sengaja
dan secara sistematis mengadakan perlakuan atau tindakan pengamatan yang
dilakukan peneliti untuk melihat efek yang terjadi pada tindakan tersebut
(Suharsimi Arikunto, 1993: 189).
Obyek dalam penelitian ini adalah benda uji dapur oven pengering kayu
yang diberi perlakuan variasi dindingnya, adapun perlakuan-perlakuan yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Dinding dapur oven pengering kayu berbahan baku batu bata.
2. Dinding dapur oven pengering kayu berbahan baku batu bata dan adukan
pasir.
3. Dinding dapur oven pengering kayu berbahan baku batu bata, adukan pasir
dan acian semen.

43

3.2 BAHAN DAN ALAT

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah batu bata, pasir dan
semen.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Alat pengukur temperatur dinding yaitu Thermocople.
2. Alat pengukur temperatur ruangan yaitu Thermo-hygrometer.
3. Alat pengukur kecepatan udara yaitu Thermometer.
4. Dapur oven pengering kayu berukuran 150 cm x 50 cm x 50 cm berbahan

bakar kayu limbah produksi dengan nilai kalor kayu bakar 18,5 (Mengenal
Kayu, J.F. Damandauw, 1982) MJ/kg.
5. Neraca timbang yang digunakan untuk menimbang kayu bakar.
6. Peralatan bangunan untuk membuat variasi dapur oven pengering kayu.
7. Lembar observasi yang berfungsi untuk mencatat data-data yang diperoleh

selama penelitian.

3.3 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Penelitian dilakukan di industri meubel Nurev Putra Jati milik Bapak


Sunoto Dusun Suwawal RT. 09/RW. III No. 143, Kecamatan Mlonggo,
Kabupaten Jepara, Jawa Tengah dan penelitian dilaksanakan pada bulan
November 2006.

3.4 VARIABEL PENELITIAN

44

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas,
variabel terikat dan variabel kontrol.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah bahan baku pembuat dinding
dapur oven pengering yang berupa batubata, batubata dan adukan serta
batubata adukan dan acian. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
efisiensi kerja dari dapur pengering. Variabel kontrol dalam penelitian ini
adalah kecepatan udara dan jenis bahan bakar.

3.5 ALUR PENELITIAN

Penelitian ini meggunakan metode diskriptif eksperimen yaitu metode


dalam membuat penulisan secara sistematis dan akurat tentang fakta yang
diambil melalui penelitian. Penelitian ini menggunakan sistematik yang
tersusun dan terencana sehingga setiap langkah - langkah yang diambil dan
dilakukan berdasarkan kaidah - kaidah yang telah ditentukan sesuai dalam
diagram penelitian yang telah dibuat. Diagram alir metode penelitian adalah

45

MULAI

STUDI LITERATUR

MODEL

TIDAK
STUDI LAPANGAN

DAPAT DITERIMA

PENELITIAN DAN
PENGAMBILAN DATA

TIDAK
ANALISA DATA

PEMBAHASAN

DAPAT DITERIMA

KESIMPULAN

SELESAI

46

Gambar. 3.1 Diagram alir metode penelitian


3.6 PRINSIP KERJA ALAT UJI

Sistem pengeringan ini menggunakan sumber panas dari kayu limbah


produksi . udara panas dari pembakaran limbah kayu dialirkan pada tumpukan
kayu, karena ada perbedaan berat jenis udara maka udara panas akan
tersirkulasi dan keluar melalui cerobong (konveksi alami).

Pembakaran kayu
dalam ruang dapur
pengering

Udara panas
bersirkulasi
keluar menuju
ruang pengering

Udara bersih dari


l

Uap panas
menguapkan
kadar air kayu

Kadar air yang


teruapkan akan
keluar melalui
cerobong

Gambar. 3.2 Skema prinsip alat pengering sistem konvensional

3.7 METODE PENGUMPULAN DATA

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif eksperimen. Langkahlangkah dalam penelitian ini adalah:

47

1. Persiapan penelitian
Penelitian deskriptif eksperimen ini dirancang sedemikian sehingga
pada pelaksanaan pengambilan data-data yang diambil akurat atau dengan
kata lain terhindar dari kesalahan fatal. Langkah-langkah yang dilakukan
adalah:
1. Menyiapkan bahan-bahan yang digunakan untuk membuat dapur dan
variasi dinding dapur oven pengering kayu (cangkul, cetok, batu bata,
pasir , semen dan lain-lain).
2. Menyusun batu bata menjadi dapur oven pengering dengan ukuran 150
cm x 50 cm x 50 cm.
3. Menyiapkan neraca timbang.
4. Menimbang bahan bakar agar tahu berapa kg setiap memasaukkan
kedalam dapur dari bahan bakar sejumlah 65 kg.
2. Pelaksanaan penelitian dan pengambilan data
2.1 Variasi dinding batu bata
1. Masukkan bahan bakar sejumlah 3 kg kedalam dapur kemudian
dinyalakan, diperoleh suhu pada ruang pengering sebesar 630C.
Untuk tetap menjaga suhu ruang pengering bertemperatur konstan
maka diperlukan penambahan bahan bakar. Data penambahan
jumlah bahan bakar terlampir dalam lampiran.
2. Bahan bakar sejumlah 6,5 kg habis dalam kurun waktu 1 jam untuk
mempertahankan suhu ruang pengering tetap konstan sebesar 630C.

48

3. Tiap 1 jam dilakukan pengukuran temperatur dinding dalam dan


luar dapur oven pengering kayu. Langkah ini dilakukan berulangulang sampai bahan bakar sejumlah 65 kg habis dalam jangka
waktu 10 jam.

2.2 Variasi dinding batu bata dan adukan pasir.


1. Melapisi dinding dapur oven dengan adukan pasir sebagai variasi
penelitian. Sehingga dinding dapur oven menjadi 2 lapis yaitu batu
bata dan adukan pasir.
2. Masukkan bahan bakar sejumlah 3 kg kedalam dapur kemudian
dinyalakan, diperoleh suhu pada ruang pengering sebesar 63,50C.
Untuk tetap menjaga suhu ruang pengering bertemperatur konstan
maka diperlukan penambahan bahan bakar. Data penambahan
jumlah bahan bakar terlampir dalam lampiran.
3. Bahan bakar sejumlah 6,5 kg habis dalam kurun waktu 1 jam untuk
mempertahankan suhu ruang pengering tetap konstan sebesar
63,50C.
4. Tiap 1 jam dilakukan pengukuran temperatur dinding dalam dan
luar dapur oven pengering kayu. Langkah ini dilakukan berulangulang sampai bahan bakar sejumlah 65 kg habis dalam jangka
waktu 10 jam.

49

2.3 Variasi dinding batu bata, adukan pasir dan acian semen.
1. Melapisi dinding dapur oven dengan acian semen sebagai variasi
penelitian. Sehingga dinding dapur oven menjadi 3 lapis yaitu batu
bata, adukan pasir dan acian semen.
2. Masukkan bahan bakar sejumlah 3 kg kedalam dapur kemudian
dinyalakan, diperoleh suhu pada ruang pengering sebesar 65,50C.
Untuk tetap menjaga suhu ruang pengering bertemperatur konstan
maka diperlukan penambahan bahan bakar. Data penambahan
jumlah bahan bakar terlampir dalam lampiran.
3. Bahan bakar sejumlah 6,5 kg habis dalam kurun waktu 1 jam untuk
mempertahankan suhu ruang pengering tetap konstan sebesar
65,50C.
4. Tiap 1 jam dilakukan pengukuran temperatur dinding dalam dan
luar dapur oven pengering kayu. Langkah ini dilakukan berulangulang sampai bahan bakar sejumlah 65 kg habis dalam jangka
waktu 10 jam.

3.8 RUMUS-RUMUS YANG DIGUNAKAN

3.8.1 KALOR YANG BERGUNA


Kalor yang berguna adalah kalor hasil pembakaran yang dimanfaatkan
untuk mengeringkan kayu dalam ruang pengering dapat dihitung dengan
persamaan.
Qberguna = m.C p .(Tout Tin ) ...............................................(2)

50

dengan :
m = Laju aliran massa udara (kg/s)
Cp = Kalor spesifik udara pada tekanan konstan (kJ/kg.0C)
Tout = Temperatur pengeringan (K)
Tin = Temperatur lingkungan (K)

3.8.2 KALOR BAHAN BAKAR


Kalor bahan bakar adalah jumlah bahan bakar kali nilai kalor bahan
baker, dapat dihitung dengan persamaan.
Qbahan bakar = mbahan bakar ..H i ......................................................................(3)
dengan :
m = Massa bahan bakar (kg)
Hi = Nilai kalor bahan bakar (MJ/kg)

3.8.3 EFISIENSI DAPUR


Efsiensi dapur oven pengering dapat dihitung dengan persamaan.

Qberguna
Qbahan bakar

m..C p (Tout Tin )


mbahan bakar .Hi

x100% ...............................(4)

dengan:
m = Laju aliran massa udara(kg/s)
Cp = Kalor spesifik udara pada tekanan konstan (kJ/kg.0C)

51

Tout = Temperatur pengeringan (K)


Tin = Temperatur lingkungan (K)
Hi = Nilai kalor bahan bakar (MJ/kg)

3.8.4 HEAT LOST


Proses hilangnya kalor dapat dihitung dengan persamaan.
1. Variasi I
Perhitungan nilai R total Heat Lost

1. Nilai R radiasi
Rradiasi =

. A. (T1 + T2 ) (T1 T2 )2 + 2.T1T2

) ................................(5)

dengan :

= Konstanta Stefan-Boltzmann (W/m2.K4)

A = Luas dapur (m2)


T1 = Temperatur lingkungan (K)
T2 = Temperatur dinding (K)
2. Nilai R konveksi
R=

1
......................................................................................(6)
h. A

dengan :
h

= Koefisien transfer panas konveksi (W/m2.0C)

A = Luas dapur (m2)


3. Nilai R konduksi

52

R=

x
........................................................................................(7)
k.A

dengan :
x = Tebal dinding (m)
k = Konduktivitas thermal (W/m.0C)
A = Luas dapur (m2)
Sehingga nilai Rtotal dapat dicari dengan persamaan.
Rtot =

Rkonveksiluar + Rradiasiluar
+ Rradiasidalam
R
+ Rkonduksi + konveksidalam
......(8)
Rkonveksiluar xRradiasiluar
Rkonveksidalam xRradiasidalam

4. Q Heat Lost
Q=

T1 T2
................................................................................(9)
Rtotal

dengan :
T1

= Temperatur dapur (K)

T2

= Temperatur lingkungan (K)

Rtotal = Penambahan Rluar+ Rkonduksi + Rdalam

2. Variasi II
Variasi dapur II adalah dapur berdinding bahan baku Batu Bata dan
Adukan Semen :
Perhitungan nilai R Heat Lost
1. Nilai R radiasi

53

Rradiasi =

, A. (T1 + T2 ) (T1 T2 )2 + 2.T1T2

) .............................(10)

dengan :

= Konstanta Stefan-Boltzmann (W/m2.K4)

A = Luas dapur (m2)


T1 = Temperatur lingkungan (K)
T2 = Temperatur dinding (K)
2. Nilai R konveksi
R=

1
....................................................................................(11)
h. A

dengan :
h

= Koefisien transfer panas konveksi (W/m2.0C)

A = Luas dapur (m2)


3. Nilai R konduksi
R=

x
x
x
+
+
............................................................(12)
k1 . A k 2 . A k 3 . A

dengan :
x

= Tebal dinding (m)

= Konduktivitas thermal (W/m.0C)

= Luas dapur (m2)

Sehingga nilai Rtotal dapat dicari dengan :


1
R

Rkonveksiluar + Rradiasiluar
R
+ Rradiasidalam
+ Rkonduksi + konveksidalam
...(13)
Rkonveksiluar xRradiasiluar
Rkonveksidalam xRradiasidalam

4. Q Heat Lost

54

Q=

T1 T2
..............................................................................(14)
Rtotal

dengan :
T1

= Temperatur dapur (K)

T2

= Temperatur lingkungan (K)

Rtotal = Penambahan Rluar + Rkonduksi + Rdalam

3. Variasi III
Variasi dapur III adalah dapur berdinding bahan baku Batu Bata,
Adukan Pasir dan Acian Semen :
Perhitungan nilai R Heat Lost
1. Nilai R radiasi
Rradiasi =

, A. (T1 + T2 ) (T1 T2 )2 + 2.T1T2

) .............................(15)

dengan :

= Konstanta Stefan-Boltzmann (W/m2.K4)

A = Luas dapur (m2)


T1 = Temperatur lingkungan (K)
T2 = Temperatur dinding (K)
2. Nilai R konveksi
R=

1
....................................................................................(16)
h. A

dengan :
h

= Koefisien transfer panas konveksi (W/m2.0C)

55

A = Luas dapur (m2)


3. Nilai R konduksi
R=

x
x
x
x
x
+
+
+
+
.......................................(17)
k1 . A k 2 . A k 3 . A k 4 . A k 5 . A

dengan :
x = Tebal dinding (m)
k = Konduktivitas thermal (W/m.0C)
A = Luas dapur (m2)
Sehingga nilai Rtotal dapat dicari dengan :
Rtot =

Rkonveksiluar + Rradiasiluar
+ Rradiasidalam
R
+ Rkonduksi + konveksidalam
...(18)
Rkonveksiluar xRradiasiluar
Rkonveksidalam xRradiasidalam

4. Q Heat Lost
Q=

T1 T2
.....................................................................(19)
Rtotal

dengan :
T1

= Temperatur dapur (K)

T2

= Temperatur lingkungan (K)

Rtotal = Penambahan Rluar + Rkonduksi + Rdalam

4. Rumus yang digunakan dalam menentukan koefisien perpindahan


konveksi (h) adalah.
Gr =

g. .T .t 3

............................................... ...........(20)

56

dengan :
Gr = Angka Grashof
g = Nilai gravitasi (m/s2)
= Koefisien volume pemuaian (1/K)
T = Selisih perbedaan temperatur (K)
t

= Tinggi dinding dapur (m)

= Viskositas kinematik (m2/s)


Nu = C.(Gr Pr ) .......................................................... (21)
n

dengan :
Nu

= Angka Nusselt

= Koefisien

Gr = Angka Grashof
Pr

= Angka Prandlt

= Ekponen

h=

Nu.k
..................................................................... (22)
t

dengan:
h

= Koefisien perpindahan kalor (W/m2.0C)

Nu

= Angka Nusselt

= Konduktivitas thermal (W/m.0C)

= Tinggi dinding (m)

57

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL PENELITIAN

Berdasarkan data dari hasil penelitian yang telah dilakukan pengambilan


data dengan hasil data terlampir (lihat lampiran ), pada 4 14 November 2006
di Nurev Jati Jaya Furniture Kelurahan Mlonggo Kabupaten Jepara. Mengenai
uji coba penelitian variasi bahan baku pembuat dinding dapur oven pengering
kayu, maka akan dapat digunakan untuk menjawab permasalahanpermasalahan pada bab sebelumnya dan dapat digunakan untuk memberikan
analisis maupun memberikan gambaran tentang perbedaan temperatur yang
dihasilkan dari masing-masing variasi penelitian dengan jumlah bahan bakar
yang sama dan lama pembakaran yang sama pula.
4.1.1 EFISIENSI DAPUR
Efisiensi dapur adalah kemampuan dapur dalam menghasilkan kalor
yang digunakan sebagai pengeringan dibagi jumlah bahan bakar yang di
konsumsi selama pengeringan. Bahan bakar yang digunakan pada proses
pengeringan ini menggunakan bahan bakar kayu limbah produksi mebel
dengan nilai kalor 18,5 (Mengenal Kayu, J.F. Damandauw, 1982)Mj/kg,
dengan konsumsi bahan bakar sebanyak 6,5 kg/jam lama pembakaran
dalam dapur dibatasi yaitu 10 jam.

59

Dapur oven pengering yang diteliti divariasi menjadi 3 variasi oleh


penulis, dimana masing-masing variasi memiliki perbedaan pada dinding
dapur oven pengering tersebut. Dimana variasi yang dimaksud adalah :
1. Variasi I adalah dinding dapur oven pengering dengan bahan baku
batu bata.
2. Variasi II adalah dinding dapur oven pengering dengan bahan baku
batu bata dan adukan pasir.
3. Variasi III adalah dinding dapur oven pengering dengan bahan baku
batu bata, adukan pasir dan acian semen.
Data hasil yang didapat dari penelitian dan ekserimen berupa data
yang masih perlu diolah untuk mendapatkan hasil secara baik. Data yang
telah diolah menggunakan (persamaan rumus) dalam bab sebelumnya,
manghasilkan rata-rata dan perbedaan seperti dibawah ini.

1. Qbahan bakar

Qbahan bakar = HV x m
= 18,5 MJ/kg x 6,5 kg
= 120,25 MJ
2.

Qberguna
2.1 Variasi I

Qberguna = (..A) (Cp) (T)


= 1,24 kg/m3. 0,8 m/s. 0,75 m2. 1,0068 kJ/kg 0C. (63 - 28)
= 26,22 kJ/s

60

= Qberguna x waktu
= 26,22 kJ/s x 3600 s
= 94,38 MJ.

2.2 Variasi II

Qberguna = (..A) (Cp) (T)


= 1,25 kg/m3. 0,8 m/s. 0,75 m2. 1,0070 kJ/kg 0C. (63,5-28)
= 26,81 kJ/s
Q

= Qberguna x waktu
= 26,81 kJ/s x 3600 s
= 96,52 MJ.

2.2 Variasi III

Qberguna = (..A) (Cp) (T)


= 1,27 kg/m3. 0,8 m/s. 0,75 m2. 1,0073 kJ/kg 0C. (65,5 - 28)
= 28,39 kJ/s
Q

= Qberguna x waktu
= 28,39 kJ/s x 3600 s
= 102,24 MJ.

3. Efisiensi dapur Oven Pengering

1. Variasi I

= =

Qberguna
Qbahan bakar

94,38 MJ
x 100%
120,25 MJ

= 78 %

61

Qberguna

2. Variasi II = =

Qbahan bakar

96,52 MJ
x 100%
120,25 MJ

= 80 %
3. Variasi III = =

Qberguna
Qbahan bakar

102,24 MJ
x 100%
120,25 MJ

= 85 %
Tabel. 4.1 Nilai efisiensi kerja dapur berdasar temperatur pengeringan
Qbahan bakar

Qberguna

Efisiensi

(MJ)

(MJ)

(%)

120,5

94,36

78

II

120,25

96,52

80

III

120.25

102,24

85

VARIASI

Jika hasil rerata data penelitian dibuat dalam grafik akan tersaji
seperti gambar di bawah ini :

62

Efisiensi Kerja Dapur

86

85

84
82
80

80
78

78

76
74
1

Variasi Dinding Dapur

Gambar. 4.1 Grafik pengaruh perbedaan bahan baku dinding dapur


terhadap efisiensi dapur oven pengering.
Dari hasil pengukuran efisiensi daur pada masing-masing variasi
penelitian diperoleh nilai efisiensi yang berbeda-beda dalam satuan persen
(%). Variasi penelitian I (Dinding batu bata) diperoleh nilai efisiensi
sebesar 78 %, Varasi penelitian II (Dinding batu bata dan adukan pasir)
diperoleh nilai efisiensi sebesar 80 %, Variasi penelitian III (Dinding batu
bata, adukan pasir dan acian semen) diperoleh nilai efisiensi sebesar 85 %.
Hasil penelitian membuktikan bahwa perubahan bahan baku dinding
dapur oven pengering kayu berpengaruh terhadap nilai efisiensi kerja
dapur oven pengering kayu. Hal ini dikarenakan tingginya temperatur
yang dihasilkan adalah hasil dari penambahan bahan baku dinding dapur
oven pengering kayu yang secara otomatis semakin besarnya nilai
konduktivitas thermal bahan baku dinding dapur oven pengering kayu.

63

Hasil penelitian efisiensi dapur yang optimal dari masing-masing


variasi penelitian dapat dilihat pada variasi III (Dinding batu bata, adukan
pasir dan acian semen) dimana efisiensi yang dihasilkan sebesar 85 %.

4.1.2 EFISIENSI DAPUR BERDASAR NILAI HEAT LOST


Hasil penelitian heat lost terhadap variasi penelitian dapat disajikan
dalam bentuk tabel dengan menggunakan perhitungan (persamaan
rumus) dalam bab sebelumnya.

1. Perhitungan Heat Lost Dinding Dapur Oven Variasi I

(Temperatur Lingkungan)

(Temperatur Dinding)
542 C
0

28 0C
(Temperatur Dinding) 46,75 0C

612 0C (Temperatur Dapur)

4 cm

konveksi

konveksi
konduksi

64

batu bata radiasi

radiasi

Gambar. 4.2 Variasi I dinding dapur dan aliran Heat Lost


1. Koefisien perpindahan kalor
a. Koefisien perpindahan kalor dinding luar
Pada temperatur 1050C=378 K propertis dilihat pada daftar A-5
(J.P. Holman,hal: 532) :
= 23,64.10-6 m2/s
k = 0,03205 W/m. 0C
Pr = 0,70

g. .T .t 3

Dengan persamaan Gr =

1
.77.0,5 3
378
=
(23,64 x10 6 ) 2
9,8.

9,8.0,0026.77.0,125
558.85 x10 12

= 3,12 . 108

GrPr

= 3,12 x 108 . 0,70


= 3,13. 105

Nu

= C.( GrPr)n
= (0,59) (3,13 x 105)1/4

65

= 78,45
h

N u .k
t

78,45.0,03205
0,5

= 5,03 W/m2.0C

b. Koefisien perpindahan kalor dinding dalam


Pada temperatur 5420C = 815 K propertis dilihat pada daftar A-5
(J.P. Holman,hal: 532) :
= 84,83.10-6 m2/s
k = 0,05854 W/m. 0C
Pr = 0,689

Dengan persamaan Gr =

g. .T .t 3

1
.70.0,5 3
378
=
(84,83x10 6 ) 2
9,8.

9,8.0,0012.70.0,125
7196,12 x10 12

= 1,46. 107

GrPr

= 1,46 x 107 . 0,689


= 1,01. 107

Nu

= C.( GrPr)n

66

= (0,59) (1,01 x 107)1/4


= 33,24
h

N u .k
t

33,24.0,05854
0,5

= 2,13 W/m2.0C
2. Perhitungan R Heat Lost
a. R Radiasi bagian luar
dengan :
= 5,669.10-8 W/m2.K4
A = 2,5 m2
= 0,69
T1 = 378 K
T2 = 301 K
Rumus yang digunakan adalah :
R

=
=
=

, A. (T1 + T2 ) (T1 T2 )2 + 2.T1T2


1

5,669.10 .2,5.0,69(378 + 301) (378 301) + 2.378.301


8

1
1245,657

= 0,0008028 K/W
b. R Radiasi bagian dalam
dengan :

67

= 5,669.10-8 W/m2.K4
A = 2,5 m2
= 0,69
T1 = 885 K
T2 = 815 K
Rumus yang digunakan adalah :
R

, A. (T1 + T2 ) (T1 T2 )2 + 2.T1T2


1

5,669.10 .2,5.0,69(885 + 815) (885 815) + 2.885.815


8

1
17576,38

= 0,0000569 K/W
c. R Konveksi bagian luar
dengan :
h = 5,03 W/m2.0C
A = 2,5 m2
Rumus yang digunakan adalah :
R

1
h. A

1
5,03.2,5

= 0,0795 K/W
d. R Konveksi bagian dalam
dengan :

)
2

68

h = 2,13 W/m2.0C
A = 2,5 m2
Rumus yang digunakan adalah :
R

1
h. A

1
2,13.2,5

= 0,1878 K/W
e. R Konduksi
dengan :
x = 0,04 m
k = 0,69 W/m.0C
Rumus yang digunakan :
R

x
k.A

0,04
0,69.2,5

= 0,0833 K/W
Tahanan total Heat Lost adalah
1. Bagian luar
1

Rkonveksiluar + Rradiasiluar
Rkonveksiluar xRradiasiluar

0,0795 + 0,0008028
0,0795 x0,0008028

Rkonv.Rad .luar

= 1258,232 W/K

69

dengan Rkonv.Rad luar =

1
1258,232

= 0,000795 K/W
2. Konduksi
Rkonduksi = 0,0833 K/W
3. Bagian dalam
1

Rkonveksidalam + Rradiasidalam
Rkonveksidalam xRradiasidalam

0,1878 + 0,0000569
0,1878 x0,0000569

Rkonv. RadDalam

= 17581,71 W/K
dengan Rkonv.Rad Dalam =

1
17581,71

= 0,0000568 K/W
Tahanan total = Rluar + Rkonduksi + Rdalam
= 0,000795 + 0,0833 + 0,0000568
= 0,084185 K/W

f. Q Heat Lost total


Q =

T1 T2
Rtotal

885 301
0,084185

70

584
0,084185

= 6937,105 Watt
=

6937,105Wx3600s
1000000

= 24,97 MJ

2. Perhitungan Heat Lost Dinding Dapur Oven Variasi II

(Temperatur Lingkungan)
28 0C

558 0C

(Temperatur Dinding)

(Temperatur Dinding)
612 0C (Temperatur Dapur)
0

38,5 C

1 cm

4 cm

1 cm

konveksi

konveksi
konduksi
radiasi

adukan
pasir

batu adukan
bata pasir

radiasi

Gambar. 4.3 Variasi II dinding dapur dan aliran Heat Lost


1. Koefisien perpindahan kalor
a. Koefisien perpindahan kalor dinding luar
Pada temperatur 92 0C = 365 K propertis dilihat pada daftar A-5
(J.P. Holman,hal: 532) :

71

= 21,27.10-6 m2/s
k = 0,027364 W/m. 0C
Pr = 0,69
g. .T .t 3

Dengan persamaan Gr =

1
.64.0,5 3
365
=
(21,27 x10 6 ) 2
9,8.

9,8.0,0027.64.0,125
452,413x1012

= 4,75 . 106

GrPr

= 4,75 x 106 . 0,69


= 3,28. 106

Nu

= C.( GrPr)n
= (0,59) (3,28 x 106)1/4
= 25,10

N u .k
t

25,10.0,27364
0,5

= 1,37 W/m2.0C

b. Koefisien perpindahan kalor dinding dalam


Pada temperatur 558 0C = 831 K propertis dilihat pada daftar A-5
(J.P. Holman,hal: 532) :

72

= 87,54.10-6 m2/s
k = 0,05933 W/m. 0C
Pr = 0,69
g. .T .t 3

Dengan persamaan Gr =

1
.54.0,5 3
831
=
(87,54 x10 6 ) 2
9,8.

9,8.0,0012.54.0,125
7663,25 x10 12

= 1,04. 105
GrPr

= 1,04 x 105 . 0,69


= 7,17. 104

Nu

= C.( GrPr)n
= (0,59) (7,17 x 104)1/4
= 9,65

N u .k
t

9,65.0,05933
0,5

= 1,15 W/m2.0C

2. Perhitungan R Heat Lost


a. R Radiasi bagian luar

73

dengan :
= 5,669.10-8 W/m2.K4
A = 2,5 m2
= 1,83
T1 = 365 K
T2 = 301 K
Rumus yang digunakan adalah :
R

, A. (T1 + T2 ) (T1 T2 )2 + 2.T1T2

5,669.10 .2,5.0,69(365 + 301) (365 301) + 2.365.301

1
513,8008

= 0,001946 K/W
b. R Radiasi bagian dalam
dengan :
= 5,669.10-8 W/m2.K4
A = 2,5 m2
= 1,83
T1 = 885 K
T2 = 831 K

Rumus yang digunakan adalah :

74

, A. (T1 + T2 ) (T1 T2 )2 + 2.T1T2


1

5,669.10 .2,5.0,69(885 + 831) (885 831) + 2.885.831


8

1
7354,879

= 0,000136 K/W
c. R Konveksi bagian luar
dengan :
h = 1,37 W/m2.0C
A = 2,5 m2
Rumus yang digunakan adalah :
R

1
h. A

1
1,37.2,5

1
3,425

= 0,29197 K/W
d. R Konveksi bagian dalam
dengan :
h = 1,15 W/m2.0C
A = 2,5 m2

75

Rumus yang digunakan adalah :


R

1
h. A

1
1,15.2,5

1
2,875

= 0,3478 K/W
e. R Konduksi
dengan :
x1 = 0,01
k1 = 1,83
x2 = 0,04
k2 = 0,69
x3 = 0,01
k3 = 1,83
Rumus yang digunakan :
R

x
x1
x
+ 2 + 3
k1 . A k 2 . A k 3 . A

0,01
0,04
0,01
+
+
1,83.2,5 0,69.2,5 1,83.2,5

= 0,088468 K/W
Tahanan total Heat Lost adalah
1. Bagian luar

76

Rkonveksiluar + Rradiasiluar
Rkonveksiluar xRradiasiluar

0,2919 + 0,001946
0,2919 x0,001946

Rkonv.Rad .luar

= 517,23 W/K
dengan Rkonv.Rad luar =

1
517,23

= 0,001933 K/W
2. Konduksi
= 0,088468 K/W

Rkonduksi

3. Bagian dalam
1

Rkonveksidalam + Rradiasidalam
Rkonveksidalam xRradiasidalam

0,3478 + 0,000136
0,3478 x0,000136

Rkonv.RadDalam

= 7357,754 W/K
dengan Rkonv.Rad Dalam =

1
7357,754

= 0,000136 K/W
Tahanan total

= Rluar + Rkonduksi + Rdalam


= 0,001933 + 0,088468 + 0,000136
= 0,090538 K/W

f. Q Heat Lost total


Q

T1 T2
Rtotal

77

885 301
0,090538

= 6450,354 Watt
=

6450,354Wx3600 s
1000000

= 23,22 MJ

3. Perhitungan Heat Lost Dinding Dapur Oven Variasi III

(Temperatur Lingkungan)

(Temperatur Dinding)
566 0C

280 C
6120 C (Temperatur Dapur)

31 0C

(Temperatur Dinding)

0,5 cm

1 cm

4 cm

1 cm

0,5 cm

konveksi

konveksi
konduksi
radiasi semen adukan
pasir

batu
bata

adukan semen radiasi


pasir

Gambar. 4.4 Variasi II dinding dapur dan aliran Heat Lost

1. Koefisien perpindahan kalor


a. Koefisien perpindahan kalor dinding luar

78

Pada temperatur 86 0C = 359 K propertis dilihat pada daftar A-5


(J.P. Holman,hal: 532) :

= 21,68.10-6 m2/s
k = 0,03068 W/m. 0C
Pr = 0,69
g. .T .t 3

Dengan persamaan Gr =

1
.58.0,5 3
359
=
(21,68 x10 6 ) 2
9,8.

9,8.0,0027.58.0,125
470,02 x10 12

= 4,21 . 106

GrPr

= 4,21 x 106 . 0,69


= 2,91. 106

Nu

= C.( GrPr)n
= (0,59) (2,91 x 106)1/4
= 24,35

N u .k
t

24,35.0,03068
0,5

= 1,50 W/m2.0C

79

b. Koefisien perpindahan kalor dinding dalam


Pada temperatur 558 0C = 831 K propertis dilihat pada daftar A5(J.P. Holman,hal: 532) :

= 87,54.10-6 m2/s
k = 0,05933 W/m. 0C
Pr = 0,69
g. .T .t 3

Dengan persamaan Gr =

1
.54.0,5 3
831
=
(87,54 x10 6 ) 2
9,8.

9,8.0,0012.54.0,125
7663,25 x10 12

= 8,50. 104

GrPr

= 8,50 x 104 . 0,69


= 5,87. 104

Nu

= C.( GrPr)n
= (0,59) (5,87 x 104)1/4
= 9,18

N u .k
t

9,18.0,05973
0,5

= 1,09 W/m2.0C

80

2. Perhitungan R Heat Lost


a. R Radiasi bagian luar
dengan :
= 5,669.10-8 W/m2.K4
A = 2,5 m2

= 0,29
T1 = 359 K
T2 = 301 K
Rumus yang digunakan adalah :
R

, A. (T1 + T2 ) (T1 T2 )2 + 2.T1T2


1

)
)

5,669.10 .2,5.0,69(359 + 301) (359 301) + 2.359.301


8

1
608,4483

= 0,001644 K/W
b. R Radiasi bagian dalam
dengan :
= 5,669.10-8 W/m2.K4
A = 2,5 m2
= 0,29
T1 = 885 K
T2 = 839 K

81

Rumus yang digunakan adalah :


R

, A. (T1 + T2 ) (T1 T2 )2 + 2.T1T2

5,669.10 .2,5.0,69(885 + 839) (885 839) + 2.885.839

1
8709,725

= 0,000115 K/W
c. R Konveksi bagian luar
dengan :
h = 1,50 W/m2.0C
A = 2,5 m2
Rumus yang digunakan adalah :
R

1
h. A

1
1,50.2,5

1
3,75

= 0,366972 K/W
d. R Konveksi bagian dalam
dengan :
h = 1,09 W/m2.0C
A = 2,5 m2
Rumus yang digunakan adalah :

82

1
h. A

1
1,09.2,5

1
2,725

= 0,366972 K/W

e. R Konduksi
dengan :
x1 = 0,005
k 1 = 0,29
x2 = 0,01
k2 = 1,83
x3 = 0,04
k3 = 0,69
x4 = 0,01
k4 = 1,83
x5 = 0,005
k5 = 0,29
Rumus yang digunakan :
R=

x
x
x1
x
x
+ 2 + 3 + 4 + 5
k1 . A k 2 . A k 3 . A k 4 . A k 5 . A

83

0,005
0,01
0,04
0,01
0,005
+
+
+
+
0,29.2,5 1,83.2,5 0,69.2,5 1,83.2,5 0,29.2,5

= 0,118527 K/W
Tahanan total Heat Lost adalah
1. Bagian luar
1

Rkonveksiluar + Rradiasiluar
Rkonveksiluar xRradiasiluar

0,366972 + 0,001644
0,366972 x0,001644

Rkonv.Rad .luar

= 612,1983 W/K
dengan Rkonv.Rad luar =

1
612,1983

= 0,001633 K/W
2. Konduksi
Rkonduksi = 0,118527 K/W
3. Bagian dalam
1

Rkonveksidalam + Rradiasidalam
Rkonveksidalam xRradiasidalam

0,367 + 0,000115
0,367 x0,000115

Rkonv. RadDalam

= 8712,24 W/K
dengan Rkonv.Rad Dalam =

1
8712,24

= 0,000115 K/W

Tahanan total = Rluar + Rkonduksi + Rdalam

84

= 0,001633 + 0,118527 + 0,000115


= 0,120276 K/W
f. Q Heat Lost total
Q

T1 T2
Rtotal

885 301
0,120276

= 4855,514 Watt
=

4855,514Wx3600 s
1000000

= 17,48 MJ
Tabel. 4.2 Nilai Heat Lost
Qbahan bakar

Qberguna

Heat

Selisih

(MJ)

(MJ)

Lost

(MJ)

120,25

94,38

24,97

0,9

II

120,25

96,52

23,22

0,51

III

120,25

102,24

17,48

0,53

Variasi

Jika hasil rerata data penelitian dibuat dalam grafik akan tersaji
seperti gambar di bawah ini:

85

30
24.97

23.22

Nilai Heat Lost

25
20

17.48

15
10
5
0
1

Variasi Dinding Dapur

Gambar. 4.5 Grafik pengaruh perbedaan bahan baku dinding dapur


terhadap nilai Heat lost pembakaran.
Data hasil penelitian yang kedua (2) mengenai heat lost kalor pada
masing-masing variasi penelitian diperoleh nilai heat lost yang berbedabeda dalam satuan MJ. Variasi I (Dinding dapur batu bata) diperoleh
keseluruhan heat lost pada variasi ini adalah 24,97 MJ. Variasi II
(Dinding dapur batu bata dan adukan pasir) diperoleh keseluruhan heat
lost pada variasi ini adalah 23,22 MJ. Variasi III (Dinding dapur batu
bata, adukan pasir dan acian semen) diperoleh keseluruhan heat lost
pada variasi ini adalah 17,48 MJ.
Hasil penelitian membuktikan bahwa perubahan bahan baku
didnding dapur oven pengering kayu berpengaruh terhadap nilai Heat
Lost dinding dapur. Hal ini dikarenakan penambahan bahan baku

86

dinding semakin menambah kemampuan isolasi atau insulative dinding


sehingga mampu menahan kalor yang hilang ke lingkungan.
Hasil penelitian heat lost dapur yang paling minimal dari masingmasing variasi penelitian dapat dilihat pada variasi III (Dinding batu
bata, adukan pasir dan acian semen) dimana heat lost yang dihasilkan
sebesar 17,48 MJ.
Data penghitungan Heat Lost diatas selanjutnya dapat dimasukkan
kedalam persamaan untuk menghitung nilai efisiensi kerja variasi
dinding dapur oven :

Tabel. 4.3 Nilai efisiensi kerja dapur berdasar nilai Heat Lost
Variasi

Heat Lost

Efisiensi (%)

24,97

79

II

23,22

80

III

17,48

85

87

Jika hasil rerata data penelitian dibuat dalam grafik akan tersaji
seperti gambar di bawah ini:

Efisiensi Kerja Dapur

86
85
84
83
82
81
80
79
78
0

10

20

30

Nilai Heat Lost

Gambar. 4.6 Grafik pengaruh nilai Heat Lost terhadap efisiensi kerja
dapur.
Dari hasil nilai pengukuran efisiensi dapur berdasarkan nilai Heat
Lost pada masing-masing variasi penelitian diperoleh nilai efisiensi yang
berbeda-beda dalam satuan persen (%). Variasi penelitian I (Dinding
batu bata) diperoleh nilai efisiensi sebesar 79%, Variasi penelitian II
(Dinding batu bata dan adukan pasir) diperoleh nilai efisiensi sebesar
80%, Variasi penelitian III (Dinding batu bata, adukan pasir dan acian
semen) diperoleh nilai efisiensi sebesar 85%.
Hasil penelitian efisiensi dapur yang optimal dari masing-masing
variasi penelitian dapat dilihat pada variasi III (Dinding batu bata,

88

adukan pasir dan acian semen) dimana efisiensi yang dihasilkan sebesar
85%.
Hasil penghitungan nilai konduktivitas thermal bahan baku yang didapat
pada masing-masing variasi penelitian diperoleh nilai yang berbedabeda. Jumlah besaran perbedaan masing-masing nilai konduktivitas
thermal dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel. 4.4 Nilai konduktivitas thermal bahan baku dindingdapur
Material

Konduktivitas Thermal

Batu Bata

0,69

Adukan Pasir

0,09

Acian Seman

1,83

Jika hasil rerata data penelitian dibuat dalam grafik akan tersaji
seperti gambar di bawah ini:

Nilai Heat Lost

30
25
20
15
10
5
0
0.69

0.98

2.81

Konduktivitas Thermal Bahan Baku Dinding

89

Gambar. 4.7 Grafik pengaruh perbedaan nilai konduktivitas thermal


bahan baku dinding dapur terhadap nilai Heat Lost.
Hasil penelitian membuktikan bahwa perubahan bahan baku dinding
dapur oven pengering kayu berpengaruh terhadap nilai Heat Lost
dinding dapur. Hal ini dikarenakan semakin tebal dinding dapur oven
pengering kayu maka semakin baik pula kemampuannya untuk
mengisolasi kalor sehingga kalor yang hilang kelingkungan dapat
diminimalisir.
Tingginya nilai konduktivitas thermal ataun semakin tebalnya
dinding dapur oven pengering akan semakin kecil pula kalor yang hilang
atau Heat Lost ke lingkungan.

4.2. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
hasil pengukuran dari pemberian variasi bahan baku pembuat dinding dapur
oven pengering dengan variasi I (Dinding betu bata), variasi II (Dinding batu
bata, adukan pasir), variasi III (Dinding batu bata, adukan pasir dan acian
semen) ternyata menghasilkan nilai efisiensi kerja dapur yang berbeda-beda.
Hal ini telah dibuktikan pada hasil penelitian dimana semakin bertambah
lapisan insulative (lapisan dinding), nilai kemampuan efisiensi kerja dapur
semakin meningkat dan heat lost yang terjadi semakin kecil.

90

Hasil penelitian membuktikan bahwa ada kalor yang terbuang ke


lingkungan pada masing-masing variasi penelitian. Variasi I (Dnding batu
bata) nilai kalor yang terbuang kelingkungan sebesar 0,9 MJ demikian juga
pada variasi II (Dinding batu bata, adukan pasir) nilai kalor yang terbuang
kelingkungan sebesar 0,51 MJ sedangkan untuk variasi III (Dinding batu bata,
adukan pasir dan acian semen) nilai kalor yang terbuang kelingkungan sebesar
0,53 MJ yang tidak dapat dihitung secara matamatik karena sebab apa kalor
tersebut hilang.
Hasil penelitian dapat membandingkan perhitungan efisiensi kerja dapur
oven pengering berdasarkan penghitungan temperatur pengeringan dan
efisiensi kerja dapur oven pengering kayu berdasarkan penghitungan nilai
Heat Lost kalor. Nilai efisiensi kerja dapur variasi I dengan menggunakan
penghitungan berdasar temperatur pengeringan didapatkan sebesar 78%
sedangkan penghitungan berdasarkan nilai Heat Lost sebesar 79% terdapat
selisih 1%. Variasi II dengan menggunakan penghitungan berdasar temperatur
pengeringan didapatkan sebesar 80% sedangkan penghitungan berdasarkan
nilai Heat Lost sebesar 80%. Variasi III dengan menggunakan penghitungan
berdasar temperatur pengeringan didapatkan sebesar 85% sedangkan
penghitungan berdasarkan nilai Heat Lost sebesar 85%
Penelitian ini hanya mengungkap pengaruh variasi bahan baku dinding
dapur oven pengering dengan tiga (3) variasi. Adapun nilai kalor sebesar 0,9
MJ pada variasi I dan 0,51 MJ pada variasi II dan 0,53 MJ pada variasi III

91

belum dapat diketahui oleh sebab apa kalor tersebut hilang merupakan
kekurangan dalam penelitian ini.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

1. Variasi III (Dinding batu bata adukan pasir dan acian semen) mampu
menhasilkan temperatur, efisiensi kerja yang jauh lebih optimal dibanding
variasi lainnya.
2. Efisiensi kerja dapur oven pengering kayu dipengaruhi oleh faktor suplai
bahan bakar kemampuan dinding dalam mengisolasi kalor yang hilang ke
lingkungan, kelembaban udara dan kecepatan udara saat memasuki
susunan kayu.
3. Hasil eksperimen perhitungan efisiensi kerja dapur oven pengering kayu
tidak ada perbedaan yang signifikan antara perhitungan menggunakan
temperatur pengeringan dengan penghitungan menggunakan nilai Heat
Lost .

5.2 SARAN

1. Perancangan oven pengering sebaiknya merumuskan teori bahwa bahan


baku dinding dapur yang terbaik akan menghasilkan transfer kalor yang
baik pula terhadap proses pengeringan kayu.
2. Tempat abu hendaknya dibuat agar abu bekas pembakaran dapat dengan
mudah dikeluarkan, karena jika tidak dikeluarkan suplai udara pembakaran

93

akan terganggu sehingga menimbulkan aliran udara dingin dari atas api
pembakaran.
3. Penelitian selanjutnya disarankan memvariasi tempat pembuangan abu
agar dihasilkan pembakaran yang sempurna.

Gambar L.1 Thermo-Hygrometer

Gambar L.2 Anemometer

Gambar L.3 Thermocople

89

Tabel L.1 Sifat-sifat udara pada Tekanan Atmosfer

(Sumber: J.P Holman, 1995)

90

Tabel L.2 Nilai Emisifitas Bahan baku dinding dapur oven

(Sumber: J.P Holman, 1995 )

91

Tabel L.3 Konstanta persamaan untuk permukaan Isotermal

(Sumber: J.P Holman, 1995 )

92

Tabel L.4 Konsumsi Bahan Bakar Per Jam Dan Temperatur Pengeringan
variasi

II

Jumlah pemasukan
bahan bakar tiap 30
menit sekali
3,5 kg
3 kg
3,5 kg
3 kg
3,5 kg
3 kg
3,5 kg
3 kg
3,5 kg
3 kg
3,5 kg
3 kg
3,5 kg
3 kg
3,5 kg
3 kg
3,5 kg
3 kg
3,5 kg

Temperatur ruang
pengering

Total bahan bakar


per jam

61,5 0C

6,5 kg

61,5 0C

6,5 kg

61,5 0C

6,5 kg

61,5 0C

6,5 kg

61,5 0C

6,5 kg

61,5 0C

6,5 kg

61,5 0C

6,5 kg

61,5 0C

6,5 kg

61,5 0C

6,5 kg

61,5 0C

6,5 kg

3,5 kg
3 kg
3,5 kg
3 kg
3,5 kg
3 kg
3,5 kg
3 kg
3,5 kg
3 kg
3,5 kg
3 kg
3,5 kg
3 kg
3,5 kg
3 kg
3,5 kg
3 kg
3,5 kg
3 kg

62 0C

6,5 kg

62 0C

6,5 kg

62 0C

6,5 kg

62 0C

6,5 kg

62 0C

6,5 kg

62 0C

6,5 kg

62 0C

6,5 kg

62 0C

6,5 kg

62 0C

6,5 kg

62 0C

6,5 kg

93

III

3,5 kg
3 kg
3,5 kg
3 kg
3,5 kg
3 kg
3,5 kg
3 kg
3,5 kg
3 kg
3,5 kg
3 kg
3,5 kg
3 kg
3,5 kg
3 kg
3,5 kg
3 kg
3,5 kg
3 kg

94

64 0C

6,5 kg

64 0C

6,5 kg

64 0C

6,5 kg

64 0C

6,5 kg

64 0C

6,5 kg

64 0C

6,5 kg

64 0C

6,5 kg

64 0C

6,5 kg

64 0C

6,5 kg

64 0C

6,5 kg

Tabel L.5 Data Temperatur Udara Per Jam


variasi

II

III

Jam
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Temperatur
Udara Luar
300C
300C
300C
290C
290C
290C
270C
270C
260C
220C
310C
300C
300C
290C
290C
290C
270C
270C
250C
240C
300C
300C
290C
290C
290C
290C
290C
270C
260C
220C

Rata - Rata

280C

280C

280C

95

Jam
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Temperatur
Rata - Rata
Udara Dalam
4200C
5100C
536,60C
5800C
6120C
6200C
6500C
6600C
685,70C
7200C
73350C
4200C
5100C
5360C
5800C
6120C
6200C
6500C
6600C
6850C
7200C
7330C
4200C
5100C
5360C
5800C
6200C
6120C
6500C
6600C
6850C
7200C
7340C

96

You might also like