Professional Documents
Culture Documents
MUBARIK
(147785006)
ROBITH MAULANA
(147785024)
MAYANG SARI
(147785025)
FAHRUH JUHAEVAH
(147785034)
PENDAHULUAN
1.
lain
ia
menemukan
lambang-
menjadi pendeta. Tetapi ia tidak suka belajar teologi dan Alkitab, ia lebih
menyukai mata kuliah geometri. Dan dengan dukungan Jean Bernoulli ia
pindah ke jurusan matematika.
Pada tahun 1723, dia menerima gelar Master of Philosophy
dengan disertasi yang membandingkan filsafat dari Descartes dan Newton.
Euler memperoleh gelar sarjana dari Universitas Basel pada umur tujuh
belas tahun. Pada umur 20 tahun ia diundang oleh Catherine I (seorang
donatur wanita dari akademi St. Petersburg) untuk pindah ke Akademi
Ilmu Pengetahuan di St, Petersburg, Rusia. Pada umur 23 tahun ia di
angkat jadi guru besar fisika, dan pada umur 26 tahun ia jadi guru besar
matematika menggantikan kursi ketua matematika yang tadinya diduduki
oleh seorang matematikawan masyhur Daniel Bernoulli.
Tahun 1735 mata kanannya buta. Tahun 1767 dia menyadari bahwa
mata kirinya juga hampir buta. Operasi katarak pada mata kirinya berhasil,
tetapi kemudian terkena infeksi, sehingga ia sangat menderita kesakitan
dan secara perlahan-lahan menjadi buta. Euler tidak membiarkan tragedi
besar itu mengalahkan dirinya. Dia tetap berusaha dan mampu membuat
banyak kalkulasi rumit dalam benaknya, tidak di atas kertas, dia
menuliskan rumusnya dengan kapur di atas batu tulis besar, dan
mendiktekan penjelasannya kepada salah seorang putranya. Dengan teknik
demikian, hasil kerjanya makin bertambah. (Kalkulasi yang dia lakukan
dalam benak pada masa kebutaannya antara lain kalkulasi tentang
matahari/bulan/bumi versi kedua yang lebih baik. Dalam benaknya dia
mampu memecahkan masalah rumit yang membingungkan temantemannya dan pakar-pakar besar pendahulunya, seperti Newton).
Euler kehilangan rumah dan semua harta bendanya ketika terjadi
kebakaran tahun 1771. Dia luput dari malapetaka itu karena diselamatkan
oleh pelayannya. Untunglah, sebagian besar tulisannya bisa diselamatkan.
Dia menderita kehilangan yang jauh lebih besar tahun 1776, tatkala istri
yang sangat dicintainya meninggal dunia.
4.
Untersuchungen
Zur
Theorie
der
Parallellinien
Aksioma 1 :
Ada paling sedikit dua titik
Aksioma 2 :
Jika ABC adalah segitiga dan [BCD] dan [CEA], maka terdapat F titik
pada garis DE yang memenuhi [AFB].
Aksioma 3 :
Semua titik ada dalam satu bidang
Aksioma 4 :
Untuk setiap partisi dari semua titik pada suatu garis dalam dua himpunan
yang tidak kosong, sedemikian hingga tidak ada titik dari masing-masing
himpunan yang terletak antara dua titik dari himpunan lainnya, maka ada
satu titik dari satu himpunan yang terletak antara setiap titik dari himpunan
itu dan setiap titik dari himpunan lainnya ( Aksioma Dedekind )
Aksioma 3 menyatakan bahwa geometri Affine yang dipelajari ini adalah
geometri bidang, sedangkan aksioma 4 menyatakan bahwa suatu garis itu kontinu.
Geometri Affine diperoleh dari Geometri Terurut dengan menambahkan
dua aksioma berikut:
Aksioma 5 (kesejajaran) :
Untuk sebarang titik A dan sebarang garis r yang tidak melalui A, terdapat
paling banyak satu garis yang melalui A pada bidang Ar yang tidak
memotong r.
Aksioma 6 :
Jika A, A`, B, B`, C, C`, O adalah titik yang berbeda, sedemikian hingga
AA`, BB` dan CC` adalah 3 garis berbeda yang melalui O, dan jika AB
sejajar dengan A`B`, BC sejajar dengan B`C`, maka CA juga sejajar
dengan C`A`
Berdasarkan aksioma kesejajaran affine, untuk setiap titik A dan ada garis
r, terdapat tepat satu garis yang melalui A pada bidang Ar, yang tidak akan
bertemu dengan garis r.
A
r
Gambar 1
Kedua sinar dari A yang sejajar r selalu segaris. Dua garis sebarang yang tidak
berpotongan dan terletak dalam satu bidang adalah sejajar. Kejadian ini sama
dengan keadaan dalam Geometri Euclid.
Kesejajaran dalam geometri Affine adalah suatu relasi ekuivalensi,
sehingga haruslah memenuhi sifat-sifat :
-
Simetris, yaitu jika garis k sejajar dengan garis l, maka garis l juga sejajar
dengan garis k
Transitif, yaitu jika garis k sejajar dengan garis l dan garis l sejajar dengan
garis m, maka garis k sejajar dengan garis m.
O
B B
C
Gambar 2
yang
2.
No
1
Pernyataan
ABC &ABC
Keterangan
Premis
Premis
A, B, C sudut-sudut ABC
Premis
AA dan BB berpotongan di O
Pemisalan
(Aksioma 6)
Akibat 5
Cpada AC,
Cjugapada BC.
8
Premis
Akibat 8
Pernyataan
ABC &ABC
Ket
Premis
Premis
A, B, C sudut-sudut ABC
3
Konstruksi
Konstruksi
Konstruksi
Konstruksi
Konstruksi
Konstruksi
Konstruksi
10
Akibat 4-9
Teorema 2
Jika A, A, B, B, C,C adalah 6 titik berlainan pada 3 garis sejajar berlainan
AA,BB,CC, diletakan sedemikian hingga garis AB sejajar dengan AB .
BC sejajar dengan BC , maka CA juga sejajar dengan CA.
Diketahui
: A, A, B, B, C, C (6 titik berlainan)
AA//BB//CC
AB//AB
BC//BC
(diketahui)
(3) BC//BC
(diketahui)
(4) AA//BB//CC
(teorema 1)
(5) BB//CC
(4)
(6) BB//CC
(diketahui)
(7) Melalui titik C di luar garis BB ada paling banyak satu garis sejajar BB
(aksioma 5). Padahal ada dua garis sejajar BB yaitu CC dan CC, jadi
haruslah C berhimpit dengan C.
(8) C berada pada garis CC
(9) C berada ada garis BC
(10) AC// AC.
(1)
Definisi 1
Empat titik A, B, C dan D yang tidak segaris dikatakan membentuk suatu
jajargenjang ABCD jika AD sejajar BC dan AC sejajar dengan DB. A, B, C
dan D adalah titik-titik sudutnya. Ruas garis AD, DB, BC dan CA adalah sisisisinya. Sedangkan ruas garis AB dan CD adalah diagonal-diagonalnya.
Karena B dan D pada pihak yang berlainan dari AC, maka diagonaldiagonalnya berpotongan di suatu yang disebut pusat jajargenjang.
Teorema 3
Dua segmen yang diketahui AB dan AB pada garis-garis sejajar
menentukan dengan tunggal suatu dilatasi AB
AB
Bukti :
Misal P sebarang titik pada bidang.
Untuk melukis bayangan titik P (P), berdasarkan aksioma 5 dapat dibuat
garis melalui A yang sejajar AP dan garis melalui B yang sejajar BP.
Titik potong kedua garis tersebut adalah P, bayangan dari P.
Garis-garis yang melalui A dan B tidak mungkin sejajar, karena AP dan
BP tidak sejajar.
P
P
C
C
P
C
A A
Definisi 3
Invers dari dilatasi AB A`B` adalah A`B`AB.
Definisi 4
Hasil kali dua dilatasi adalah suatu dilatasi yang dilanjutkan dengan
dilatasi yang lain.
Sehingga hasil kali dua dilatasi ABA`B` dan A`B`A``B`` adalah dilatasi
ABA``B``.
A
A
B
B
A
O
C
C
B
B
C
B
Teorema 4
B
A
C
Teorema 5
A
C
B
A
C
Misalkan garis AA` dinamakan a, garis BB` dinamakan b dan garis CC`
dinamakan c, maka dapat diperoleh [ACB]. Maka untuk setiap titik C
yang merupakan titik potong garis c dengan suatu ruas garis AB dengan
A pada a dan B pada b, berlakulah [ACB]. Maka teorema di atas terbukti.
Jika ABC dan A`B`C` merupakan 2 pasangan 3 titik yang segaris pada
garis-garis yang berbeda sedemikian hingga ketiga garis AA`, BB` dan
CC` mempunyai titik persekutuan O yang tidak terletak diantara A dan
A`, tidak terletak antara B dan B`, juga tidak terletak antara C dan C`,
dan [ACB], maka berlaku [A`C`B`].
O
C
B
Teorema 6
Hasil kali 2 translasi AB dan BC adalah translasi AC
Bukti:
Andaikan hasil kali 2 buah translasi bukan merupakan suatu translasi,
tentu ada titik invarian, misal O. Dengan translasi pertama ( A B ), titik
O dibawa ke O`.
Karena O adalah titik invarian, dengan translasi kedua ( B C ), titik O`
dibawa ke O. Padahal O`O adalah invers dari OO`. Artinya hasil kali
2 translasi mempunyai titik invarian jika yang satu merupakan invers dari
yang lain, dan hasil kali ini merupakan identitas. Jadi hasil kali 2 translasi
adalah suatu translasi, yaitu dilatasi yang tidak ada titik invariannya.
Hasil kali dua translasi ini memenuhi sifat komutatif. Hal ini
dapat dibuktikan dengan cara sebagai berikut :
C
Definisi 5
Jika 2 titik berbeda A dan B ditukar oleh suatu dilatasi tunggal ABBA
atau AB, maka transformasi itu merupakan setengah putaran.
Jika C adalah sebarang titik di luar garis AB, maka untuk
memperoleh bayangannya, titik C dapat dihubungkan dengan A dan B.
Titik potong garis yang melalui B akan sejajar dengan AC, sedangkan
yang melalui A akan sejajar dengan BC. Jika titik potong tersebut
dinamakan D, maka D adalah bayangan dari C. Sehingga ACBD adalah
suatu jajargenjang.
Setengah putaran itu dapat dinyatakan dengan CD. Garis-garis
invarian AB dan CD, yang merupakan diagonal-diagonal jajargenjang,
berpotongan di titik O, yang menjadi titik invarian dari setengah putaran.
Titik O ini merupakan titik pusat jajargenjang. Sedangkan pada setengah
putaran A B, titik O merupakan titik tengah ruas garis AB.
C
B
1
T
A
Jika terdapat titik T pada garis AB, maka untuk melukis bayangan
titik pada garis AB, hubungkan titik T dengan C (atau D). Kemudian
lukis garis melalui D (atau C) yang sejajar dengan TC ( atau TD)
sehingga terdapat titik T` pada garis AB.
Hasil kali dua setengah putaran dapat dinyatakan sebagai
(AB)(BC). Andaikan hasil kali ini mempunyai suatu titik invarian O,
maka dengan setengah putaran A B, titik O akan dibawa ke O`.
Sehingga AB sama dengan OO`. Dengan setengah putaran BC,
titik O` akan dibawa ke O. Sehingga BC sama dengan O`O. Jadi ada
titik invarian jika AB = BC. Dalam keadaan yang tidak demikian,
maka tidak terdapat titik invarian.
Teorema 7
Hasil kali 2 setengah putaran AB dan BC akan menghasilkan
translasi AC
Bukti: Karena A B dan BC adalah dua setengah putaran yang maka
tidak mempunyai titik invariant, sehingga akan menghasilkan suatu
translasi.
Pada jajargenjang ACBD, diperoleh A B = C D, dan A D sama
C
dengan CB.
B
O
A
D
Hubungan tersebut tetap berlaku jika jajargenjang berubah
menjadi ruas garis dengan 4 titik yang letaknya teratur simetris.
A
Teorema 8
Setengah putaran A B dan CD adalah sama, jika dan hanya jika
translasi AD dan CB adalah sama.
Bukti teorema 8
(
Diketahui : AB = CD
Akan ditunjukkan : AD = C B
Bukti : AD = (AB) (BD)
= (CD) (BD)
= (CD) (DB)
= CB
Diketahui : A D = C B
Akan ditunjukkan : A B = C D
Bukti : A B = (A D) (DB)
= (CB) (D B)
= (C B) (B D)
=CD
Teorema 9
Garis yang ditarik dari titik tengah dua sisi sebuah segitiga adalah sejajar
dengan sisi yang ketiga, dan garis yang melalui titik tengah sebuah sisi
sejajar dengan yang dilewatinya melalui titik tengah sisi yang ketiga.
Bukti:
Dua gambar disebut homothetic jika mereka berhubungan dengan sebuah
kongruen dilatasi jika mereka berhubungan dengan sebuah translasi atau
half-turn. Terutama sebuah arah segmen AB kongruen dengan
kebalikannya segment BA dengan half-turn . Pada gambar
13.2f. empat segitiga kecil ACB, CBA, BAC, ABC semuanya
kongruen dan semunya homothetic dengan segitiga yang besar ABC.
APLIKASI
1.
platform
dan
berbagai
sistem
adalah
cross-
beroperasi
pada
operasi
seperti
teks,
spidol,
ALOS
jauh
yang
atau
mengestimasi kemampuan
daya
serap
CO2. Citra
yang
akan
digunakan
pemrosesan
citra
koreksi
radiometrik dan koreksi geometrik agar dalam proses pengolahan citra digital
dapat diperoleh hasil yang optimal.
Citra ALOS AVNIR-2 yang diperoleh belum memiliki informasi
georeferensi sehingga sebelum pemrosesan lebih lanjut maka perlu
dilakukan koreksi geometrik agar mempunyai kesesuaian antara posisi
nilai piksel dengan posisi yang sebenarnya di lapangan. Koreksi geometrik
yang digunakan yaitu metode image to map registration dengan
menggunakan titik ikat atau Ground Control Point (GCPs). Sebagai sumber
data yang telah mempunyai koordinat geografi maka peta RBI skala
1:25.000 digunakan sebagai acuan referensi untuk melakukan koreksi
terhadap Citra ALOS AVNIR-2. Melihat bahwa Citra yang akan digunakan
mempunyai topografi yang bervariasi maka jenis transformasi yang dipilih
adalah affine dimana hanya memerlukan empat buah titik ikat. Adanya
koreksi citra baik radiometrik dan geometrik tersebut dimaksudkan agar citra
yang digunakan dapat diolah secara optimal sehingga dapat diekstraksi
menjadi citra baru dengan informasi spektral yang lebih baik serta
mempunyai posisi koordinat geografi yang sesuai dengan kondisi sebenarnya
di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Artin, E. Geometric Algebra. (1957). New York: Interscience.
Coxeter, F. R. S. H. M. (1969). Introduction to Geometry, second Edition. New
York: John Wiley & Sons, Inc.
http://en.wikipedia.org/wiki/august_ferdinand_M%C3%B6bius
http://en.wikipedia.org/wiki/felix_klein
http://en.wikipedia.org/wiki/leonhard_euler
https://hayh.wordpress.com/category/scholar/
http://eprints.ums.ac.id/29006/2/04._BAB___I_E100120006.pdf