You are on page 1of 27

KELOMPOK 3:

MUBARIK

(147785006)

ROBITH MAULANA

(147785024)

MAYANG SARI

(147785025)

FAHRUH JUHAEVAH

(147785034)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2015

PENDAHULUAN

A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN GEOMETRI AFFINE


Tokoh pertama memperkenalkan Geometri Affine adalah Leonhard Euler.
Pada tahun 1748, dalam bukunya yang berjudul Introduction in Analysin
Infinitorium (volume 2, chapter XVIII) Euler memperkenalkan kata affine yang
dalam bahasa latin adalah affinis.
Definisi dari Affine sendiri adalah sesuatu yang berhubungan dengan
transformasi atau menjadi transformasi (seperti translasi, rotasi, atau dilatasi)
yang membawa garis lurus menjadi garis lurus dan garis paralel ke garis paralel
tetapi dapat mengubah jarak antara titik dan sudut antara garis.

1.

Leonhard Euler (1707-1783)


Leonhard Euler adalah ahli matematika
Swiss. Ia adalah ahli matematika terbesar di dunia,
bapak analisis matematika modern, mengarang
866 buku dan artikel, penemu banyak konsep,
teknik dan notasi matematika.
Antara

lain

ia

menemukan

lambang-

lambang ini; f(x) untuk fungsi x, e untuk bilangan dasar logaritma


naturalis, I untuk satuan bilangan khayal, untuk jumlah, a b c untuk
segitiga, s untuk setengah keliling segitiga. Pada tahun 1747 Euler
menemukan 30 pasang bilangan bersahabat yang kemudian diperluas jadi
60 pasang.
Leonhard Euler lahir tahun 1707 di Basel, Swiss. Ayahnya adalah
Paul Euler, seorang pastur Calvinisme. Ibunya adalah Marguerite Brucker,
anak dari seorang pastur. Euler memiliki dua adik perempuan Anna Maria
dan Maria Magdalena. Paul Euler mengharapkan anaknya menjadi pendeta
juga. Oleh karena itu pada tahun 1720, ketika usianya baru mencapai tiga
belas tahun, Leonhard Euler disuruh kuliah di Universitas Basel supaya

menjadi pendeta. Tetapi ia tidak suka belajar teologi dan Alkitab, ia lebih
menyukai mata kuliah geometri. Dan dengan dukungan Jean Bernoulli ia
pindah ke jurusan matematika.
Pada tahun 1723, dia menerima gelar Master of Philosophy
dengan disertasi yang membandingkan filsafat dari Descartes dan Newton.
Euler memperoleh gelar sarjana dari Universitas Basel pada umur tujuh
belas tahun. Pada umur 20 tahun ia diundang oleh Catherine I (seorang
donatur wanita dari akademi St. Petersburg) untuk pindah ke Akademi
Ilmu Pengetahuan di St, Petersburg, Rusia. Pada umur 23 tahun ia di
angkat jadi guru besar fisika, dan pada umur 26 tahun ia jadi guru besar
matematika menggantikan kursi ketua matematika yang tadinya diduduki
oleh seorang matematikawan masyhur Daniel Bernoulli.
Tahun 1735 mata kanannya buta. Tahun 1767 dia menyadari bahwa
mata kirinya juga hampir buta. Operasi katarak pada mata kirinya berhasil,
tetapi kemudian terkena infeksi, sehingga ia sangat menderita kesakitan
dan secara perlahan-lahan menjadi buta. Euler tidak membiarkan tragedi
besar itu mengalahkan dirinya. Dia tetap berusaha dan mampu membuat
banyak kalkulasi rumit dalam benaknya, tidak di atas kertas, dia
menuliskan rumusnya dengan kapur di atas batu tulis besar, dan
mendiktekan penjelasannya kepada salah seorang putranya. Dengan teknik
demikian, hasil kerjanya makin bertambah. (Kalkulasi yang dia lakukan
dalam benak pada masa kebutaannya antara lain kalkulasi tentang
matahari/bulan/bumi versi kedua yang lebih baik. Dalam benaknya dia
mampu memecahkan masalah rumit yang membingungkan temantemannya dan pakar-pakar besar pendahulunya, seperti Newton).
Euler kehilangan rumah dan semua harta bendanya ketika terjadi
kebakaran tahun 1771. Dia luput dari malapetaka itu karena diselamatkan
oleh pelayannya. Untunglah, sebagian besar tulisannya bisa diselamatkan.
Dia menderita kehilangan yang jauh lebih besar tahun 1776, tatkala istri
yang sangat dicintainya meninggal dunia.

Euler wafat di St. Petersburg tanggal 18 September 1783. Sesudah ia


meninggal hasil karyanya bertumpuk-tumpuk dan di muat di majalah
ilmiah secara bersambung selama 50 tahun. Selama hidupnya, Euler telah
menulis 32 buku lengkap, banyak diantaranya terdiri dari dua jilid,
beratus-ratus artikel tentang matematika dan ilmu pengetahuan. Kumpulan
tulisan-tulisan ilmiahnya lebih dari 70 jilid.

2. August Mbius (1790-1868)


August Ferdinand Mbius (November 17,
1790 September 26, 1868) adalah seorang
matematikawan Jerman dan penemu teori
astronomy.
Mbius belajar di Universitas Leipzig, di
mana ia beralih dari hukum untuk matematika,
fisika, dan astronomi. Dia bergabung Gauss di
observatorium di Gttingen, dan kemudian Pfaff di Halle. Sepanjang karir
akademisnya, ia menghasilkan judul astronom dan mekanik diajarkan. Ia
juga menulis Textbook of Statistika (1837) dan sistem belajar lensa.
Kontribusi paling terkenal, bagaimanapun, adalah di bidang matematika
murni. Sementara Mbius tidak penemu satu sisi disebut Mbius strip,
yang sebenarnya merupakan penemuan Johann Daftar Benediktus, dia
memperkenalkan gagasan orientability, yang memungkinkan dia untuk
menempatkan tanda minus di depan panjang, daerah, dan volume.
Selanjutnya, strip terkenal yang membawa namanya bukan satu-satunya
permukaan satu sisi bahwa ia menganggap; ia menggambarkan seluruh
kelas polyhedra dengan properti ini, yang ia sebut luar biasa. Mereka
semua memiliki volume nol, dan melanggar rumus polyhedral Euler.
Terkecil memiliki 10 wajah segitiga, 15 tepi, dan 6 simpul. Gagasan dari
polyhedron ganda juga karena Mbius.
Agustus Mobius (1827) menulis affine geometri dalam bukunya
Der BarycentrischeCalcul (bab 3). Alat aljabar dikembangkan oleh

Agustus Mobius dalam bukunya termasuk rumus untuk cross-rasio, solusi


umum untuk berbagai masalah mendasar seperti menentukan bagian
kerucut melewati diberikan titik, dan perumusan abstrak prinsip dualitas
dan karakterisasi aljabar dari transformasi affine.
Mbius adalah orang pertama yang memperkenalkan koordinat
homogen dalam geometri proyektif. Koordinat homogen memiliki
berbagai aplikasi, termasuk grafis komputer dan visi komputer 3D, di
mana mereka memungkinkan transformasi affine.
3. Felix Klein (1849 1925)
Klein lahir di Dsseldorf, ayahnya adalah
seorang sekretaris pejabat pemerintah Prusia yang
ditempatkan di Provinsi Rhine. Dia hadir di
Lapangan Tenis di Dsseldorf, kemudian belajar
matematika dan fisika di Universitas Bonn, 18651866, berniat untuk menjadi seorang fisikawan.
Pada saat itu, Julius Plcker diadakan kursi Bonn matematika dan fisika
eksperimental, tetapi pada saat Klein menjadi asistennya, pada tahun 1866,
bunga Plcker adalah geometri. Klein menerima doktor, diawasi oleh
Plcker, dari University of Bonn pada 1868.
Pada tahun 1871, sementara di Gttingen, Klein membuat
penemuan besar dalam geometri. Ia menerbitkan dua makalah yang
disebut Non-Euclidean Geometri menunjukkan bahwa Euclidean dan
geometri non-Euclidean bisa dianggap kasus khusus dari permukaan
proyektif dengan bagian kerucut tertentu disatukan.
Berikutnya, Felix Klein juga memberikan definisi tentang geometri
sebagai berikut: geometri didefinisikan oleh sekelompok transformasi,
jika definisi dan teorema berlaku untuk properti dari bentuknya
"invarian" (tidak berubah) dengan transformasi mereka dari G, tetapi
tidak "invarian" oleh transformasi kelompok lain yang mengandung G.

Pada tahun 1872, ia memperkenalkan Program Erlangen. Program


ini diatur dalam kuliah perdana Klein sebagai profesor di Erlangen,
meskipun itu bukan pidato yang sebenarnya dia berikan pada kesempatan
tersebut. Program yang diusulkan pendekatan terpadu untuk geometri
yang menjadi pandangan yang diterima. Klein menunjukkan bagaimana
sifat penting dari geometri yang diberikan dapat diwakili oleh kelompok
transformasi yang melestarikan properti-properti

4.

Janos Bolyai (1802 1860)


Janos Bolyai dilahirkan pada tanggal 15 Desember 1802 di
Kolosvar, sekarang Cluj, bagian dari Romania Transylvania. Orang tua
dari Janos Bolyai adalah Zsuzsanna Benk, dari Kolozsvr, dan Farkas
Bolyai, dari Bolya (dekat Nagyszeben). Ayahnya Farkas mempunyai
pekerjaan di Calvinist College mengajar
matematika, fisika dan kimia. Farkas Bolyai
selalu ingin anaknya menjadi matematikawan.
Janos meninggalkan sekolahnya pada
saat kelas 4, yaitu ketika usianya mencapai
sembilan tahun. Ia masuk di Perguruan Tinggi
Calvanist di Marosvaserhely pada umur dua
belas tahun. Saat umur tiga belas tahun Bolyai
telah menguasai kalkulus, analitis, mekanika, dan yang lain. Pada umur
lima belas tahun, Bolyai telah menemukan solusi dalam menggunakan
salah satu cabang dari hiperbola xy=c. Bolyai juga menguasai sembilan
bahasa asing termasuk Cina dan Tibet.
Pada tanggal 30 Juni 1817, Janos Bolyai lulus dari Marosvasarhely
College. Dari tahun 1818 hingga tahun 1822, Bolyai melanjutkan
pendidikannya di Akademi Rancang-Bangun di kerajaan Vienna. Bolyai
mampu menyelesaikan pendidikan tujuh tahun hanya dalam empat tahun.
Bolyai lulus dari Akademi Rancang-Bangun di kerajaan Vienna pada
tanggal 6 September 1822.

Pada bulan September 1823, Bolyai masuk angkatan darat sebagai


letnan muda dan dikirim bekerja di Temesvar. Bolyai menghabiskan 11
tahun di militer. Kemudian pada tahun 1833 Bolyai dipensiunkan dari
rangking Kapten karena sering terkena penyakit. Kemudian ia tinggal di
pengasingan dengan keluarganya di Marosvasarhely tanpa memperoleh
informasi tentang peristiwa ilmiah. Meskipun demikian ia mencapai hasil
penting di dalam matematika.
Antara tahun 1820 dan 1824, ia mengembangkan ilmu ukur nonEuclide-nya yang baru yang berasal dari solusi permasalahan dalam
parallel. Pada saat berusia 21 tahun, ia melaporkan temuannya pada
ayahnya:
I have discovered such wonderful things that I was
amazed ...
Out of nothing I have created a strange new universe.
~ Janos Bolyai (1802-1860), from a letter to his father,
1823. (Hvidsten, M, 2005, h. 263)
Suatu catatan tersebut adalah gambaran ilmu ukur kemutlakan yang
disebut ilmu ukur hyperbolic, dan diterbitkan sebagai catatan tambahan
pada buku teks ayahnya yang berjudul Tentamen pada tahun 1832.
Judulnya adalah catatan tambahan, Scientiam Spatii Veram Absolut
Exhibens , yaitu Ilmu Pengetahuan Riil yang Absolut . Melalui
ayahnya, ia menerima suatu catatan oleh Lobachevski berjudul
Geometriche

Untersuchungen

Zur

Theorie

der

Parallellinien

(Penyelidikan Geometris mengenai Teori Garis Sejajar), yang mana


catatan tersebut hampir sama dengan catatan tambahan dan di mana orang
Rusia Ahli Matematika menguraikan Ilmu Ukur non-Euclide hyperbolic.
Pada tahun 1850, Bolyai mulai menyiapkan suatu naskah yang diberi
hak Jerman yang berjudul Raumlehre

(Ilmu Pengetahuan Ruang). Ia

mencoba untuk mengembangkan suatu system Geometris lengkap berdasar


pada aksioma, tetapi pekerjaan ini tidak diselesaikan. Bolyai juga
mengembangkan suatu konsep Geometris kaku tentang angka-angka

kompleks sebagai penghembus dari angka-angka riil. Walaupun ia tidak


pernah menerbitkan lebih dari 26 halaman catatan tambahan, namun
pemikirannya telah dibukukan lebih dari 14.000 halaman naskah
mathematical. Dan pada saat itulah ia meninggal.

C. PERKEMBANGAN GEOMETRI AFFINE


Pada 1748 Euler memperkenalkan istilah Affine pada bukunya
Introduction in Analysin Infinitorum (bab XVII), yang berarti terkait. Pada
1827 Mbius menuliskan geometri affine pada bukunya, Der Barycentrische
Calculnya (bab III).
Geometri Affine merupakan perluasan dari geometri Euclidean.
Geometri Affine merupakan bentuk geometri yang menampilkan sifat garis
paralel tunggal sesuai Postulat Playfair, Melalui satu titik yang diketahui,
tidak pada suatu garis yang diketahui, hanya dapat dibuat satu garis yang
paralel dengan garis itu. Dalam geometri ini lingkaran tidak disebut-sebut
dan sudut-sudut tidak pernah diukur, maka dapat dikatakan, bahwa geometri
ini mempunyai dasar aksioma I dan II, dari aksioma Euclides. Aksioma III
dan IV tidak berarti sama sekali.
Latar belakang yang mendasari lahirnya Geometri Affine adalah
geometri terurut. Bidang Affine dipandang sebagai keadaan khusus dari
bidang terurut. Awalnya Euler mengidentifikasi bahwa banyak sifat-sifat
Affine yang sudah dikenal dari geometri Euclid. Sifat-sifat geometri Euclid
ini dikembangkan dengan proyeksi paralel dari satu bidang ke bidang lainnya
yang disebut dengan Affine. Akibatnya, geometri Affine merupakan
perluasan dari geometri Euclidean yang bercirikan kemiringan dan skala
distorsi. Dalam bahasa program Erlangen Klein, yang mendasari simetri
dalam geometri Affine adalah grup afinitas, yaitu grup transformasi yang
dihasilkan oleh transformasi linear dari ruang vektor dan translasi vektor.
Nama geometri Affine berasal dari program Erlangen dari Felix Klein.
Geometri Affine merupakan bentuk geometri yang menampilkan sifat garis
paralel tunggal di mana dugaan dari sudut tidak terdefinisi dan panjang tidak

dapat dibandingkan dalam arah yang berbeda dengan mengabaikan Euclid


ketiga dan dalil keempat.
PEMBAHASAN

Ordered Geometry (geometri terurut) merupakan dasar dari Affine


Geometry. Bidang dalam geometri Affine dianggap sebagai keadaan khusus dari
bidang dalam Ordered Geometry. Dalam geometri Affine terdapat pengertian
pangkal yang sama dengan yang terdapat pada Ordered Geometry , yaitu titik dan
keantaraan (intermediacy).
AFFINE GEOMETRY
Beberapa aksioma dalam geometri terurut yang berlaku pada geometri
Affine, yaitu:
-

Aksioma 1 :
Ada paling sedikit dua titik

Aksioma 2 :
Jika ABC adalah segitiga dan [BCD] dan [CEA], maka terdapat F titik
pada garis DE yang memenuhi [AFB].

Aksioma 3 :
Semua titik ada dalam satu bidang

Aksioma 4 :
Untuk setiap partisi dari semua titik pada suatu garis dalam dua himpunan
yang tidak kosong, sedemikian hingga tidak ada titik dari masing-masing
himpunan yang terletak antara dua titik dari himpunan lainnya, maka ada
satu titik dari satu himpunan yang terletak antara setiap titik dari himpunan
itu dan setiap titik dari himpunan lainnya ( Aksioma Dedekind )
Aksioma 3 menyatakan bahwa geometri Affine yang dipelajari ini adalah

geometri bidang, sedangkan aksioma 4 menyatakan bahwa suatu garis itu kontinu.
Geometri Affine diperoleh dari Geometri Terurut dengan menambahkan
dua aksioma berikut:

Aksioma 5 (kesejajaran) :
Untuk sebarang titik A dan sebarang garis r yang tidak melalui A, terdapat
paling banyak satu garis yang melalui A pada bidang Ar yang tidak
memotong r.

Aksioma 6 :
Jika A, A`, B, B`, C, C`, O adalah titik yang berbeda, sedemikian hingga
AA`, BB` dan CC` adalah 3 garis berbeda yang melalui O, dan jika AB
sejajar dengan A`B`, BC sejajar dengan B`C`, maka CA juga sejajar
dengan C`A`

Berdasarkan aksioma kesejajaran affine, untuk setiap titik A dan ada garis
r, terdapat tepat satu garis yang melalui A pada bidang Ar, yang tidak akan
bertemu dengan garis r.
A

r
Gambar 1
Kedua sinar dari A yang sejajar r selalu segaris. Dua garis sebarang yang tidak
berpotongan dan terletak dalam satu bidang adalah sejajar. Kejadian ini sama
dengan keadaan dalam Geometri Euclid.
Kesejajaran dalam geometri Affine adalah suatu relasi ekuivalensi,
sehingga haruslah memenuhi sifat-sifat :
-

Refleksif, yaitu setiap garis k sejajar dengan k sendiri

Simetris, yaitu jika garis k sejajar dengan garis l, maka garis l juga sejajar
dengan garis k

Transitif, yaitu jika garis k sejajar dengan garis l dan garis l sejajar dengan
garis m, maka garis k sejajar dengan garis m.

O
B B
C

Gambar 2

Aksioma 6 (gambar 2) dikenal sebagai sebagai sebuah bentuk Affine dari


teorema Desargues.
Aksioma 6 di atas merupakan kebalikan dari teorema berikut:
Teorema 1
Jika ABC dan ABC adalah 2 segitiga dengan titik-titik sudut

yang

berlainan, diletakkan sedemikian, hingga BC//BC, CA/CA dan AB//AB,


maka ketiga garis AA, BB dan CC adalah berpotongan pada satu titik
(konkuren) atau sejajar.
Diketahui : BC//BC, CA/CA, AB//AB
Dibuktikan : AA, BB dan CC berpotongan pada satu titik atau sejajar.
Bukti:
Ada 2 kondisi yang harus kita buktikan, yaitu :
1.

AA, BB dan CC berpotongan pada satu titik

2.

AA, BB dan CC sejajar

Kondisi 1 : AA, BB dan CC berpotongan pada satu titik


Misalkan ketiga garis AA, BB dan CC tidak semuanya sejajar, dua
diantaranya tentu berpotongan

No
1

Pernyataan
ABC &ABC

Keterangan
Premis

BC//BC, CA//CA, AB//AB


2

A,B,C sudut sudut ABC

Premis

A, B, C sudut-sudut ABC

Premis

AA dan BB berpotongan di O

Pemisalan

Konstruksi garis OC, perpanjang hingga memotong BC di C

Karena C pada BC maka AC//AC

(Aksioma 6)

Karena AC//AC dan AC//AC, maka

Akibat 5

Cpada AC,
Cjugapada BC.
8

ABC suatusegitigamakaharuslah Cberimpitdengan C.

Premis

Jadi AA, BB dan CC berpotongan di satu titik

Akibat 8

Kondisi 2 : AA, BB dan CC sejajar


No
1

Pernyataan
ABC &ABC

Ket
Premis

BC//BC, CA//CA, AB//AB


2

A,B,C sudut sudut ABC

Premis

A, B, C sudut-sudut ABC
3

Buat segmen AA,BB dan CC

Konstruksi

Buat sinar A/A sehingga memenuhi [PAA]

Konstruksi

Buat sinar B/B sehingga memenuhi [QBB]

Konstruksi

Buat sinar C/C sehingga memenuhi [RCC]

Konstruksi

Buat A/A sehingga memenuhi [SAA]

Konstruksi

Buat B/B sehingga memenuhi [TBB]

Konstruksi

Buat C/C sehingga memenuhi [UCC]

Konstruksi

10

Jadi Garis AA//BB//CC

Akibat 4-9

Teorema 2
Jika A, A, B, B, C,C adalah 6 titik berlainan pada 3 garis sejajar berlainan
AA,BB,CC, diletakan sedemikian hingga garis AB sejajar dengan AB .
BC sejajar dengan BC , maka CA juga sejajar dengan CA.
Diketahui

: A, A, B, B, C, C (6 titik berlainan)
AA//BB//CC
AB//AB
BC//BC

Akan dibuktikan : CA//CA


Bukti

(1) Ambil sebarang titik C di segmen BC sedemikian hingga AC//AC


(2) AB//AB

(diketahui)

(3) BC//BC

(diketahui)

(4) AA//BB//CC

(teorema 1)

(5) BB//CC

(4)

(6) BB//CC

(diketahui)

(7) Melalui titik C di luar garis BB ada paling banyak satu garis sejajar BB
(aksioma 5). Padahal ada dua garis sejajar BB yaitu CC dan CC, jadi
haruslah C berhimpit dengan C.
(8) C berada pada garis CC
(9) C berada ada garis BC
(10) AC// AC.

(1)

Definisi 1
Empat titik A, B, C dan D yang tidak segaris dikatakan membentuk suatu
jajargenjang ABCD jika AD sejajar BC dan AC sejajar dengan DB. A, B, C
dan D adalah titik-titik sudutnya. Ruas garis AD, DB, BC dan CA adalah sisisisinya. Sedangkan ruas garis AB dan CD adalah diagonal-diagonalnya.
Karena B dan D pada pihak yang berlainan dari AC, maka diagonaldiagonalnya berpotongan di suatu yang disebut pusat jajargenjang.

Dari definisi jajargenjang di atas, maka dapat didefinisikan beberapa


transformasi dalam geometri Affine.
Definisi 2
Suatu dilatasi adalah suatu transformasi yang mentransformasikan setiap
garis ke garis yang sejajar.

Teorema 3
Dua segmen yang diketahui AB dan AB pada garis-garis sejajar
menentukan dengan tunggal suatu dilatasi AB

AB

Bukti :
Misal P sebarang titik pada bidang.
Untuk melukis bayangan titik P (P), berdasarkan aksioma 5 dapat dibuat
garis melalui A yang sejajar AP dan garis melalui B yang sejajar BP.
Titik potong kedua garis tersebut adalah P, bayangan dari P.
Garis-garis yang melalui A dan B tidak mungkin sejajar, karena AP dan
BP tidak sejajar.

P
P
C
C

Dengan cara yang sama, jika C diketahui, maka dapat dilukis C.


Dari teorema 1 diperoleh AA, BB dan CC melalui satu titik atau
sejajar. Begitu juga dengan AA, BB dan PP.
Jadi jika garis-garis sejajar AB dan AB tidak berimpit, maka garis-garis
AA, BB, CC dan PP adalah konkuren atau sejajar, sehingga CP//CP.
Jika garis-garis AB dan AB berimpit, maka transformasi dapat
dipandang sebagai

AC dan AC. Sehingga dua ruas garis sejajar

menentukan dengan tunggal suatu dilatasi.


P
C

P
C

A A

Definisi 3
Invers dari dilatasi AB A`B` adalah A`B`AB.

Definisi 4
Hasil kali dua dilatasi adalah suatu dilatasi yang dilanjutkan dengan
dilatasi yang lain.
Sehingga hasil kali dua dilatasi ABA`B` dan A`B`A``B`` adalah dilatasi
ABA``B``.

A
A

B
B

Hasil kali suatu dilatasi dengan inversnya merupakan suatu identitas AB


AB.
Garis-garis yang menghubungkan suatu titik dengan bayangannya adalah
garis-garis invarian. Di mana garis-garis tersebut berpotongan pada satu titik
atau sejajar.
Apabila garis-garis tersebut berpotongan pada satu titik, maka dilatasi itu
dinamakan dilatasi sentral.Titik potong dari garis-garis itu disebut titik pusat
dilatasi yang tunggal.

A
O

C
C
B
B

Apabila garis-garis yang menghubungkan suatu titik dengan bayangannya


merupakan garis yang sejajar, maka dilatasi itu merupakan suatu translasi.

C
B

Teorema 4

Dua titik sebarang A dan A menentukan translasi tunggal A A


Bukti :
Dari teorema di atas dapat disimpulkan bahwa suatu dilatasi adalah suatu
translasi jika dan hanya jika tidak mempunyai titik invarian. Jika translasi
A A sama dengan B B, maka AABB merupakan suatu
jajargenjang. atau jika, untuk sembarang parallelogram AACC
berdasarkan AA. Ada jajargenjang lain CCBB
B

B
A

C
Teorema 5

Dilatasi ABA`B` mentransformasikan setiap titik antara A dan B


menjadi titik diantara A dan B
Bukti :
Salah satu teorema dalam Geometri Terurut mengatakan bahwa jika ABC
dan A`B`C` merupakan dua pasangan 3 titik yang segaris sedemikian
hingga garis-garis AA`, BB` dan CC` tidak mempunyai titik potong dan
[ACB], maka [A`C`B`].

A
C
B
A
C

Misalkan garis AA` dinamakan a, garis BB` dinamakan b dan garis CC`
dinamakan c, maka dapat diperoleh [ACB]. Maka untuk setiap titik C
yang merupakan titik potong garis c dengan suatu ruas garis AB dengan
A pada a dan B pada b, berlakulah [ACB]. Maka teorema di atas terbukti.

Jika ABC dan A`B`C` merupakan 2 pasangan 3 titik yang segaris pada
garis-garis yang berbeda sedemikian hingga ketiga garis AA`, BB` dan
CC` mempunyai titik persekutuan O yang tidak terletak diantara A dan
A`, tidak terletak antara B dan B`, juga tidak terletak antara C dan C`,
dan [ACB], maka berlaku [A`C`B`].
O

C
B

Hal itu dapat dibuktikan dengan menggunakan sinar OC yang terletak di


dalam AOB sehingga untuk setiap titik C`, titik potong OC dengan
suatu ruas garis A`B` dengan A` pada sinar OA dan B` pada sinar OB
memenuhi [A`C`B`]
Untuk titik-titik A, B dan C yang terletak pada garis invarian digunakan
garis-garis sejajar sebagai pertolongan untuk menunjukkan kebenaran
Teorema 5 ini.
[ACB] [ACB]

Teorema 6
Hasil kali 2 translasi AB dan BC adalah translasi AC

Bukti:
Andaikan hasil kali 2 buah translasi bukan merupakan suatu translasi,
tentu ada titik invarian, misal O. Dengan translasi pertama ( A B ), titik
O dibawa ke O`.
Karena O adalah titik invarian, dengan translasi kedua ( B C ), titik O`
dibawa ke O. Padahal O`O adalah invers dari OO`. Artinya hasil kali
2 translasi mempunyai titik invarian jika yang satu merupakan invers dari
yang lain, dan hasil kali ini merupakan identitas. Jadi hasil kali 2 translasi
adalah suatu translasi, yaitu dilatasi yang tidak ada titik invariannya.

Hasil kali dua translasi ini memenuhi sifat komutatif. Hal ini
dapat dibuktikan dengan cara sebagai berikut :
C

Andaikan kedua translasi tidak menurut dua garis sejajar. Dengan


melukis jajargenjang ABCD akan terlihat bahwa A B sama dengan
D C dan BC sama dengan A D, sehingga :
A C = (A B) (B C) = (A D) (D C) = (B C) (A B)
(terbukti)
Jika kedua translasi menurut garis yang sama, misalkan X dan Y,
dan andaikan ada translasi T yaitu suatu translasi yang tidak menurut
garis yang sejajar dengan translasi X dan Y. Maka Y dan T komutatif,
demikian pula dengan Y dan XT.
Jadi X (Y T) = X (T Y) = (X T) Y = Y (X T). Karena (X Y)T = (Y X)T
sehingga terbukti bahwa X Y = Y X.

Definisi 5
Jika 2 titik berbeda A dan B ditukar oleh suatu dilatasi tunggal ABBA
atau AB, maka transformasi itu merupakan setengah putaran.
Jika C adalah sebarang titik di luar garis AB, maka untuk
memperoleh bayangannya, titik C dapat dihubungkan dengan A dan B.
Titik potong garis yang melalui B akan sejajar dengan AC, sedangkan
yang melalui A akan sejajar dengan BC. Jika titik potong tersebut
dinamakan D, maka D adalah bayangan dari C. Sehingga ACBD adalah
suatu jajargenjang.
Setengah putaran itu dapat dinyatakan dengan CD. Garis-garis
invarian AB dan CD, yang merupakan diagonal-diagonal jajargenjang,
berpotongan di titik O, yang menjadi titik invarian dari setengah putaran.
Titik O ini merupakan titik pusat jajargenjang. Sedangkan pada setengah
putaran A B, titik O merupakan titik tengah ruas garis AB.
C

B
1

T
A

Jika terdapat titik T pada garis AB, maka untuk melukis bayangan
titik pada garis AB, hubungkan titik T dengan C (atau D). Kemudian
lukis garis melalui D (atau C) yang sejajar dengan TC ( atau TD)
sehingga terdapat titik T` pada garis AB.
Hasil kali dua setengah putaran dapat dinyatakan sebagai
(AB)(BC). Andaikan hasil kali ini mempunyai suatu titik invarian O,
maka dengan setengah putaran A B, titik O akan dibawa ke O`.
Sehingga AB sama dengan OO`. Dengan setengah putaran BC,
titik O` akan dibawa ke O. Sehingga BC sama dengan O`O. Jadi ada
titik invarian jika AB = BC. Dalam keadaan yang tidak demikian,
maka tidak terdapat titik invarian.
Teorema 7
Hasil kali 2 setengah putaran AB dan BC akan menghasilkan
translasi AC
Bukti: Karena A B dan BC adalah dua setengah putaran yang maka
tidak mempunyai titik invariant, sehingga akan menghasilkan suatu
translasi.
Pada jajargenjang ACBD, diperoleh A B = C D, dan A D sama
C
dengan CB.
B
O
A

D
Hubungan tersebut tetap berlaku jika jajargenjang berubah
menjadi ruas garis dengan 4 titik yang letaknya teratur simetris.
A

Teorema 8
Setengah putaran A B dan CD adalah sama, jika dan hanya jika
translasi AD dan CB adalah sama.
Bukti teorema 8
(

Diketahui : AB = CD
Akan ditunjukkan : AD = C B
Bukti : AD = (AB) (BD)
= (CD) (BD)
= (CD) (DB)
= CB

Diketahui : A D = C B
Akan ditunjukkan : A B = C D
Bukti : A B = (A D) (DB)
= (CB) (D B)
= (C B) (B D)
=CD

Pada keadaan tertentu dimana C dan D berimpit, disebut C`, maka C`


adalah titik tengah AB jika dan hanya jika A C` dan C` B adalah dua
translasi yang sama.

Dari bentuk tersebut dapat dibuat jajargenjang AC`A`B` dan


BC`B`A`. Selain itu juga terdapat ABC dengan A`, B` dan C` sebagai
titik-titik tengah sisi-sisinya.

Teorema 9
Garis yang ditarik dari titik tengah dua sisi sebuah segitiga adalah sejajar
dengan sisi yang ketiga, dan garis yang melalui titik tengah sebuah sisi
sejajar dengan yang dilewatinya melalui titik tengah sisi yang ketiga.

Bukti:
Dua gambar disebut homothetic jika mereka berhubungan dengan sebuah
kongruen dilatasi jika mereka berhubungan dengan sebuah translasi atau
half-turn. Terutama sebuah arah segmen AB kongruen dengan
kebalikannya segment BA dengan half-turn . Pada gambar
13.2f. empat segitiga kecil ACB, CBA, BAC, ABC semuanya
kongruen dan semunya homothetic dengan segitiga yang besar ABC.

APLIKASI
1.

Aplikasi Geometri Affine pada Proses Penggambaran


Inkscape

platform

dan

berbagai

sistem

adalah

cross-

beroperasi

pada

operasi

seperti

Windows, Mac dan semua varian


dari Linux. Inkscape impor format
seperti PNG, JPEG, TIFF dan PNG
ekspor serta format berbasis vektor
ganda. Bentuk,

teks,

spidol,

mengubah, pola, klon, jalan, gradien, alpha blending, dan pengelompokan


mendukung fitur yang disertakan dalam program ini.
Dengan Inscape kita dapat membuat dan memodifikasi objek seperti
peta, logo, dan ikon serupa dengan Illustrator. Beberapa alat-alat umum
dalam Inkscape adalah alat pensil, persegi panjang alat kaligrafi, teks tool,
pen tool, elips, bintang / poligon, spiral, bitmap tertanam, dll klon Semua
benda yang diciptakan oleh file SVG Inkscape dan lainnya mudah untuk
memodifikasi dan mengedit dengan menggunakan program vektor editing.
Transformasi affine, objek pengelompokan, Z-order operasi, menyalin dan
menyisipkan objek, keselarasan dan perintah distribusi.
2.

Aplikasi Transformasi Affine dalam Citra Satelit


Citra

ALOS

AVNIR-2 merupakan data


penginderaan

jauh

yang

dapat dimanfaatkan untuk


menduga

atau

mengestimasi kemampuan
daya

serap

CO2. Citra

yang

akan

digunakan

sebelumnya harus melalui


pra

pemrosesan

citra

digital. Tahap pra pemrosesan digital yang dimaksud yaitu

koreksi

radiometrik dan koreksi geometrik agar dalam proses pengolahan citra digital
dapat diperoleh hasil yang optimal.
Citra ALOS AVNIR-2 yang diperoleh belum memiliki informasi
georeferensi sehingga sebelum pemrosesan lebih lanjut maka perlu
dilakukan koreksi geometrik agar mempunyai kesesuaian antara posisi
nilai piksel dengan posisi yang sebenarnya di lapangan. Koreksi geometrik
yang digunakan yaitu metode image to map registration dengan
menggunakan titik ikat atau Ground Control Point (GCPs). Sebagai sumber
data yang telah mempunyai koordinat geografi maka peta RBI skala
1:25.000 digunakan sebagai acuan referensi untuk melakukan koreksi
terhadap Citra ALOS AVNIR-2. Melihat bahwa Citra yang akan digunakan
mempunyai topografi yang bervariasi maka jenis transformasi yang dipilih
adalah affine dimana hanya memerlukan empat buah titik ikat. Adanya
koreksi citra baik radiometrik dan geometrik tersebut dimaksudkan agar citra
yang digunakan dapat diolah secara optimal sehingga dapat diekstraksi
menjadi citra baru dengan informasi spektral yang lebih baik serta
mempunyai posisi koordinat geografi yang sesuai dengan kondisi sebenarnya
di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA
Artin, E. Geometric Algebra. (1957). New York: Interscience.
Coxeter, F. R. S. H. M. (1969). Introduction to Geometry, second Edition. New
York: John Wiley & Sons, Inc.
http://en.wikipedia.org/wiki/august_ferdinand_M%C3%B6bius
http://en.wikipedia.org/wiki/felix_klein
http://en.wikipedia.org/wiki/leonhard_euler
https://hayh.wordpress.com/category/scholar/
http://eprints.ums.ac.id/29006/2/04._BAB___I_E100120006.pdf

You might also like